//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma  (Read 96938 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #105 on: 25 February 2010, 09:34:15 AM »
Quote
Jika kesan pertama tentang Ajaran Buddha adalah "kesenangan indrawi" apakah kira-kira orang tersebut mau cari tahu lebih jauh tentang Agama Buddha, Meditasi, Vipassana dan sebagainya?

Kalau yg ini ada di sutta dan pernah dibahas, dimana umat awam itu diiming2 oleh Sang Buddha  tentang cantiknya bidadari di surga sampai dikasi penglihatan juga sehingga dan kemudian ia terinspirasi untuk mengikuti ajaran Sang Buddha.....dan kalau tidak salah juga org itu mencapai sotapanna, kalau tidak salah om Gachapin pernah sebut di sutta apa, hanya saya lupa. Jadi entry point bisa dari mana saja yg penting selaras dengan Dhamma. Dan kadang cara kerja Dhamma itu sendiri diluar dugaan.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #106 on: 25 February 2010, 09:37:45 AM »
Nanda, dengan 500 peri berkaki pink.
Dan akhirnya dia jadi Arahat.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #107 on: 25 February 2010, 09:44:54 AM »
Nanda, dengan 500 peri berkaki pink.
Dan akhirnya dia jadi Arahat.

Oo iya Nanda.  Anumodana om Apin  ^:)^  ;D _/\_
« Last Edit: 25 February 2010, 09:49:02 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #108 on: 25 February 2010, 09:56:49 AM »
Saya kurang mengerti apakah memang benar ada cerita beliau tersadar ketika mendengar nyanyian jika senar dawai kau petik terlalu kencang, maka senarnya kan putus, demikian pula kalau terlalu kendur tidak akan dapat di petik.. 
kalau ada cerita itu di sutta silahkan beri linknya.

Kalau mengenai sutta, saya tidak fasih.. namun cerita ini banyak berkembang.. salah satunya adalah di link ini...
http://bhagavant.com/home.php?link=sejarah&tipe=riwayat_buddha_3

Dalam Sutta, sepertinya tidak ada kisah seperti itu, namun ada yang mirip di Anguttara Nikaya, Chakka, Mahavagga, Sona Sutta (Vīnūpamovāda Sutta). Sutta itu adalah nasihat Buddha pada Sona Kolivisa yang terlalu bersemangat dalam perjuangannya. Dikatakan kutinya penuh dengan darah dari kakinya akibat meditasi jalan yang dilakukannya. Buddha mengingatkannya dulu sebagai pemain vīnā (sejenis alat musik senar), jika senarnya terlalu kendur atau tegang, tidak akan menghasilkan musik yang baik.

Dari sini, bukan musiknya yang menginspirasi, namun pengertian tentang penggunaan senar yang baik.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #109 on: 25 February 2010, 10:08:11 AM »


NAGARAVINDEYYA SUTTA

(Sumber : Kumpulan Sutta Majjhima Nikaya I,
Oleh : Tim Penerjemah Tripitaka,
Penerbit : Yayasan Pancaran Dharma, Jakarta, 1992)

1. Demikian telah saya dengar:
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Kosala bersama sekumpulan besar bhikkhu sangha dan akhirnya Beliau tiba di sebuah desa kasta brahmana yang dinamakan Nagaravinda.

2. Perumah-tangga kasta brahmana dari Nagaravinda telah mendengar: "Seorang bhikkhu yang disebut Gotama, tampaknya, seorang putra suku Sakya yang meninggalkan suku Sakya, sedang berada di negeri Kosala bersama sekumpulan besar bhikkhu sangha dan telah datang ke Sala. Sekarang sebuah berita baik tentang Gotama telah tersebar yang menyatakan: 'Demikianlah Sang Bhagava, Beliau seorang arahat dan telah mencapai penerangan sempurna, sempurna pengetahuan dan prilakunya, mulia, mengetahui segenap alam, guru manusia tanpa banding, guru para dewa dan manusia, yang mencapai pencerahan agung, yang patut dimuliakan. Beliau menggambarkan dunia ini bersama para dewanya, para Mara dan Brahmana, generasi ini dengan para bhikkhu dan brahmana, para raja dan manusianya, yang telah beliau sadari sendiri melalui pengetahuan langsung. Beliau mengajarkan Dhamma dengan indah pada awalnya, indah pada pertengahan dan indah pula pada akhirnya dengan arti dan ungkapan (yang benar). Beliau menegaskan sebuah kehidupan mulia yang dikhotbahkan dengan sempurna dan murni.' Sekarang sungguh baik menemui para Arahat demikian."

3. Kemudian, para perumah-tangga kasta brahmana dari Nagaravinda berkunjung kepada Sang Bhagava dan beberapa di antara mereka memberi hormat kepada Sang Bhagava dan duduk di satu sisi, beberapa yang lain bertukar salam dengan Beliau, dan setelah tegur sapa sopan santun dan bersahabat disampaikan, mereka duduk di satu sisi; beberapa di antara mereka mengangkat dan merangkapkan tangannya dalam sikap menghormat kepada Sang Bhagava dan duduk di satu sisi; beberapa yang lain menyebutkan nama dan suku mereka di hadapan Sang Bhagava dan duduk di satu sisi. Setelah mereka duduk, Sang Bhagava berkata kepadanya:

4. "Para perumah-tangga, apabila para pengembara dari sekte lain bertanya kepadamu: 'Para perumah-tangga, para bhikkhu dan para brahmana macam apa yang seharusnya tidak dipuja, dihormati, dijunjung dan dimuliakan?' Kamu yang ditanya demikian, dapat menjawab kepada pengembara sekte lain itu demikian: 'Para bhikkhu dan para brahmana yang belum terbebas dari nafsu rendah, kebencian dan kegelapan batin berkenaan dengan bentuk-bentuk yang diterima oleh mata, yang pikirannya tidak tenang, yang perbuatan jasmani, ucapan dan pikirannya sekarang baik dan sekarang tidak baik, para bhikkhu dan brahmana demikian tak patut dipuja, dihormati, dijunjung dan dimuliakan. Mengapa demikian? Karena kita pun tidak terlepas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin berkenaan dengan bentuk-bentuk yang diterima oleh mata, pikiran kita tidak tenang, perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran kita sekarang baik dan sekarang buruk. Oleh karena itu, apabila kita tak melihat prilaku yang lebih baik pada para bhikkhu dan brahmana itu, mereka tak patut dipuja, dihormati, dijunjung dan dimuliakan.
Para bhikkhu dan brahmana yang tidak terbebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin berkenaan dengan suara-suara yang diterima melalui telinga ...
Para bhikkhu dan brahmana yang tidak terbebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin berkenaan dengan penciuman obyek yang diterima melalui hidung ...
Para bhikkhu dan brahmana yang tidak terbebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin berkenaan dengan objek rasa yang diterima melalui lidah ...
Para bhikkhu dan brahmana yang tidak terbebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin berkenaan dengan sentuhan melalui jasmani ...
Para bhikkhu dan brahmana yang tidak terbebas dari keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin berkenaan dengan dhamma melalui pikiran ... maka mereka tidak patut dipuja, dihormati, dijunjung dan dimuliakan.' Kamu, apabila ditanya demikian, dapat menjawab seperti itu kepada para pengembara sekte-sekte lain tersebut.

5. Namun, para perumah-tangga, apabila para pengembara dari sekte-sekte lain itu bertanya kepadamu: 'Para perumah-tangga, para bhikkhu dan brahmana macam apa yang patut dipuja, dihormati, dijunjung, dan dimuliakan?' Kamu, yang ditanya demikian, dapat menjawab kepada para pengembara sekte-sekte lain tersebut demikian: 'Para bhikkhu dan para brahmana yang terbebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin berkenaan dengan bentuk-bentuk yang diterima melalui mata, yang pikirannya tenang, yang perbuatan jasmani, ucapan dan pikirannya baik, para bhikkhu dan brahmana demikianlah yang patut dipuja, dihormati dijunjung dan dimuliakan. Mengapa demikian? Karena kita tidak terlepas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan batin berkenaan dengan bentuk yang diterima melalui mata, pikiran kita tidak tenang, perbuatan jasmani, ucapan dan pikiran kita sekarang baik dan sekarang buruk. Oleh sebab itu, karena kita melihat prilaku yang lebih baik pada para bhikkhu dan brahmana ini, mereka patut dipuja, dihormati, dijunjung dan dimuliakan.
Para bhikkhu dan para brahmana yang telah terlepas dari keserakahan, kebencian-dan kegelapan batin berkenaan dengan suara yang diterima melalui telinga ...
... berkenaan dengan obyek penciuman yang diterima melalui hidung ...
... berkenaan dengan obyek rasa yang diterima melalui lidah ...
... berkenaan dengan sentuhan yang diterima melalui badan jasmani ...
... berkenaan dengan dhamma melalui batin ... mereka patut dipuja, dihormati, dijunjung dan dimuliakan.
Kamu, apabila ditanya demikian, dapat menjawab seperti itu kepada para pengembara sekte-sekte lain tersebut.

6. Para perumah-tangga, apabila para pengembara dari sekte-sekte lain ini bertanya: 'Tetapi, apa bukti kepastian yang telah kamu jumpai pada orang yang kamu muliakan itu sehingga kamu mengatakan demikian, tentu orang-orang mulia ini telah terlepas dari keserakahan atau telah berjalan di atas jalan yang menghancurkan keserakahan; mereka telah terlepas dari kebencian atau telah berada pada jalan yang menghancurkan kebencian; mereka telah terlepas dari kegelapan batin atau telah berada pada jalan yang menghancurkan kegelapan batin?' Kamu yang ditanya demikian, dapat menjawab kepada mereka berikut: 'Selama para orang mulia ini sering tinggal di belantara lebat terpencil di dalam hutan. Karena di sana tak ada bentuk-bentuk yang diterima melalui mata yang kapan saja mereka melihatnya, mereka akan menikmatinya. Karena di sana tak ada suara-suara yang didengar oleh telinga ... tak ada obyek bau yang yang diterima oleh hidung ... tidak ada obyek rasa yang dikecap oleh lidah ... tak ada sentuhan yang diterima oleh badan jasmani, yang kapan saja mereka menyentuhnya, mereka akan menikmatinya. Itulah bukti-bukti dan kepastian-kepastian berkenaan dengan para orang mulia, yang menyebabkan saya mengatakan bahwa mereka demikian: 'Tentu para mulia ini telah terlepas dari keserakahan ... kebencian ...kebodohan batin atau mereka berada pada jalan yang menghancurkan kebodohan batin.' Kamu yang ditanya demikian, dapat menjawab kepada para pengembara sekte-sekte lain itu demikian."

7-8. Setelah hal tersebut dikatakan, para perumah tangga kasta brahmana dari Nagaravinda berkata: "Mengagumkan, Yang Mulia Gotama! ... Menakjubkan, Yang Mulia Gotama! Dhamma telah dibabarkan dengan jelas dalam berbagai cara oleh Yang Mulia Gotama, Beliau telah menegakkan sesuatu yang roboh, menyingkapkan yang tersembunyi, memperlihatkan jalan kepada yang tersesat, menegakkan lampu dalam kegelapan kepada mereka sehingga melihat bentuk.
Kami berlindung kepada Yang Mulia Gotama, kepada Dhamma dan kepada Sangha Bhikkhu. Mulai hari ini harap Yang Mulia Gotama menerima kami sebagai pengikut yang berlindung untuk selama-lamanya."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #110 on: 25 February 2010, 10:08:57 AM »
Quote
Jika kesan pertama tentang Ajaran Buddha adalah "kesenangan indrawi" apakah kira-kira orang tersebut mau cari tahu lebih jauh tentang Agama Buddha, Meditasi, Vipassana dan sebagainya?

Kalau yg ini ada di sutta dan pernah dibahas, dimana umat awam itu diiming2 oleh Sang Buddha  tentang cantiknya bidadari di surga sampai dikasi penglihatan juga sehingga dan kemudian ia terinspirasi untuk mengikuti ajaran Sang Buddha.....dan kalau tidak salah juga org itu mencapai sotapanna, kalau tidak salah om Gachapin pernah sebut di sutta apa, hanya saya lupa. Jadi entry point bisa dari mana saja yg penting selaras dengan Dhamma. Dan kadang cara kerja Dhamma itu sendiri diluar dugaan.

Maksudnya Nanda yang dibawa ke Tavatimsa?
Pertama-tama, hal-hal seperti ini dilakukan hanya oleh seorang Samma-Sambuddha yang benar-benar mengerti kondisi bathin seseorang. Seperti juga halnya kasus Angulimala, Vakkali, Culapanthaka, Kisa-Gotami, dan lain-lain. Apakah valid jika nanti saya menggunakan "Kung Fu" untuk menceramahi dhamma ke para perampok? Bagaimana dengan mengizinkan bunuh diri, menyuruh menyeka muka, atau mencari biji lada?
Ini adalah hal-hal yang dilakukan seorang Samma Sambuddha, namun tidak dilakukan oleh para Agga-savaka sekalipun.

Sebagai tambahan, apakah "jalan-jalan" ke Tavatimsa itu untuk mengiming-imingi Nanda, ataukah untuk melepaskan kemelekatannya pada istrinya, Janapadakalyāni Nandā? Jangan lupa bahwa di tengah jalan mereka melihat monyet yang terbakar dan buntung (badan dan hidungnya), yang sungguh buruk rupa dan menyedihkan. Ketika melihat bidadari kaki pink itu, Nanda melihat perbandingan bidadari dan istrinya sungguh jauh, seperti wanita cantik dan monyet buntung tersebut, dengan demikian, hilanglah kemelekatannya pada istrinya itu.

Bahkan setelah itu pun, bukan keinginan untuk mendapat bidadari kaki pink yang membuat Nanda mencapai Arahatta-phala, namun rasa malunya karena teman-teman bhikkhu mengejeknya sebagai "orang jaminan" (dijamin dapat bidadari, baru mau meditasi). Rasa malu-nya itu yang menjaganya dari semua godaan inderawi, maka ia pun mencapai Arahatta-phala dan menjadi yang terunggul dalam menjaga indera-nya.

Offline Brado

  • Sebelumnya: Lokkhitacaro
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.645
  • Reputasi: 67
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #111 on: 25 February 2010, 10:13:21 AM »
Saya kurang mengerti apakah memang benar ada cerita beliau tersadar ketika mendengar nyanyian jika senar dawai kau petik terlalu kencang, maka senarnya kan putus, demikian pula kalau terlalu kendur tidak akan dapat di petik.. 
kalau ada cerita itu di sutta silahkan beri linknya.

Kalau mengenai sutta, saya tidak fasih.. namun cerita ini banyak berkembang.. salah satunya adalah di link ini...
http://bhagavant.com/home.php?link=sejarah&tipe=riwayat_buddha_3

Dalam Sutta, sepertinya tidak ada kisah seperti itu, namun ada yang mirip di Anguttara Nikaya, Chakka, Mahavagga, Sona Sutta (Vīnūpamovāda Sutta). Sutta itu adalah nasihat Buddha pada Sona Kolivisa yang terlalu bersemangat dalam perjuangannya. Dikatakan kutinya penuh dengan darah dari kakinya akibat meditasi jalan yang dilakukannya. Buddha mengingatkannya dulu sebagai pemain vīnā (sejenis alat musik senar), jika senarnya terlalu kendur atau tegang, tidak akan menghasilkan musik yang baik.

Dari sini, bukan musiknya yang menginspirasi, namun pengertian tentang penggunaan senar yang baik.


Jika penjelasannya memang demikian adanya, bagaimana kita memperbaiki apa yang sudah terlanjur berkembang ini kembali ke jalur yang seharusnya ?
Apakah ada buku khusus untuk menjalankan operasional Vihara agar dapat diterapkan (semacam kurikulum) ?
Saya berharap dari bincang2 di forum ini akan menghasilkan sesuatu standar yang dapat kita jadikan patokan mengenai cara yang sesuai dalam penyebaran Dhamma..

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #112 on: 25 February 2010, 10:32:40 AM »
Jika penjelasannya memang demikian adanya, bagaimana kita memperbaiki apa yang sudah terlanjur berkembang ini kembali ke jalur yang seharusnya ?
Entahlah, menurut saya kalau mau mengubah orang lain itu susah. Paling-paling kita bisa berbagi apa yang kita ketahui saja. Di sini juga bukan tujuan saya membuat semacam "pakem" yang "halal" dalam penyebaran dhamma, tapi untuk sebatas dibahas saja agar bisa bermanfaat bagi yang membaca.


Quote
Apakah ada buku khusus untuk menjalankan operasional Vihara agar dapat diterapkan (semacam kurikulum) ?
Untuk ini saya tidak tahu karena saya juga tidak aktif ke vihara.


Quote
Saya berharap dari bincang2 di forum ini akan menghasilkan sesuatu standar yang dapat kita jadikan patokan mengenai cara yang sesuai dalam penyebaran Dhamma..
Saya juga berharap demikian. :)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #113 on: 25 February 2010, 10:37:42 AM »
bukankah yg ditanyakan "Yang sesuai/ Yang pantas" bukannya "Yang boleh" atau "Yang Tidak Boleh" ?
Ya, ralat. Yang "sesuai/tidak" bukan "boleh/tidak", karena memang semua bebas dalam pendapatnya untuk melakukan apa pun.


Quote
menurut saya dalam tradisi theravada gaya Hip Hop atau Ngebor itu gak sesuai dengan tradisi Theravada, tapi bukan berarti Tidak boleh.

karena Gaya Hip Hop dan Ngebor tidak mengkondisikan batin seseorang terhada sesuatu yg bermanfaat (kesucian).

. Mo bahas juga, mengenai  cerita Zen tentang seorang guru yg membelah kucing untuk mengajari murid2nya

nah itu juga termasuk yg tidak sesuai tradisi theravada, menurut hemat saya ;D tapi entah dalam Zen, sepertinya itu sesuai... :P
Makanya saya sengaja taruh di Board Theravada agar tidak sampai nyerempet ke kisah bhiksu gendong wanita, bhiksu bunuh anjing gila, dan sebagainya.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #114 on: 25 February 2010, 10:52:16 AM »
Quote
Jika kesan pertama tentang Ajaran Buddha adalah "kesenangan indrawi" apakah kira-kira orang tersebut mau cari tahu lebih jauh tentang Agama Buddha, Meditasi, Vipassana dan sebagainya?

Kalau yg ini ada di sutta dan pernah dibahas, dimana umat awam itu diiming2 oleh Sang Buddha  tentang cantiknya bidadari di surga sampai dikasi penglihatan juga sehingga dan kemudian ia terinspirasi untuk mengikuti ajaran Sang Buddha.....dan kalau tidak salah juga org itu mencapai sotapanna, kalau tidak salah om Gachapin pernah sebut di sutta apa, hanya saya lupa. Jadi entry point bisa dari mana saja yg penting selaras dengan Dhamma. Dan kadang cara kerja Dhamma itu sendiri diluar dugaan.

Maksudnya Nanda yang dibawa ke Tavatimsa?
Pertama-tama, hal-hal seperti ini dilakukan hanya oleh seorang Samma-Sambuddha yang benar-benar mengerti kondisi bathin seseorang. Seperti juga halnya kasus Angulimala, Vakkali, Culapanthaka, Kisa-Gotami, dan lain-lain. Apakah valid jika nanti saya menggunakan "Kung Fu" untuk menceramahi dhamma ke para perampok? Bagaimana dengan mengizinkan bunuh diri, menyuruh menyeka muka, atau mencari biji lada?
Ini adalah hal-hal yang dilakukan seorang Samma Sambuddha, namun tidak dilakukan oleh para Agga-savaka sekalipun.

Betul dilakukan oleh Sang Buddha karena dia mengetahui kondisi batin, tetapi itu bukan pokok permasalahannya. Pokok permasalahannya adalah pada entry point yg berkelanjutan yg telah saya jelaskan hingga pelepasan. Agga Savaka memang tidak melakukan seperti Sang Buddha lakukan, karena sifat dan cara untuk mencapai tujuan sifatnya case by case dan yg membantu solving problem dari tiap Agga savaka ataupun Savaka Buddha memiliki gaya cara tersendiri yg unik dan karena disini yg sempurna tokoh sentralnya adalah Buddha maka itu ditonjolkan. Dan kalau Anda mau perhatikan setiap Savaka Buddha juga punya cara sendiri untuk membantu muridnya untuk mencapai tujuan nibbana. Dan banyak hal cara dari 2500 arahat yg ada tidak tercatat semuanya bagaimana dengan detil mereka menggunakan cara2 unik untuk membantu muridnya.  Nah Saat ini jika Sang Buddha tidak ada maka boleh saja seseorang(umat awam) berimprovisasi untuk menyebarkan Dhamma dengan kriteria yang ada yakni kebuddhisan. Nah kalau masuk ranah kebihkhuan tentu masalah dan tatacara penyebarannya sudah beda lagi.. Jadi disini bukan karena siapa? tetapi bagaimana? apalagi jaman sekarang jarang yg tau batin org2 maka dilakukan saja hal2 yg lazim....kalau kungfu itu jangan digeneralisasi keadaan dan tidak ada hubungan dengan ajaran Sang Buddha pada case2 pada umumnya tetapi bisa saja pada case tertentu, misal dengan kungfu kita lumpuhkan perampok lalu perampok itu tiba2 takut dan insaf dan mau belajar dengan kita...nah hal ini mungkin sekalipun sangat2 jarang seperti cara Sang Buddha yang case by case. Makanya saya selalu katakan case by case solving problemnya itu beda dan dinamis yg penting selaras dengan Dhamma. Oleh karena itu apapun cara yg selaras dengan Dhamma dan bila kita belum melihatnya, terlalu dini kita membuat kesimpulan itu tidak benar.



Sebagai tambahan, apakah "jalan-jalan" ke Tavatimsa itu untuk mengiming-imingi Nanda, ataukah untuk melepaskan kemelekatannya pada istrinya, Janapadakalyāni Nandā? Jangan lupa bahwa di tengah jalan mereka melihat monyet yang terbakar dan buntung (badan dan hidungnya), yang sungguh buruk rupa dan menyedihkan. Ketika melihat bidadari kaki pink itu, Nanda melihat perbandingan bidadari dan istrinya sungguh jauh, seperti wanita cantik dan monyet buntung tersebut, dengan demikian, hilanglah kemelekatannya pada istrinya itu.

Bahkan setelah itu pun, bukan keinginan untuk mendapat bidadari kaki pink yang membuat Nanda mencapai Arahatta-phala, namun rasa malunya karena teman-teman bhikkhu mengejeknya sebagai "orang jaminan" (dijamin dapat bidadari, baru mau meditasi). Rasa malu-nya itu yang menjaganya dari semua godaan inderawi, maka ia pun mencapai Arahatta-phala dan menjadi yang terunggul dalam menjaga indera-nya.

Betul, makanya saya sudah jelaskan tujuan sebenarnya adalah pencapaian dari pelepasan hanya entry pointnya dari iming2 yg kemudian ia ingin menggapai tahapan selanjutnya sampai mengerti...ini hanya cara yg berkesinambungan saja.

« Last Edit: 25 February 2010, 11:05:02 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #115 on: 25 February 2010, 11:16:06 AM »
Quote
Betul dilakukan oleh Sang Buddha karena dia mengetahui kondisi batin, tetapi itu bukan pokok permasalahannya. Pokok permasalahannya adalah pada entry point yg berkelanjutan yg telah saya jelaskan hingga pelepasan. Agga Savaka memang tidak melakukan seperti Sang Buddha lakukan, karena sifat dan cara untuk mencapai tujuan sifatnya case by case dan yg membantu solving problem dari tiap Agga savaka ataupun Savaka Buddha memiliki gaya cara tersendiri yg unik dan karena disini yg sempurna tokoh sentralnya adalah Buddha maka itu ditonjolkan. Dan kalau Anda mau perhatikan setiap Savaka Buddha juga punya cara sendiri untuk membantu muridnya untuk mencapai tujuan nibbana. Dan banyak hal cara dari 2500 arahat yg ada tidak tercatat semuanya bagaimana dengan detil mereka menggunakan cara2 unik untuk membantu muridnya.  Nah Saat ini jika Sang Buddha tidak ada maka boleh saja seseorang(umat awam) berimprovisasi untuk menyebarkan Dhamma dengan kriteria yang ada yakni kebuddhisan. Nah kalau masuk ranah kebihkhuan tentu masalah dan tatacara penyebarannya sudah beda lagi.. Jadi disini bukan karena siapa? tetapi bagaimana? apalagi jaman sekarang jarang yg tau batin org2 maka dilakukan saja hal2 yg lazim....kalau kungfu itu jangan digeneralisasi keadaan dan tidak ada hubungan dengan ajaran Sang Buddha pada case2 pada umumnya tetapi bisa saja pada case tertentu, misal dengan kungfu kita lumpuhkan perampok lalu perampok itu tiba2 takut dan insaf dan mau belajar dengan kita...nah hal ini mungkin sekalipun sangat2 jarang seperti cara Sang Buddha yang case by case. Makanya saya selalu katakan case by case solving problemnya itu beda dan dinamis yg penting selaras dengan Dhamma. Oleh karena itu apapun cara yg selaras dengan Dhamma dan bila kita belum melihatnya, terlalu dini kita membuat kesimpulan itu tidak benar.

Saya rasa masalahnya sudah sangat jelas ,bahwa hanya Buddha yang mampu membabarkan Dhamma secara tepat...Savaka Buddha tidak mampu..Itu point terpentingnya menurut saya dan sudah tak bisa dibantahkan lagi..Bahkan YM SARIPUTTA yang dianggap ranking nomer 2 setelah Buddha dari segi Kebijaksanaan,banyak kasus dimana Bhikkhu yang dibawah bimbingan YM SARIPUTTA sendiri,setelah mendapatkan objek meditasi dari YM SARIPUTTA beberapa bulan melatih objek meditasi tersebut,tidak mengalami kemajuan,kalau adapun hanya sedikit..Hingga YM SARIPUTTA membawa muridnya mengunjungi Buddha,untuk meminta bantuan Buddha..Itu sangat jelas sekali...Sekarang yang dilakukan oleh para Savaka Buddha bisanya adalah "menebak" apa yang sesuai dengan "muridnya"...dan saya yakin bahwa para Savaka Buddha ketika membabarkan Dhamma tidak sambil joget,tidak sambil ngelawak..."pembabaran dhamma" yang Agung bagaimana bisa disamakan dengan cara2 yang kurang etis seperti itu?sekarang itu aja jelas di TULIS DHAMMA TALK bukan JOKE TALK..kalau mau banyak pendengar..sebaiknya JANGAN BABARKAN DHAMMA,tapi buatlah JOKE IN DHAMMA..jadi sama2 enak bukan?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #116 on: 25 February 2010, 11:21:01 AM »
Quote
2 lagu rohani buddhis oke banget memang bhikkhu ga boleh tapi umat perlu, klo ga nanti malah dalam buddhis seakan2 ga da nyanyian ( soalnya dulu g beranggapan demikian)
Memangnya ada masalah kalau memang tidak ada nyanyian?
soalnya dnegan pandangan dahulu yg masih dekat dengan samawi yg banyak nyanyian n liat k budhism ga da nyanyian seakan akan budhisme itu pesimistis n tdk ada kesenangannya. bahkan ada temen g yg kr****n wkt derger lagu buddhis kaget ternyata ada lagu buddhis jg y.

Quote
3 hip hop monk no!!! langgar vinaya trus alangkah lebih baik d jepang kyk d indo ada romo jadi klo romo yg bawa dhamma pake musik bahkan hiphop or hause lebih ok.
Berarti bro setuju ide "Ramani goyang nge-bor"?
alasan romo n ramani mereka tidak terikat vinaya hingga lebih mudah melakukan hal2 yg duniawi. namun untuk ramani ngebor secara peraturan k panditaan aja di larang untuk menari jadi slama ia tidak menari namun membuat acara meriah dengan meminta umat why not

Quote
sbenernya selama kita memang ingin menyebarkan dhama alangkah baiknya bila kita dapat menilai batasan2 yg ada. namun sebenernya selama menyebarkan dhamma kadang batasan tersebut menjadi abu2 tidak jelas lagi hitam atau putih tergantung dari sudut pandang seseorang.
kita sebagai dhamma duta ada baiknya pula membabarkan dhamma dengan mengikuti perkembangan jaman kondisi masyarakat & segmen usia.
Berarti seperti kata bro Tekkss Katsuo, kalau disesuaikan dengan jaman, nanti malah jangan2 nilai sila itu sendiri sudah bergeser. Bagaimana menurut bro kusalaputto?
kita mengikuti perkembangan jaman tentu juga harus berpatokan pada sila bukan ikut perkembangan membabarin dhama di diskotik namun bisa aja membabarkan dhama dengan pendekatan lagu mis yg sedang di gandrungi lagu house jadi lagu budhis di bikin remix. jadi anak muda jg tetap mendengarkan lagu budhis.

semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #117 on: 25 February 2010, 11:30:08 AM »
tentu semuanya harus sesuai dengan vinaya atau batas mana yang boleh sesuai dengan vinaya wa rasa makin tinggi moralitas nya akan terlihat.

karena ada juga memang bhikku yang jadi seperti penyanyi dll di china sono itu kata katanya sih terlihat benar tapi apakah sebenar itu wa liat fotonya pakai kacamata ( kacamata biasa sih tidak apa apa itu kacamata seperti rebyan punya coba buat apa di pakai) di telinga nya ada tuh yang buat freehand phone kemana dayakanya? terus apa kah pantas seperti itu? katanya sih lagu yang di rekam untuk mengenalkan Buddhist ke generasi muda. kalo dengar Bhikku lain yang se viharanya sih bilang (wah lupa juga nih yang keingat saja) harus yang sepantasnya.     

betul..saya jadi ke ingat dan mau bertanya,ada Bhikkhu mazhab Theravada di medan ini,masa punya HP dan ngendarain MOBIL MEWAH???apakah itu SESUAI VINAYA??
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Offline kusalaputto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.288
  • Reputasi: 30
  • Gender: Male
  • appamadena sampadetha
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #118 on: 25 February 2010, 11:32:07 AM »
Quote
"abg: pendekatannya dengan lagu, sharing(curhat) baru di sisipin dikit 2  dhamma"

tar abgnya jadinya hanya tahu curhat,Dhamma Nya kagak dapat..

bro riki maksud mengandeng abg dengan curhat karena di lihat dari kondisi psikologisnya bahwa pada sat itu mereka sangat rentan n emosinya yg di pakai dalam memutuskan sesuatu, jadi dengan kita mendengar curhatnya ini lalu kita memberikan solusi dengan buddha dhamma tentu disertai dengan sumber dhmma itu sendiri sehingga si abg itu maslahnya terselesaikan n ia dapat merenungi dhammanya. bukannya dengan itu ia belajar buddha dhamma jg
semoga kamma baik saya melindungi saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan saya menemukan seseorang yang baik pada saya dan anak saya, semoga kamma baik saya mengkondisikan tujuan yang ingin saya capai, semoga saya bisa meditasi lebih lama.

Offline Riky_dave

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.229
  • Reputasi: -14
  • Gender: Male
Re: Cara Yang Sesuai Untuk Penyebaran Dhamma
« Reply #119 on: 25 February 2010, 11:34:20 AM »
saya setuju dengan Guru Bond............... sejauh itu tdk melanggar vinaya, maka hal yg mengundang tawa sich boleh boleh aja, lagian ketawanya kan wajar, nga dari awal sa ^:)^mpai akhir. kemudian jg, itu ada hubungan dengan topic yg mereka sampaikan, cuma mereka mengunakan kasus atao contoh selingan yg mungkin bagi sebagian org bisa memberika kegembiraan yg diungkapkan dengan tawa.
Dan saya yakin kedua Bhikkhu tersebut mengetahui sampai mana batas cara penyampain Dhamma...
saya pernah dengar ceramah Bhante Uttomo sekali, dan saya mengetahui bahwa hal yg disampaikan adalah Dhamma dengan contoh yg kadang membuat org tertawa tp masih dalam batasan berhubungan dengan Dhamma yg disampaikan beliau..............

Saudara Teks yang baik,sekarang permasalahannya adalah "Cara yang sesuai dalam pembabaran Dhamma"..Jikalau memang selingan joke itu "dibenarkan" atau "diwajarkan" dan selalu dikatakan oleh member2 disini harus "ada batasan" dan kedua Bhikkhu yang disebutkan "tahu batasan",sekarang apakah DhammaDuta yang lain tahu "batasan" tersebut?dan saya juga hendak mengajukan pertanyaan "apa batasan joke didalam Dhamma itu sendiri?"

Anumodana _/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

 

anything