//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...  (Read 647888 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2265 on: 11 January 2013, 03:09:01 PM »
Bagi dia tentu saja kebenaran. Bagi Anda yang pernah melihat Buddha dan merasakan kebenaran dharma-Nya, bagi Anda juga kebenaran.

Itu jika bicara kebenaran kondisional (samutti-sacca). Jika kita mau menyalahkan (pihak lain atas keyakinannya), atas dasar apa? Jika memang dia melihat tuhan (walau bisa saja cuma halusinasi), bukankah bukan hak kita untuk menyatakan dia salah (kecuali kita melihat persis kejadian yang ia lihat, dan kita punya bukti kuat untuk menyanggah kekeliruan penafsirannya/pemahamannya).

Belajar dharma bukan jadi ekstrimis, tapi lebih toleran terhadap pemahaman makhluk lain. Segala bentuk keyakinan dan iman mereka juga bukan tanpa sebab (karma masa lampau). Anda kira jumlah umat tertentu dibandingkan jumlah umat Buddha adalah sebuah kebetulan?

Tidak, ada sebab-sebabnya. Dan orang yakin juga bukan karena iman buta atau salah lihat (tuhan), tapi ada hubungan karma yang terbangun antar tuhan dan pengikutnya di bumi.

Demikian penjelasan saya. Kurang lebihnya mohon bimbingan dan masukan. Semoga kita semua bisa lebih maju dalam dharma.  _/\_

Bagi saya Lobha Dosa dan Moha itu nyata... jika lobha, dosa dan moha eksis, maka padam-nya lobha, dosa dan moha itu menjadi logis.... bagi anda, sukhavati itu nyata ? pernah mengalami ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2266 on: 11 January 2013, 03:14:04 PM »
Kesimpulan:

Sudah sepantasnya apabila kita sebagai umat Buddha tidak serta-merta menolak suatu sutta hanya karena kita tidak merasa nyaman dengan sutta tersebut atau menurut anggapan kita tak masuk diakal.
Kalau bukan kita yang meyakini kebenaran Tipitaka, siapa lagi? Memangnya umat agama lain akan meyakini kitab suci Tipitaka? Saya tidak mengatakan bahwa kita harus percaya buta kepada kitab suci Tipitaka,  tetapi kita harus memperlakukan Tipitaka seperti hukum positif di Amerika, yaitu: “presume innocence until proven guilty” yang berarti anggap benar hingga terbukti salah. Jangan kita menilai Tipitaka dengan prinsip hukum rimba orde baru yaitu: “presume guilty until proven innocence” atau anggap salah lebih dahulu hingga terbukti tidak bersalah (inilah prinsip comot dulu, periksa belakangan orde baru).


Jadi sebagai umat Buddha sebaiknya kita menerima Tipitaka dan lebih dahulu menganggapnya sebagai suatu kebenaran, kecuali kita telah membuktikan (alami sendiri, bukan berdasar logika kita) bahwa poin dalam Dhamma tersebut ternyata tidak benar.

Jangan berpandangan sebaliknya, yaitu beranggapan semua poin dalam Tipitaka tidak benar, kecuali kemudian kita buktikan sendiri bahwa itu memang benar, karena pandangan seperti ini sangat kontra produktif bagi pengembangan batin, karena kita menjadi skeptis terhadap kebenaran Tipitaka. Dan akhirnya akan menjauhkan kita dari Dhamma, sehingga Samvega (perasaan mendesak untuk mencari keselamatan atau melaksanakan Dhamma) tidak muncul, dengan tidak munculnya samvega maka, keinginan untuk mempraktekkan Dhamma agar terbebas juga tidak muncul.

Semoga kita semua berbahagia

sukhi hotu,

Fabian

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,4873.0/nowap.html

Sesungguhnya ini bertentangan dengan kata-kata Buddha sendiri:
1. Lihatlah sesuatu apa adanya.
2. Jangan percaya ajaran-Ku, hanya karena respek pada-Ku.
3. Telitilah ajaran-Ku dengan seksama, seperti halnya Anda akan membeli emas.

Saddha/shraddha dibangun lewat perenungan, pembelajaran, telaah, teliti dan studi mendalam. Saddha/shraddha bukan dibangun atas praduga tertentu (presume innocence ataupun presume guilty). Ini namanya cenderung berprasangka dahulu sebelum meneliti.

Tapi ya, itu hak setiap individu dalam pendekatannya terhadap dharma. Sah-sah saja punya metode keimanan tersendiri. :)

Salam.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2267 on: 11 January 2013, 03:25:06 PM »
Bagi saya Lobha Dosa dan Moha itu nyata... jika lobha, dosa dan moha eksis, maka padam-nya lobha, dosa dan moha itu menjadi logis.... bagi anda, sukhavati itu nyata ? pernah mengalami ?

Tentu, LDM nyata, orang melihat tuhan atau dewa juga nyata. Terus terang saya juga punya tante yang sering berkomunikasi dengan dewa (sesuai pengakuannya). Apa kita mau lancang mengatakan bahwa dewanya tidak nyata? Juga mengatakan mukjizatnya tidak nyata?

Kecuali tentunya kita bisa membuktikan bahwa mukjizat yang ia alami semata hanya karmanya yang berbuah.
Jika tidak, kita bisa dituduh menghina kepercayaannya (atau seringkali kita disebut tidak toleran terhadap kepercayaan lain).

Nah, kembali dalam kerangka berpikir Buddha Dharma, bagi saya:
Jangan meyakini sebuah kebenaran hanya karena tertulis di kitab suci, atau diyakini orang banyak.
Tapi yakinilah sesuatu karena Anda benar-benar sudah mengalami, sudah melihat dan membuktikan sendiri.

Bukan saya sok ehipassiko, tapi memang ini kerangka berpikir yang logis menurut saya.
Bila saya sudah melihat piramida, dan bentuknya seperti limas, baru akan saya katakan dan cerita pada orang sesuai dengan penglihatan dan pengalaman saya.
Jika saya baru baca buku tentang piramida, lalu lancang mendebat orang yang sudah lihat dan bahkan sudah masuk ke dalamnya (ikut tur atau studi), bukankah ini konyol?

Itu yang saya sering hadapi.

Mau bicara tentang sukhavati, nibbana, LDM, dll... semua mengacu pada buku. Ketika saya bilang kenyataannya tidak demikian, semua seolah tidak senang dan mendebat saya karena "kata-kata buku" tersebut.

Ini yang membuat saya enggan berbagi lagi terkadang.

Tapi ya begitu... katanya memang makhluk di sahaloka ini agak bebal... makanya sulit dimurnikan (dibebaskan mencapai nibbana). Jadi ya, saya sabar saja...

:)

Demikian. Semoga bisa dipahami.

Salam perenungan dan semoga berbahagia.  _/\_

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2268 on: 11 January 2013, 04:29:08 PM »
Itu yang saya sering hadapi.

Mau bicara tentang sukhavati, nibbana, LDM, dll... semua mengacu pada buku. Ketika saya bilang kenyataannya tidak demikian, semua seolah tidak senang dan mendebat saya karena "kata-kata buku" tersebut.

Ini yang membuat saya enggan berbagi lagi terkadang.

Tapi ya begitu... katanya memang makhluk di sahaloka ini agak bebal... makanya sulit dimurnikan (dibebaskan mencapai nibbana). Jadi ya, saya sabar saja...

:)

Demikian. Semoga bisa dipahami.

Salam perenungan dan semoga berbahagia.  _/\_

bold : =)) =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2269 on: 11 January 2013, 04:47:31 PM »
Itu yang saya sering hadapi.

Mau bicara tentang sukhavati, nibbana, LDM, dll... semua mengacu pada buku. Ketika saya bilang kenyataannya tidak demikian, semua seolah tidak senang dan mendebat saya karena "kata-kata buku" tersebut.

Ini yang membuat saya enggan berbagi lagi terkadang.

Tapi ya begitu... katanya memang makhluk di sahaloka ini agak bebal... makanya sulit dimurnikan (dibebaskan mencapai nibbana). Jadi ya, saya sabar saja...

:)

Demikian. Semoga bisa dipahami.

Salam perenungan dan semoga berbahagia.  _/\_

Jangan berkecil hati Bro, seorang badut penipu (gak boleh sebut nama) pernah mengaku minum kopi bareng Buddha Gotama, walaupun banyak orang gak percaya, tetap saja dia tanpa mengenal lelah terus-menerus mengatakan demikian. saya percaya anda lebih baik dari badut itu.

contoh lain adalah seorang guru para arahat yg pernah mampir ke forum ini, pengakuannya juga tidak dipercaya para member di sini, tapi karena dia hanyalah seorang guru kosong melompong, maka akhirnya dia nyerah. saya percaya anda lebih baik dari guru para arahat itu.

walaupun orang tidak mempercayai anda, setidaknya pembaca bisa terhibur dengan kelucuan anda. jadi tidak ada yg sia-sia.

_/\_
« Last Edit: 11 January 2013, 05:00:54 PM by Indra »

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2270 on: 11 January 2013, 06:41:12 PM »
Jangan berkecil hati Bro, seorang badut penipu (gak boleh sebut nama) pernah mengaku minum kopi bareng Buddha Gotama, walaupun banyak orang gak percaya, tetap saja dia tanpa mengenal lelah terus-menerus mengatakan demikian. saya percaya anda lebih baik dari badut itu.

contoh lain adalah seorang guru para arahat yg pernah mampir ke forum ini, pengakuannya juga tidak dipercaya para member di sini, tapi karena dia hanyalah seorang guru kosong melompong, maka akhirnya dia nyerah. saya percaya anda lebih baik dari guru para arahat itu.

walaupun orang tidak mempercayai anda, setidaknya pembaca bisa terhibur dengan kelucuan anda. jadi tidak ada yg sia-sia.

_/\_

Halo.

Terima kasih jika Anda terhibur dengan kehadiran saya.  _/\_

Kalau boleh bertanya, apakah Anda juga terhibur dengan keberadaan Badut dari India (tidak boleh sebut nama)? Karena tampaknya Anda mendewakan sekali sosok tersebut.

Mohon kejujurannya. Terima kasih sebelumnya. Salam. :)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2271 on: 11 January 2013, 06:47:15 PM »
Halo.

Terima kasih jika Anda terhibur dengan kehadiran saya.  _/\_

Kalau boleh bertanya, apakah Anda juga terhibur dengan keberadaan Badut dari India (tidak boleh sebut nama)? Karena tampaknya Anda mendewakan sekali sosok tersebut.

Mohon kejujurannya. Terima kasih sebelumnya. Salam. :)

saya tidak mendewakan Badut mana pun, mungkin anda adalah pengecualian, tapi di manakah anda melihat saya mendewakan seorang Badut?

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2272 on: 11 January 2013, 07:01:59 PM »
saya tidak mendewakan Badut mana pun, mungkin anda adalah pengecualian, tapi di manakah anda melihat saya mendewakan seorang Badut?

Anda yakin?
Yang Anda terjemahkan itu apa?
Yang Anda beri hormat itu siapa?
Dan, yang Anda selalu percayai tanpa dibantah sedikit pun, itu apa dan siapa?

Definisi Badut itu apa (untuk menyamakan persepsi, karena saya kira Badut itu adalah profesi yang terpuji, sebab menghibur orang)?

Oke, salam Badut dan semoga berbahagia.  _/\_

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2273 on: 11 January 2013, 07:16:05 PM »
Anda yakin?
Yang Anda terjemahkan itu apa?
terjemahan yg mana yg anda maksudkan? saya sudah menerjemahkan banyak buku dari berbagai sumber. lalu apa masalahnya dengan pekerjaan menerjemahkan?

Quote
Yang Anda beri hormat itu siapa?

banyak, orang tua, guru, teman2, tapi tidak ada badut, mungkin anda adalah pengecualian.

Quote
Dan, yang Anda selalu percayai tanpa dibantah sedikit pun, itu apa dan siapa?
kalau ini tidak ada.

Quote
Definisi Badut itu apa (untuk menyamakan persepsi, karena saya kira Badut itu adalah profesi yang terpuji, sebab menghibur orang)?


saya akan menjawab tapi sebelumnya tolong anda mendefinisikan badut itu juga seperti yg anda gunakan ketika membalas saya di atas, karena kalau anda sudah memahami spt yg saya pahami, maka saya tidak perlu repot2 lagi menjelaskan pada anda.

Quote
Oke, salam Badut dan semoga berbahagia.  _/\_

maaf saya tidak memberi salam pada badut, dan anda bukan pengecualian di sini.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2274 on: 11 January 2013, 07:32:16 PM »
terjemahan yg mana yg anda maksudkan? saya sudah menerjemahkan banyak buku dari berbagai sumber. lalu apa masalahnya dengan pekerjaan menerjemahkan?

banyak, orang tua, guru, teman2, tapi tidak ada badut, mungkin anda adalah pengecualian.
kalau ini tidak ada.

saya akan menjawab tapi sebelumnya tolong anda mendefinisikan badut itu juga seperti yg anda gunakan ketika membalas saya di atas, karena kalau anda sudah memahami spt yg saya pahami, maka saya tidak perlu repot2 lagi menjelaskan pada anda.

maaf saya tidak memberi salam pada badut, dan anda bukan pengecualian di sini.

Suka berputar dulu rupanya. :)

Baik, langsung ke poinnya saja: Siapa Buddha itu, badut atau bukan?

Dari sini kita akan tahu seperti apa definisi badut yang Anda berikan pada makhluk lain.

Sisa pertanyaannya masih sama seperti di atas:
2. Yang Anda terjemahkan, teks Buddhisme itu ilmu badut atau bukan?
3. Rupang yang Anda hormati itu, badut juga atau bukan?
4. Kata-kata Buddha dan Tripitaka yang selalu Anda percayai tanpa dibantah sedikit pun, juga kata-kata badut atau bukan?

Anda yang memunculkan terminologi badut, mari kita kupas tuntas topik badut ini. :)

Salam.  _/\_

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2275 on: 11 January 2013, 07:37:41 PM »
Bagi dia tentu saja kebenaran. Bagi Anda yang pernah melihat Buddha dan merasakan kebenaran dharma-Nya, bagi Anda juga kebenaran.

Itu jika bicara kebenaran kondisional (samutti-sacca). Jika kita mau menyalahkan (pihak lain atas keyakinannya), atas dasar apa? Jika memang dia melihat tuhan (walau bisa saja cuma halusinasi), bukankah bukan hak kita untuk menyatakan dia salah (kecuali kita melihat persis kejadian yang ia lihat, dan kita punya bukti kuat untuk menyanggah kekeliruan penafsirannya/pemahamannya).

Belajar dharma bukan jadi ekstrimis, tapi lebih toleran terhadap pemahaman makhluk lain. Segala bentuk keyakinan dan iman mereka juga bukan tanpa sebab (karma masa lampau). Anda kira jumlah umat tertentu dibandingkan jumlah umat Buddha adalah sebuah kebetulan?

Tidak, ada sebab-sebabnya. Dan orang yakin juga bukan karena iman buta atau salah lihat (tuhan), tapi ada hubungan karma yang terbangun antar tuhan dan pengikutnya di bumi.

Demikian penjelasan saya. Kurang lebihnya mohon bimbingan dan masukan. Semoga kita semua bisa lebih maju dalam dharma.  _/\_
Apa itu kebenaran?

 _/\_
Betul, kebanyakan hanya spekulasi.

Dan dengan modal spekulasi itu, orang meminta pihak lainnya menerima kebenarannya, kadang dengan sikap ekstrim.
Katanya, dengan tidak menerima kebenarannya, kita bisa tidak selamat, kita orang yang buta dalam hidup, kita egois, tidak terberkahi, akan masuk neraka dan sebutan-sebutan intimidasi lainnya.

Agama Buddha menekankan ehipassiko (lihat, datang dan buktikan).
Jika hanya dengan modal buku dan teori, kita mau berharap orang percaya kebenaran kita, rasanya terlalu naif. :)

Ada perbedaan antara; orang yang sudah melihat kucing, dengan orang yang baru mendengar desas-desus tentang bentuk kucing.
Buku dan kitab suci itu pedoman (untuk melihat kebenaran tertentu), bukan kebenaran itu sendiri.
Kebenaran; dilihat, dialami, dan dibuktikan sendiri, bukan "katanya-katanya" (termasuk kata kitab yang dianggap suci).
Itu pesan dari Buddha sendiri, selayaknya-lah pengikut-Nya menerapkannya dalam proses pembelajaran.

Semoga bisa direnungkan bersama.

Salam sukses selalu (dalam dharma dan kehidupan).  _/\_

??? ??? ???
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2276 on: 11 January 2013, 07:55:02 PM »
??? ??? ???

Halo, rekan Ryu.

Yang Anda tebalkan itu 'kan konsep agama Buddha. Sedangkan yang Anda tanya di postingan lain adalah konsep agama theistik.

Tentu tidak bijak menggunakan parameter agama Buddha untuk menilai kepercayaan lain, sama seperti halnya menggunakan parameter agama lain untuk mengukur atau menilai dan memvonis agama Buddha.

Demikian.

Selain itu, tentu kita juga tahu, ada kebenaran mutlak dan kebenaran konvensional (terkondisi, bersifat relatif). Jadi bila membicarakan sesuatu, tentu sesuai konteksnya.

Oke, semoga berbahagia.  _/\_

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2277 on: 11 January 2013, 07:59:09 PM »
Anda yakin?
Yang Anda terjemahkan itu apa?
Yang Anda beri hormat itu siapa?
Dan, yang Anda selalu percayai tanpa dibantah sedikit pun, itu apa dan siapa?

Definisi Badut itu apa (untuk menyamakan persepsi, karena saya kira Badut itu adalah profesi yang terpuji, sebab menghibur orang)?

Oke, salam Badut dan semoga berbahagia.  _/\_


anda mengaku badut atau belut ?
supaya persepsi sama, jadi tolong di jelaskan !
« Last Edit: 11 January 2013, 08:04:22 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2278 on: 11 January 2013, 08:03:57 PM »
Suka berputar dulu rupanya. :)

Baik, langsung ke poinnya saja: Siapa Buddha itu, badut atau bukan?

Dari sini kita akan tahu seperti apa definisi badut yang Anda berikan pada makhluk lain.

Sisa pertanyaannya masih sama seperti di atas:
2. Yang Anda terjemahkan, teks Buddhisme itu ilmu badut atau bukan?
3. Rupang yang Anda hormati itu, badut juga atau bukan?
4. Kata-kata Buddha dan Tripitaka yang selalu Anda percayai tanpa dibantah sedikit pun, juga kata-kata badut atau bukan?

Anda yang memunculkan terminologi badut, mari kita kupas tuntas topik badut ini. :)

Salam.  _/\_

sepertinya anda yg memulai berputar, tapi baiklah saya selalu berbaik hati untuk melayani semua diskusi, bahkan dengan orang yg jumlah selnya minimal sekalipun.
sejujurnya saya katakan, jika Buddha yg anda maksudkan adalah Buddha Gotama, saya bisa tegaskan bahwa saya tidak kenal secara pribadi dgn Beliau.
mengenai Badut, karena kita menggunakan terminologi yg sama, kenapa anda merasa sangat cemas mengemukakan definisi anda?

2. Teks Buddhisme yg saya terjemahkan itu entah apa saya tidak tahu, saya menerjemahkannya atas permintaan teman2, dan saya tidak memahami ilmu apa yg diajarkan dalam teks tersebut, bagaimana menurut anda?

3. Saya tidak menghormati rupang, apakah anda memiliki mata dewa sehingga melihat saya menghormati rupang, bisakah anda melihat warna apa kolor yg saya pakai hari ini?

4. Saya tidak percaya sedikit pun pada kata-kata Buddha pada Tripitaka, bahkan saya meragukan Tripitaka itu berisi kata2 Buddha. anda sudah berkali2 salah melihat, jadi tidak perlu berlagak jadi orang sakti di sini.

pertama kali saya menyebut BADUT adalah dalam kalimat ini "seorang badut penipu (gak boleh sebut nama) pernah mengaku minum kopi bareng Buddha Gotama", dan jika anda punya mata, pasti punya, tapi apakah bisa melihat, atau jika anda tidak buta huruf, saya sudah mencantumkan T&C dalam tanda kurung. dan pada jawaban anda, anda juga menggunakan kata yg sama, lalu kenapa anda menjawab dengan kata yg sama jika anda tidak memahami apa yg saya maksudkan dengan kata itu?


Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai Mahayana menurut pandangan yg berbeda...
« Reply #2279 on: 11 January 2013, 08:08:49 PM »
sepertinya anda yg memulai berputar, tapi baiklah saya selalu berbaik hati untuk melayani semua diskusi, bahkan dengan orang yg jumlah selnya minimal sekalipun.
sejujurnya saya katakan, jika Buddha yg anda maksudkan adalah Buddha Gotama, saya bisa tegaskan bahwa saya tidak kenal secara pribadi dgn Beliau.
mengenai Badut, karena kita menggunakan terminologi yg sama, kenapa anda merasa sangat cemas mengemukakan definisi anda?

2. Teks Buddhisme yg saya terjemahkan itu entah apa saya tidak tahu, saya menerjemahkannya atas permintaan teman2, dan saya tidak memahami ilmu apa yg diajarkan dalam teks tersebut, bagaimana menurut anda?

3. Saya tidak menghormati rupang, apakah anda memiliki mata dewa sehingga melihat saya menghormati rupang, bisakah anda melihat warna apa kolor yg saya pakai hari ini?

4. Saya tidak percaya sedikit pun pada kata-kata Buddha pada Tripitaka, bahkan saya meragukan Tripitaka itu berisi kata2 Buddha. anda sudah berkali2 salah melihat, jadi tidak perlu berlagak jadi orang sakti di sini.

pertama kali saya menyebut BADUT adalah dalam kalimat ini "seorang badut penipu (gak boleh sebut nama) pernah mengaku minum kopi bareng Buddha Gotama", dan jika anda punya mata, pasti punya, tapi apakah bisa melihat, atau jika anda tidak buta huruf, saya sudah mencantumkan T&C dalam tanda kurung. dan pada jawaban anda, anda juga menggunakan kata yg sama, lalu kenapa anda menjawab dengan kata yg sama jika anda tidak memahami apa yg saya maksudkan dengan kata itu?



disarankan hati2, si master belut ini sudah mencapai bodohsatwa, anda bisa di buat berputar dengan teori belutnya  :)) :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

 

anything