//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Kelana

Pages: 1 2 [3] 4 5 6 7 8 9 10 ... 148
31
"Bagus sekali" jika ada yang mengatakan menghormati Tri Sarana dan menghormati Arya Sangha dianggap itu terpisah!
Memangnya Arya Sangha tidak termasuk dalam Tri sarana ??? Jangan-jangan yang bicara memiliki konsep Ti Sarana seperti aliran Maitreya.

32
Waroeng Mandarin / Ada yang bisa terjemahkan?
« on: 15 April 2015, 08:21:08 AM »
Ada yang bisa menerjemahkan ini tidak
郑和是道衍和尚菩萨戒弟子,自称:“大明国奉佛信官内官太监郑和,法名速南吒释,即福吉祥。”“大明国奉佛信官内官太监郑和,法名福吉祥。谨发诚心施财命功,印造大藏尊经一藏,计六百三十五函,喜舍于云南五华寺,永远长生供养。”下西洋途中,郑和每逢佛教国家就向寺院布施财物

Ini dari wikipedia mandarin tentang Zhang He (Cheng Ho, Sampokong)

Thanks

33
Buddhisme untuk Pemula / Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« on: 14 April 2015, 11:21:00 AM »

1. sy prnah baca(lupa sumbernya), pd suatu ketika ketika sang Buddha mengunjungi kapilvathu dan bertemu dgn orang tuanya, orang tuanya menunjukkan kekecewaan, kmudian saat itu sang Buddha melarang umatnya di kemudian hari apabila menjadi seorang bhikkhu harus mendapat ijin dr ortunya, pertanyaannya adalah apakah sang Buddha merasa berslalah krn dulu dia meninggalkan keluarganya tanpa restu/ijin?

Apakah Sang Buddha merasa bersalah krn dulu dia meninggalkan keluarganya tanpa restu/ijin?
Tentu tidak, Sang Buddha telah menemukan apa yang Ia cari yaitu Dhamma yang tidak ternilai yang dapat memberikan pembebasan bagi keluarga-Nya dan dunia dari dukkha (penderitaan). Dan Ia tahu bahwa jika meminta izin maka Ia tidak akan diperbolehkan dan tidak akan menemukan Dhamma yang dapat membebaskan tersebut.

Sama seperti perumpamaan, seseorang diberi tembaga oleh keluarganya dan ia pergi meninggalkan keluarga dan tembaganya tersebut untuk mencari emas dan akhirnya mendapatkannya dengan berlimpah kemudian membagikannya kepada keluarganya. Apakah orang itu menyesal meninggalkan tembaga dan keluarganya? Tentu tidak.

Quote
2. pertanyaan ke 2 ini berhubungan dengan pembantaian sukui sakya, sang Buddha mencegah vityatubha sebanyak 3x namun stlah itu membiarkannya, nah sy sring brdbat, umat agama lain sring mengatakan mengapa sang Buddha tdk memperjuangkan pencegahan pembantaian tersebut lbh dr 3x?

Kunci jawaban dari pertanyaan ini adalah kekuatan karma. Tidak ada yang mampu menghalangi kekuatan karma ketika sedang berbuah/menghasilkan, bahkan seorang Buddha pun. Sang Buddha melihat bahwa apa pun yang akan dilakukan-Nya untuk menolong suku Sakya hasilnya akan sama. Meskipun demikian Ia yang telah berusia lanjut (lebih dari 75 tahun) mencoba menghalangi sebanyak 3 kali yang akhirnya mengakibatkan Ia sakit kepala karena harus duduk di jalan yang akan dilalui Vidūdabha menuju Kapilavatthu di tengah udara panas pada waktu itu.

Beberapa sumber mengatakan saat peristiwa pembantaian terjadi, salah satu siswa Sang Buddha yaitu Mahā Moggallāna meskipun sudah diberitahukan oleh Sang Buddha bahwa adalah sia-sia membantu, Mahā Moggallāna tetap berusaha membantu 500 orang suku Sakya melarikan diri, dengan kekuatan supernaturalnya memasukan mereka ke dalam mangkuk dana, namun setelah keluar dari wilayah tersebut Mahā Moggallāna hanya menemukan darah di dalam mangkuknya.

Peristiwa ini merupakan akibat yang pernah dilakukan oleh orang-orang suku Sakya yang tewas tersebut pada kehidupan sekarang maupun kehidupan lampaunya.  Pada masa sekarang para bangsawan Sakya pernah menghina asal usul Vidūdabha sebagai keturunan budak. Pada kehidupan lampau suku Sakya pernah meracuni sungai. Tapi perlu diingat bahwa tidak semua suku Sakya tewas, ada yang mampu melarikan diri. Mereka ini yang tidak melakukan karma buruk tersebut.

Sakit kepalanya Sang Buddha pun ada penyebab lain (dari kehidupan lampau-Nya) selain karena duduk di udara yang panas. Mungkin rekan lain bisa menceritakannya.

Thanks

34
Meditasi / Re: Meditasi / bingung
« on: 09 April 2015, 08:57:06 PM »
IMO, permasalahannya, Sdr.-Sdr., dalam teks tidak disebutkan rupa atau arupa jhana, atau jhana pertama, kedua, ketiga dan keempat (seperti dalam Jhana Sutta, AN 4.123), tapi hanya “jhana”. “Terlalu jauh”menerjemahkan “jhana” dalam konteks MN 108 Gopakamoggallana Sutta sebagai rupa atau arupa jhana. Dan terlalu umum diterjemahkan sebagai "meditasi" karena bisa apa saja bentuknya, dan lebih mengena istilah meditasi adalah "bhavana" atau "samadhi".

Jadi tetap, IMO, jhana dalam konteks MN 108 Gopakamoggallana Sutta adalah konsentrasi atau absorbsi, terlepas dari sudah level berapa (mungkin masih awal), yang penting saat praktik masih ada yang: "berdiam dengan pikirannya dikuasai oleh nafsu indria, mangsa bagi nafsu indria, dan ia tidak memahami sebagaimana adanya jalan membebaskan diri dari nafsu indria yang telah muncul..... ia memendam nafsu indria, dst. Dan ini adalah yang dicela oleh Buddha.

Itu saja. Selanjutnya no komen. Thanks _/\_

35
Meditasi / Re: Meditasi / bingung
« on: 09 April 2015, 03:32:17 PM »
Hmmm... saya rasa tidak masalah juga jika sdr. Kelana lebih menyukai terjemahan jhana sebagai konsentrasi, sedangkan saya lebih menyukai terjemahan Bhikkhu Bodhi yang digunakan di DC Press yang menerjemahkan jhana sebagai meditasi. Maknanya tetap sama bahwa yang ditekankan dalam meditasi Buddhis adalah meninggalkan rintangan-rintangan batin (nivarana) untuk mencapai tingkat konsentrasi pikiran (jhana) :)

Bagi saya pribadi berbeda, Sdr. Seniya, misalnya dalam kalimat ini

"Dan jenis meditasi apakah yang dipuji oleh Sang Bhagavā?"

dengan

"Dan jenis jhana (konsentrasi) apakah yang dipuji oleh Sang Bhagavā?"

Yang pertama menanyakan jenis meditasi secara umum, bisa anapanasati, bisa mendengarkan suara, bisa apapun, dan tidak klop dengan penjelasan Sang Buddha selanjutnya sehingga berkesan Sang Buddha memuji meditasi yang menghasilkan Jhana. Sedangkan yang kedua sudah masuk pada kondisi jhana, menanyakan jhana (konsentrasi) apa yang dipuji.

Dalam teks yang sama Bhikkhu Thanissaro menerjemahkannya sebagai mental absorption

Tapi baiklah yang penting kita sudah sama tahu. Thanks.

So, back to topic.

36
Meditasi / Re: Meditasi / bingung
« on: 09 April 2015, 12:57:04 PM »
Kata benda "jhāna" berasal dari kata kerja "jhāyati" (Sanskrit: dhyāna) yang artinya bermeditasi, walaupun menurut kamus PTS ini tidak berarti semua jenis meditasi, namun dalam konteks MN 108 sepertinya ada permainan kata antara jhāna sebagai cara bermeditasi dan jhāna sebagai pencapaian meditatif (4 jhāna) karena paragraf sebelumnya berbunyi:

Kacci pana bho ānanda, veluvanaṃ ramaṇīyañceva appasaddañca appanigghosañca vijanavātaṃ manussarāhaseyyakaṃ3 paṭisallānasāruppanti.
 
Taggha brāhmaṇa, veluvanaṃ ramaṇīyañceva appasaddañca appanigghosañca vijanavātaṃ manussarāhaseyyakaṃ paṭisallānasāruppaṃ yathā taṃ tumhādisehi rakkhakehi gopakehīti.

Taggha bho ānanda, veluvanaṃ ramaṇīyañceva appasaddañca appanigghosañca vijanavātaṃ manussarāhaseyyakaṃ paṭisallānasāruppaṃ yathā taṃ bhavantehi jhānasīlīhi. Jhāyino ceva bhavanto jhānasilinoca.

Ekamidāhaṃ bho ānanda, samayaṃ so bhavaṃ gotamo vesāliyaṃ viharati mahāvane kūṭāgārasālāyaṃ. Atha kho ahaṃ4 bho ānanda, yena mahāvanaṃ kūṭāgārasālā, yena so bhavaṃ gotamo, tenupasaṅkamiṃ. Tatra ca pana so bhavaṃ gotamo anekapariyāyena jhānakathaṃ kathesi. Jhāyī ceva so bhavaṃ gotamo ahosi jhānasīlī ca sabbañca pana so bhavaṃ gotamo jhānaṃ vaṇṇesīti.


Kuharap, Guru Ānanda, Hutan Bambu itu menyenangkan, tenang dan tidak terganggu oleh suara-suara, dengan atmosfir kesunyian, jauh dari orang-orang, sesuai untuk melatih diri.”

Sesungguhnya, Brahmana, Hutan Bambu itu menyenangkan … sesuai untuk melatih diri berkat para pelindung seperti dirimu.”

Sesungguhnya, Guru Ānanda, Hutan Bambu itu menyenangkan … sesuai untuk melatih diri berkat para mulia yang adalah para meditator dan berlatih meditasi. Para mulia adalah para meditator dan berlatih meditasi.

Pada suatu ketika, Guru Ānanda, Guru Gotama sedang menetap di Vesālī di Aula Beratap Lancip di Hutan Besar. Kemudian aku datang ke sana dan menghadap Guru Gotama, dan dalam berbagai cara Beliau memberikan khotbah tentang meditasi. Guru Gotama adalah seorang meditator dan berlatih meditasi, dan Beliau memuji segala jenis meditasi.


Karena sang brahmana bertanya tentang meditasi secara umum, tetapi Ananda menjawab dengan menunjuk pada cara bermeditasi yang benar sebagai pencapaian meditatif dari jhāna. Mungkin itu juga sebabnya mengapa Bhikkhu Bodhi di sini menerjemahkan jhāna sebagai cara bermeditasi.

Saya rasa kita berbeda dalam memaknai kata jhana (dhyana). Anda menggunakan istilah “meditasi” yang bersifat umum untuk “jhana” yang mengakibatkan kerancuan pada kalimat karena ada macam-macam jenis meditasi. Dengan kata lain Anda mengganti istilah khusus menjadi istilah umum.

Sedangkan saya tetap menggunakan kata “jhana” yang bersifat lebih spesifik (khusus), yang artinya adalah kondisi konsentrasi, pemanunggalan, absorbsi pikiran. Sehingga jelas yang dimaksud adalah meditasi absorbsi (jhana) yang menghasilkan tingkatan jhana (konsentrasi).

Jadi dalam kalimat yang Anda berikan tinggal diganti saja kata “meditasi” dengan” jhana (konsentrasi)” jadi demikian (berdasarkan terjemahan Anda):

Quote
Taggha bho ānanda, veluvanaṃ ramaṇīyañceva appasaddañca appanigghosañca vijanavātaṃ manussarāhaseyyakaṃ paṭisallānasāruppaṃ yathā taṃ bhavantehi (teks anda kurang kata : jhāyīhi) jhānasīlīhi. Jhāyino ceva bhavanto jhānasilino ca.


Ekamidāhaṃ bho ānanda, samayaṃ so bhavaṃ gotamo vesāliyaṃ viharati mahāvane kūṭāgārasālāyaṃ. Atha kho ahaṃ4 bho ānanda, yena mahāvanaṃ kūṭāgārasālā, yena so bhavaṃ gotamo, tenupasaṅkamiṃ. Tatra ca pana so bhavaṃ gotamo anekapariyāyena jhānakathaṃ kathesi. Jhāyī ceva so bhavaṃ gotamo ahosi jhānasīlī ca sabbañca pana so bhavaṃ gotamo jhānaṃ vaṇṇesīti.

Sesungguhnya, Guru Ānanda, Hutan Bambu itu menyenangkan … sesuai untuk melatih diri berkat para mulia yang adalah para praktisi jhana (konsentrasi) dan berlatih jhana (konsentrasi). Para mulia adalah praktisi jhana (konsentrasi) dan berlatih jhana (konsentrasi).

Pada suatu ketika, Guru Ānanda, Guru Gotama sedang menetap di Vesālī di Aula Beratap Lancip di Hutan Besar. Kemudian aku datang ke sana dan menghadap Guru Gotama, dan dalam berbagai cara Beliau memberikan khotbah tentang jhana (konsentrasi). Guru Gotama adalah seorang praktisi jhana (konsentrasi) dan berlatih jhana, dan Apakah Beliau memuji segala jenis jhana (konsentrasi)?

Terjemahan Inggris dari:
http://www.metta.lk/tipitaka/2Sutta-Pitaka/2Majjhima-Nikaya/Majjhima3/108-gopakamoggallana-e.html

Indeed good ânanda, in the bamboo grove there is a pleasant abiding, it is noiseless, away from human habitation and suitable for seclusion, because good sirs like you concentrate there.

At one time good Gotama was living in the peaked hall in the Great forest, in Vesàli and I approached him. At that time good Gotama was explaining concentration in various ways. Good Gotama too was concentrating at that time. Does good Gotama praise all concentrations?

Kalimat terakhir dari sang Brahmana kemungkinan adalah kalimat tanya yang kemudian diikuti oleh penjelasan dari Ananda.

37
Meditasi / Re: Meditasi / bingung
« on: 08 April 2015, 08:13:20 PM »
“Sang Bhagavā, Brahmana, tidak memuji segala jenis meditasi, juga tidak mencela segala jenis meditasi. Jenis meditasi apakah yang tidak dipuji oleh Sang Bhagavā? Di sini, Brahmana, seseorang berdiam dengan pikirannya dikuasai oleh nafsu indria, mangsa bagi nafsu indria, dan ia tidak memahami sebagaimana adanya jalan membebaskan diri dari nafsu indria yang telah muncul. Sementara ia memendam nafsu indria dalam batinnya, ia bermeditasi, mengulangi meditasi, melampaui meditasi, dan bermeditasi secara keliru. Ia berdiam dengan pikirannya dikuasai oleh permusuhan, mangsa bagi permusuhan … dengan pikirannya dikuasai oleh kelambanan dan ketumpulan, mangsa bagi kelambanan dan ketumpulan … dengan pikirannya dikuasai oleh kegelisahan dan penyesalan, mangsa bagi kegelisahan dan penyesalan … dengan pikirannya dikuasai oleh keragu-raguan, mangsa bagi keragu-raguan, dan ia tidak memahami sebagaimana adanya jalan membebaskan diri dari keragu-raguan yang telah muncul. Sementara ia memendam keragu-raguan dalam batinnya, ia bermeditasi, mengulangi meditasi, melampaui meditasi, dan bermeditasi secara keliru. Sang Bhagavā tidak memuji jenis meditasi ini.

“Dan jenis meditasi apakah yang dipuji oleh Sang Bhagavā? Di sini, Brahmana, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, ia masuk dan berdiam dalam jhāna pertama … Dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua … Dengan meluruhnya sukacita … ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga … Dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan … ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat … Sang Bhagavā memuji jenis meditasi ini.”

~ MN 108 Gopakamoggallana Sutta

Saya tadi mencari teks Palinya, yang dimaksud yang di bold ungu tepatnya adalah jenis kondisi jhana. Buddha tidak memuji seluruh kondisi jhana, juga tidak mencela seluruh kondisi jhana. Kondisi jhana yang dicela adalah kondisi jhana yang disebutkan kriterianya pada alinea pertama, sedangkan kondisi jhana yang dipuji adalah kondisi jhana pada alinea kedua.

Jadi IMO, bukan membahas jenis meditasi.

Quote
‘Na ca kho, brāhmaṇa, so bhagavā sabbaṃ jhānaṃ vaṇṇesi, napi so bhagavā sabbaṃ jhānaṃ na vaṇṇesīti. Kathaṃ rūpañca, brāhmaṇa, so bhagavā jhānaṃ na vaṇṇesi? Idha, brāhmaṇa, ekacco kāmarāgapariyuṭṭhitena cetasā viharati kāmarāgaparetena, uppannassa ca kāmarāgassa nissaraṇaṃ yathābhūtaṃ nappajānāti; so kāmarāgaṃyeva antaraṃ karitvā jhāyati pajjhāyati nijjhāyati apajjhāyati. Byāpādapariyuṭṭhitena cetasā viharati byāpādaparetena, uppannassa ca byāpādassa nissaraṇaṃ yathābhūtaṃ nappajānāti; so byāpādaṃyeva antaraṃ karitvā jhāyati pajjhāyati nijjhāyati apajjhāyati. Thinamiddhapariyuṭṭhitena cetasā viharati thinamiddhaparetena, uppannassa ca thinamiddhassa nissaraṇaṃ yathābhūtaṃ nappajānāti; so thinamiddhaṃyeva antaraṃ karitvā jhāyati pajjhāyati nijjhāyati apajjhāyati. Uddhaccakukkuccapariyuṭṭhitena cetasā viharati uddhaccakukkuccaparetena, uppannassa ca uddhaccakukkuccassa nissaraṇaṃ yathābhūtaṃ nappajānāti; so uddhaccakukkuccaṃyeva antaraṃ karitvā jhāyati pajjhāyati nijjhāyati apajjhāyati. Vicikicchāpariyuṭṭhitena cetasā viharati vicikicchāparetena, uppannāya ca vicikicchāya nissaraṇaṃ yathābhūtaṃ nappajānāti; so vicikicchaṃyeva antaraṃ karitvā jhāyati pajjhāyati nijjhāyati apajjhāyati. Evarūpaṃ kho, brāhmaṇa, so bhagavā jhānaṃ na vaṇṇesi.

Thanks

38
Meditasi / Re: Meditasi / bingung
« on: 08 April 2015, 02:33:35 PM »
Mau tanya sebenarnya saya melakukan meditasi apa sih? Pertama saya mengetahui nafas masuk dan keluar trus kalau pikiran saya lari saya hanya melihat saja mencatat seperti ini " oh pikiran saya lari saya balike ke nafas" Ini namanya metode anapanasati atau vipassana bhavana? (maklum sangat baru dalam hal ini).

Trus kemarin pas saya meditasi 30 menit tiba saya merasakan sensasi didalam pikiran saya terlihat sangan banak tentakel hitam yang makin lama makin dekat tapi ditengah2nya ada bulatan warna ungu. (khayalan atau apa?) reaksinya saya terkejut dan coba fokus lagi ke nafas dan hal tersebut hilang.

Saya pernah baca mengenai teknik meditasi vipassana Mahasi Sayadaw. Langkah awalnya sama seperti yang Sdr. Guanyu88 lakukan yaitu mencatat gerak-gerik pikiran.

39
Diskusi Umum / Re: HUKUMAN MATI MENURUT BUDDHIST
« on: 05 April 2015, 09:58:35 AM »
Tanya: Bagaimana pandangan Buddhis tentang hukuman mati?
Misalkan seseorang telah membunuh sepuluh anak kecil. Mengapa dia harusdi izinkan tetap hidup?

Jawab: Sepuluh orang telah meninggal, mengapa Anda mau membunuh yang ke-sebelas? Orang yang telah membunuh sepuluh anak kecil adalah seorang yangsakit jiwa. Membunuhnya tidak akan menolong dia, juga tidak akan menolong kita. Ada banyak insan yang seperti itu di dalam masyarakat,dan dengan memandang secara mendalam padanya, maka kita tahu bahwa ada yangsalah dengan masyarakat kita sehingga bisa menciptakan orang seperti itu.Dengan memandang dalam konteks saling-keterkaitan, maka kita bisa melihat elemen-elemen lain telah menciptakan dia. Dengan begitu, makapengertian akan muncul. Dan kita akan melihat bahwa orang itu membutuhkan pertolongan bukan sekadar hukuman. Tentunya dia harus dikurung demi ketentraman masyarakat, tetapi itu bukan satu-satunya yang bisa kita lakukan. Meditasi dan pembabaran Dharma dapat ditawarkan di dalam penjara, dan banyak narapidana telah mulai berlatih. Sebagian telah belajar untuk hidup dengan penuh kedamaian bahkan di dalam penjara. Saya telah mendapat banyak surat dari para narapidana yang telah membaca buku-buku saya. Salah satunya menulis: "Saya melihat para penghuni lain berlari turun naik tangga. Saya harap mereka mampu melakukan apa yang sayalakukan, berjalan naik turun tangga dengan perhatian penuh kesadaran, mengikuti napas saya. Saat saya melakukan itu, saya merasa damai dalam diri; dan saat saya merasa damai, saya mampu melihat dengan jernih penderitaan para penghuni lainnya. "Orang itu telah mampu memunculkan welas asih dalam dirinya. Jadi, hukuman mati bukanlah satu-satunya pilihan yang kita punyai. Membunuh seseorang hanya mengungkapkan sisi kelemahan kita sendiri. Kita tidak tahu harus berbuat apa lagi, dan kita menyerah. Kita bisa mempraktekkan menatap secara mendalam untuk menemukan cara-cara yang lebih baik dibanding hukuman mati.

Sumber: "Jawaban dari Hati" - Thich Nhat Hanh

40
Diskusi Umum / Re: HUKUMAN MATI MENURUT BUDDHIST
« on: 05 April 2015, 09:53:09 AM »
harus di ingat Angulimala membunuh karena permintaan guru nya sebagai tanda terimakasih dan bakti nya terhadap pendidikan /ajaran yang di berikan  diminta di buatkan kalung dari jari manusia yang segar.

Angulima memang benar membunuh tapi bukan atas kesenangan nya sendiri

Bukankah secara alami manusia yang berkehendak bebas, Angulimala bisa menolaknya?
Jadi menurut saya ada keputusan pribadi dari Angulimala sendiri untuk melakukan atau tidak melakukan.

41
ini saya attach, bisa buka ga?

Kalau sudah dapat nomor e-FIN, nomor ini disimpan ya. Karena kalau lupa password, e-FIN ini dibutuhkan untuk reset password.

Tapi kalau hilang juga, bisa tanya nomor e-FIN ke kring-pajak.

OK. Bisa buka.

Thanks ya, Sis.

42
kaga bisa bro..
harus ke kantor pajak dengan surat permohonan e-FIN.. setelah itu akan dapat no e-FIN untuk diinput ke web

Surat permohonan e-FIN diambil di kantor pajak juga atau ada online?

Thanks

43
Tanya:
Cara memperole E-Fin nya bagaimana, ya? Apa bisa online juga untuk mendapatkan e-Fin nya?

44
mohon bantuan senior", kenapa ya seorang yang telah mencapai kesucian sotapana tidak akan terlahir lagi dialam menderita, padahal dia masih punya tumpukan karma jelek di masa lalu, lain halnya dengan dengan seorang arahat walaupun dia msh punya tumpukan karma jelek dimasa lalu namun baik karma jelek tersebut berbuah maupun tidak berbuah maka setelah kematian dari kelahiran ini dia sudah tidak akan lahir lagi di 31 alam sehingga tidak ada kemungkinan karma jelek untuk berbuah lagi, mohon pencerahannya, semoga semua makhluk berbahagia.........

Karena para sotapana tidak lagi dan tidak mungkin melakukan tindakan yang menyebabkan dilahirkan di alam menderita tersebut, yaitu tindakan yang disebut abhithana.

Ini bukan berarti seorang sotapana tidak lagi menuai perbuatan buruknya yang lain, ia tetap akan menerima buahnya di alam yang ia tempati, seperti alam manusia yang memungkinkan karma buruk untuk berbuah.

45
Studi Sutta/Sutra / Re: [ask] tentang mangala sutta
« on: 29 March 2015, 11:41:39 PM »
Perlu disamakan peran dari poin-poin "berkah utama" itu apa.

Apakah poin-poin yang disebut (spt. pengetahuan, tata susila, ramah, dll) adalah sebagai hasil /kondisi kita sekarang yang bersifat berkah? atau justru
poin-poin tersebut adalah sebagai hal-hal yang perlu dilakukan yang membawa berkah?

IMO, dari teks-teks terjemahan Inggris, nampaknya poin-poin tersebut adalah sebagai hal-hal yang perlu dilakukan.
Jadi ketika kita melakukan sesuatu berupa usaha memiliki pengetahuan dan keterampilan, dsb, maka apa yang kita lakukan tsb adalah berkah utama.

Mungkin istilah "berkah utama" juga kurang tepat untuk kata "mangalauttamam", mungkin seharusnya ditambah jadi "membawa berkah utama"


Pages: 1 2 [3] 4 5 6 7 8 9 10 ... 148