bro Kainyn yang baik,
benar sekali bro, di nunnery (arama) saya sini, beliau2 telah lanjut usia semua, diatas 60thn, bahkan ada yg 90 thn, masih kuat mencuci jubah sendiri, melakukan aktivitas religius sehari2 dg semangat, padahal udah amat sangat lanjut sekali usianya, rata2 mereka sejak usia dini memasuki dunia monastik, padahal mereka adalah dasasilamata (setara dg samaneri namun jubahnya beda tanpa jahitan yg membentang sawah magadha/bentuk jahitan potongan jubah bhikkhu, hanya polos biasa). mereka hidup amat religius dan penuh metta. saya amat tersentuh sekali dg kehidupan mereka, padahal disini semua amat sederhana sekali, bisa dibilang hanya saya satu2nya nun yg agak modern, bawa laptop (pdhal pemberian teman sekelas), online internet (mereka tidak mau menyentuh hal2 demikian). kelak sayapun juga akan lepaskan semua ini. karena kalau mau sungguh2 terjun total ya jangan online lagi (petapa gadungan...***sorry bro, pinjam istilah***).
mettacittena,
Kalau pendapat saya, online di internet bukan berarti pasti kemelekatan. Kembali lagi ke motifnya. Justru jika dimanfaatkan dengan baik, internet bisa jadi alat komunikasi yang baik. Jadi biarpun Sis Pannadevi sudah lebih maju lagi dalam kehidupan petapa, saya harap tetap online dan berbagi di internet (khususnya di DC). Saya sendiri sangat merasakan manfaatnya yaitu bisa bertanya dan belajar banyak dari Bhante Uttamo lewat e-mail, karena sebelumnya saya tidak tahu Buddhisme dan tidak kenal komunitas Buddhis sama sekali.
Saya pikir semua petapa yang belum arahat, pasti banyak melakukan kesalahan karena kemelekatannya. Justru mereka menjadi petapa karena menyadari hal tersebut dan berjuang melepaskannya. Namun yang saya sebut "petapa gadungan" adalah jenis yang tidak mau menyadari dan malah membenarkan kesalahannya. Saya pribadi melihat Sis Pannadevi tidak begitu. (Dan semoga tidak akan pernah demikian selamanya, sampai mencapai kebebasan.)
Bro Kainyn yang baik,
thanks atas dukungan anda, semoga saya tetap dapat bertahan di jalan dhamma, hingga akhir hayat saya, namun sungguh tidak mudah, tidak gampang, tidak enteng, seperti yg dikira orang2, bahwa hidup berjubah amat enak, hidup santai, hanya cukup komat kamit...jrengg...ang pao...hidup bergelimang kemudahan...no....no...bukan kayak gitu....sangat berbeda sekali disini...
disini semua amat sederhana, tidak ada segala jenis kemewahan (maaf..! HP saya pun dianggap mereka sbg kemewahan, lalu saya jelaskan bgmn sy bisa menghubungi donatur sy jika tanpa HP, ini awal th.2006), mrk selalu tanpa alas kaki (bhs jawa cakar ayam, tanpa sandal) kemana2 dan dimana2 semua vihara di srilanka pasti demikian, baru kalau keluar pakai alas kaki. untuk kehidupan sehari2 mereka amat ngirit sekali, tidak mau boros2, misal saya membeli rinso, mereka menegur saya, kenapa beli rinso, khan ada sabun batangan, waduh...pdhal saya pilih rinso hny masalah praktis saja, praktis cuci dg rinso dibanding sabun batangan makan wkt dg menggosok pdhal rinso cukup di kucek bentar aja udah selesai...bagi mrk itu pemborosan...ini hanya soal kecil, tentang sabun, tapi yang soal listrik, dll mrk amat mengirit, smw lampu dibuat kecil2 watt nya agar kecil tagihannya, saya merasa memakai komp telah menggunakan banyak watt...maka dari itu saya bilang, bila telah tiba saatnya maka saya juga akan meninggalkan dunia komp, karena saya merasa memboroskan listrik jg.
tentang DC, saya amat merasakan manfaatnya krn sy bisa belajar banyak di DC, banyak sekali hal2 yg saya tidak tahu, saya dapatkan dari DC, juga yg belum sy dptkan di bangku kuliah sini, saya udah dapatkan di DC...maka saya merasa amat terbantu sekali dg adanya DC...semoga DC makin maju dan sukses...
semoga anda juga segera merealisasi nibbana bro...sadhu.
mettacittena,