//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 588460 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline CHANGE

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 598
  • Reputasi: 63
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #225 on: 05 September 2009, 10:01:46 AM »
Om kainy,mau minta pendapat om soal ini..
Contoh kasus,
ada seorang buddhis yg tergolong muda(remaja),mengidap penyakit kanker,latarbelakangnya dari keluarga sederhana,
dgn alasan tidak ingin membebani keluarganya dgn biaya pengobatan yg relatif mahal dan alasan memahami anicca,dukha,dll..
Dia memilih untuk tidak melakukan upaya pengobatan apapun..
Dan menunggu ajalnya(dalam artian pasrah)..

Bagaimama menurut om,apakah orang tersebut terjerat dalam pandangan salah?
Thank ;D

Kalau menurut saya, untuk satu kasus, harus melihat semua kemungkinan untuk mencari solusi yang terbaik.
Apakah benar semua jenis pengobatan tidak mampu didapatkan, termasuk pengobatan alternatif? Berapakah kemungkinan sembuhnya? Jika kemungkinan sembuhnya besar, maka bisa dikatakan ia punya potensi untuk membayar (hutang) biaya pengobatannya di kemudian hari. Kalau kemungkinannya juga tidak jelas, maka yang ada hanya menambah kesusahan keluarga yang ditinggalkan. Namun ada juga keluarga yang tetap memilih berkorban demi anggota keluarganya. Mereka mau menerima dengan ikhlas kalaupun mereka harus kehilangan semuanya. Maka untuk hal ini, ada baiknya ia bicarakan dengan keluarganya.

Bagi saya, jika seseorang telah mencoba sebaik mungkin semua hal yang dia tahu, gagal dan kemudian memilih bersikap pasif, itu bukan pasrah, tapi "tahu diri". Jika seseorang tidak mencoba apa-apa, tidak mengusahakan sesuatu, lalu menunggu dan berharap perubahan terjadi dengan sendirinya, itu namanya pasrah.

Mengenai pandangan salah akan "anicca" itu, sangat susah untuk mengetahui jalan pikiran orang lain. Biasanya saya hanya bisa lihat dari bentuk luarnya saja, misalnya seseorang yang (menurut saya) mengerti "anicca" tidak melekat pada satu keadaan baik, namun menghargai keadaan baik tersebut; tidak menjadi putus asa karena keadaan buruk, namun terus berjuang membuatnya lebih baik.

Om kainy,mau minta pendapat om soal ini..
Contoh kasus,
ada seorang buddhis yg tergolong muda(remaja),mengidap penyakit kanker,latarbelakangnya dari keluarga sederhana,
dgn alasan tidak ingin membebani keluarganya dgn biaya pengobatan yg relatif mahal dan alasan memahami anicca,dukha,dll..
Dia memilih untuk tidak melakukan upaya pengobatan apapun..
Dan menunggu ajalnya(dalam artian pasrah)..

Bagaimama menurut om,apakah orang tersebut terjerat dalam pandangan salah?
Thank ;D

Ada jenis pengobatan alternatif yang tidak memerlukan biaya didalam menjalaninya hanya butuh tekad dan niat saja...yaitu dengan meditasi kesehatan...

timbulnya penyakit juga karena adanya kondisi yang mendukung timbulnya penyakit tersebut.... karena terkondisi maka penyakit tersebut akan berubah.... jd kalo kondisinya kita ubah mungkin saja akan membuat penyakit tersebut berubah menjadi sembuh....

Kadang kita pasrah terhadap kondisi yang ada tetapi apakah benar bathin kita benar2 pasrah??....




Saya sangat setuju dengan yang bold merah, dalam beberapa kasus yang saya dengar, kenal, lihat dan berdasarkan pengalaman sendiri, bahwa pilihan hidup yang paling tepat adalah SEMANGAT, tidak pasrah negative. Dalam beberapa kasus secara medis telah divonis mati oleh dokter ahli ( luar negeri ), dan sampai sekarang mereka masih hidup.

Seperti pasien penderita kanker ( tinggal beberapa bulan), lupus ( tinggal beberapa bulan ), infeksi radang batang otak ( tinggal 12 hari ), leukemia ( tinggal beberapa minggu ), dan kasus yang punya hubungan dengan saya pribadi ( tidak etis diceritakan ). Bahkan penderita AIDS Thailand ( yang saya dengar ) dll.

Karena telah mengenal Buddha Dhamma, maka saddha ( keyakinan ) terhadap ajaran sang GURU AGUNG, mereka ( pasien sendiri jika mampu dan keluarga ) melaksanakan KEBAJIKAN-KEBAJIKAN baik yang materi maupun non materi untuk meng KONDISI kan ke arah yang lebih baik misalnya meditasi, meditasi kesehatan, pelepasan makhluk/fangsen, berdana ke Bhikkhu Sangha, Membaca paritta untuk orang sakit,  Membantu kegiatan amal, menjalankan sila dengan baik ( tidak membunuh walaupun nyamuk, dll ), menjaga pola makan dan pola hidup, memancarkan metta kepada diri sendiri dan makhluk yang menderita, dll.

Apapun kondisinya, setiap orang mewarisi kamma nya sendiri.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #226 on: 05 September 2009, 10:17:32 AM »
Jadi masalahnya "apakah penyakitnya masih mungkin disembuhkan?" dan berunding dgn keluarga..
Tapi,ini penyakit kanker lho om.. ;D

Kanker juga bisa sembuh kok, biasanya tergantung jenis dan tingkat penyebarannya (stage). Saya pernah baca tentang testimoni seseorang menghilangkan kanker sampai ke akarnya dengan konsumsi ekstrak jamur Maitake (Grifola frondosa) dan Shiitake (Lentinula edodes), yang tentu saja jauh lebih murah daripada operasi.  
Seringkali seseorang "kalah" terhadap penyakit (termasuk kanker) bukan hanya karena masalah biaya, namun kurangnya pengetahuan dan semangat berjuang untuk tetap hidup melawan penyakit.


Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #227 on: 05 September 2009, 05:27:34 PM »
kebetulan ada sepupu saya kena kanker stadium akhir, terakhir saya tahu dokter sudah angkat tangan...yg saya dengar paling lama 1-2 bulan juga.

setahu sy tidak ada yang selamat dari kanker jika sudah stadium akhir, karena telah menyebar ke seluruh tubuh....
memang semangat juga butuh tetapi bukan berarti semangat = sembuh
tapi kita realistis saja...walau semangat 45 tetap saja tubuh ini demikian.

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #228 on: 23 September 2009, 10:12:54 PM »
kebetulan ada sepupu saya kena kanker stadium akhir, terakhir saya tahu dokter sudah angkat tangan...yg saya dengar paling lama 1-2 bulan juga.

setahu sy tidak ada yang selamat dari kanker jika sudah stadium akhir, karena telah menyebar ke seluruh tubuh....
memang semangat juga butuh tetapi bukan berarti semangat = sembuh
tapi kita realistis saja...walau semangat 45 tetap saja tubuh ini demikian.

Yg terjadi di dunia hanyalah process yg berkelanjutan....(perubahan dari 31 alam) tanpa berhenti (sebelum nibana).

Nah apakah org yg telah mengerti ajaran Buddha akan sedih maupun nangis bila penyakitnya gak bakal sembuh (nunggu kematian)?

Bukankah fisik yg ditinggalan, tetapi kesadarannya melanjutkan ke alam lain? Jadi perlukah sedih, nangis, bahkan menyesal ?

mohon masukannya.
« Last Edit: 23 September 2009, 10:15:33 PM by johan3000 »
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #229 on: 23 September 2009, 10:20:23 PM »
Kalau orang sakit (termasuk penyakit parah juga) dan dia memilih tidak mengobatin dgn pertimbangan memakan biaya yg sangat besar.

Apakah tindakan tsb juga dikategorikan bunuh diri?
apakah syarat2 yg harus dipenuhin disebut bunuh diri?

apakah dgn bunuh diri, dikehidupan akan datang org tsb
akan mendptkan tubuh yg sehat (dgn asumsi dia memiliki karma utk lahir menjadi manusia lagi) ?

thanks sebelumnya.
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #230 on: 23 September 2009, 11:21:40 PM »
Kalau orang sakit (termasuk penyakit parah juga) dan dia memilih tidak mengobatin dgn pertimbangan memakan biaya yg sangat besar.

Apakah tindakan tsb juga dikategorikan bunuh diri?
apakah syarat2 yg harus dipenuhin disebut bunuh diri?

apakah dgn bunuh diri, dikehidupan akan datang org tsb
akan mendptkan tubuh yg sehat (dgn asumsi dia memiliki karma utk lahir menjadi manusia lagi) ?

thanks sebelumnya.

Saya coba memberi pendapat ya.

Kalo dia sakit berat, dia punya uang tapi tidak digunakan karena 'pelit' (makan bny biaya), akhirnya memutuskan utk mati saja
= Ya itu bunuh diri. Dia punya niat utk mati saja (bunuh diri saja)

Kalo dia sakit berat, tidak punya uang dan sudah berusaha mati-matian tp tetap tidak dpt uang utk obat,
= bukan bunuh diri. Dia tidak punya niat utk bunuh diri

Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan seseorang utk lari dari penderitaannya saat ini dan berharap kehidupan selanjutnya bisa lebih baik. Padahal bila seseorang meninggal dalam keadaan pikiran kacau dan menderita, masih bisakah dikatakan kelahirannya akan lebih baik? tentu tidak.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #231 on: 23 September 2009, 11:26:50 PM »
kebetulan ada sepupu saya kena kanker stadium akhir, terakhir saya tahu dokter sudah angkat tangan...yg saya dengar paling lama 1-2 bulan juga.

setahu sy tidak ada yang selamat dari kanker jika sudah stadium akhir, karena telah menyebar ke seluruh tubuh....
memang semangat juga butuh tetapi bukan berarti semangat = sembuh
tapi kita realistis saja...walau semangat 45 tetap saja tubuh ini demikian.

Yg terjadi di dunia hanyalah process yg berkelanjutan....(perubahan dari 31 alam) tanpa berhenti (sebelum nibana).

Nah apakah org yg telah mengerti ajaran Buddha akan sedih maupun nangis bila penyakitnya gak bakal sembuh (nunggu kematian)?

Bukankah fisik yg ditinggalan, tetapi kesadarannya melanjutkan ke alam lain? Jadi perlukah sedih, nangis, bahkan menyesal ?

mohon masukannya.

Saya mau nimbrung sedikit...

Dalam Buddhadhamma, tidak dikatakan bahwa kesadaran yang berpindah pada kehidupan berikutnya. Kesadaran itu muncul dan timbul karena sebab, dan kesadaran tidak bisa berpindah. Kesadaran hanya akan muncul lagi ketika faktor-faktor pendukungnya masih ada.

Semoga bisa meluruskan.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #232 on: 24 September 2009, 12:59:03 AM »
kebetulan ada sepupu saya kena kanker stadium akhir, terakhir saya tahu dokter sudah angkat tangan...yg saya dengar paling lama 1-2 bulan juga.

setahu sy tidak ada yang selamat dari kanker jika sudah stadium akhir, karena telah menyebar ke seluruh tubuh....
memang semangat juga butuh tetapi bukan berarti semangat = sembuh
tapi kita realistis saja...walau semangat 45 tetap saja tubuh ini demikian.

Yg terjadi di dunia hanyalah process yg berkelanjutan....(perubahan dari 31 alam) tanpa berhenti (sebelum nibana).

Nah apakah org yg telah mengerti ajaran Buddha akan sedih maupun nangis bila penyakitnya gak bakal sembuh (nunggu kematian)?

Bukankah fisik yg ditinggalan, tetapi kesadarannya melanjutkan ke alam lain? Jadi perlukah sedih, nangis, bahkan menyesal ?

mohon masukannya.

Saya mau nimbrung sedikit...

Dalam Buddhadhamma, tidak dikatakan bahwa kesadaran yang berpindah pada kehidupan berikutnya. Kesadaran itu muncul dan timbul karena sebab, dan kesadaran tidak bisa berpindah. Kesadaran hanya akan muncul lagi ketika faktor-faktor pendukungnya masih ada.

Semoga bisa meluruskan.

bro Upasaka,

maksudnya berpindah dari fisiknya yg udah rusak.

apakah begitu (artinya berpindah) ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #233 on: 28 September 2009, 12:29:36 AM »
kebetulan ada sepupu saya kena kanker stadium akhir, terakhir saya tahu dokter sudah angkat tangan...yg saya dengar paling lama 1-2 bulan juga.

setahu sy tidak ada yang selamat dari kanker jika sudah stadium akhir, karena telah menyebar ke seluruh tubuh....
memang semangat juga butuh tetapi bukan berarti semangat = sembuh
tapi kita realistis saja...walau semangat 45 tetap saja tubuh ini demikian.

Yg terjadi di dunia hanyalah process yg berkelanjutan....(perubahan dari 31 alam) tanpa berhenti (sebelum nibana).

Nah apakah org yg telah mengerti ajaran Buddha akan sedih maupun nangis bila penyakitnya gak bakal sembuh (nunggu kematian)?

Bukankah fisik yg ditinggalan, tetapi kesadarannya melanjutkan ke alam lain? Jadi perlukah sedih, nangis, bahkan menyesal ?

mohon masukannya.

Saya mau nimbrung sedikit...

Dalam Buddhadhamma, tidak dikatakan bahwa kesadaran yang berpindah pada kehidupan berikutnya. Kesadaran itu muncul dan timbul karena sebab, dan kesadaran tidak bisa berpindah. Kesadaran hanya akan muncul lagi ketika faktor-faktor pendukungnya masih ada.

Semoga bisa meluruskan.

bro Upasaka,

maksudnya berpindah dari fisiknya yg udah rusak.

apakah begitu (artinya berpindah) ?

Fisik jasmani terbentuk dan terurai. Demikian juga kesadaran; timbul dan tenggelam.
Namun karena nafsu keinginan dan kemelekatan masih ada, proses penerusan kehidupan akan tetap berlangsung. Dengan bentuk fisik jasmani yang baru, kesadaran yang baru, .... maka paduan ini disebut sebagai makhluk yang baru. Namun makhluk ini terlahir karena ada makhluk (orang) lalu yang pernah mati dalam keadaan masih memiliki kotoran batin. Makhluk yang baru terlahir ini bukanlah makhluk lalu itu; namun ia sebenarnya juga bukan makhuk yang lain.

Demikianlah proses ini berlangsung.

Seperti air di teko yang menguap menjadi uap air, dan kelak mengembun kembali menjadi air. Air embun itu bukanlah air di teko; namun air embun itu bukan air yang lain juga dari air di teko itu.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #234 on: 29 September 2009, 09:20:01 AM »
Thanks bro Upasaka atas penjelasannya.
(masalah itu memang agak rumit dehhh)


Bila memiliki karma baik utk menjadi manusia di kehidupan yg akan datang,
berarti meninggalkan fisik yg rusak pada kehidupan ini adalah bukan
sesuatu yg menyedihkan ataupun DIPERTAHANKAN.

Spt Mobil baru kan naiknya lebih wueenak.

Apakah Begitu.
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #235 on: 01 October 2009, 10:28:06 AM »
Kalau yang saya baca, Buddha tidak menerimanya karena memang seorang Buddha tidak menerima makanan karena berkhotbah (seorang Bhikkhu menerima dana makanan, bukan upah dari pembabaran dhamma). Makanan itu kemudian dibuang karena semua makanan yang sudah diniati untuk diberikan kepada seorang Samma Sambuddha, tidak akan bisa dimakan oleh siapa pun (sama seperti kasus makanan yang diberikan pandai-besi Cunda khusus untuk Buddha).

tadinya mau langsung gw reply di topik ybs, tapi jadinya OOT (itu kan thread ttg "pasal menghina & avici"...

bro Kai,
untuk yang dibold itu, boleh tau alasannya?
kadang kita mempersembahkan makanan di altar Buddha (ada niat untuk dipersembahkan ke Sang Buddha) apa itujuga tidak bisa/tidak boleh dikonsumsi?

thanks

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #236 on: 01 October 2009, 01:06:18 PM »
Kalau yang saya baca, Buddha tidak menerimanya karena memang seorang Buddha tidak menerima makanan karena berkhotbah (seorang Bhikkhu menerima dana makanan, bukan upah dari pembabaran dhamma). Makanan itu kemudian dibuang karena semua makanan yang sudah diniati untuk diberikan kepada seorang Samma Sambuddha, tidak akan bisa dimakan oleh siapa pun (sama seperti kasus makanan yang diberikan pandai-besi Cunda khusus untuk Buddha).

tadinya mau langsung gw reply di topik ybs, tapi jadinya OOT (itu kan thread ttg "pasal menghina & avici"...

bro Kai,
untuk yang dibold itu, boleh tau alasannya?
kadang kita mempersembahkan makanan di altar Buddha (ada niat untuk dipersembahkan ke Sang Buddha) apa itujuga tidak bisa/tidak boleh dikonsumsi?

thanks

Kalau menurut saya, itu berbeda. Makanan yang ditaruh di altar hanyalah sebagai simbol. Kita tahu bahwa Buddha sudah Parinibbana dan tidak akan makan makanan tersebut. Itu hanya merupakan sebuah penghormatan saja. Konon kalau makanan sudah ditetapkan untuk dimakan oleh Buddha, para deva menambahkan makanan deva ke dalam makanan tersebut. Makanan kasar dimakan oleh manusia, tetapi tidak bisa dimakan deva; sebaliknya makanan halus deva tidak bisa dimakan oleh manusia. Campuran keduanya hanya bisa dimakan oleh seorang Samma Sambuddha.

« Last Edit: 01 October 2009, 01:17:32 PM by Kainyn_Kutho »

Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #237 on: 01 October 2009, 01:12:56 PM »
Kalau yang saya baca, Buddha tidak menerimanya karena memang seorang Buddha tidak menerima makanan karena berkhotbah (seorang Bhikkhu menerima dana makanan, bukan upah dari pembabaran dhamma). Makanan itu kemudian dibuang karena semua makanan yang sudah diniati untuk diberikan kepada seorang Samma Sambuddha, tidak akan bisa dimakan oleh siapa pun (sama seperti kasus makanan yang diberikan pandai-besi Cunda khusus untuk Buddha).

tadinya mau langsung gw reply di topik ybs, tapi jadinya OOT (itu kan thread ttg "pasal menghina & avici"...

bro Kai,
untuk yang dibold itu, boleh tau alasannya?
kadang kita mempersembahkan makanan di altar Buddha (ada niat untuk dipersembahkan ke Sang Buddha) apa itujuga tidak bisa/tidak boleh dikonsumsi?

thanks

Kalau menurut saya, itu berbeda. Makanan yang ditaruh di altar hanyalah sebagai simbol. Kita tahu bahwa Buddha sudah Parinibbana dan tidak akan makan makanan tersebut. Itu hanya merupakan sebuah penghormatan saja. Konon kalau makanan sudah ditetapkan untuk dimakan oleh Buddha, para deva menambahkan makanan deva ke dalam makanan tersebut. Makanan kasar dimakan oleh manusia, tetapi tidak bisa dimakan deva; sebaliknya makanan halus deva tidak bisa dimakan oleh manusia. Campuran keduanya hanya bisa bisa dimakan oleh seorang Samma Sambuddha.


Ooo.. itu toh alasannya.... gw baru tau tuh....
Thanks.. :)
_/\_

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #238 on: 01 October 2009, 01:38:01 PM »
Thanks bro Upasaka atas penjelasannya.
(masalah itu memang agak rumit dehhh)


Bila memiliki karma baik utk menjadi manusia di kehidupan yg akan datang,
berarti meninggalkan fisik yg rusak pada kehidupan ini adalah bukan
sesuatu yg menyedihkan ataupun DIPERTAHANKAN.

Spt Mobil baru kan naiknya lebih wueenak.

Apakah Begitu.

yg pasti, sebelum meninggal nanti, mari kita berharap bahwa jika kita nanti terlahir sebagai mahluk apapun, semoga kita bisa menjadi mahluk yg lebih bijaksana, yg tetap bisa menjalankan buddha dhamma

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #239 on: 01 October 2009, 02:28:08 PM »
Thanks bro Upasaka atas penjelasannya.
(masalah itu memang agak rumit dehhh)


Bila memiliki karma baik utk menjadi manusia di kehidupan yg akan datang,
berarti meninggalkan fisik yg rusak pada kehidupan ini adalah bukan
sesuatu yg menyedihkan ataupun DIPERTAHANKAN.

Spt Mobil baru kan naiknya lebih wueenak.

Apakah Begitu.

yg pasti, sebelum meninggal nanti, mari kita berharap bahwa jika kita nanti terlahir sebagai mahluk apapun, semoga kita bisa menjadi mahluk yg lebih bijaksana, yg tetap bisa menjalankan buddha dhamma

bro kebetulan jawab bro persis seperti pandita Abhidhamma. :)
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya