//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Dhammadayada Sutta vs Jalan Tengah  (Read 7831 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Choa

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 412
  • Reputasi: -12
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Dhammadayada Sutta vs Jalan Tengah
« Reply #15 on: 22 March 2012, 09:33:45 PM »
Dalam Dhammadayada Sutta (MN 3) dikatakan:

3. “Sekarang, para bhikkhu, misalkan aku telah makan, menolak makanan tambahan, sudah kenyang, selesai, sudah cukup, telah memakan apa yang Kubutuhkan, dan ada makanan tersisa dan akan dibuang. Kemudian dua orang bhikkhu tiba [13] lapar dan lemah, dan Aku berkata kepada mereka: ‘Para bhikkhu, aku telah makan … telah memakan apa yang Kubutuhkan, tetapi masih ada makanan tersisa dan akan dibuang. Makanlah jika kalian menginginkan; jika kalian tidak memakannya maka Aku akan membuangnya ke mana tidak ada tumbuh-tumbuhan atau membuangnya ke air di mana tidak ada kehidupan.’ Kemudian seorang bhikkhu berpikir: ‘Sang Bhagavā telah makan … telah memakan apa yang Beliau butuhkan, tetapi masih ada makanan Sang Bhagavā yang tersisa dan akan dibuang; jika kami tidak memakannya maka Sang Bhagavā akan membuangnya … Tetapi hal ini telah dikatakan oleh Sang Bhagavā: “Para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi.” Sekarang, makanan ini adalah salah satu benda materi. Bagaimana jika seandainya tanpa memakan makanan ini aku melewatkan malam dan hari ini dalam keadaan lapar dan lemah.’  Dan tanpa memakan makanan itu ia melewatkan malam dan hari itu dalam keadaan lapar dan lemah. Kemudian bhikkhu ke dua berpikir: ‘Sang Bhagavā telah makan … telah memakan apa yang Beliau butuhkan, tetapi masih ada makanan Sang Bhagavā yang tersisa dan akan dibuang … Bagaimana jika seandainya aku memakan makanan ini dan melewatkan malam dan hari ini tanpa merasa lapar dan lemah. Dan setelah memakan makanan itu ia melewatkan malam dan hari itu tanpa  merasa lapar dan lemah. Sekarang walaupun bhikkhu itu dengan memakan makanan itu melewatkan malam dan hari itu tanpa merasa lapar dan lemah, namun bhikkhu pertama lebih terhormat dan dipuji olehKu. Mengapakah? Karena hal itu dalam waktu lama akan berdampak pada keinginannya yang sedikit, kepuasan, pemurnian, kemudahan dalam disokong, dan membangkitkan kegigihannya.  Oleh karena itu, para bhikkhu, jadilah pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi. Demi belas kasihKu kepada kalian Aku berpikir: ‘Bagaimanakah agar para siswaKu dapat menjadi pewarisKu dalam Dhamma, bukan pewarisKu dalam benda-benda materi?’”
[Sumber: http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=17327.0]

Walaupun dikatakan bahwa ini dpt berdampak pada sedikit keinginan, kepuasan, pemurnian, kemudahan dalam disokong, dan membangkitkan kegigihannya, tetapi bukankah tindakan bhikkhu pertama yg tdk memakan makanan sisa dari Sang Buddha seakan2 penyiksaan diri? Dlm kotbah pertama Beliau, Dhammacakkappavattana Sutta, diajarkan ttg Jalan Tengah utk menghindari 2 ekstrem, yaitu pemuasan kesenangan indera yang rendah dan penyiksaan diri yang menyakitkan. Bukankah tindakan bhikkhu pertama ini merupakan penyiksaan diri yg termasuk salah satu ekstrem yg harus dihindari?

Ditambah lagi dlm Ovada Patimokkha (Dhammapada 185) dikatakan:

Tidak menghina, tidak menyakiti,
dapat mengendalikan diri sesuai dengan peraturan,
memiliki sikap madya dalam hal makan,
berdiam di tempat yang sunyi serta
giat mengembangkan batin nan luhur;
inilah ajaran para Buddha.

Jika demikian, sepertinya terlalu ekstrem Sang Buddha menyarankan para siswa-Nya menjadi pewaris-Nya dlm Dhamma dg tdk makan makanan sisa sekalipun utk mempertahankan kehidupan mereka. Ini sepertinya bukan sifat Sang Buddha yg mengajarkan Jalan Tengah....

Bagaimana pendapat teman2 se-Dhamma?

kontek objekya "bhikkhu" dan spesifik
amat susah mengeneralkan satu situasi yang menhasilkan sutta dapat di terapkan
pada umat awam dan kondisi kekinian

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Dhammadayada Sutta vs Jalan Tengah
« Reply #16 on: 22 March 2012, 10:47:36 PM »
kontek objekya "bhikkhu" dan spesifik
amat susah mengeneralkan satu situasi yang menhasilkan sutta dapat di terapkan
pada umat awam dan kondisi kekinian
sepertinya konteksnya memang bhikkhu sedari awal
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

 

anything