//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Bersua Dengan Dua Sesepuh Dharma  (Read 1977 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Bersua Dengan Dua Sesepuh Dharma
« on: 13 December 2008, 03:25:43 PM »
Bersua Dengan Dua Sesepuh Dharma
Oleh : Master Shengyen dari Dharma Drum
Sumber:  Majalah Fagu (Dharma Drum) No. 133  1/1/2001. Edisi ke-5
 
  Saat mengunjungi Singapura, awalnya tidak ada rencana untuk mengunjungi berbagai vihara. Alasannya ada 2: Pertama, tidak ingin mengganggu mereka. Sikap umat Buddha di Singapura cukup hangat. Bila ada tamu dari tempat jauh datang berkunjung, mereka pasti akan mentraktir makan, memberi persembahan hadiah. 17 tahun yang lalu [saya] sudah mengalami pengalaman seperti itu. Alasan Kedua, kondisi kesehatan saya sungguh sangat lemah. Tidak baik dengan terlalu banyak kegiatan. Bukan hanya naik kendaraan, bahkan dalam berbincang-bincang saja sudah cukup melelahkan.

  Akan tetapi, ada dua orang sesepuh yang tidak boleh tidak saya kunjungi. Pertama adalah Sesepuh Longgen, yg sekarang menjabat sebagai Ketua Lembaga Pusat Agama Buddha. Beliau adalah rekan sekampung saya di Jiangsu, semenjak awal datang ke Taiwan melalui Hongkong. Beliau juga sering mengunjungi guru saya Master Dongchu di Lembaga Kebudayaan Agama Buddha Tionghoa. Ketika Beliau sebagai Editor di majalah HaoCaoYin, saya juga menjadi salah satu penulisnya, sehingga hubungan kami cukup dalam.  Khususnya pada penyelenggaraan acara besar ceramah dharma kali ini yang pada awalnya sudah ditetapkan pelaksaanannya oleh lembaga pusat agama buddha, maka sepatutnya saya harus mengunjunginya sbg tanda permohonan maaf. 

Tokoh kedua adalah Master Chinkung, beliau adalah kakak seperguruan saya saat upacara penerimaan Sila.  Meskipun beliau mengedepankan tradisi Pureland dan saya mengedepankan teknik Chan, dari pemahaman dharma kami berdua terdapat apa yang kami titik beratkan, namun saya selalu sangat respek pada beliau, karena beliau benar-benar seorang tabib dharma masa kini. Pertama-tama beliau di Taiwan mendirikan Perpustakaan Huazang dan Pusat Ceramah Huazang, serta Yayasan Pendidikan Agama Buddha. Kemudian mendirikan Lembaga Studi Tradisi Pureland (Di Indonesia disebut Yayasan Buddha Amitabha) di berbagai penjuru dunia. Di China daratan, Beliau menggunakan segenap kemampuan untuk menyebar luaskan tradisi Pureland. Menurut perkiraan, terdapat beberapa juta orang memperoleh bimbingannya. Dalam Empat tahun terakhir beliau menetap di Singapura. Di Singpura beliau terus menerus mencetak kader-kader penceramah dharma. Oleh karena itu, saya patut mengunjunginya. Khususnya pada saat saya mempraktikkan retret penyepian, beliau membantu menemukan secara lengkap naskah tentang  “33 kumpulan ajaran Vinaya dari Master Hongyi” sebagai bahan penelitian kepada saya. Ini merupakan rasa terima kasih saya seumur hidup. Sekarang ini beliau sedang memberi ceramah tentang “Avatamsaka Sutra” kepada 10 pemuda dari China daratan. Pemuda-pemuda ini merupakan penanggung jawab berbagai lembaga studi agama Buddha di China daratan. Ini menandakan bahwa pengaruh ajaran dari beliau pada masa mendatang sungguh tak terbayangkan. Pada saat yang sama, melalui teknologi modern seperti internet, nasihat-nasihat beliau yang terkumpul dalam berbagai ceramah telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Berdasarkan penuturan beliau sendiri, orang yang mengunjungi websitenya setiap hari mencapai lebih dari 50.000 kali. Dari cara kemampuan dia dalam mengembangkan agama Buddha inilah yang membuat saya merasa kagum dan respek padanya.       

  Dengan demikian, pada tanggal 20 April di waktu pagi hari, saya secara terpisah mengunjungi Sesepuh Longgen di Ruang ceramah Lingfeng, kemudian kakak seperguruan ,Master Chinkung, di Yayasan Buddha Amitabha. Kakak Long sudah berusia di atas 80 tahun, janggut dan alisnya telah memutih, namun kehangatannya saat menyambut tamu tidak berkurang sedikit pun seperti semasa muda. Tetua Chinkung juga telah berusia 73 tahun, tapi masih terlihat seperti umur 50an saja. Ketika melihat beliau , saya merasa sangat bergembira.

  Meskipun saya tidak mengunjungi vihara-vihara lain, namun dalam penyelenggaran acara akbar ceramah dharma dalam dua malam ini, para bhiksu dan bhiksuni yang datang sebanyak lebih dari 50 orang. Kabarnya ini adalah hal yang jarang terjadi di Singapura.  Selain Sesepuh Longgen yang datang pada hari pertama dan mendengar ceramah dari awal sampai akhir, masih terdapat juga bhiksu Guangpin, Houzong, Fakun, juga Manke dari FoguangShan, Huiqi dari Buddha Tzuchi. Semuanya dengan sikap hangat ikut berpartisipasi, dan ada pula  yang memberi persembahan hadiah kepada saya. 

Pada tahun 1982, saat pertama kali mengunjungi Singapura, para sesepuh bhiksu bhiksuni yang saya temui, sebagian besar telah meninggal. Lalu saya sendiri juga semakin tua!. Namun saat melihat begitu banyak bhiksu dan bhiksuni muda, ini dapat diprediksikan bahwa pengembangan agama Buddha di Singapura tidak hanya sudah ada generasi penerus, malah akan lebih baik dari sebelumnya.