Ini saya copas dari Milis tetangga, silakan mendiskusikannya
Dear all,
Adakah Agama Buddha yang murni? Atau adakah agama yang benar2 murni di muka bumi ini?
Agama mana yang berani mengklaim dirinya murni, tidak terkontaminasi sejak awal didirikan hingga sekarang?
Bagaimana kita yang hidup di ruang yang terpisah serta waktu yang terpisah ribuan tahun dengan para pendiri agama-agama tersebut dapat memastikan keaslian agama-agama itu?
Percaya begitu saja?
Telan mentah2?
Oh...karena demikianlah kata para pemuka agama kita?
Untuk agama Buddha sendiri, kita harus berani secara jujur mengatakan, "Tidak Ada!"
Agama Buddha itu tidak monolitik, tidak tunggal. Ada beragam agama Buddha, bahkan di dalam sekte yang dikatakan sama sekalipun.
Persepsi tentang agama Buddha sendiri pun berbeda-beda tergantung kita bicara dgn siapa.
Lantas apakah dgn demikian keyakinan kita terhadap agama Buddha langsung goyah, terguncang, dan ambruk total?
Bisa ya bisa tidak. Bagi sementara orang yang tidak mau berpikir, kemungkinan besar jawabannya adalah iya! Tapi bagi yg mau berpikir, kondisi ini justru akan semakin menguatkan fondasi keyakinan/saddha kita.
Buat apa berdiri di atas fondasi yang rapuh, jika tokh pada beberapa tahun mendatang fondasi rapuh itu akan dihancurkan oleh perkembangan mutakhir?
Kenapa tidak sekalian dihancurkan fondasi rapuh yang keliru itu dan membangun fondasi benar yang lebih kokoh?
Saya akan sharing sedikit intisari dialog kami dgn Bhante Mettanando selama 3 hari bersama. Semoga wawancara eksklusif dgn beliau dapat diterbitkan di kemudian hari.
1. Dalam studi bidang agama ada 3 hal yang dipelajari yaitu:
-Studi tentang kitab suci
-Etika sosial
-Perbandingan agama.
2.
Tidak ada agama Buddha yang murni. Klaim Theravada bahwa sektenya adalah yang paling murni tidaklah benar. Dan ini bisa dibuktikan oleh pengkajian mutakhir oleh para scholar. Bhante Mettanando sendiri pada tahun 2002 menerbitkan 1 buku berjudul "After the Buddha" dalam bahasa Thai yang telah mengguncang sendi2 agama Buddha di sana. Edisi bahasa Inggris akan diterbitkan setelah selesai diedit.
Buku ini berisi banyak kajian yang akan mengguncang kepercayaan yang selama ini telah ditanamkan ke dalam diri kita dan kita telan bulet2 tanpa melalui perenungan dan pengkajian. Misalnya tentang manipulasi pada konsili pertama.
3.
Agama Buddha tidak pernah terpecah. Yang ada hanyalah interpolasi atau penyisipan. Maksudnya orang Mahayana akan bilang sama yang Theravada, "Apa yang kamu tahu kami tahu, tapi apa kami tahu anda tidak tahu." Begitu juga dgn orang Vajrayana pada orang Mahayana.
4.
Sekarang sedang dilakukan penggalian untuk menemukan semangat atau bahkan ajaran awal Buddha. Dan menurut Bhante Mettanando, untuk mengetahui ajaran awal Buddha yang harus dilakukan adalah membedah Tripitaka atau kitab-kitab agama Buddha yang ada di Tiongkok karena Buddhis2 Tiongkok dulu pergi ke India dan mereka membawa pulang dan menerjemahkan bahan Buddhis apa saja yang bisa mereka temukan. Jadi catatan yang paling lengkap adalah yang ada di dalam perpustakaan Buddhis Tiongkok. Bhante Mettanando sendiri merasa dia harus belajar bahasa mandarin kuno sekitar 5 tahun untuk menyiapkan dirinya mengkaji kitab2 itu.
Bhante Mettanando mengatakan dia akan terus berjuang untuk menggali ajaran Buddha awal walaupun ini berarti dia harus menanggung resiko pribadi yang sangat luar biasa besar karena ini akan dapat menyelamatkan ratusan juta Buddhis Asia (yang berdiri di atas fondasi keliru yang rapuh). Buddhis Barat jangan dikhawatirkan, mereka jauh-jauh lebih canggih daripada Buddhis2 Asia, dalam pengertian mereka lebih terdidik, lebih banyak baca, tidak terjebak pada ritual dan upacara, mereka meditasi, dan mereka berusaha menerjemahkan agama Buddha kontekstual. Beberapa tahun ke depan agama Buddha Barat akan siap! Tapi, tentu juga ada sisi negatifnya. Terlalu panjang untuk dibahas di sini.
5. Buddhis Indonesia berada dalam posisi yang sangat baik (ini sejalan dgn analisis pribadi saya) karena warisan kebesaran Buddhis tempo dulu dan agama Buddha yang sekarang belum kuat dan mengakar sehingga sangat memungkinkan untuk menciptakan sesuatu yang baru dalam artian berusaha lebih mendekati semangat ajaran awal Buddha, bukan menelan mentah2 agama Buddha import dari Thailand, Sri Lanka, Myanmar, Tibet, Taiwan, Tiongkok, Jepang, Barat, dsbnya melainkan pada akhirnya melahirkan AGAMA BUDDHA INDONESIA.
6. Secara pribadi saya tanya pada Bhante, "Apakah alam semesta open ended (terbuka) atau close ended (tertutup). Beliau jawab, "Open ended." Saya juga meyakini itu. Ini berarti kita dapat membentuk masa yang akan datang, bukan menjadi wayang-wayang yang pasif menerima takdir sebuah skenario yang sudah pasti, baik dari Penguasa Adi Kuasa ataupun skenario Buddha Tiga Masa atau jaman Kaliyuga atau Mofa.
Sebagai penutup, saya akan tampilkan Book Review atau ulasan singkat dari buku2 berikut dalam posting yang terpisah untuk sekadar menambah wawasan kita.
1. Buddhism Transformed: Religious Change in Sri Lanka. By Richard Gombrich and Gananath Obeyesekere. Princeton, New Jersey: Princeton University Press, 1988. Pp. xvi + 484. $49.50.
2. The Awakening of the West: The Encounter of Buddhism and Western Culture. By Stephen Batchelor. London: Aquarian, 1994, xvi, 416 pages, ISBN 0-938077-69-4 (paper), $ 18.00, 0-938077-68-6 (cloth), $ 30.00
3. Engaged Buddhism: Buddhist Liberation Movements in Asia. Edited By Christopher S. Queen and Sallie B. King. New York: State University of New York, 1996, xii + 446 pages, ISBN 0-7914-2844-3, $24.95
4. Engaged Buddhism in the West. Edited By Christopher S. Queen. Boston: Wisdom Publishing, 2000, 544 pages, ISBN: 0�8617�1159�9, US $24.95
5. THE NEW BUDDHISM: The Western Transformation of An Ancient Tradition. By James William Coleman. Oxford University Press (New York). 265 pp. $25.00
6. A Modern Buddhist Bible: Essential Readings from East and West. Edited by Donald S. Lopez, Jr. Boston, MA: Beacon Press, 2003. xli + 266 pages. Paperback. ISBN 0807012432.
Semoga bermanfaat.
Anumodana
Let us try to be mindful
Salam Perjuangan
JL