//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 589333 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1185 on: 03 February 2012, 12:43:30 PM »
Sebatas yang kita bisa lakukan dan sebatas mereka juga mau menerima. Betul, seperti ada waktunya, tapi sebetulnya bukan nasib, hanya kondisi yang 'matang' saja. Kadang dari diri sudah siap, tapi lingkungan tidak mendukung, kadang sebaliknya.

om kutho sudah siap untuk menerima apapun yang terjadi dalam kehidupan om kutho? ;D

Quote
Wahyu itu semacam pengetahuan yang diberikan oleh Tuhan.

oh ;D. bagaimana caranya om kutho melepas bayang-bayang tuhan dari keyakinan om kutho sebelumnya? ;D
apakah om kutho hanya menganggap tuhan sama seperti dewa-dewa lainnya? ;D atau lainnya? ;D

Quote
Karena sampai sekarang pun secara teori saya tidak menemukan 'jati diri'. Saya punya pertanyaan dulu, sebetulnya jiwa kita itu yang mana? Waktu kecil sama sudah dewasa sama atau tidak? Jika sama, seharusnya semua masuk sorga sebab dikatakan anak kecil belum mengenal dosa (atau di ajaran tertentu lainnya, anak kecil diselamatkan dan masuk ke dalam surga minor, dan lain-lain). Jika jiwa tidak sama, berarti berubah-ubah. Kalau berubah-ubah, berarti seseorang memang punya kesempatan berubah, mengapa diciptakan neraka yang kekal? Bukankah ada jiwa bodoh bisa belajar jadi jiwa pintar, jiwa jahat belajar jadi jiwa baik, dst. Nah, pertanyaan saya ini tidak ada yang bisa jawab, dan ketika kenal 'anatta', tentu saya merasa cocok.

Dulu saya 'mengembara' sekitar 9 tahun, mencari jawaban debat sana-sini (bukan untuk menang, tapi untuk cari jawaban, karena toh saya sendiri tidak beragama waktu itu). Setelah lewat waktu itu, saya sudah menyerah dan mengatakan semua agama tidak ada yang mampu memuaskan pertanyaan saya dan saya tidak cari-cari lagi. Belakangan tidak sengaja ketemu Ajaran Buddha dan ternyata bisa 'nyambung', maka saya semangat belajar lagi.

hm... mengembara selama 9 tahun dan mempelajari agama buddha selama 5 tahun jadi jumlahnya 14 tahun ;D.
apakah om kutho kira-kira seumuran sama om indra? ;D

Quote
Walau hal seperti itu tidak bisa dibuktikan sendiri, tapi ada alasan untuk percaya. Misalnya ada orang yang memang kita kenal dengan baik, bukan penipu, kalau dia bicara, perkataannya bisa dipertimbangkan sebagai benar, walaupun belum dipastikan. Saya tidak bisa melihat dalam artian 'senantiasa melihat' atau 'bisa melihat jika saya mengarahkan pikiran', namun kalau dibilang pernah, ya, dari dulu walaupun sangat jarang, saya kadang2 melihat.

;D. apa yang om kutho lakukan ketika kebetulan melihat? ;D apakah pernah diganggu? ;D

Quote
Lebih cocok disebut 'takut akan perbuatan jahat' ketimbang 'sabar' sih. ;D

oh hehehe.. ;D.

Quote
Haha nggak lah. Lagipula saya hanya tahu dasar2nya aja.

wah baru dasar-dasarnya aja udah bisa melepaskan tulang, jadi ngeri nih, rasa-rasanya bisa lebih dari itu deh :)).

Quote
Bukan situasinya yang diubah, karena kita sulit mengubah dunia. Yang perlu adalah memiliki kesiapan dalam situasi apapun. Kalau kita tidak membantu karena mencari alasan, itu jadi masalah internal. Kita boleh memperhatikan bathin kita apakah tidak membantu karena situasi tidak memungkinkan, atau niat baik itu memang ternodai oleh hal lain seperti kekikiran, kemalasan, dll.

apa kriteria om kutho dalam membantu orang lain? ;D

Quote
Contohnya seperti apa?
Kalau saya biasanya enggan memaksakan sesuatu ke orang lain.

oh baiklah ;D.

Quote
Semuanya. Bahkan kadang cerita di satu kitab bisa berbeda dengan kitab lainnya. Contohnya tentang Mahamoggallana dibunuh dengan kejam karena di masa lalu pernah berbuat jahat pada orang tuanya. Di satu kitab dibilang ia membunuh orang tuanya, di kitab lain bilang ia tidak sampai membunuh orang tuanya karena terharu ketika orang tuanya yang sedang terancam itu masih memikirkan dirinya. Jadi apapun yang ada di Tipitaka, tidak perlu dipercaya pasti demikian kejadiannya, ambil saja moral yang dikandung di sana.

oh begitu ;D.

Quote
Betulkah? Di mana kira2?

hah? dimana? ;D sepertinya kemarin saya bilang belum pernah ketemu deh :P.

Quote
;D Saya beruntung keluarga saya orang sekuler, percaya Tuhan saja, tapi tidak cenderung ke agama manapun. Jadi saya mau belajar apapun tidak masalah. Sedangkan keluarga besar juga plural, sudah terbiasa dengan perbedaan agama.

oh begitu ;D.

Quote
... dan untuk bertanya, jika ada kesempatan.

;D.

Quote
Sama saja maksudnya penjual untuk mendapatkan untung, terlepas dari barang dagangannya.
Uang atau barter sebetulnya sama saja kok. Mungkin yang harus diubah adalah sistem ekonomi-nya saja. Tapi karena saya tidak begitu paham juga, jadi tidak berani komentar deh.

oh baiklah ;D.

Quote
Tidak juga.

;D.

Quote
;D Masa2 sulit saja.

hm.. ;D.

Quote
Tertarik, tapi sepertinya belum mampu saja.

kenapa merasa belom mampu? ;D
apakah menurut om kutho harus menunggu mampu dulu? ;D
bagaimana caranya agar kita bisa menjadi mampu? ;D

Quote
Gampangnya karena itu bukan rumah saya, jadi saya tidak bisa memastikan.

oh gitu toh :P.

Quote
Coba dipinggirkan dulu saja. Kalau bisa ditolong yah ditolong, biasa penduduk sekitar (yang saya lihat) cukup peduli sih. Kalau misalnya di jalan tol, yah tentu tidak bisa apa2, paling2 bisa dilaporkan ke petugas.

;D.

Quote
Kalau untuk ritual, ga semuanya perlu ditinggalkan. Kalau tidak melanggar atau terlalu merepotkan, jalani saja, anggap sebagai pelestarian tradisi/budaya. Kalau 'sumpah', itu bukan ritual karena jika diniati, memang punya kekuatan. Jadi memang sebaiknya tidak bersumpah kalau tidak yakin.

bukannya ritual juga kalo diniati ada kekuatannya juga? ;D apa yang menjadi kekuatan dari sumpah-sumpah seperti itu? ;D *bukan sumpah secara hukum ;D.

Quote
Memang begitu. Maka walaupun kita tidak suka dengan dunia, mau tidak mau kita menyesuaikan diri juga. Tidak perlu menolak dengan sikap ekstrem. Sesuaikan saja, tapi tetap hidup sesuai prinsip kita. Kita kerja di gedung mewah, yah tetap harus ikut pakai baju rapih, bukan ekstrem pakai kaos + jeans. Tapi kerja di gedung mewah bukan berarti kemudian kita juga harus hidup secara mewah dan boros sumber daya, atau menjadi sombong.

;D.
om kutho pernah membaca kalo akhir-akhir ini eropa timur sedang dilanda cuaca dingin yang ekstrim yang menyebabkan banyak kematian dan ditambah lagi pasokan gas dari rusia terhenti? ;D manakah yang lebih baik antara menyupai sumberdaya yang besar untuk sebuah gedung atau untuk seluruh rakyatnya? ;D

Quote
Beri pengertian saja ke mereka. Kalau tidak bisa juga, saya biasa pakai jurus mengangguk2 saja.

hahaha... mengangguk-angguk tapi kalo ngak ditepati bisa musavada dong? :P
« Last Edit: 03 February 2012, 12:52:45 PM by bawel »

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1186 on: 03 February 2012, 12:45:20 PM »
emosi dalam hal ini adalah sedih, marah, kaget, malu dan panik tentu ada emosi yang lain.

pertanyaan nya bagaimana melakukan control  terhadap rasa kaget?

Offline will_i_am

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.163
  • Reputasi: 155
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1187 on: 03 February 2012, 12:56:43 PM »
Quote
Apakah om kutho kira-kira seumuran om indra?
;D
Emang tau umur om indra berapa?? ;D
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1188 on: 04 February 2012, 02:53:02 PM »
om kutho sudah siap untuk menerima apapun yang terjadi dalam kehidupan om kutho? ;D
Saya bukan orang yang serba bisa, serba tahu, dan serba ini-itu, jadi belum tentu siap menghadapi apapun yang terjadi dalam hidup. Namun kalau memang sudah terjadi, yah mau gimana lagi, hadapi saja dengan kemampuan yang ada. ;D

Quote
oh ;D. bagaimana caranya om kutho melepas bayang-bayang tuhan dari keyakinan om kutho sebelumnya? ;D
apakah om kutho hanya menganggap tuhan sama seperti dewa-dewa lainnya? ;D atau lainnya? ;D
Tidak susah karena dari dulu saya tidak yakin. Dulu sekali, suatu waktu saya sedang berpikir tentang kerendahan hati, lalu berpikir saya tidak butuh pujaan atau disembah2. Sesuatu yang saya idolakan, yang saya teladani, haruslah sosok yang lebih rendah hati dari saya, yang sama sekali tidak goyah oleh pujaan/sembahan. 

Quote
hm... mengembara selama 9 tahun dan mempelajari agama buddha selama 5 tahun jadi jumlahnya 14 tahun ;D.
apakah om kutho kira-kira seumuran sama om indra? ;D
Ya, saya seumuran sama Om Indra.

Spoiler: ShowHide
Ini demi menyenangkan Om Indra. ;D


Quote
;D. apa yang om kutho lakukan ketika kebetulan melihat? ;D apakah pernah diganggu? ;D
Ya, tidak melakukan apa-apa. Mereka juga tidak mengganggu saya.

Quote
wah baru dasar-dasarnya aja udah bisa melepaskan tulang, jadi ngeri nih, rasa-rasanya bisa lebih dari itu deh :)).
Salah, justru bela diri tingkat rendah itu yang menghancurkan. Makin tinggi, makin bisa menguasai lawan tanpa perlu menyakiti. Menghancurkan orang itu gampang, contohnya tembak aja pakai beceng. Tapi mengalahkan, menundukkan, dan menguasai tanpa melukai atau mencederai lawan, itu sangat sulit sekali.

Quote
apa kriteria om kutho dalam membantu orang lain? ;D
Tidak pakai kriteria sih. Kalau saya merasa dia perlu dibantu, saya bisa bantu, yah lakukan saja.

Quote
hah? dimana? ;D sepertinya kemarin saya bilang belum pernah ketemu deh :P.
Wah, menjebak nih... ;D

Quote
kenapa merasa belom mampu? ;D
apakah menurut om kutho harus menunggu mampu dulu? ;D
bagaimana caranya agar kita bisa menjadi mampu? ;D
Bukan merasa sih, tapi memang tahu bahwa saya belum mampu. Jika kita memang mau menjalani pertapaan, maka sebaiknya kehidupan kita sendiri bermanfaat bagi kita, yaitu bukannya membuat kita merasa terkekang, tapi justru merasa terfasilitasi untuk berlatih; di samping itu juga, bermanfaat bagi orang lain, yaitu dengan melihat kesempurnaan moralitas dan tingkah laku kita, maka orang lain pun terinspirasi dan keyakinannya menguat. Karena saya belum memenuhi keduanya, maka saya tahu diri.

Caranya agar mampu, yah tentu dengan berlatih 'kecil-kecilan'. Tidak menghindari sepenuhnya kenikmatan indriah, tapi dibatasi sedikit2, seperti mulai dari uposatha (sebulan 2x), kalau sudah biasa, ditambah lagi lebih sering, sampai bisa sepenuhnya melepas.

Quote
bukannya ritual juga kalo diniati ada kekuatannya juga? ;D apa yang menjadi kekuatan dari sumpah-sumpah seperti itu? ;D *bukan sumpah secara hukum ;D.
Jika kita tidak meniati satu 'sumpah', maka tidak ada kekuatannya. Tetapi kalau kita berbohong (yang berkenaan dengan sumpah tersebut) itu beda soal lagi. Yang menjadi kekuatan sumpah adalah pikiran kita sendiri, dari kebenaran yang diucapkan, niat, dan konsentrasinya.

Quote
om kutho pernah membaca kalo akhir-akhir ini eropa timur sedang dilanda cuaca dingin yang ekstrim yang menyebabkan banyak kematian dan ditambah lagi pasokan gas dari rusia terhenti? ;D manakah yang lebih baik antara menyupai sumberdaya yang besar untuk sebuah gedung atau untuk seluruh rakyatnya? ;D
Tergantung apakah sebuah gedung itu bisa lebih bermanfaat bagi seluruh rakyatnya atau tidak. Kita tidak bisa melihat hanya dari luarnya saja.

Quote
hahaha... mengangguk-angguk tapi kalo ngak ditepati bisa musavada dong? :P
Saya ga bilang akan menepati/mengikuti anjuran mereka, saya hanya mengangguk untuk menyatakan "ya, saya tidak akan menentang egomu dengan kata-kata lagi." ;D Pada hakikatnya, orang dewasa yang mandiri, bertanggung-jawab pada dirinya sendiri. Orang lain, termasuk orang-tua, sudah bukan saatnya lagi memaksa.

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1189 on: 06 February 2012, 01:17:59 PM »
Emang tau umur om indra berapa?? ;D

tahu dong ;D.dikira-kira aja pake uji karbon :)).

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1190 on: 06 February 2012, 01:37:31 PM »
tahu dong ;D.dikira-kira aja pake uji karbon :)).


Username: Indra
Posts: 10.969 (8,143 per day)
Email: indra_anggara [at] yahoo.com
Reputasi: 327
Gender: Male
Age:640

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1191 on: 06 February 2012, 01:42:17 PM »
Saya bukan orang yang serba bisa, serba tahu, dan serba ini-itu, jadi belum tentu siap menghadapi apapun yang terjadi dalam hidup. Namun kalau memang sudah terjadi, yah mau gimana lagi, hadapi saja dengan kemampuan yang ada. ;D

hm.. hebat ;D.

Quote
Tidak susah karena dari dulu saya tidak yakin. Dulu sekali, suatu waktu saya sedang berpikir tentang kerendahan hati, lalu berpikir saya tidak butuh pujaan atau disembah2. Sesuatu yang saya idolakan, yang saya teladani, haruslah sosok yang lebih rendah hati dari saya, yang sama sekali tidak goyah oleh pujaan/sembahan. 

;D.
menurut om kutho, tuhan itu termasuk 64 pandangan yang seperti di brahmajala sutta? ;D

Quote
Ya, saya seumuran sama Om Indra.

Spoiler: ShowHide
Ini demi menyenangkan Om Indra. ;D

hahaha.. artinya bukan kalo begitu ;D.
sepertinya perjalanan spiritual om kutho sudah dimulai dari usia yang cukup muda yah? ;D
apakah dimulai dari sma? atau malah kurang dari itu? ;D

Quote
Ya, tidak melakukan apa-apa. Mereka juga tidak mengganggu saya.

kalo seandainya diganggu atau malah diajak bicara, apa yang akan om kutho lakukan? ;D

Quote
Salah, justru bela diri tingkat rendah itu yang menghancurkan. Makin tinggi, makin bisa menguasai lawan tanpa perlu menyakiti. Menghancurkan orang itu gampang, contohnya tembak aja pakai beceng. Tapi mengalahkan, menundukkan, dan menguasai tanpa melukai atau mencederai lawan, itu sangat sulit sekali.

ah iya bener juga ;D.

Quote
Tidak pakai kriteria sih. Kalau saya merasa dia perlu dibantu, saya bisa bantu, yah lakukan saja.

;D.

Quote
Wah, menjebak nih... ;D

loh kok menjebak ;D. kan memang saya katakan belom ketemu sama om kutho setelah melihat fotonya ;D.
kalo sebelumnya, saya merasa mirip dengan seseorang aja ;D.

Quote
Bukan merasa sih, tapi memang tahu bahwa saya belum mampu. Jika kita memang mau menjalani pertapaan, maka sebaiknya kehidupan kita sendiri bermanfaat bagi kita, yaitu bukannya membuat kita merasa terkekang, tapi justru merasa terfasilitasi untuk berlatih; di samping itu juga, bermanfaat bagi orang lain, yaitu dengan melihat kesempurnaan moralitas dan tingkah laku kita, maka orang lain pun terinspirasi dan keyakinannya menguat. Karena saya belum memenuhi keduanya, maka saya tahu diri.

Caranya agar mampu, yah tentu dengan berlatih 'kecil-kecilan'. Tidak menghindari sepenuhnya kenikmatan indriah, tapi dibatasi sedikit2, seperti mulai dari uposatha (sebulan 2x), kalau sudah biasa, ditambah lagi lebih sering, sampai bisa sepenuhnya melepas.

kalo merasa belom mampu gitu kan artinya kita sudah menunda-nunda? ;D kenapa tidak mencoba jadi samanera dulu? ;D bukannya dulu om kutho juga pernah ikut pendidikan untuk menjadi pastur yah kalo ngak salah? ;D
masalah pasti akan terjadi dan dari situlah kita harus belajar agar kedepannya bisa lebih bermanfaat lagi ;D. jadi kenapa menunggu untuk mampu dulu? ;D

Quote
Jika kita tidak meniati satu 'sumpah', maka tidak ada kekuatannya. Tetapi kalau kita berbohong (yang berkenaan dengan sumpah tersebut) itu beda soal lagi. Yang menjadi kekuatan sumpah adalah pikiran kita sendiri, dari kebenaran yang diucapkan, niat, dan konsentrasinya.

jadi kekuatannya bukan berasal dari pocong atau tuhan? ;D
oke deh kalo begitu ;D.

Quote
Tergantung apakah sebuah gedung itu bisa lebih bermanfaat bagi seluruh rakyatnya atau tidak. Kita tidak bisa melihat hanya dari luarnya saja.

tapi nyatanya kan berbeda ;D. gedung-gedung itu kan hanya untuk kepentingan kelompok saja ;D.
tidak masalah kan kita tidak mengikuti arus yang salah dan itu bukanlah sesuatu yang ekstrim sih kalo menurut saya ;D. sang buddha sendiri tidak mengikuti arus untuk menjadi seorang raja, tapi pergi menjadi pertapa ;D.

sekalian saya pengen nanya, tentang kisah beberapa bhikkhu hm.. 5 bhikkhu kalo ngak salah, yang memutuskan memisahkan diri dari sangha kemudian menyepi di puncak gunung hingga akhirnya merealisasikan buah kesucian dan ada 1 atau 2 yang menjadi arahat kalo ngak salah ;D. itu kisahnya ada di mana yah? ;D

Quote
Saya ga bilang akan menepati/mengikuti anjuran mereka, saya hanya mengangguk untuk menyatakan "ya, saya tidak akan menentang egomu dengan kata-kata lagi." ;D Pada hakikatnya, orang dewasa yang mandiri, bertanggung-jawab pada dirinya sendiri. Orang lain, termasuk orang-tua, sudah bukan saatnya lagi memaksa.

hahaha.. ;D.

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1192 on: 06 February 2012, 01:43:27 PM »
Username: Indra
Posts: 10.969 (8,143 per day)
Email: indra_anggara [at] yahoo.com
Reputasi: 327
Gender: Male
Age:640

:)).
saya lihat yang di fb om ;D.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1193 on: 06 February 2012, 04:40:30 PM »
hm.. hebat ;D.
Kok "hebat"? Hadapi itu bukan berarti bisa punya solusinya lho... ;D Tapi yang penting hadapi aja.

Quote
menurut om kutho, tuhan itu termasuk 64 pandangan yang seperti di brahmajala sutta? ;D
Biasanya pandangan Tuhan adalah: dunia fana ini akan hancur, tapi dunia lain kekal. Ini semi-eternalisme dalam Brahmajalasutta.

Quote
sepertinya perjalanan spiritual om kutho sudah dimulai dari usia yang cukup muda yah? ;D
apakah dimulai dari sma? atau malah kurang dari itu? ;D
Ya, saya memang sejak kecil agak tertarik dengan hal-hal 'spiritual', tapi tidak terlalu intensif saja. Belakangan mulai SMP karena ada guru2 tertentu yang suka 'menyerang', membuat saya lebih senang lagi mencari lebih jauh.

Quote
kalo seandainya diganggu atau malah diajak bicara, apa yang akan om kutho lakukan? ;D
Sama saja seperti halnya dengan manusia. Kalau memang ada yang ingin dibicarakan, yah saya mendengarkan. Bisa saya bantu, saya bantu.


Quote
kalo merasa belom mampu gitu kan artinya kita sudah menunda-nunda? ;D kenapa tidak mencoba jadi samanera dulu? ;D bukannya dulu om kutho juga pernah ikut pendidikan untuk menjadi pastur yah kalo ngak salah? ;D
Sekarang kalau kita latihan angkat beban, saya bisa angkat 20 KG, lagi latih untuk bisa 30 KG. Kalau orang suruh coba angkat 100 KG dan saya menolak karena merasa belum mampu, apakah artinya 'menunda-nunda'?

Bukan pastor, tapi penginjil. Yang saya ikuti tersebut adalah pendidikan intelektual, saya tidak kesulitan sama sekali mengikutinya. Sedangkan kalau kehidupan petapa, itu adalah mengendalikan pikiran, ucapan, dan perbuatan. Itu sulit.

Quote
masalah pasti akan terjadi dan dari situlah kita harus belajar agar kedepannya bisa lebih bermanfaat lagi ;D. jadi kenapa menunggu untuk mampu dulu? ;D
Begini, bro bawel... Ada hal-hal yang jika dicoba dan gagal, risikonya tidak terlalu berimbas. Misalnya mau coba bikin tumis kangkung. Kalau keasinan, ya sudah, jadi pembelajaran. Paling rugi kangkung 2 ikat.
Tapi ada hal-hal yang jika dicoba dan gagal, imbasnya ke mana-mana. Misalnya menikah. Mau coba-coba?

Dalam hal hidup petapa ini, untuk saya sendiri, adalah termasuk yang ke dua. Jadi kalau belum cukup yakin, saya tidak mau lakukan.

Quote
tapi nyatanya kan berbeda ;D. gedung-gedung itu kan hanya untuk kepentingan kelompok saja ;D.
Mungkin begitu, tapi tetap kita tidak tahu apakah kelompok yang di gedung itu benar-benar mengusahakan kesejahteraan rakyat juga. Misalnya mereka menggunakan fasilitas yang ada untuk merealisasi perbaikan dan kemajuan untuk rakyatnya, maka bisa jadi -walaupun belum tentu- gedung itu lebih bermanfaat. Tapi kalau memang gedung itu semua hanya untuk menikmati kenyamanan, tidak peduli pada rakyat, mementingkan perut sendiri/golongan... yah tahu sendiri lah jawabannya. ;D

Quote
tidak masalah kan kita tidak mengikuti arus yang salah dan itu bukanlah sesuatu yang ekstrim sih kalo menurut saya ;D. sang buddha sendiri tidak mengikuti arus untuk menjadi seorang raja, tapi pergi menjadi pertapa ;D.
"Arus" maksudnya bagaimana? Di Jambudvipa saat itu, menjadi petapa adalah hal yang biasa kok, jadi Siddhatta tidak 'melawan arus'.

Quote
sekalian saya pengen nanya, tentang kisah beberapa bhikkhu hm.. 5 bhikkhu kalo ngak salah, yang memutuskan memisahkan diri dari sangha kemudian menyepi di puncak gunung hingga akhirnya merealisasikan buah kesucian dan ada 1 atau 2 yang menjadi arahat kalo ngak salah ;D. itu kisahnya ada di mana yah? ;D

hahaha.. ;D.
Waduh, itu saya juga tidak tahu referensinya. Mungkin ada di komentar. Jaman sasana Buddha Kassapa sudah mulai habis, banyak bhikkhu yang korup. 7 bhikkhu bertekad tidak akan turun dari bukit sebelum merealisasi Arahatta-phala. Yang tertua jadi Arahat, yang ke dua Anagami, 5 lainnya (Bahiya, Pukkusati, Dabba-Mallaputta, Kumara Kassapa, Sabhiya) mati kelaparan sebagai puthujjana. Anagami ini yang terlahir jadi Brahma Suddhavasa dan kemudian memberi tahu bahwa Bahiya bukan Arahat dan menyarankannya pergi mencari Buddha Gotama.

Offline bawel

  • Sebelumnya: Comel
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.755
  • Reputasi: 71
  • Gender: Male
  • namanya juga bawel ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1194 on: 08 February 2012, 11:41:23 AM »
Kok "hebat"? Hadapi itu bukan berarti bisa punya solusinya lho... ;D Tapi yang penting hadapi aja.

loh kan itu hebat seperti macgyver :)).

Quote
Biasanya pandangan Tuhan adalah: dunia fana ini akan hancur, tapi dunia lain kekal. Ini semi-eternalisme dalam Brahmajalasutta.

oh oke ;D.

Quote
Ya, saya memang sejak kecil agak tertarik dengan hal-hal 'spiritual', tapi tidak terlalu intensif saja. Belakangan mulai SMP karena ada guru2 tertentu yang suka 'menyerang', membuat saya lebih senang lagi mencari lebih jauh.

oh dari smp ;D. sepertinya om kutho siswa yang berprestasi yah dulu waktu sekolah? ;D

Quote
Sama saja seperti halnya dengan manusia. Kalau memang ada yang ingin dibicarakan, yah saya mendengarkan. Bisa saya bantu, saya bantu.

saya jadi pengen minta bantuan nih ;D.
boleh kah ajari saya teknik mematahkan tulang hantu? ;D
jaga-jaga aja siapa tahu suatu hari nanti ada hantu yang menyerang saya :)).

Quote
Sekarang kalau kita latihan angkat beban, saya bisa angkat 20 KG, lagi latih untuk bisa 30 KG. Kalau orang suruh coba angkat 100 KG dan saya menolak karena merasa belum mampu, apakah artinya 'menunda-nunda'?

Bukan pastor, tapi penginjil. Yang saya ikuti tersebut adalah pendidikan intelektual, saya tidak kesulitan sama sekali mengikutinya. Sedangkan kalau kehidupan petapa, itu adalah mengendalikan pikiran, ucapan, dan perbuatan. Itu sulit.

tapi dalam sangha kan tidak begitu, akan ada yang membimbing kita kan? ;D
jadi bukan masalah mampu atau tidak mampu karena itu mengacu pada masa depan, tapi ada niat atau tidak ;D.
seandainya tidak mampu pun kita bisa lepas jubah, bahkan hingga berulang kali seperti di cerita salah satu murid buddha itu yang saya tidak ingat namanya ;D.

Quote
Begini, bro bawel... Ada hal-hal yang jika dicoba dan gagal, risikonya tidak terlalu berimbas. Misalnya mau coba bikin tumis kangkung. Kalau keasinan, ya sudah, jadi pembelajaran. Paling rugi kangkung 2 ikat.
Tapi ada hal-hal yang jika dicoba dan gagal, imbasnya ke mana-mana. Misalnya menikah. Mau coba-coba?

Dalam hal hidup petapa ini, untuk saya sendiri, adalah termasuk yang ke dua. Jadi kalau belum cukup yakin, saya tidak mau lakukan.

kalo menikah sih saya ngak masalah kalo coba-coba, masalah ada tidak yang mau saya cobai :)).
yah ini terserah om kutho sendiri aja sih ;D.

Quote
Mungkin begitu, tapi tetap kita tidak tahu apakah kelompok yang di gedung itu benar-benar mengusahakan kesejahteraan rakyat juga. Misalnya mereka menggunakan fasilitas yang ada untuk merealisasi perbaikan dan kemajuan untuk rakyatnya, maka bisa jadi -walaupun belum tentu- gedung itu lebih bermanfaat. Tapi kalau memang gedung itu semua hanya untuk menikmati kenyamanan, tidak peduli pada rakyat, mementingkan perut sendiri/golongan... yah tahu sendiri lah jawabannya. ;D

yah paling tidak kita berpatokan dengan revolusi industri dimaka setelahnya pertumbuhan gedung-gedung tinggi ke atas maupun ke bawah meningkat dengan cukup pesat, apakah pertumbuhan itu membawa kebaikan bagi alam atau tidak? ;D dan lihat juga bagaimana senangnya manusia dengan pertumbuhan itu ;D.

Quote
"Arus" maksudnya bagaimana? Di Jambudvipa saat itu, menjadi petapa adalah hal yang biasa kok, jadi Siddhatta tidak 'melawan arus'.

maksud saya pangeran tidak menjadi raja yang penuh dengan kesenangan inderawi ;D.
tapi pangeran malah melawan arus kesenangan inderawi ;D.
begitu juga dengan tidak mengikuti arus perkembangan dunia saat ini karena sudah mengetahui ketidakmanfaatannya ;D.

Quote
Waduh, itu saya juga tidak tahu referensinya. Mungkin ada di komentar. Jaman sasana Buddha Kassapa sudah mulai habis, banyak bhikkhu yang korup. 7 bhikkhu bertekad tidak akan turun dari bukit sebelum merealisasi Arahatta-phala. Yang tertua jadi Arahat, yang ke dua Anagami, 5 lainnya (Bahiya, Pukkusati, Dabba-Mallaputta, Kumara Kassapa, Sabhiya) mati kelaparan sebagai puthujjana. Anagami ini yang terlahir jadi Brahma Suddhavasa dan kemudian memberi tahu bahwa Bahiya bukan Arahat dan menyarankannya pergi mencari Buddha Gotama.

oh iya saya ingat ;D.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1195 on: 09 February 2012, 11:30:33 AM »
loh kan itu hebat seperti macgyver :)).
Bedanya, MacGyver selalu berhasil, kalau saya sering gagal. ;D


Quote
oh dari smp ;D. sepertinya om kutho siswa yang berprestasi yah dulu waktu sekolah? ;D
Sangat "berprestasi"! Waktu SMU 3, saya ranking 1... dari belakang.
Saya sangat menghargai pengetahuan, tapi tidak terlalu menghargai nilai akedemik.


Quote
saya jadi pengen minta bantuan nih ;D.
boleh kah ajari saya teknik mematahkan tulang hantu? ;D
jaga-jaga aja siapa tahu suatu hari nanti ada hantu yang menyerang saya :)).
Lha, Buddha Gotama 'kan sudah memberikan 'senjata' kalau diisengin hantu: Karaniya Metta Sutta.


Quote
tapi dalam sangha kan tidak begitu, akan ada yang membimbing kita kan? ;D
jadi bukan masalah mampu atau tidak mampu karena itu mengacu pada masa depan, tapi ada niat atau tidak ;D.
seandainya tidak mampu pun kita bisa lepas jubah, bahkan hingga berulang kali seperti di cerita salah satu murid buddha itu yang saya tidak ingat namanya ;D.
Sebagai perumah-tangga pun kita juga bisa meminta bimbingan sangha atau umat lain (yang kompeten).
Nah, itu bedanya saya, bro. Kalau saya mengambil satu keputusan penting, harus 'jadi'. Jika saya mengambil keputusan menjadi petapa, 'lepas jubah' tidak ada dalam pikiran saya, kecuali kalau keadaannya memaksa. Begitu juga kalau mau menikah, 'cerai' tidak ada dalam pikiran saya, kecuali, sama juga, kalau keadaannya memaksa.

Kisah itu kalau ga salah Citta Hatthisariputta. Di masa lalu, dia menginginkan milik bhikkhu temannya, jadi menganjurkannya agar lepas jubah. Karena hal tersebut, maka dia tidak bisa bertahan lama di dalam Sangha. Terakhir dia jadi perumah-tangga, melihat istrinya yang lagi hamil, tidur dan air liurnya menetes, lalu dia jadi enggan dan kemudian pergi ke vihara. Di tengah jalan, sambil merenung, ia menjadi Sotapanna, dan setelah memaksa ditahbiskan yang ke tujuh kali, ia tidak pernah kembali lagi ke kehidupan perumah-tangga.

Quote
kalo menikah sih saya ngak masalah kalo coba-coba, masalah ada tidak yang mau saya cobai :)).
Coba tanya aja cewek2 di sini, ada yang mau 'test nikah' ato nggak. ;D

Quote
yah paling tidak kita berpatokan dengan revolusi industri dimaka setelahnya pertumbuhan gedung-gedung tinggi ke atas maupun ke bawah meningkat dengan cukup pesat, apakah pertumbuhan itu membawa kebaikan bagi alam atau tidak? ;D dan lihat juga bagaimana senangnya manusia dengan pertumbuhan itu ;D.
Kalau menurut saya, semua perkembangan ini memang adalah 'dampak' dari perkembangan budaya manusia saja. Dengan bertambahnya pengetahuan, iptek, maka hidup juga berubah menjadi kompleks. Perkembangan ini bagus dan bisa seimbang. Namun yang biasa bikin tidak seimbang adalah kebodohan/ketidak-pedulian dan ketamakan.


Quote
maksud saya pangeran tidak menjadi raja yang penuh dengan kesenangan inderawi ;D.
tapi pangeran malah melawan arus kesenangan inderawi ;D.
begitu juga dengan tidak mengikuti arus perkembangan dunia saat ini karena sudah mengetahui ketidakmanfaatannya ;D.
Ya, bisa juga. Dimulai dari diri sendiri saja, yang kecil-kecil. Jika kita berprinsip baik dan pantas, tidak perlu malu karena tidak mengikuti arus.

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1196 on: 09 February 2012, 06:35:15 PM »
 tanya:
"zaman makin maju,moral makin bobrok"
bagaimana menurut om kalimat tersebut?

« Last Edit: 09 February 2012, 06:38:06 PM by Mr.Jhonz »
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline Rico Tsiau

  • Kebetulan terjoin ke DC
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.976
  • Reputasi: 117
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1197 on: 10 February 2012, 09:00:06 AM »
ikutan tanya juga, biar tambah rame (kan katanya sepi)

di alam surga, dikatakan hidup lah para dewa.
nah loh ada dewi juga...

so, pertanyaannya apakah para makhluk dialam tersebut membutuhkan sex?
mempunyai keturunan? kan katanya kelahiran spontan, so sex untuk apa?

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1198 on: 10 February 2012, 11:49:47 AM »
tanya:
"zaman makin maju,moral makin bobrok"
bagaimana menurut om kalimat tersebut?
Bobroknya moral tidak berhubungan dengan kemajuan jaman. Kemajuan jaman (budaya & teknologi) hanya memberikan fasilitas/kemudahan bagi manusia. Jika moral bobrok, maka dipakailah fasilitas itu untuk hal-hal tidak bermanfaat. Jika moral tinggi, maka dipakailah fasilitas itu untuk hal-hal yang berguna.

Jadi menurut saya kalimat itu tidak tepat. Moral bobrok atau tinggi tidak tergantung 'jaman'. Di setiap jaman, semua punya cara tersendiri untuk mewujudkan kebobrokan/kemajuan moralitas.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #1199 on: 10 February 2012, 02:05:00 PM »
ikutan tanya juga, biar tambah rame (kan katanya sepi)

di alam surga, dikatakan hidup lah para dewa.
nah loh ada dewi juga...

so, pertanyaannya apakah para makhluk dialam tersebut membutuhkan sex?
mempunyai keturunan? kan katanya kelahiran spontan, so sex untuk apa?
Kalo soal sebutan, yah memang generalisasi aja kok. Dalam Bahasa Inggris juga dikenal "mankind" (umat manusia) bukan "womankind". (Namun belakangan untuk menghindari tuduhan sexism, penggunaan "humankind" jadi lebih umum sepertinya.)


Kalau soal sorga alam indriah, memang masih ada gender. Tapi perlu diingat bahwa yang masih dinikmati di sini adalah kesenangan indriah, entah apa bentuknya, belum tentu sesuatu seperti hubungan sex. Apalagi mereka pun dikatakan terlahir secara spontan.

Kesenangan indriah yang kita lihat saja beda2. Misalnya di binatang, sex belum tentu nikmat, malah bisa jadi penderitaan bahkan kematian. Tapi intinya dalam alam indriah ini, makhluknya masih menikmati kesenangan indrawi.

 

anything