om kutho sudah siap untuk menerima apapun yang terjadi dalam kehidupan om kutho?
Saya bukan orang yang serba bisa, serba tahu, dan serba ini-itu, jadi belum tentu siap menghadapi apapun yang terjadi dalam hidup. Namun kalau memang sudah terjadi, yah mau gimana lagi, hadapi saja dengan kemampuan yang ada.
oh . bagaimana caranya om kutho melepas bayang-bayang tuhan dari keyakinan om kutho sebelumnya?
apakah om kutho hanya menganggap tuhan sama seperti dewa-dewa lainnya? atau lainnya?
Tidak susah karena dari dulu saya tidak yakin. Dulu sekali, suatu waktu saya sedang berpikir tentang kerendahan hati, lalu berpikir saya tidak butuh pujaan atau disembah2. Sesuatu yang saya idolakan, yang saya teladani, haruslah sosok yang lebih rendah hati dari saya, yang sama sekali tidak goyah oleh pujaan/sembahan.
hm... mengembara selama 9 tahun dan mempelajari agama buddha selama 5 tahun jadi jumlahnya 14 tahun .
apakah om kutho kira-kira seumuran sama om indra?
Ya, saya seumuran sama Om Indra.
Ini demi menyenangkan Om Indra.
. apa yang om kutho lakukan ketika kebetulan melihat? apakah pernah diganggu?
Ya, tidak melakukan apa-apa. Mereka juga tidak mengganggu saya.
wah baru dasar-dasarnya aja udah bisa melepaskan tulang, jadi ngeri nih, rasa-rasanya bisa lebih dari itu deh .
Salah, justru bela diri tingkat rendah itu yang menghancurkan. Makin tinggi, makin bisa menguasai lawan tanpa perlu menyakiti. Menghancurkan orang itu gampang, contohnya tembak aja pakai beceng. Tapi mengalahkan, menundukkan, dan menguasai tanpa melukai atau mencederai lawan, itu sangat sulit sekali.
apa kriteria om kutho dalam membantu orang lain?
Tidak pakai kriteria sih. Kalau saya merasa dia perlu dibantu, saya bisa bantu, yah lakukan saja.
hah? dimana? sepertinya kemarin saya bilang belum pernah ketemu deh .
Wah, menjebak nih...
kenapa merasa belom mampu?
apakah menurut om kutho harus menunggu mampu dulu?
bagaimana caranya agar kita bisa menjadi mampu?
Bukan merasa sih, tapi memang tahu bahwa saya belum mampu. Jika kita memang mau menjalani pertapaan, maka sebaiknya kehidupan kita sendiri bermanfaat bagi kita, yaitu bukannya membuat kita merasa terkekang, tapi justru merasa terfasilitasi untuk berlatih; di samping itu juga, bermanfaat bagi orang lain, yaitu dengan melihat kesempurnaan moralitas dan tingkah laku kita, maka orang lain pun terinspirasi dan keyakinannya menguat. Karena saya belum memenuhi keduanya, maka saya tahu diri.
Caranya agar mampu, yah tentu dengan berlatih 'kecil-kecilan'. Tidak menghindari sepenuhnya kenikmatan indriah, tapi dibatasi sedikit2, seperti mulai dari uposatha (sebulan 2x), kalau sudah biasa, ditambah lagi lebih sering, sampai bisa sepenuhnya melepas.
bukannya ritual juga kalo diniati ada kekuatannya juga? apa yang menjadi kekuatan dari sumpah-sumpah seperti itu? *bukan sumpah secara hukum .
Jika kita tidak meniati satu 'sumpah', maka tidak ada kekuatannya. Tetapi kalau kita berbohong (yang berkenaan dengan sumpah tersebut) itu beda soal lagi. Yang menjadi kekuatan sumpah adalah pikiran kita sendiri, dari kebenaran yang diucapkan, niat, dan konsentrasinya.
om kutho pernah membaca kalo akhir-akhir ini eropa timur sedang dilanda cuaca dingin yang ekstrim yang menyebabkan banyak kematian dan ditambah lagi pasokan gas dari rusia terhenti? manakah yang lebih baik antara menyupai sumberdaya yang besar untuk sebuah gedung atau untuk seluruh rakyatnya?
Tergantung apakah sebuah gedung itu bisa lebih bermanfaat bagi seluruh rakyatnya atau tidak. Kita tidak bisa melihat hanya dari luarnya saja.
hahaha... mengangguk-angguk tapi kalo ngak ditepati bisa musavada dong?
Saya ga bilang akan menepati/mengikuti anjuran mereka, saya hanya mengangguk untuk menyatakan "ya, saya tidak akan menentang egomu dengan kata-kata lagi."
Pada hakikatnya, orang dewasa yang mandiri, bertanggung-jawab pada dirinya sendiri. Orang lain, termasuk orang-tua, sudah bukan saatnya lagi memaksa.