//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - kullatiro

Pages: 1 ... 3 4 5 6 7 8 9 [10] 11 12 13 14 15 16 17 ... 409
136
Theravada / Re: Adakah peluang mencapai Nibbana di zaman sekarang?
« on: 21 December 2017, 02:05:05 PM »
Wa belum pernah mempunyai pengalaman bertemu langsung dgn orang orang yang mencapai kesucian tersebut jadi tidak tahu daripada bilang "katanya model seperti ini"

137
Theravada / Re: Makan daging dan sila pertama
« on: 21 December 2017, 01:59:54 PM »
demikian juga berkaitan dg topik ini , makan daging dan sila pertama
awalnya, mereka yg praktek sila pertama, akan menjalankan menjauhi / menghindari pembunuhan mahluk yg besar, kasat mata spt membunuh manusia

sejalan praktek, akan berlanjut menghindari tepok nyamuk

lebih jauh lagi, bahkan dalm melangkah, akan mulai melihat dimana kaki memijak, menghindari semut

dan spt kata p adiyansah, praktek itu bertahap
dg tahapan yg dilakukan disertai pemahaman benar, mungkin saja akan sampai pada menghindari makan daging, tp sekali lagi, disertai PANDANGAN BENAR

kl menjadi vege dg alasan bhw spy tidak ikut membunuh, lakukan dg totalitas dilakukan, jgn setengah2,,
jangan minum air PAM, krn asal tau saja, air pam adalah air tampungan dr sumber air dan air hujan, dikelola dg chemical unt membunuh buanyaaakk mahluk2 air, yg tak kasat mata sampai kasat mata,
dalam proses penyaluran / distribusi ke pelanggan, melalui pipa2 di mana hidup beribu mahluk lain kasat maupun tak kasat mata, yg karena aliran itu, bisa saja mati
sampai di rumah tangga, masih disaring di mulut kran dg karbon (tidak smua pakai, tp ini sdh bnyk promosinya) dan kmd direbus unt air minum

apa bedanya makan BANGKAI daging dg makan BANGKAI mahluk2 yg terikut di dlm air yg kita minum sehari2

jadi, kl mau  bilang krn metta harusnya tidak makan daging, itu bagus, tp lakukan dg totalitas
KARENA METTA JANGAN MINUM AIR

Bukan nya saat ini kebanyakan rumah  tangga dan kantor kantor minum air galon dan bukan air pam lagi (bercanda yah)

138
Theravada / Re: Makan daging dan sila pertama
« on: 21 December 2017, 01:40:06 PM »
_/\_agree..tp minimal itu dulu jalankan ..nanti seiring perkembangan bathin secara natural akan tertarik untuk mengembangkan moralitas ke arah lbh baik dan lebih halus lagi..

bagi banyak org 5 itu saja sudah sulit luar biasa..dan bayangkan betapa dunia akan jadi tempat yg jauuuh lbh baik bila semua manusia bisa jalankan 5 sila itu saja.

setiap org punya kondisi start dan tingkat kekotoran bathin masing-masing...beberapa mungkin hanya punya sedikit debu di mata..yg lain punya tantangan lbh besar..

bagi mereka yg kedua ini, minimal bisa jaga 5 sila saja sudah luar biasa..

Theravada sebenarnya memberikan free choice kepada penganutnya mau makan daging boleh, mau vegetarian boleh, mau less meat juga boleh terserah tergantung perjalanan dan pengalaman masing masing individu, saat ini wa mendukung less meat entah waktu kapan mungkin berubah lagi.

139
Theravada / Re: Makan daging dan sila pertama
« on: 21 December 2017, 01:22:24 PM »
tisarana + 5 sila dalam AN 8.39 di katakan sbg "delapan arus jasa"  makanan kebahagiaan—surgawi, matang dalam kebahagiaan, mengarah menuju surga—yang mengarah pada apa yang diinginkan, disukai, dan menyenangkan, pada kesejahteraan dan kebahagiaan seseorang.

5 sila juga digambarkan disana sbg dana pemberian yg berharga dan tak bisa dibantah oleh mereka yg bijaksana.

saya bisa sepakat bahwa mungkin bentuk pelafalan janji komitmen oleh umat awam ini mungkin belum umum dilakukan pada masa itu..namun point2 di dalamnya merupakan hal yg terpuji dan diajarkan oleh Buddha sendiri bukan merupakan tambahan kemudian. sesuatu yg oleh mereka yg bijaksana takkan perlu untuk dicela
kenapa pula harus kita hentikan



 

Seperti wa kata kan pada awal nya pancasila sangat sangat sangat membantu karena ini telah di sarikan dari ajaran Buddha dan ini ada dalam ajaran Sang Buddha dalam Sutta, tapi banyak yang berpikir ini adalah seutuh nya keseluruhan dari Sila, hingga kemunculan pesan moralitas (sila) lain tertekan dan tertindas oleh  keberadaan" Pancasila Buddhis" ini, seharusnya kita mengetahu sila bukan hanya "Pancasila Buddhis" ini saja

140
Theravada / Re: Makan daging dan sila pertama
« on: 21 December 2017, 12:56:35 PM »
apakah kl buddha tidak menyebutkan letterleg (persis spt itu), lalu berarti buddha tidak mengajarkan 5 latihan moralitas itu?

dlm bbrp sutta, jelas buddha menyebutkan 5 latihan moralitas itu unt dijalankan bagi perumah tangga



Benar pada awalnya sangat membantu tapi bila kita berjalan dan mengalami kita ada persamaan dan pertentangan dalam kasus makan daging ini misalnya bila kita bicara pesan moralitas dalam sigalavada sutta, kariniya metta sutta dan ratanna sutta juga mengandung pesan moralitas yang juga bisa di adopsi menjadi sila bagi orang tapi pannatipata dalam pancasila dan doktrin lain mengecilkan dan menghilangkan pesan moralitas atau sila dalam kariniya metta sutta dan Ratanna sutta yang seharus muncul dan ada dan bisa di adopsi, karena pancasila seolah olah menjadi seutuh nya keseluruhan sila yang ada.

141
Theravada / Re: Adakah peluang mencapai Nibbana di zaman sekarang?
« on: 21 December 2017, 12:25:00 PM »
_/\_ tidak perlu terlalu jauh mungkin bro..mari kita coba untuk semakin hari semakin jauh dr kekotoran bathin, memperbanyak kebaikan dan coba menjaga bathin kita untuk dalam kondisi baik.

soal kesucian bisa tercapai atau tidak biarlah itu urusan nanti...yg penting kita berupaya menjadi lebih baik dari hari ke hari. bukan karena kita takut neraka atau ingin masuk surga, tetapi karena kita tau bahwa itu sesuatu yg berharga untuk dilakukan dalam kehidupan kita di alam manusia yang singkat ini

Ini benar adanya, saat ini kita hidup menjalani Dhamma seperti sebuah perjalanan yang sangat panjang mempelajari Dhamma, mengexplorasi kebenaran dhamma, berexsperiment dgn pengetahuan dhamma yang kita dapati ini sebuah perjalanan sangat panjang membutuhkan proses, waktu, tenaga, pikiran dan persiapan persiapan

Dan percaya pada satu saat kita bisa mencapai tujuan kita masing masing

142
Theravada / Re: Makan daging dan sila pertama
« on: 21 December 2017, 10:08:07 AM »
Pancasila untuk umat awam, atthangga sila untuk upasaka, dasasila untuk samanera  dari sini sila terlihat berubah dari untuk umat awam ke samanera terlihat bertambah dan mengadopsi bagian sila lain

Sebenar nya ini semua adalah bagian kecil dari sila, ketika ketika kita belajar dhamma sila(dalam hal ini moralitas/ aturan moralitas) seperti sigalavada sutta secara halus sila kita bertambah seiring pengetahuan dan pencerapan " sigalavada sutta" juga sutta lain nya

Tidak ada sutta yang menyatakan langsung Sang Buddha menyatakan syair atau sutta ini

Pānātipātā veramani sikkhapadam samādiyāmi
Adinnādānā veramani sikkhapadam samādiyāmi
Kāmesu micchācāra veramani sikkhapadam samādiyāmi
Musāvāda veramani sikkhapadam samādiyāmi
Surāmeraya majjapamādatthānā veramani sikkhapadam samādiyāmi

Tidak ada, ini adalah penyarian ajaran sang Buddha, buatan ( abhidhamma)

143
Jurnal Pribadi / Re: Dear diary
« on: 21 December 2017, 09:18:09 AM »
Wa juga ada balik pakai "dhammacakkapavatana sutta" karena awalnya dari sana bila tidak selaras tidak harmonis kembali lagi ke awal "Dhammacakkapavatana sutta"

Sila di sutta pitaka lebih luas pengertian nya tidak hanya pancasila, atthangga sila dan dasasila
Sila: kita sebut moralitas atau aturan moralitas

Seperti "Sigalavada sutta " bukan kah termasuk bagian sila juga?

Wa pikir wa sudah melewati permasalahan ini pada waktu yang lalu, ternyata rada susah menjelaskan nya pada saat ini.


144
Jurnal Pribadi / Dear diary
« on: 21 December 2017, 06:04:49 AM »
Dear diary, ini ke dua kali wa berbenturan dgn abhidhamma, pada awal memang abhidhamma sangat sangat sangat membantu dan terlihat selaras dgn sutta pitaka, tapi setelah lebih dalam ada gap yang sangat terasa sekali.

145
Theravada / Re: Makan daging dan sila pertama
« on: 21 December 2017, 03:48:33 AM »
Sila memang ada di ajarkan sang Buddha dalam sutta, panatipata adinadana, kamesu micachara, musavada, surameraya majapamadatana tapi terus terang tersusun seperti saat ini di namakan pancasila buddhis entah sejak kapan, tidak tahu pada saat jaman buddha ada adakah kita membaca pancasila seperti saat ini di hadapan Sang Buddha Gautama.

Pānātipātā veramani sikkhapadam samādiyāmi
Adinnādānā veramani sikkhapadam samādiyāmi
Kāmesu micchācāra veramani sikkhapadam samādiyāmi
Musāvāda veramani sikkhapadam samādiyāmi
Surāmeraya majjapamādatthānā veramani sikkhapadam samādiyāmi

Selain pancasila ada atthangasila dan dasasila
Pada masa lampau pada saat jaman Buddha ada dalam pertemuan dgn sang Buddha / puja bhakti dan memohon kepada beliau sang Buddha sebenarnya memohon yang mana dari pancasila, atthangga sila dan dasasila ini.

Kaniya mett sutta jelas ada latar belakang nya kenapa ada dan di ajarkan Sang Buddha, Ratana sutta jelas ada latar belakan nya di kota vesali di mana di bacakan sang Buddha

Pancasila di bacakan atau di ajarkan Sang Buddha seperti saat ini dimana, dan kapan?

Pānātipātā veramani sikkhapadam samādiyāmi
Adinnādānā veramani sikkhapadam samādiyāmi
Kāmesu micchācāra veramani sikkhapadam samādiyāmi
Musāvāda veramani sikkhapadam samādiyāmi
Surāmeraya majjapamādatthānā veramani sikkhapadam samādiyāmi

146
Theravada / Re: Makan daging dan sila pertama
« on: 21 December 2017, 03:07:24 AM »
Terima kasih atas kutipan Suttanya, cerita Sang Buddha dengan Jain. Saya juga pernah baca mengenai 3 syarat daging yg boleh dimakan, tapi mungkin itu peraturan untuk para bhikkhu.



Jadi pendek kata, ia yang serakah makan daging hanya bertanggung jawab atas keserakahannya sendiri? Ia tidak bertanggung jawab atas kenaikan jumlah pembunuhan hewan yang disebabkan oleh keserakahannya, begitu?

Jika seseorang misalkan makan 1 piring nasi goreng ayam, terus setelah habis dia belum kenyang dia tambah lagi 1 piring nasi goreng ayam lagi. Apakah itu termasuk keserakahan? Terima kasih sekali lagi _/\_

Cerita dari raja pasenadi dari kosala sepertinya sangat jelas ada nya batasan makanan hingga tidak berlebihan dlm memakan makanan yang ada, dalam cerita tersebut tidak ada hubungan dgn keserakahan atau kama dst tapi lebih berhubungan dgn kesehatan

Harus disadari penerjemahan dari pali ke indonesia atau bahasa lain nya kadang ada perbaikan pada saat ini yang kita pelajari adalah seperti ini tapi pada masa depan mungkin bisa berubah menjadi lebih baik, lebih tepat atau perubahan yang dalam arti lebih kecil atau lebih luas lagi.

Dan hal tertentu seperti sila pertama dan sutta lain mungkin masih memiliki arti sama tapi mungkin perspektif bagi orang tertentu berubah sesuai perkembangan yang dialami.

147
Pengalaman Pribadi / Re: Dukkha “Bukan” Penderitaan
« on: 20 December 2017, 08:04:03 PM »
Dukkha tidak diterjemahkan jadi hanya "penderitaan", itu bisa saja

Orang mengatakan, "tak memuaskan", "stress"

Tapi kalau diterjemahkan "pengalaman", itu juga gak benar. Memang sudah bagus penderitaan.

Penderitaan biasa, Penderitaan karena perubahan, Penderitaan yang bersifat potensi.

Kalau pake kata pengalaman malah lebih rancu. Memangnya Arahat gak punya pengalaman setelah pencerahan?

Dulu nya
May all being be happy
May all being free from hatered
May all being free from suffernes.

Baru
May all being be happy
May all being free from animosity
May all being free from stress

148
Theravada / Re: Olahraga dan Buddhisme
« on: 20 December 2017, 04:41:04 PM »
Olah raga untuk menunjang hidup sehat ada masalah apa? Yang penting tidak over berlebihan karena tubuh kita juga ada batasnya.

Dgn hidup sehat bukan kita bisa memahami dhamma dgn baik, dapat mengeluarkan tenaga untuk menolong orang lain.

Dgn hidup sehat dan baik tidak hanya menunjang diri sendiri, tapi juga lingkungan kita misalnya gotong royong membersihkan sampah dll

Ārogyaparamā lābhā, santuṭṭhῑparamaṁ dhanaṁ; Vissāsaparamā ñāti, nibbānaṁ paramaṁ sukhaṁ.
Kesehatan adalah keuntungan yang paling besar. Kepuasan adalah kekayaan yang paling berharga.
Kepercayaan adalah saudara yang paling baik. Nibbāna adalah kebahagiaan yang tertinggi.

(Dhammapada 204)

Bahkan Buddha menganjurkan diet /makan yang benar kepada Raja Pasenadi dari kosala


Kisah Raja Pasenadi dari Kosala
Suatu hari raja Pasenadi dari Kosala pergi ke Vihara Jetavana setelah menyelesaikan makan pagi. Dikatakan raja telah memakan seperempat keranjang (kira-kira setengah gantang) nasi dengan kari daging pada hari itu. Maka pada saat mendengarkan khotbah Sang Buddha, dia tertidur dan mengantuk sepanjang waktu. Melihat dia mengantuk, Sang Buddha menasehati dia untuk memakan sedikit nasi setiap harinya, dan mengurangi sedikit demi sedikit nasi setiap hari sehingga mencapai jumlah minimum dari seperenambelas jumlah nasi yang biasa dimakan.

Raja melaksanakan nasehat yang dikatakan Sang Buddha. Dengan memakan sedikit nasi, dia menjadi kurus, dan merasa sangat ringan. Raja menikmati kesehatan yang lebih baik.

Ketika dia mengabarkan hal itu kepada Sang Buddha, Beliau berkata kepadanya, “O Raja! kesehatan adalah anugerah yang besar, kepuasan adalah kekayaan yang besar, kepercayaan adalah kerabat terbaik, nibbana adalah kebahagiaan tertinggi.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 204 berikut :

Kesehatan adalah keuntungan yang paling besar.
Kepuasan adalah kekayaan yang paling berharga.
Kepercayaan adalah saudara yang paling baik.
Nibbana adalah kebahagiaan yang tertinggi.

149
Theravada / Re: Makan daging dan sila pertama
« on: 20 December 2017, 03:47:16 PM »
**UMAT AWAM**

Itu kan larangan untuk Sangha. Lalu apa pulak hubungan Nanda dengan makan daging? OOT

Pada dasarnya umat awam bebas memakan daging, kemudian kita mencontoh tidak memakan yang di bunuh di ketahui, di dengar dan di peruntukan untuk kita, kemudian kita mencontoh juga larangan makan daging (gajah, harimau, monyet, ular), semakin kita mendalami metta dari kariniya metta sutta, brshma vihara parana mulai ad sedikit kikisan disana bagi yang menyadari nya,  seperti nanda bila di larang akan timbul keluh kesah seperti di buddhism tidak boleh makan daging dll, bila di biarkan kesadaran akan hal ini akan tumbuh dan berkembang sendiri setelah menyadari ada nya kejanggalan kejanggalan seperti puzzle setelah melangkah sangat jauh hal ini tentu nya tidak bermasalah lagi bagi umat yang telah berjalan jauh semuanya tentu tergantung pribadi masing masing yang memutuskan diri sendiri.

150
Theravada / Re: Makan daging dan sila pertama
« on: 20 December 2017, 03:14:43 PM »
3.2 Nanda

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berada di dekat Savatthi, di hutan Jeta, di Vihara Anathapindika. Pada saat itu Yang Ariya Nanda, saudara tiri Sang Bhagava, [2] putra bibi (dari pihak ibu) yang membesarkannya, memberitahukan sejumlah bhikkhu demikian: “Saya tidak puas menjalani kehidupan suci, sahabat-sahabat. Saya tidak dapat memikul kehidupan suci. Saya akan berhenti dari latihan ini dan kembali ke kehidupan rendah.” [3]

Kemudian seorang bhikkhu mendekati Sang Bhagava, bersujud, duduk di satu sisi dan berkata: “Yang Ariya Nanda, Bhante, saudara tiri Sang Bhagava, dari bibi yang membesarkan Nya, memberitahu sejumlah bhikkhu demikian : “Saya tidak puas menjalani kehidupan suci ….. saya akan berhenti dari latihan ini dan kembali ke kehidupan rendah.”

Kemudian Sang Bhagava berbicara kepada seorang bhikkhu: O, bhikkhu, atas namaku beritahukan bhikkhu Nanda, “Guru memanggilmu, sahabat Nanda.”

“Baiklah, Bhante,” jawab bhikkhu itu. Dia mendekati Yang Ariya Nanda dan berkata, “Guru memanggilmu, sahabat Nanda.”

“Baiklah, sahabat,” Yang Ariya Nanda menjawab, dan mendatangi Sang Bhagava, dia bersujud dan duduk di satu sisi. Sang Bhagava kemudian berkata kepadanya: “Apakah benar Nanda, bahwa kamu memberitahu sejumlah bhikkhu demikian: “Saya tidak puas menjalani kehidupan suci ….. saya akan kembali ke kehidupan rendah ?”

“Ya, Bhante.”

“Tetapi mengapa, Nanda, kamu tidak puas dengan menjalani kehidupan suci?”

“Ketika berangkat dari rumah, Bhante, seorang gadis Sakya yang tercantik di negeri ini, dengan rambutnya setengah tersisir, memandang saya dan berkata “Kembalilah segera, Tuan.” [4] Ketika mengingat kembali hal itu, Bhante, saya tidak puas menjalani kehidupan suci ….., saya tidak dapat memikul kehidupan suci. Saya akan berhenti dari latihan ini dan kembali ke kehidupan rendah.”

Kemudian Sang Bhagava memegang tangan Yang Ariya Nanda, dan persis seperti seorang laki-laki kuat yang menjulurkan tangannya yang lentur atau melenturkan tangannya yang terjulur, demikianlah mereka lenyap dari hutan Jeta dan muncul di antara para dewa di surga Tavatimsa. Pada saat itu, kira-kira 500 bidadari berkaki merah muda datang untuk melayani Sakka, penguasa para dewa. Dan Sang Bhagava berkata kepada Yang Ariya Nanda, “Apakah kamu melihat 500 bidadari yang berkaki merah muda itu?”

“Ya, Bhante.”

“Apa pendapatmu, Nanda, siapakah yang lebih cantik, lebih indah untuk dipandang, dan lebih menggiurkan – gadis Sakya yang tercantik di seluruh negeri atau 500 bidadari yang berkaki merah muda ini ?”

“Bhante, dibanding dengan 500 bidadari yang berkaki merah muda ini, gadis Sakya, yang tercantik di seluruh negeri itu, seperti seekor monyet betina buntung [5] yang hidung dan telinganya dipotong. Dia tidak masuk hitungan; dia tidak cukup berharga dibandingkan dengan para bidadari itu; sama sekali tidak dapat dibandingkan. Lima ratus bidadari ini jauh lebih cantik, jauh lebih indah untuk dipandang, dan jauh lebih menggiurkan.”

“Bergembiralah, Nanda, bergembiralah Nanda! Saya jamin kamu akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda.”

“Bhante, jika Sang Bhagava menjamin bahwa saya akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda ini, saya akan puas menjalani kehidupan suci dibawah bimbingan Sang Bhagava.”

Kemudian Sang Bhagava memegang tangan Yang Ariya Nanda ….. dan dengan demikian mereka lenyap dari antara para dewa di surga Tavatimsa dan muncul di hutan Jeta.

Para bhikkhu mendengar: “Dikatakan bahwa Yang Ariya Nanda, saudara tiri Sang Bhagava, putra bibi yang mengasuhnya, menjalani kehidupan suci demi para bidadari. Dikatakan bahwa Sang Bhagava telah menjamin bahwa dia akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda.”

Kemudian sahabat-sahabat bhikkhu dari Yang Ariya Nanda, berkeliling dengan menyebutnya “orang jaminan” dan “orang rendah”, dengan mengatakan: “Yang Ariya Nanda adalah orang jaminan! Yang Ariya Nanda adalah orang rendah! Dia menjalani hidup suci demi para bidadari! Dikatakan bahwa Sang Bhagava menjamin dia akan mendapat 500 bidadari berkaki merah muda!”

Maka Yang Ariya Nanda merasa terhina, malu, dan sedih karena sahabat-sahabatnya menyebutnya “orang jaminan” dan “orang rendah”. Dengan hidup menyendiri, menyepi, rajin,bersemangat dan penuh tekad, dia segera menyadari, bahkan di sini dan saat ini juga melalui pengetahuan langsungnya sendiri, tujuan kehidupan suci yang tiada bandingnya itu dimana putra keluarga baik-baik sudah pada tempatnya pergi dari keadaan berumah ke keadaan tidak berumah, dan setelah masuk, dia tinggal di dalamnya. Dan dia tahu: “Selesailah sudah kelahiran, telah dijalani kehidupan suci, telah dilakukan apa yang harus dilakukan, tidak akan ada keadaan seperti ini lagi.” Dan Yang Ariya Nanda menjadi salah seorang Arahat.

Kemudian, setelah malam semakin larut, seorang dewata yang tampan sekali menyinari seluruh hutan Jeta, mendekati Sang Bhagava, bersujud dan berdiri di satu sisi. Sementara berdiri di sana, Sang Dewata berkata kepada Sang Bhagava: “Yang Ariya Nanda, Bhante, saudara tiri Sang Bhagava, putra bibi yang mengasuh Nya, dengan melenyapkan noda-noda, telah menyadari di sini dan saat ini juga, pembebasan batin yang tanpa noda, dan pembebasan penuh kebijaksanaan, dan setelah masuk, dia tinggal di dalamnya”. Dalam batin Sang Bhagava pun muncul pengertian: “Nanda, dengan melenyapkan noda-noda, telah menyadari di sini dan saat ini juga, pembebasan batin yang tanpa noda, dan pembebasan penuh kebijaksanaan, dan setelah masuk, dia tinggal di dalamnya”.

Ketika malam itu telah berakhir, Yang Ariya Nanda mendekati Sang Bhagava, bersujud, duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagava: “Bhante, mengenai jaminan Sang Bhagava bahwa saya akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda tersebut, saya membebaskan Sang Bhagava dari janji itu.”

“Tapi, Nanda, dengan memahami jalan pikiranmu melalui pikiranku, pada saat itu saya tahu: ‘Nanda telah menyadari di sini dan saat ini pembebasan batin yang tanpa noda dan pembebasan penuh kebijaksanaan’. Juga seorang dewata memberitahu saya: ‘Yang Ariya Nanda, Bhante, telah menyadari di sini dan saat ini pembebasan batin yang tanpa noda dan pembebasan penuh kebijaksanaan’. Nanda, ketika batinmu telah terbebas dari noda-noda tanpa kemelekatan, dengan demikian saya bebas dari janji itu.”

Kemudian karena menyadari pentingnya hal itu, Sang Bhagava pada saat itu mengungkapkan kotbah inspirasi ini:

Bhikkhu yang sudah melewati lumpur,
Menghancurkan duri nafsu indria,
Dan mencapai pemusnahan ketidaktahuan,
Tak lagi terganggu oleh kesenangan dan rasa sakit.

Hal seperti ini adalah wajar, Buddha sudah pernah melakukan nya kepada arya nanda, jadi tidak perlu heran dan terkejut

Pages: 1 ... 3 4 5 6 7 8 9 [10] 11 12 13 14 15 16 17 ... 409
anything