//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Asia

Pages: 1 2 [3] 4 5
31
Keluarga & Teman / Re: Minta Saran
« on: 27 May 2011, 01:17:50 PM »
.... Ada saran bagaimana cara menyampaikan ke orang tua agar jangan membunuh?

Orang tua Mina-chan beragama Buddha? Jika ya, tidak ada salahnya coba diberitahu tentang contoh akibat dari pembunuhan. Misalnya seperti berikut ini:

Spoiler: ShowHide
Quote
1 (1) Kerangka Tulang-belulang
Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang
berdiam di Rājagaha, di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai. Pada saat
itu Yang Mulia Lakkhaṇa dan Yang Mulia Mahāmoggallāna sedang
berdiam di Puncak Gunung Nasar.343 Kemudian, pada suatu pagi, Yang
Mulia Mahāmoggallāna merapikan jubah, dan membawa mangkuk dan
jubahnya, ia mendekati Yang Mulia Lakkhaṇa dan berkata kepadanya:
“Ayo, Sahabat Lakkhaṇa, kita memasuki Rājagaha untuk menerima
dana makanan.”

“Baiklah, Sahabat,” Yang Mulia Lakkhaṇa menjawab. Kemudian,
ketika ia turun dari Puncak Gunung Nasar, Yang Mulia Mahāmoggallāna
tersenyum di tempat-tempat tertentu 344 (lihat catatan kaki, alasan Beliau tersenyum) Yang Mulia Lakkhaṇa berkata
kepadanya: “Karena alasan apakah, Sahabat Moggallāna, engkau
tersenyum?”

“Ini bukan waktunya untuk pertanyaan itu, Sahabat Lakkhaṇa.
Tanyakan lagi pertanyaan itu kepadaku ketika kita sampai di hadapan
Sang Bhagavā.” [255]

Kemudian, ketika Yang Mulia Lakkhaṇa dan Yang Mulia Mahāmoggallāna telah pergi menerima dana makanan di Rājagaha
dan kembali dari perjalanan itu, setelah makan mereka mendekati
Sang Bhagavā. Setelah memberi hormat kepada Sang Bhagavā, mereka
duduk di satu sisi, dan Yang Mulia Lakkhaṇa berkata kepada Yang
Mulia Mahāmoggallāna: “Di sini, ketika ia menuruni Puncak Gunung
Nasar, Yang Mulia Mahāmoggallāna tersenyum di suatu tempat.
Karena alasan apakah, Sahabat Moggallāna, engkau tersenyum?”

“Di sini, Sahabat, sewaktu menuruni Puncak Gunung Nasar, aku
melihat suatu kerangka tulang-belulang melayang di udara. Burungburung
nasar, gagak, dan elang, mengejarnya, mematuknya di antara
rusuk-rusuknya, menghujamnya, dan mencabik-cabiknya sementara ia
berteriak kesakitan.345 Aku berpikir: ‘Sungguh menakjubkan! Sungguh
mengagumkan! Bahwa ada makhluk seperti itu; bahwa ada kehidupan
dengan bentuk seperti itu!’”346

Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sebagai
berikut: “Para bhikkhu, ada para siswa yang memiliki penglihatan,
memiliki pengetahuan, dalam hal bahwa siswa itu dapat mengetahui,
melihat, dan menyaksikan pemandangan seperti itu. Di masa lalu, para
bhikkhu, Aku juga melihat makhluk itu, tetapi Aku tidak mengatakan
apa pun tentangnya. Karena jika Aku mengatakannya, orang-orang lain
tidak akan mempercayainya, dan jika mereka tidak mempercayaiKu
maka akan menuntun pada kemalangan dan penderitaan mereka
untuk waktu yang lama.
“Makhluk itu, para bhikkhu, dulunya adalah seorang tukang jagal di
Rājagaha ini. Setelah disiksa di neraka selama bertahun-tahun, selama
ratusan tahun, selama ribuan tahun, selama ratusan ribu tahun sebagai
akibat dari kamma itu. [256] Sebagai akibat sisa dari kamma yang sama
itu, ia mengalami bentuk kehidupan demikian.”347

catatan kaki:
344. Spk: Alasan Moggallāna tersenyum, seperti disebutkan dalam 344.
teks di bawah, adalah bahwa ia melihat sesosok makhluk yang
terlahir kembali di alam hantu yang tubuhnya berupa tulangbelulang.
Setelah melihat kehidupan dengan bentuk demikian,
ia seharusnya berbelas kasihan, mengapa ia tersenyum? Karena
ia merenungkan keberhasilannya dalam mencapai kebebasan
dari kemungkinan terlahir kembali dalam bentuk demikian dan
keberhasilan dalam pengetahuan-Buddha; karena para Buddha
mengajarkan hal-hal demikian melalui pengenalan langsung
Mereka (paccakkhaṃ katvā) dan telah sepenuhnya menembus
unsur fenomena (suppaṭivddhā buddhānaṃ dhammadhātu).


Kisah tersebut saya copy dari e-book Samyutta Nikaya. Banyak contoh lain yang menarik, silakan dibaca kembali untuk lebih lengkapnya. Link-nya di sini:

http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/theravada/Samyutta%20Nikaya%202%20-%20Nidana%20Vagga.pdf

Baca di halaman 759.

Saya tekankan di sini bahwa teks tersebut hanyalah salah satu kemungkinan. Bukan berarti seseorang yang membunuh (menjagal, dst), pasti atau mutlak terlahir demikian.

32
Buddhisme untuk Pemula / Re: Makna Membaca Paritta
« on: 24 May 2011, 11:41:43 AM »
_/\_

pandangan yg terbentuk dlm pikiranku:
membaca paritta adalah merenungkan kembali ajaran Sang Buddha.  saat membaca paritta, seharusnya memahami apa yg dibaca, dengan kata lain aku juga melatih kesadaran dan konsentrasi. 

apakah pandanganku benar?

Menurut saya, Ya :)

Paritta adalah merenungkan kembali khotbah Sang Buddha. Paritta disusun sedemikian rupa untuk mendukung kegiatan puja-bakti (kebaktian), jadi isinya pun singkat. Jadi, saya menyarankan agar bro juga membaca sutta untuk mendapat pemahaman yang lebih dalam.

Quote
Jadi bisa dikatakan membaca paritta adalah bagian dari meditasi.

Apapun yang kita lakukan, bisa dijadikan sarana untuk melatih kesadaran dan kewaspadaan. Untuk meditasi formal, bro bisa mencari referensi tentang objek-objek meditasi :)

33
Theravada / Re: Besok hari Uposatha
« on: 24 May 2011, 11:25:16 AM »
Btw, baca buku RAPB or buku2 kumpulan ceramah dhamma talk
apakah termasuk hiburan? soalnya kadang2 merasa itu hiburan intelektual untuk saya  :-[ karena memang hobi baca buku, jadi membaca adalah salah satu hiburan favorit

terus kalau naek sepeda, juga termasuk hiburan?
karena enak naek sepeda sore2 sambil liat pemandangan sawah
dan ada angin sepoi2 en bisa liat sapi di pinggir jalan
jadi saya juga merasa seperti lagi jalan2 en refreshing

Baca RAPB atau ceramah, boleh. Tapi kalau lagu bernuansa Dhamma, IMHO, sebaiknya tidak (karena lebih kental musiknya daripada dhamma-nya).

Tentang hiburan (naik sepeda dan lihat pemandangan), memang tidak tercantum di dalam Atthasila,

Tapi saya mau sedikit sharing. Saya pernah mengikuti retret meditasi vipassana. Saat retret, kami diajarkan untuk selalu bermeditasi (memperhatikan 4 landasan perhatian). Ada seorang peserta yang melupakan tugasnya lalu melihat-lihat pemandangan, melihat bunga (dia bahkan hapal nama-nama tanaman di sana) :) Lalu pembimbing meditasi kami mengatakan: "penderitaan kalian berasal darimana? dari dalam diri kalian kan? Nah, jadi untuk mengatasi penderitaan, kalian pun harus mengamati fenomena di dalam diri kalian. Kalian tidak bisa mengatasi penderitaan dengan hiburan dari 'luar'. "

34
Buddhisme untuk Pemula / Re: Makna Membaca Paritta
« on: 23 May 2011, 08:04:16 AM »
_/\_
terima kasih masukan dr teman2 smua...
pertanyaan2 itu muncul krn aku slama ini tdk bs menyadari arti per baris paritta saat sedang melantunkan paritta... walaupun memang ada arti dlm bhs indonesia dlm buku paritta.
pdhl dlm pmikiranku, seharusnya perenungan akan lbh berarti jk aku mengerti arti dari paritta yg sedang aku ucapkan..

Saya pribadi, hanya membaca paritta dalam bahasa indonesianya saja, karena saya lebih suka melakukan suatu hal bila dilandasi pemahaman. Saya jarang membaca pali-nya, kecuali Tisarana dan Pancasila. Semua kembali ke pribadi masing-masing, bila dirasakan ada manfaatnya (misalnya menjadi tenang, seperti bro Wang), silakan dilanjutkan.

Quote
idealnya, seberapa sering shrsnya kita membaca paritta?
bukan bmaksud comparing, cm sbg contoh.. tetangga ada yg hrs bdoa 5x shari, ad yg bangun tidur dan akan tidur...

Setelah bangun tidur dan membersihkan diri, sangat baik bila diluangkan waktu untuk membaca paritta. Bro Candra juga bisa bertekad untuk menjalani hari ini dengan baik, mengisi bathin dengan hal-hal bermanfaat, dst.

Pada malam hari, setelah selesai beraktivitas, juga baik untuk meluangkan waktu membaca Sutta/Dhamma/Paritta. Lalu Bro Candra bisa mengintropeksi diri, merenungkan keseluruhan hari yang telah dilewati (hal-hal apa yang perlu diperbaiki, hal-hal apa yang sudah cukup baik, atau apa yang perlu dikembangkan)

Quote
mana yg lbh penting.. melakukan pbacaan paritta atau melakukan meditasi?

Bagi saya, membaca paritta adalah penting. Tapi bukannya sombong, saya kadang merasa bahwa paritta kurang mendetail. Kadang saya bosan membaca hal yang sama setiap hari. Jadi saat bosan, saya biasanya membaca sutta atau buku Dhamma lainnya. Menurut saya hal ini cukup menyenangkan.

Meditasi sangat penting. Seorang bhikkhu pernah mengatakan: "hidup ini berat, jika kita tidak bermeditasi". Tapi untuk rutin bermeditasi secara benar, diperlukan pengetahuan dan kegigihan. Dua hal ini sangat penting, agar meditasi menjadi suatu kebutuhan, bukan keharusan. Banyak sutta yang menekankan pentingnya bermeditasi, dan banyak buku dhamma yang mengajarkan cara bermeditasi yang benar. Kalau bro candra butuh referensi sutta dan buku dhamma, bisa PM saya :)

35
Buddhisme untuk Pemula / Re: Makna Membaca Paritta
« on: 21 May 2011, 03:03:48 PM »
_/\_
Namo Buddhaya,

Bro dan Sis semua yang lebih mengerti ttg Dhamma, ada yang ingin aku tanyakan sesuai judul thread "makna membaca paritta".

Saya belum tentu lebih mengerti tentang Dhamma, dan jawaban saya berikut ini adalah jawaban menurut pendapat saya pribadi, jadi tidak mutlak benar.

Quote
1. Apakah sia-sia membaca paritta dlm bahasa Pali, namun tidak mengetahui keseluruhan arti dari paritta tersebut?

1. Sia-sia atau tidaknya suatu perbuatan, tergantung pada si pelaku. Misalnya ada 5 orang yang membaca paritta dalam bahasa pali dan mereka semua tidak mengetahui artinya. Tapi mereka mempunyai motivasi yang berbeda-beda:
 
orang pertama: Dia berusaha konsentrasi membaca paritta pali. Baginya, ini seperti meditasi. Karena ketika pikiran melayang, maka dia akan salah membaca kata-kata pali yang cukup sulit dibandingkan kata-kata dalam bahasa indonesia.

orang kedua: Dia rutin membaca paritta. Baginya ini adalah latihan kedisiplinan, untuk mengatasi rasa malas.

orang ketiga: hanya ikut-ikutan orang.

dst. Jadi perbuatan yang sama, tapi motivasi si pelaku berbeda-beda. Jadi, silakan melihat ke dalam diri sendiri :)


Quote
2. Jika makna membaca paritta adalah perenungan sabda Sang Buddha, mengapa paritta Buddhist Theravada tidak diterjemahkan ke dlm bahasa masing-masing negara agar lebih mudah dipahami?

2. bukannya paritta biasanya ada terjemahan bahasa indonesianya? Untuk paritta di negara lain, saya kurang tahu. Kalau CandraWie mau baca sutta (khotbah Sang Buddha), silakan berkunjung ke DCPedia, lebih lengkap daripada paritta.

Quote
3. Mengapa dengan membaca paritta bisa dikatakan melakukan kamma baik? 
aku pernah mendengar rekaman ceramah Buddhist oleh salah satu Bhikkhu ternama, dan menjelaskan bahwa saat kita membaca paritta, ada makhluk-makhluk dari alam lain yang ikut mendengar pembacaan paritta tersebut dan membawa kedamaian bagi makhluk tersebut.  Yang masih tidak bisa aku pahami, bagaimana makhluk tersebut bisa memahami isi dari paritta yg kita baca dan membawa kedamaian bagi mereka?  Apakah makhluk tersebut terbatas pada makhluk yg dlm kehidupan lampau dapat memahami bahasa Pali saja?

3. Saya kurang tahu juga. Tapi menurut saya, lebih baik membaca terjemahannya juga. At least, berguna untuk diri sendiri (menambah pemahaman akan Dhamma).

Quote
4. Bagaimana penjelasan logis utk paritta pelimpahan jasa (ettavatta)?  apakah hanya dengan membaca paritta itu jasa kebaikan dari si pembaca paritta bisa dilimpahkan ke makhluk lain?  jika demikian, apakah tidak bertentangan dengan hukum kamma yg berlaku?  Kemudian, bagaimana maksud pelimpahan jasa tersebut?  Bagaimana bisa kita yg melakukan suatu perbuatan baik, tapi makhluk lain yang menikmati buah kamma tersebut?

4. Setahu saya bukan seperti itu. Misalnya saya melakukan kebajikan dan melakukan pelimpahan jasa untuk Almarhum Ibu (yaitu berharap agar Ibu berbahagia, dll). Ibu saya mengetahui apa yang saya lakukan, dan beliau turut berbahagia atas kebajikan saya (bermudita citta). Nah, bukankah bermudita citta adalah suatu bentuk kebajikan? Jadi Ibu saya telah melakukan suatu kebajikan, dan dengan kebajikan tsb, beliau mungkin bisa terlahir di alam yang lebih baik.

Kalau tidak salah, hanya makhluk yang terlahir di alam peta saja lah yang masih bisa mengetahui apa yang dilakukan manusia.

36
Theravada / Re: Besok hari Uposatha
« on: 16 May 2011, 08:20:28 AM »
Quote
[Devatā:]

“Apakah yang baik hingga usia tua?
Apakah yang baik ketika dimantapkan?
Apakah permata berharga bagi manusia?
Apakah yang sulit dicuri oleh pencuri?”

[Sang Bhagavā:]

“Moralitas adalah baik hingga usia tua;
Keyakinan adalah baik ketika dimantapkan;
Kebijaksanaan adalah permata berharga bagi manusia;
Jasa adalah sulit dicuri oleh pencuri.”


http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_1.51:_Jara_Sutta


“Apakah yang baik karena tidak dapat membusuk?
Apakah yang baik ketika diperkokoh?
Apakah permata berharga bagi manusia?
Apakah yang tidak dapat dicuri oleh pencuri?”[1]

“Moralitas adalah baik karena tidak dapat membusuk;
Keyakinan adalah baik ketika diperkokoh;
Kebijaksanaan adalah permata berharga bagi manusia;
Jasa tidak dapat dicuri oleh pencuri.”


http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_1.52:_Ajarasa_Sutta

link Samyutta Nikaya di DCPedia: http://dhammacitta.org/dcpedia/Samyutta_Nikaya

Besok Uposatha :)

37
Tolong ! / [Tanya] Tes Psikologi
« on: 17 March 2011, 11:10:40 AM »
Apakah di sini ada yang pernah mengikuti atau mempelajari tentang tes psikologi yang bernama Talents Mapping dan Personal Strength Statement?

Kalau ada, bagaimana pendapat kalian tentang tes tersebut, dan apakah bermanfaat? Saya masih sangat awam tentang tes-tes psikologi demikian dan ketika teman saya menawarkan tes ini, saya tertarik walaupun masih ragu.

Bagi yang kuliah di jurusan psikologi: berapa persen kah keakuratan tes psikologi? apa sajakah yang menentukan tingkat keakuratannya? terima kasih :)

38
Keluarga & Teman / Re: Kehidupan manusia modern dan peran dhamma
« on: 17 March 2011, 10:29:57 AM »
Apakah kita perlu menyesuaikan Dhamma dengan zaman yang semakin modern? saya pernah membaca orang yang menyalin sutta dan menyebarkan maka akan mendapat pahala... Apakah menyalin harus dengan tulis tangan atau pakai ketik atau boleh copy paste di komputer dan menyebarkan di internet termasuk menyalin? Tidak OOT kan? soalnya sekarang zaman serba komputer, bukan tulis tangan lagi hehe...
Mohon pencerahan. Thankyou. _/\_

Tentang yang di-bold.

Pahala yang sesungguhnya (terpenting) adalah ketika kita membaca sutta tsb, mempelajarinya, dan akhirnya terjadi perubahan baik dalam diri kita.

Setelah mengetahui manfaat sutta tersebut, sebagian orang terinspirasi untuk menyebarkannya agar orang lain pun bisa mengenyam manfaat serupa. Perbuatan baik ini didasari oleh pengertian benar. Menurut saya, di titik ini seseorang tidak terlalu memikirkan tentang pahala, bukan “pahala menjanjikan” yang memotivasinya. Intinya, bukan pahala yang dikejar. Perbuatan baik ini saja sudah memberikan kebahagiaan.

Tanpa pengertian benar, ketika seseorang mendengar bahwa menyebarkan sutta akan mendapat pahala, dia langsung menyebarkannya walaupun mungkin tidak mendapat manfaat apa pun dari sutta tersebut. Orang seperti ini patut dikasihani karena dia sepertinya sangat menderita dan sangat haus akan sesuatu yang bisa meredam atau menghilangkan penderitaannya. Tanpa menimbang lebih jauh, dia tidak segan-segan melakukan apa pun untuk mendapat “asuransi pahala” yang dijanjikan.

39
Temen saya (mantan pengungsi kerusuhan) bilang, mereka yang melakukan kesadisan itu ada yang minum minuman keras dulu. Menurut saya, mereka sebetulnya juga masih punya "hati", mungkin ada rasa tidak tega juga, makanya minum minuman keras biar berani?

Lalu, kalian tidak kesian sama orang yang melakukan kejahatan itu? ntah gimana kelahiran mendatang mereka nanti.

Jadi, untuk apa mengutuk mereka? tidak ada untungnya toh bagi kita? hanya menambah sifat negatif (marah dan benci) saja.

40
Diskusi Umum / Re: makan secukupnya
« on: 08 December 2010, 02:14:40 PM »
dulu, saya pernah berkata kepada sahabatku, "Sobat, sesungguhnya kesucian tidak bisa diraih oleh orang yang terlalu banyak makan dan juga oleh orang yang kekurangan makan. Tidak pula bisa diraih oleh orang yang terlalu banyak tidur maupun oleh orang yang kurang tidur. Sebagaimana yang saya fahami dari ajaran sang Buddha."

sahabatku berkata, "Ah masa sih? Ada referensinya? Jika belum jelas referensinya, aku belum percaya bahwa sang Buddha mengatakan hal seperti itu."

dalam hati saya bertanya, "mengapa orang tidak berusaha melihat substansi, tetapi justru lebih mengurusi bentuk? Mengapa referensi itu yang harus dia selidiki dan pertanyakan, mengapa tidak ia berusaha untuk melihat dan membuktikan sendiri, apakah benar kesucian tidak bisa diraih oleh orang yang terlalu banyak makan. Seakan-akan kebenaran hanyalah suatu referensi. Apakah segala pernyataan tidak akan dipercayai sebagai suatu bentuk kebenaran hanya karena tidak dikemukakan referensinya? Apakah orang tidak dapat membedakan mana ajaran sang Guru dan mana yang bukan tanpa melalui referensi? Apakah kita harus menjadi orang yang sibuk menghapalkan referensi-referensi agar apa yang kita sampaikan bisa diterima sebagai kebenaran?"

apakah sahabat tidak pernah membaca bait ini di dalam sutta :

Memang idealnya, sesuatu itu harus dibuktikan sendiri. Tapi terkadang, kebijaksanaan kita belum cukup untuk membuktikannya sehingga kita perlu tahu referensi-nya.

Misalnya ketika seorang bhante mengatakan, “ayo lanjutkan terus meditasimu, ini rintangannya, begini solusinya”. Bukankah untuk mendedikasikan waktu dan tenaga dalam mengikuti petunjuk (yang tidak mudah) itu, kita perlu tahu bahwa bhante tersebut cukup capable ?

Jadi menurut saya, referensi kadang diperlukan, kadang tidak.

41
Buddhisme untuk Pemula / Re: Tanya ? Jawab untuk Pemula
« on: 02 December 2010, 08:16:58 AM »
Bro...numpang nanya..masih awam... _/\_
klo dalam ajaran agama budha tuh sebenernya ada Tuhan tidak sih?
apakah kita menyembah Budha?

Tentang Tuhan sudah cukup sering dibahas, coba disearching dulu. Bahkan saking seringnya dibahas, akan terlihat banyak sudut pandang yang berbeda. Ada yang bilang tidak ada, ada yang bilang ada (dalam pengertian tertentu tentang Tuhan). Jadi, kalau ada yang tanya tentang Tuhan, coba tanyakan dulu pengertian Tuhan menurut dia. Setelah tau definisi Tuhan menurut dia, baru bisa kita jawab, apakah Tuhan versi dia, ada atau tidak ada dalam agama Buddha.

Apakah kita menyembah Buddha? Apa itu “menyembah”? IMO, jangan pake kata “kita”. Sekalipun kita sama-sama beragama Buddha, tapi perlakuan kita terhadap BuddhaDhamma bisa jauh berbeda, entah menyembah, percaya buta, ikut-ikutan, memuji, menguji, acuh tak acuh, dst. Jadi pertanyaan ini dijawab secara personal saja.

42
Humor / Re: Joke campuran
« on: 24 November 2010, 02:00:13 PM »
Tips mengecilkan perut :
1). Bangun pagi.
2). Berdiri tegak ... tundukkan kepala ...dengan tatapan ke arah perut.
3). Bungkukkan badan
4). Buka baju.
5). Lalu tangan menampar perut sambil mengucapkan : " Bikin malu !! ... Bikin malu !! ... 100 X. ....

43
Kalo buku Mahasi Sayadaw yang 'Practical Insight Meditation' dan 'Progress of Insight' sama bukunya Sayadaw U Pandita yang 'In This Very Life' ada versi Indonesianya ga yah ?

Tiga buku Mahasi Sayadaw yang berjudul: Insight Through Mindfulness, Basic of Vipassana Meditation, dan Progress of Insight, telah diterjemahkan ke bahasa indonesia dan diterbitkan menjadi satu buku yang berjudul Meditasi Vipassana. Di gramedia juga ada.

Kalau mau lihat gambarnya, lihat di sini:

http://www.ehipassiko.net/index.php?option=com_content&view=article&id=1&Itemid=2

44
Diskusi Umum / Re: kenapa harus melakukan pelepasan mahluk hidup.
« on: 11 November 2010, 03:15:26 PM »
Quote
Aaaaaaarrrrrrrrrgh .....
gara-gara ikut fangshen baru2 ini
dalam upacara ada roti tawar .... gw langsung makan
lalu diketawain orang   .... dianggap gw makhluk luar angkasa yg baru datang ke dunia
apa yg aneh makan roti? .... wong roti memang fungsinya utk makan?

dikatakan roti tawar itu dibuatkan mirip "manusia" ..... Sambil baca mantra (Biksu)
kemudian arahkan dan ditepuk2 roti itu di tubuh kita yg sering sakit ... konon katanya bisa sembuh

Yg di Fangshen ikan laut ....
dengan orang yg ikut upacara itu .... kira2 500 orang lebih
Ikan yg di fangshen 2 truk 

entah upacaranya kelamaan ato ikan dalm plastik itu kepanasan
rata2 gw liat ikan yg di Fangshen .... banyak yg mati
termasuk plastik ikan gw yg di fangshen .... gw liat ada 1 -2 ekor ikan sudah mati

Gimana gak mati .... laaah mao ngambil dlm plastik aja rebutan
Ikan dlm plastik tentu mengalami "gempa" 9.8 sk


(gw sepakat kata2 Bro kumis .... makanya gw Quate, upacara kyknya lebih menonjol drpd Esensi Fangshen)

Quote di atas, saya ambil dari postingan Adhittana, di sini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18656.0;message=309588

Saya reply di sini saja:
Tentang rotinya ditepuk-tepuk di bagian tubuh yang sakit, tidak akan saya komentari karena menurut saya sedikit aneh. Saya mau komentar yang dibold saja.

Saya pernah baca, ada 2 tujuan menjalani moralitas/perbuatan baik yaitu “to be good” dan “to do good”.

Seringkali orang berpikir bahwa dengan melakukan kebaikan (do good) maka otomatis dia menjadi baik (be good). Padahal belum tentu. Orang-orang yang berebutan ingin melepaskan ikan (seperti cerita Adhit), menurut saya, mereka adalah orang yang ingin do good saja. Mereka ingin berbuat baik tapi mereka tidak sadar bahwa sesungguhnya, apa yang mereka lakukan tidak membuat diri mereka menjadi lebih baik.

Lalu saya melihat bahwa orang masih terikat pada formalitas/upacara atau apalah namanya. Dari cerita Adhit, mengapa orang berebutan ingin melepas ikan? Seolah-olah, tangan siapa  yang melepas, si pemilik tangan itu lah yang dapat pahala. Jika memang tujuan kita adalah ingin ikan itu bebas, maka tangan siapapun yang melepaskannya, tidak masalah bukan? Yang penting ikannya lepas.

Bila diperhatikan lebih dalam, perilaku kita mencerminkan betapa hausnya kita akan kebahagiaan. Coba kita renungkan, betulkah hewan itu lebih menderita dari kita? Di satu sisi mereka ingin bebas dari penderitaan fisik. Kita pun do good agar bebas dari penderitaan fisik. Bukankah kita sama dengan hewan-hewan itu?? Hanya satu yang bisa membedakan kita dari hewan-hewan itu, yaitu bila kita memilih be good.

Selain itu, tidak perlu terlalu formal misalnya membaca paritta dulu (apalagi paritta panjang), nanti ikannya keburu tepar.

Jadi, silakan lakukan perbuatan baik tapi jangan hanya do good saja, tapi harus be good juga :)


45
Buddhisme untuk Pemula / Re: sila ke-7
« on: 08 November 2010, 03:45:00 PM »
sypun wktu itu prnah mndngar bhwa ada bhante yg mnjadikan ritme musik utk memfokuskan pd meditasi,,
tp sy tdk tw musik atw ritme apa itu,,
bnyk hal yg dpt diambil dr musik itu sndiri,,
entah itu timbul dan tenggelam,
pemusatan,,
alunan/alur,,
proses,,
perbedaan tinggi nada,,
n bnyk lain na yg sypun belum pahami..

Ya, saya juga pernah mendengarnya. Ada seorang bhante yang mengatakan bahwa musik bisa digunakan untuk bermeditasi, tapi jangan hanyut. Sayangnya, tidak dijelaskan lebih detil tentang meditasi seperti ini.

Pages: 1 2 [3] 4 5