//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - Indra

Pages: 1 2 3 4 5 [6] 7 8 9
76
Lingkungan / Menghadapi Bencana
« on: 16 November 2010, 07:49:18 AM »

***
Berikut ini adalah artikel yg cukup menarik, karena banyak teman2 yg jarang mengunjungi ruangan lain dari DC selain forum ini, maka saya copaskan ke sini, agar dapat dinikmati oleh teman2.

http://dhammacitta.org/artikel/wiku-sadayana-menghadapi-bencana/
****

Wiku Sadayana ~ Menghadapi Bencana
Upasaka Dayananda TG

Suatu siang yang sangat panas, upasaka Danaviriya salah seorang pengikut Wiku Sadayana datang dari kota ke padepokan tempat Wiku Sadayana tinggal. Dia membawa kain untuk diberikan kepada para murid Wiku Sadayana yang sudah membutuhkan pakaian.

Menjelang senja setelah istirahat dan mandi di pancuran yang dingin airnya, Danaviriya menuju ruang pamujan, dan disana telah berkumpul penghuni padepokan yang lain untuk memulai penguncaran mantra suci. Setelah mendapatkan tempat duduk yang sesuai, Danaviriya dengan sungguh sungguh mengikuti penguncaran mantra suci sampai selesai.

Seperti biasanya, para murid Wiku yang membutuhkan petunjuk, masih tetap berada diruang tersebut, sedangkan yang lainnya kembali ke pondok masing masing untuk bersemedi atau membaca lontar, atau beristirahat bagi yang sudah merasa lelah. Dan seorang murid membawa masuk seteko wedang jahe hangat dengan beberapa cangkir bambu, dan dibagikan kepada yang masih hadir disitu.

Danaviriya tetap berkumpul dengan beberapa murid lain dan setelah Wiku Sadayana mengetahui kehadirannya, dengan gembira Wiku Sadayana menyapa : “Damai dan sejahtera bagimu Danaviriya, ayo mari duduk disini, berapa malam kau akan bermalam disini Danaviriya?”. Danaviriya segera mendekat dan memberikan sembah sujudnya kepada Wiku yang telah dianggapnya seperti orang tuanya sendiri, kemudian berkata : “Rahayu Guru, aku berniat menginap 2 malam disini”, setelah itu dia mundur dan mencari tempat duduk bersama sama dengan murid Wiku yang lain.

Seperti biasa para murid satu per satu menceritakan apa yang mereka lakukan dan menanyakan hal hal yang kurang jelas bagi perkembangan batin mereka. Selama pembicaraan itu, Wiku Sadayana sekali sekali melirik kepada Danaviriya yang tampaknya sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri, dengan kening berkerut.

Ketika perbincangan dengan para murid telah usai, Wiku Sadayana dengan senyum lebar menegur Danaviriya : “Danaviriya, ayo ini wedang jahenya diminum dulu, dan setelah itu ada berita menarik apa yang akan kau ceritakan kepada kami?”

Danaviriya tertegun sejenak, dan setelah meneguk wedang jahe yang sudah mulai dingin dia berkata : “Guru, sebetulnya tidak ada berita yang penting, namun aku gelisah memikirkan beberapa hal yang tampaknya kini sudah jauh berbeda dibandingkan dulu pada waktu aku masih kecil”

Wiku Sadayana : “ O, apa itu yang kini berbeda dibandingkan ketika masih kecil?”

“Mungkin ceritanya agak panjang guru, “ tukas Danaviriya.

“Tidak apa apa, toh kau bermalam disini, dan tidak ada kegiatan apa apa lagi selain beristirahat setelah ini, ayo ceritakan dengan santai”, jawab Wiku.

“Begini guru”, tutur Danaviriya. “Pada waktu aku masih kecil, ayahku sering memberikan nasehat dan contoh yang baik, seperti tepo-seliro, kita berusaha menghindari kata kata atau perbuatan yang menyakiti orang lain; bebasan , bertutur kata yang ramah dan menyejukkan ; tetapi sekarang ini sudah sangat berbeda, orang berbicara dengan kata kata yang kasar, yang dibalas lagi dengan kata kata yang kasar, berlaku semau maunya tidak memperdulikan perilakunya kurang menyenangkan bagi orang lain, misalnya sudah larut malam , masih saja menabuh gamelan keras keras; atau jika dulu, orang yang menunggang kuda sudah turun dari kuda sebelum masuk ke pekarangan rumah, sekarang sudah tidak begitu lagi. Sikap santun kepada orang yang lebih tua sudah berkurang, yang dikedepankan adalah harta, manusia diukur dari harta yang dimilikinya.”

“Andap asor, sifat rendah hati yang diajarkan sebagai budaya kita yang luhur sudah jarang terlihat, malahan menyombongkan pangkat kedudukan , yang kaya memamerkan kekayaannya walaupun kita tahu cara mendapatkan kekayaanya kurang jelas, tapi si kaya ini karena banyak menyumbang, dipuja puja oleh orang banyak; yang miskin berusaha mendapatkan lebih dari apa yang seharusnya, sedangkan yang pintar tidak segan segan menggunakan kepandaiannya untuk mengakali yang tidak waspada. Ayahku mengatakan bahwa orang yang beradab adalah orang yang mampu mengendalikan batinnya untuk tidak marah, dan aku dinasehati untuk melatih kesabaran, karena kesabaran adalah cara membina diri yang paling baik. Tetapi kenyataan sehari hari, aku melihat banyak orang menjadi marah hanya karena masalah kecil, mereka mudah tersinggung dan bukannya mampu menahan diri, malahan kemarahan dipertontonkan agar orang lain takut. Sehingga hampir tiap hari kita bisa mendengar terjadinya kemarahan, pertengkaran, penipuan, pemaksaan dan lain lain yang sudah tidak sesuai dengan tata krama luhur yang dulu selalu diajarkan oleh para sesepuh. Ini semua membuat hatiku risau, akan kemanakah kita-kita ini”

“Seiring dengan bencana kekeringan, banjir bandang, gunung yang meletus, longsor yang berulang ulang terjadi, banyak dibicarakan di kedai sebagai akibat dari ulah kita, para manusia yang serakah dan sudah kelewat batas melanggar tata krama, menyinggung hati para dewa karena petuahnya tidak diturut; namun yang berbicara seperti itu, perilakunya juga sama saja, tidak ada bedanya dengan yang lain, apakah benar semua ini hukuman dari para dewa bagi kita , Guru ?”

Senyap ruangan itu, semua yang hadir meresapi kata kata Danaviriya, dan meng-ia-kan dalam hati bahwa apa yang diungkapkan Danaviriya memang benar, telah terjadi dan bahkan tampaknya makin menjadi-jadi.

“Danaviriya”, tukas Wiku Sadayana setelah merenung cukup lama; “Hyang Guru Buddha, pernah mengajarkan bahwa ada hukum alam yang bekerja sesuai dengan aturannya, dan ada hukum Karma yang bekerja sesuai aturannya juga. Bencana alam ada yang disebabkan karena ulah manusia, misalnya banjir dan kekeringan karena hutan sudah habis dibabat untuk membangun rumah dan kayu bakar, tetapi juga bisa karena memang hukum alam yang bekerja sendiri misalnya musim kemarau berkepanjangan yang menimbulkan kekeringan dimana mana atau hujan deras yang berlebihan sehingga terjadi banjir; atau gempa, atau gunung meletus. Jadi jangan semuanya disama ratakan sebagai akibat dari ulah manusia. Tetapi hal ini kadang kadang dimanfaatkan oleh orang cerdik yang sedang mencari pengikut, orang yang tidak mengerti, ditipunya, kejadian alam yang memang sudah waktunya terjadi, dianggap sebagai hukuman dari para dewa akibat dari ulah manusia yang tidak menghormati para dewa, dan orang orang yang tertipu ini lalu dianjurkan untuk lebih taat dan patuh lagi untuk melakukan upacara upacara pemujaan kepada dewa tertentu.

“Lalu kita harus bagaimana Guru?”, tanya Danaviriya.

Wiku Sadayana mengelus elus jenggotnya dan sambil tersenyum dia meneruskan :”Perlu kita pahami bahwa kita hanya bisa mengendalikan pikiran, perkataan dan perbuatan kita, sedangkan pikiran , perkataan dan perbuatan orang lain, tidak bisa kita kendalikan, oleh karena itu Danaviriya dan muridku sekalian, berpikirlah dahulu sebelum berkata dan melakukan sesuatu, apakah hal itu bermanfaat bagimu dam bagi orang lain, jika bisa menyebabkan kemalangan , kerugian atau kesedihan kepada orang lain seperti juga kepada dirimu sendiri; maka perkataan atau perbuatan tersebut sebaiknya jangan dilakukan; sebaliknya jika baik bagimu dan juga bagi orang lain, maka perkataan dan perbuatan itu memang patut dilakukan.”

“O, Guru, indah sekali petuah Guru, dan selanjutnya bagaimana menyikapi bencana yang terus menerus terjadi?”, sahut Citramatra, murid paling senior dari Wiku Sadayana.

“Bencana yang terjadi karena hukum alam yang bekerja , tidak bisa kita cegah, tetapi bukan berarti kita pasrah saja, kita perlu selalu menimbang , selalu berpikir dengan bijaksana, misalnya, padepokan ini berada di lereng gunung yang curam tetapi aku tidak membangunnya ditempat yang ada kemungkinan terkena bencana longsor jika terjadi gempa, atau banjir. Aku memilih dilereng yang terlindung oleh lembah, sehingga jika bukit dibelakang ini longsor, maka longsoran tersebut akan masuk kedalam lembah yang cukup dalam tersebut, tidak langsung menghancurkan padepokan beserta penghuninya, selain itu juga bukankah kita semua sudah menanam banyak pohon yang berakar kuat dibelakang pondok ini dan diseberang lembah untuk mengurangi kemungkinan buruk dari longsor”

“Sebaliknya jika kita mengetahui bahwa penebangan pohon yang berlebihan dihutan di atas bukit itu dapat menjadi penyebab longsor saat gempa atau hujan, kita perlu berupaya merawatnya, seperti kukatakan tadi, dengan menanam pohon yang berakar kuat.. Jika kau Citrawirya menebang pohon untuk mendapatkan kayu untuk memperbaiki pondok, aku selalu menanyakan berulang ulang, apakah sudah menanam pohon pengganti, dan karena aku berulang kali menanyakan, kau kadang kadang jengkel dan menganggapku cerewet , bukankah demikian Citrawirya?”, tukas Wiku Sadayana sambil terkekeh-kekeh.

Dengan muka merah, Citrawirya menghaturkan sembah kepada Wiku Sadayana seraya berkata : “Mohon maaf guru, memang kadang kadang aku merasa jengkel, tapi sekarang setelah tahu mengapa harus menanam pohon pengganti, aku lebih paham, dan selanjutnya aku berusaha tidak jengkel lagi jika Guru menanyakan”

“Bagus, bagus Citrawirya, mungkin Gurumu waktu itu lupa menjelaskan mengapa perlu menanam pohon pengganti, selanjutnya dengan pemahaman ini, tentunya kau akan melakukan hal yang terbaik untuk mencegah dan melindungi padepokan ini dari bahaya longsor”.

“Baik Guru, akan aku perhatikan dan lakukan”, tukas Citrawirya.

“Nah, karena aku lihat beberapa dari kalian sudah mulai mengantuk, pembicaraan mengenai berkurangnya tata krama di masyarakan, akan kita bicarakan besok pagi saja, ayo kita habiskan wedang jahe masing masing, dan cangkirnya dibersihkan serta dikembalikan ke tempatnya”.

77
Mahayana / Bhiksu profesional
« on: 09 November 2010, 07:54:58 PM »
soal nien fo dibayar... keluarga saya pernah diminta tarif per nien fo per orang harganya, utk yg lebih susah/panjang lebih mahal tarifnya.


 [at]  suhu, mohon informasi lebih lanjut, nama bhiksu maupun viharanya.

78
Sekali Lagi, Peluluhan Fonem


Bahasa sebenarnya bunyi yang mengandung arti atau makna. Itu bahasa yang primer. Bahasa lain adalah bahasa tulis dan bahasa isyarat. Keduanya masuk bahasa sekunder. Dalam menggunakan bahasa, bunyi yang satu dengan bunyi yang lain saling mempengaruhi. Misalnya, bunyi- bunyi yang tidak bersuara dapat menjadi bersuara karena pengaruh bunyi yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya, bunyi /t/ tidak bersuara, tetapi berdekatan dengan /n/ yang bersuara, bunyi /t/ dapat berubah menjadi bunyi bersuara seperti pada kata `pantai`, `menonton`. Bunyi- bunyi yang tajam seperti /k,p,t,c/, dan bunyi desis `s` biasanya luluh bila diberi prefiks `meng-`. Contohnya, `meng-kais` menjadi `mengais`, `mem-pukul` menjadi `memukul`, `men-tangkap` menjadi `menangkap`, `meny-cari` seharusnya dalam bahasa Indonesia (BI) seharusnya menjadi `menyari`, tetapi menjadi `meny-cari` yang kita tuliskan secara ortografis menjadi `mencari`.

Namun, ada beberapa pengecualian. Kita menetapkan bahwa gugus konsonan tidak mengalami peluluhan pada awal kata walaupun konsonan yang digunakan /k,p,t,s/. Misalnya, konsonan /k/ pada kata `mengkristal`, `mengkritik`, konsonan /p/ tidak luluh pada kata `memprotes`, `memproklamasikan`, konsonan /t/ tidak luluh pada kata `mentraktir`, `mentransportasi`, konsonan /s/ tidak luluh pada `menstrukturkan`, `mensteril`.

Selain itu, kita biasanya membiarkan kata-kata asing tanpa peluluhan seperti pada kata `mempopulerkan`, `mentoleransi`. Kata-kata bersuku satu dalam bahasa Melayu tidak mengalami peluluhan fonem awalnya seperti pada kata `memposkan`, mempak`, tetapi sekarang dalam BI kata- kata bersuku satu diberi prefiks `menge-`, seperti pada kata `mengepak`, `mengeposkan`. Ini mungkin pengaruh bahasa Jawa. Dalam bahasa Melayu tidak ada alomorf `menge-`. Yang ada hanya `me-`, `mem- `, `men-`, `meng-`, `meny-`.

Ada juga kata-kata dalam BI yang diperlakukan secara khusus seperti kata `mempunyai` dan `mempengaruhi`. Kata `punya` berasal dari `mpu`, menjadi `empu` yang berarti `ibu` seperti pada empu jari; berarti `pembuat keris` seperti pada Empu Gandring; berarti `pemilik` seperti pada “Buku itu saya empu-nya”. Kata `empunya` dalam BI berubah menjadi `punya`. Kata `pengaruh` dalam BI mungkin dianggap oleh pemakai bahasa bahwa /pe/ adalah awalan (prefiks) sehingga tidak diluluhkan /p/-nya seperti pada kata `mempercepat`, `memperbesar`.

Yang aneh adalah bahwa kata-kata serapan berfonem awalan /k/ sering dalam BI tidak diluluhkan, misalnya kata `meng-konsentrasikan`, `meng- kombinasikan`. Tetapi perkecualian pada `mengontrak` dan bukan `meng- kontrak`.

Dari contoh-contoh di atas, kita melihat bahwa pada umumnya kata- kata asing diperlakukan khusus dibandingkan dengan kata-kata asli. Orang tidak menulis `menraktir`, tetapi `metrakir`. Ini merupakan masalah dalam BI. Itu sebabnya, guru pengajar di SD sampai dengan SMA harus memperhatikan benar hal ini dan mengajarkan kepada muridnya sebagaimana seharusnya.

Kalau murid mereka melanjutkan studinya sampai perguruan tinggi, dosennya tidak perlu lagi menjelaskan hal-hal yang memang seharusnya sudah mereka kuasai. Bahasa Indonesia sampai saat ini masih terus tumbuh dan berkembang sehingga kita sebagai pemakai bahasa itu harus menguasai semua aturan yang berlaku tentang strukturnya, baik struktur kata (morfologi) maupun struktur kalimatnya (sintaksis).


sumber : http://rubrikbahasa.wordpress.com/2004/11/01/sekali-lagi-peluluhan-fonem/

79
Thread ini berisi sutta-sutta yg terdapat dalam Majjhima Nikaya, Bagian III (Lima puluh khotbah terakhir)
*walaupun disebutkan 50 tapi pada kenyataannya ada 52 sutta dalam koleksi ini*

KELOMPOK DI DEVADAHA (DEVADAHAVAGGA)

101  Devadaha Sutta
102  Pañcattaya Sutta
103  Kinti Sutta
104  Sāmagāma Sutta
105  Sunakkhatta Sutta
106  Āneñjasappāya Sutta
107  Gaṇakamoggallāna Sutta
108  Gopakamoggallāna Sutta
109  Mahāpuṇṇama Sutta
110  Cūḷapuṇṇama Sutta

KELOMPOK SATU DEMI SATU (ANUPADAVAGGA)

111  Anupada Sutta
112  Sappurisa Sutta
113  Chabbisodhana Sutta
114  Sevitabbāsevitabba Sutta
115  Bahudhātuka Sutta
116  Isigili Sutta
117  Mahācattārisaka Sutta
118  Ānāpānasati Sutta
119  Kāyagatāsati Sutta
120  Sankhārupapatti Sutta

KELOMPOK TENTANG KEKOSONGAN (SUÑÑATAVAGGA)

122  Mahāsuññata Sutta
123  Acchariya-abbhūta Sutta
124  Bakkula Sutta
125  Dantabhūmi Sutta
126  Bhūmija Sutta
127  Anuruddha Sutta
128  Upakkilesa Sutta
129  Bālapaṇḍita Sutta
130  Davadūta Sutta

KELOMPOK PENJELASAN (VIBHANGAVAGGA)

131  Bhaddekaratta Sutta
132  Ānandabhaddekaratta Sutta
133  Mahākaccānabhaddekaratta Sutta
134  Lomasakangiyabhaddekaratta Sutta
135  Cūḷakammavibhanga Sutta
136  Mahākammavibhanga Sutta
137  Saḷāyatanavibhanga Sutta
138  Uddesavibhanga Sutta
139  Araṇavibhanga Sutta
140  Dhātuvibhanga Sutta
141  Saccavibhanga Sutta
142  Dakkhiṇāvibhanga Sutta

KELOMPOK ENAM LANDASAN (SAḶĀYATANAVAGGA)

143  Anāthapiṇḍikovāda Sutta
144  Channovāda Sutta
145  Puṇṇovāda Sutta
146  Nandakovāda Sutta
147  Cūḷarāhulovāda Sutta
148  Chacakka Sutta
149  Mahāsaḷāyatanika Sutta
150  Nagaravindeyya Sutta
151  Piṇḍapātapārisuddhi Sutta
152  Indriyabhāvanā Sutta

80
Thread ini berisi sutta-sutta yg terdapat dalam Majjhima Nikaya, Bagian II (Lima puluh khotbah ke dua)

KELOMPOK TENTANG PERUMAH TANGGA (GAHAPATIVAGGA)   

51.  Kandaraka Sutta - Kepada Kandaraka   
52.  Aṭṭhakanāgara Sutta - Orang dari Aṭṭhakanāgara   
53.  Sekha Sutta - Siswa dalam Latihan yang Lebih Tinggi   
54.  Potaliya Sutta - Kepada Potaliya   
55.  Jīvaka Sutta - Kepada Jīvaka   
56.  Upāli Sutta - Kepada Upāli   
57.  Kukkuravatika Sutta - Petapa Berperilaku-Anjing   
58.  Abhayarājakumāra Sutta - Kepada Pangeran Abhaya   
59.  Bahuvedanīya Sutta - Banyak Jenis Perasaan   
60.  Apaṇṇaka Sutta - Ajaran yang Tidak Dapat Dibantah   .

KELOMPOK TENTANG PARA BHIKKHU (BHIKKHUVAGGA)   

61.  Ambalaṭṭhikārāhulovāda Sutta - Nasihat kepada Rāhula di Ambalaṭṭhika   
62.  Mahārāhulovāda Sutta - Khotbah Panjang Nasihat kepada Rāhula   
63.  Cūḷamālunkya Sutta - Khotbah Pendek kepada Mālunkyāputta   
64.  Mahāmālunkya Sutta - Khotbah Panjang kepada Mālunkyāputta   
65.  Bhaddāli Sutta - Kepada Bhaddāli   
66.  Laṭukikopama Sutta - Perumpamaan Burung Puyuh   
67.  Cātumā Sutta - Di Cātumā   
68.  Naḷakapāna Sutta -  Di Naḷakapāna   
69.  Gulissāni Sutta - Gulissāni   
70.  Kīṭāgiri Sutta - Di Kīṭāgiri   

KELOMPOK TENTANG PARA PENGEMBARA (PARIBBĀJAKAVAGGA)   

71.  Tevijjavacchagotta Sutta - Kepada Vacchagotta tentang Tiga Pengetahuan Sejati   
72.  Aggivacchagotta Sutta - Kepada Vacchagotta tentang Api   
73.  Mahāvacchagotta Sutta: Khotbah Panjang kepada Vacchagotta
74.  Dīghanakha Sutta: Kepada Dīghanakha
75.  Māgandiya Sutta: Kepada Magandiya
76.  Sandaka Sutta: Kepada Sandaka
77.  Mahāsakuludāyi Sutta: Khotbah Panjang kepada orang Sakuludāyi
78.  Samaṇamaṇḍika Sutta: Samaṇamaṇḍikāputta
79.  Cūḷasakuludāyi Sutta: Khotbah Pendek kepada orang Sakuludāyi
80.  Vekhanassa Sutta: Kepada Vekhanassa.


KELOMPOK PARA RAJA (RĀJAVAGGA)   

81.  Ghaṭikāra Sutta: Ghāṭīkāra si tukang tembikar
82.  Raṭṭhapāla Sutta: Tentang Raṭṭhapāla
83.  Makhādeva Sutta: Raja Makhādeva
84.  Madhurā Sutta: Di Madhurā
85.  Bodhirājakumāra Sutta: Kepada Pangeran Bodhi
86.  Angulimāla Sutta: Tentang Angulimala
87.  Piyajātika Sutta: Lahir dari Mereka yang Disayang
88.  Bāhitīka Sutta: Jubah
89.  Dhammacetiya Sutta: Monumen Dhamma
90.  Kaṇṇakatthala Sutta: Di Kaṇṇakatthala

KELOMPOK PARA BRAHMANA (BRĀHMAṆAVAGGA)   

91.  Brahmāyu Sutta: Brahmāyu
92.  Sela Sutta: Kepada Sela
93.  Assalāyana Sutta: Kepada Assalāyana
94.  Ghoṭamukha Sutta: Kepada Ghoṭamukha
95.  Cankī Sutta: Bersama Cankī
96.  Esukāri Sutta: Kepada Esukāri
97.  Dhānañjani Sutta: Kepada Bhānañjāni
98.  Vāseṭṭha Sutta: Kepada Vaseṭṭha
99  Subha Sutta: Kepada Subha
100. Sangārava Sutta: Kepada Sangārava

Thread ini saya lock demi kerapian sampai saya selesai, jika ada di antara teman-teman yang ingin mendiskusikan atau mengomentari silahkan di http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17307.0.html


_/\_

81
1. Kita tentu pernah mendengar atau membaca bahwa Raja Suddhodana, Ayah Sang Buddha, berhasil mencapai kesucian Arahat sesaat sebelum meninggal dunia tanpa menjadi bhikkhu.

2. menurut MN 71 Tevijjavacchagotta Sutta, terjadi dialog antara Vacchagotta dengan Sang Buddha sebagai berikut

Vaccha: “Guru Gotama, adakah perumah tangga yang, tanpa meninggalkan belenggu kerumahtanggaan, pada saat meninggal dunia telah mengakhiri penderitaan?”

Sang Buddha: “Vaccha, tidak ada perumah tangga yang, tanpa meninggalkan belenggu kerumahtanggaan, pada saat saat meninggal dunia telah mengakhiri penderitaan.”

Tampak adanya kontradiksi Antara Poin 1 dan Poin 2 ini,

Bagaimana rekan-rekan menjelaskan hal ini? mohon tanggapan.

_/\_

82
Diskusi Umum / Apakah Ananda bersalah?
« on: 13 August 2010, 07:14:51 PM »
Persoalan ini sudah pernah saya lempar ke forum 2 tahun lalu tapi sepertinya masih menarik untuk didiskusikan, saya kesulitan mencari thread lama itu, jadi saya bikin thread baru aja. Kalau mod berkenan mencari, silahkan di-merge.

Quote from: Mahaparinibbana Sutta - DCPedia
3.47. ‘Dan sekarang, hari ini di Kuil Cāpāla, Aku berkata: “Tempat- tempat ini sungguh indah. Ānanda, siapa pun yang telah mengembangkan empat jalan menuju Kekuatan ... tidak diragukan dapat hidup selama satu abad, atau hingga akhir dari abad tersebut. Tathāgata telah mengembangkan kekuatan-kekuatan ini ... dan Beliau dapat, Ānanda, tidak diragukan hidup selama satu abad, atau hingga akhir dari abad tersebut.”’

‘Namun engkau, Ānanda, gagal menangkap petunjuk jelas ini, isyarat jelas ini, tidak memohon kepada Tathāgata agar hidup selama satu abad. Jika, Ānanda, engkau memohon kepada-Ku, Tathāgata akan dua kali menolak, tetapi pada ke tiga kalinya, Aku akan menyetujui.’

Pertanyaan: Sang Buddha dan para Arahat lainnya menyalahkan ānanda karena tidak memohon pada Sang Buddha untuk hidup lebih lama. Kenapa Ānanda yg disalahkan atas peristiwa parinibbana ini. Bukankah saat itu memang sudah waktunya bagi Sang Buddha untuk Parinibbāna?


83
Kesehatan / Terapi Batu Empedu
« on: 06 August 2010, 11:46:05 AM »
dapat dari email, belum dibuktikan, kalau ada yg sudah berpengalaman,pls share ....
-------------------------------------------
     Bila anda menduga ada batu pada empedu anda, cobalah cara yang dianjurkan oleh Dr Chiu Nan untuk menghilangkannya secara alamiah.
Pengobatan ini juga dapat dipakai bila ada keluhan gangguan hati, karena hati dan kandung empedu saling berkaitan.

      Tata-cara pengobatannya adalah sebagai berikut:

      1. Selama lima hari berturut-turut minumlah empat (4) gelas sari buah apel segar setiap hari, atau makanlah empat atau lima buah apel segar,
          tergantung selera anda. Apel berkhasiat melembutkan batu empedu. Selama masa ini anda boleh makan seperti biasa.

      2. Pada hari ke-enam jangan makan malam. Jam 6 petang, telanlah satu sendok teh "Epsom salt" (magnesium sulfat, garam Inggris??)           
          dengan  segelas air hangat. Jam 8 malam lakukan hal yang sama. Magnesium sulfat berkhasiat membuka pembuluh-pembuluh kandung
          empedu. Jam 10 malam campurkan setengah cangkir minyak zaitun (atau minyak wijen) dengan setengah cangkir sari jeruk segar. Aduklah
          secukupnya sebelum diminum. Minyaknya melumasi batu2 untuk melancarkan keluarnya batu empedu.

Keesokan hari Anda akan menemukan batu-batu berwarna kehijauan dalam limbah air besar anda. "Batu-batu ini biasanya mengambang," menurut Dr Chiu-Nan.

Cobalah hitung jumlahnya. Ada yang jumlahnya 40, 50 sampai 100 batu.
Banyak sekali. Tanpa gejala apapun Anda mungkin memiliki ratusan batu yang berhasil dikeluarkan melalui metoda ini, walaupun
mungkin tidak semuanya keluar.

Baik sekali apabila kita sekali-kali membersihkan kandung empedu kita.

1. Jenis Apel sebenarnya sama, cuma saya seneng yang manis... Kemaren aku makan Apel RRC yang sering diskon kalau di supermarket
     harga diskon per 100 gram 800-1000 (biasaya 1600)

2. Minum/makan apel selama 1 hari 4 (rata2) lima juga boleh.

3. Sebelumnya aku minum Jus asli apel. Cuma butuh waktu untuk mebuatnya.

Akhirnya selama 5 hari aku makan apel seger dari kulkas kulitnya aku buang. Karena apel sekarang banyak yang dikasih lapisan lilin dan terkontaminasi sama pestisida... jadi aku buang kulitya,
lalu aku potong kecil..dan dimasukkan ke kulkas...jadi saat kita mau
makan, apelnya masih seger dan dingin.

4. Garam Inggris beli di apotik harga Rp2.500 (Tempat obat)

5. Minyak Zaitun kalau kita ke Supermarket namanya Olive Oil, harga 25-30 ribu satu botol. Di Apotek juga ada, aku beli di sana karena dekat rumah.

Guna Jeruk agar kita tidak muntah saat minum Minyak Zaitun, Jadi aduk yang rata...karena sebelumnya adukanku tidak
rata...sehingga eneg, ..lalu aduk lagi biar tercampur dengan rata..karena minyak dan jeruk tidak bersatu atau Berat Jenisnya
beda...

--------

84
Thread ini berisi sutta-sutta yg terdapat dalam Majjhima Nikaya, Bagian I (Lima puluh khotbah pertama),

Kelompok Khotbah Tentang Akar (Mūlapariyāyavagga)

1  Mūlapariyāya Sutta  - Akar Segala Sesuatu
2  Sabbāsava Sutta  -  Segala noda
3  Dhammadāyāda Sutta  -  Pewaris dalam Dhamma
4  Bhayabherava Sutta  -  Kekhawatiran dan Ketakutan
5  Anangaṇa Sutta  -  Tanpa Noda
6  Ākankheyya Sutta  -  Jika Seorang Bhikkhu Menghendaki
7  Vatthūpama Sutta  -  Perumpamaan Kain
8  Sallekha Sutta  -  Pemurnian
9  Sammādiṭṭhi Sutta  -  Pandangan Benar
10  Satipaṭṭhāna Sutta  -  Landasan-landasan Perhatian

Kelompok Auman Singa (Sīhanādavagga)

11  Cūḷasīhanāda Sutta  -  Khotbah pendek tentang Auman Singa
12  Mahāsīhanāda Sutta  -  Khotbah panjang tentang Auman Singa
13  Mahādukkhakkhandha Sutta  -  Khotbah Panjang tentang Kumpulan Penderitaan
14  Cūḷadukkhakkhandha Sutta  -  Khotbah Pendek tentang Kumpulan Penderitaan
15  Anumāna Sutta  -  Kesimpulan
16  Cetokhila Sutta  -  Belantara dalam Batin
17  Vanapattha Sutta  -  Hutan Belantara
18  Madhupiṇḍika Sutta  -  Bola Madu
19  Dvedhāvitakka Sutta  -  Dua Jenis Pikiran
20  Vitakkasaṇṭhāna Sutta  -  Pelenyapan Pikiran-pikiran Kacau

Kelompok Perumpamaan (Opammavagga)

21  Kakacūpama Sutta  -  Perumpamaan Gergaji
22  Alagaddūpama Sutta  -  Perumpamaan Ular
23  Vammika Sutta  -  Gundukan Sarang Semut
24  Rathavinīta Sutta  -  Barisan Kereta
25  Nivāpa Sutta  -  Umpan
26  Ariyapariyesanā Sutta  -  Pencarian Mulia
27  Cūḷahatthipadopama Sutta  -  Khotbah pendek tentang Perumpamaan Jejak Kaki Gajah
28  Mahāhatthipadopama Sutta  -  Khotbah panjang tentang Perumpamaan Jejak Kaki Gajah
29  Mahāsāropama Sutta  -  Khotbah panjang tentang  Perumpamaan Inti Kayu
30  Cūḷasāropama Sutta  -  Khotbah pendek tentang Perumpamaan Inti Kayu

Kelompok Panjang Berpasangan (Mahāyamakavagga)

31  Cūḷagosinga Sutta  -  Khotbah Pendek di Gosinga
32  Mahāgosinga Sutta  -  Khotbah Panjang di Gosinga
33  Mahāgopālaka Sutta  -  Khotbah Panjang tentang Penggembala Sapi
34  Cūḷagopālaka Sutta  -  Khotbah Pendek tentang Penggembala Sapi
35  Cūḷasaccaka Sutta  -  Khotbah Pendek kepada Saccaka
36  Mahāsaccaka Sutta  -  Khotbah Panjang kepada Saccaka
37  Cūḷataṇhāsankhaya Sutta  -  Khotbah Pendek tentang Hancurnya Keinginan
38  Mahātaṇhāsankhaya Sutta  -  Khotbah Panjang tentang Hancurnya Keinginan
39  Mahā-Assapura Sutta  -  Khotbah Panjang di Assapura
40  Cūḷa-Assapura Sutta  -  Khotbah Pendek di Assapura

Kelompok Pendek Berpasangan (Cūḷayamakavagga)

41  Sāleyyaka Sutta - Brahmana Sālā
42  Verañjaka Sutta  -  Brahmana Verañja
43  Mahāvedalla Sutta  -  Rangkaian panjang Tanya-Jawab
44  Cūḷavedalla Sutta  -  Rangkaian pendek Tanya-Jawab
45  Cūḷadhammasamādāna Sutta  -  Khotbah Pendek tentang Cara-Cara  Melaksanakan Segala    Sesuatu
46  Mahādhammasamādāna Sutta  -  Khotbah Panjang tentang Cara-Cara Melaksanakan Segala Sesuatu
47  Vīmaṁsaka Sutta  -  Penyelidik
48  Kosambiya Sutta  -  Orang-Orang Kosambi
49  Brahmanimantanika Sutta  -  Undangan Brahmā
50  Māratajjanīya Sutta  - Teguran kepada Māra



Thread ini saya lock demi kerapian, jika ada di antara teman-teman yang ingin mendiskusikan atau mengomentari silahkan di http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17307.0.html


























85
DhammaCitta Press / Majjhima Nikaya (Diskusi)
« on: 20 July 2010, 05:00:10 PM »
Note: MN1 dipindahkan ke page 2 agar MN1 tidak muncul di setiap page.Detail update tentang MN disini

86
Pengembangan DhammaCitta / pembentukan dewan mod
« on: 24 May 2010, 06:52:37 PM »
sejak pembubaran kabinet mod yg lalu hingga sekarang, yg terjadi adalah banyaknya diskusi yg OOT, tidak bermanfaat, menjadi ajang pembalasan dendam, dll. dengan mempertimbangkan hal ini maka saya selaku seorang veteran purnawirawan mengusulkan agar mod/glomod dibentuk kembali demi ketertiban dalam berdiskusi.

90
Kafe Jongkok / Mohon Bantuannya
« on: 18 March 2010, 01:12:30 PM »
untuk membantu perjuangan salah seorang member DC, mohon kesediaan anda untuk click link berikut, click LIKE, then tuliskan sebaris comment anda.

http://www.facebook.com/photo.php?pid=30597056&id=1165432108

yg sudah melakukan silahkan lapor di sini, supaya bisa di-CLICK,

terima kasih

Pages: 1 2 3 4 5 [6] 7 8 9