//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - Sumedho

Pages: 1 ... 4 5 6 7 8 9 10 [11] 12 13 14 15 16 17 18 ... 800
151
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 28 February 2014, 10:23:37 PM »
Di sini kasusnya adalah adalah tahu dan sadar sepenuhnya bahwa jika ia melakukan tindakan ini, maka makhluk itu akan mati, dan ia melakukannya. Apakah ini cukup untuk disebut tindakan membunuh atau ada pengecualian?


ralat, rupanya dari Atthasalini hal 97 :D

afaik sih selama pengajaran theravada, selama ada niat yah pasti pembunuhan. kasus mixednya kalau kita misalnya terpaksa misalnya melakukan sesuatu tapi kita tahu menyebabkan mahluk terbunuh, nah itu mixed dengan penjelasan bahwa ada miliaran citta sekejab salah satunya ada karena action itu dilakukan.

but...

lets get it on :D

152
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 28 February 2014, 02:09:23 PM »
kalo nda salah ini penjelasan antara visuddhimagga deh, kalo salah yah dari abhidhammathasangaha.

jika tidak komplit maka dikatakan bukan pembunuhan yg sah "lengkap", karena orang tidak mengetahui konsekwensinya perbuatan itu akan membuat mahluk itu mati maka yah tidak ada niat membunuhkan?

153
DhammaCitta Press / Re: audio book
« on: 28 February 2014, 02:02:58 PM »
 still in progress :) staytune

154
Bantuan Teknis, kritik dan saran. / Re: Pembaruan forum
« on: 28 February 2014, 09:02:20 AM »
sekarang kok ga bisa masuk ke email lagi ya jika ada PM ?
ada masuk ke junk mail/spam mail?

155
Theravada / Re: my random questions
« on: 24 February 2014, 08:03:50 AM »
sañña itu diterjemahkan jadi percerapan atau persepsi. jadi yah kedua itu refer ke sañña. Kadang dalam kalimat bisa juga berbentuk "menyadari" / "mengetahui" / "mengenali"

imo sih, ketika ada kontak dengan indera masuk lalu kita "mengetahui ada" objek itu yah itu sañña.

kalau yg utk 2 dan 3, objek pikiran muncul lalu di "kenali" yah itu sudah proses sañña. Jadi setiap pandangan atau pikiran yg muncul ketika kita "mengenali" yah itu sudah di "sañña"-kan :P pikiran di treat seperti indera2 lainnya, jadi ada objek pikiran muncul lalu ter-phassa lalu di-sañña-kan , cuma susahnya kontak/phassanya aja yah yang tidak tangible seperti sentuhan misalnya.

sañña itu parallel dengan Rūpa - Viññāṇa - Phassa. Masing2 ada 6 sejajar dengan jalur sendiri2. Ada Rūpa-nya, lalu ada Viññāṇa-nya, lalu ada objek datang- terjadi phassa, lalu baru di sañña-kan. selesai. lalu respond berikutnya muncul pikiran2 lagi yah itu start dr awal lagi, lalu ada sañña sendiri lagi utk objek pikiran itu.

cmiiw



Lihat juga

SN 25.6


prosesnya tidak sampai Sañña
AN 11.7: Sañña Sutta: ShowHide
Quote from: AN 11.7: Sañña Sutta
Yang Mulia Ānanda mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Beliau:

“Bhante, dapatkah seorang bhikkhu mencapai suatu keadaan konsentrasi di mana (1) ia tidak menyadari tanah sehubungan dengan tanah; (2) tidak menyadari air sehubungan dengan air; (3) tidak menyadari api sehubungan dengan api; (4) tidak menyadari udara sehubungan dengan udara; (5) tidak menyadari landasan ruang tanpa batas sehubungan dengan landasan ruang tanpa batas; (6) tidak menyadari landasan kesadaran tanpa batas sehubungan dengan landasan kesadaran tanpa batas; (7) tidak menyadari landasan kekosongan sehubungan dengan landasan kekosongan; (8 ) tidak menyadari landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi sehubungan dengan landasan bukan persepsi juga bukan bukan-persepsi; (9) tidak menyadari dunia ini sehubungan dengan dunia ini; (10) tidak menyadari dunia lain sehubungan dengan dunia lain; (11) tidak menyadari apa pun yang dilihat, didengar, diindera, dikenali, dijangkau, dicari, dan diperiksa oleh pikiran, tetapi ia masih sadar?”

“Dapat, Ānanda.” [319]

“Tetapi bagaimanakah, Bhante, ia dapat mencapai keadaan konsentrasi demikian?”

“Di sini, Ānanda, seorang bhikkhu mempersepsikan sebagai berikut: ‘Ini damai, ini luhur, yaitu, tenangnya segala aktivitas, lepasnya segala perolehan, hancurnya ketagihan, kebosanan, lenyapnya, nibbāna.’ Dengan cara inilah, Ānanda, seorang bhikkhu dapat mencapai keadaan konsentrasi demikian di mana ia tidak menyadari tanah sehubungan dengan tanah … ia tidak menyadari apa pun yang dilihat, didengar, diindera, dikenali, dijangkau, dicari, dan diperiksa oleh pikiran, tetapi ia masih sadar.”

Kemudian Yang Mulia Ānanda, setelah merasa puas dan gembira mendengar pernyataan Sang Bhagavā, bangkit dari duduknya, bersujud kepada Sang Bhagavā, [320] mengelilingi Beliau dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan mendatangi Yang Mulia Sāriputta.<2205> Ia saling bertukar sapa dengan Yang Mulia Sāriputta, dan ketika mereka telah mengakhiri ramah-tamah itu, ia duduk di satu sisi dan berkata kepadanya:

“Teman, Sāriputta, dapatkah seorang bhikkhu mencapai suatu keadaan konsentrasi di mana ia tidak menyadari tanah sehubungan dengan tanah … tidak menyadari apa pun yang dilihat, didengar, diindera, dikenali, dijangkau, dicari, dan diperiksa oleh pikiran tetapi ia masih sadar?”

“Dapat, teman Ānanda.”

“Tetapi bagaimanakah, teman Sāriputta, ia dapat mencapai keadaan konsentrasi demikian?”

“Di sini, teman Ānanda, seorang bhikkhu mempersepsikan sebagai berikut: ‘Ini damai, ini luhur, yaitu, tenangnya segala aktivitas, lepasnya segala perolehan, hancurnya ketagihan, kebosanan, lenyapnya, nibbāna.’ Dengan cara inilah, Ānanda, seorang bhikkhu dapat mencapai keadaan konsentrasi demikian di mana ia tidak menyadari tanah sehubungan dengan tanah … ia tidak menyadari apa pun yang dilihat, didengar, diindera, dikenali, dijangkau, dicari, dan diperiksa oleh pikiran, tetapi ia masih sadar.”

“Menakjubkan dan mengagumkan, teman, bahwa makna dan kata-kata baik dari guru maupun siswa persis sama dan selaras satu sama lain dan tidak menyimpang sehubungan dengan keadaan terunggul.<2206> Baru saja, teman, aku mendatangi Sang Bhagavā [321] dan menanyakan kepada Beliau tentang persoalan ini. Sang Bhagavā menjawab dengan kata-kata dan frasa-frasa yang persis sama dengan yang diucapkan oleh Yang Mulia Sāriputta. Sungguh menakjubkan dan mengagumkan, teman, bahwa makna dan kata-kata baik dari guru maupun siswa persis sama dan selaras satu sama lain dan tidak menyimpang sehubungan dengan keadaan terunggul.”

156
Bantuan Teknis, kritik dan saran. / Re: Pembaruan forum
« on: 24 February 2014, 07:33:41 AM »
;D

157
Bagaimana dengan pengalaman tuhan sendiri?
untungnya tidak terjadi dengan saya.

banyak orang2 yg karena tekanan sosial diharapkan utk segera mendapatkan pasangan hidup, lalu memaksakan "meskipun belum ketemu yg cocok atau memang belum ada dorongan kemauan sendiri", hanya demi utk mendapatkan status sudah ada pasangan. yah kadang susahnya itu orang itu tidak tau apa yang dia mau :p

158
pemilihan istilahnya menarik.. Yaitu "tetap menjadi dirimu sendiri" dan bukan "tidak menjadi yg dicari orang itu" (kebalikan dari frasa sebelumnya)
karena banyak yg demi mendapatkan jodoh banyak mengorbankan banyak hal yang malahan tidak menjadi lebih baik *in term of kebahagiaan*

159
speed improved now. harusnya sudah tambah kenceng now :) gara2 pindahan dan upgrade, ada yg kena senggol karena deprecations

160
setelah itu, off
br bisa stlah pake open DNS google 8.8.8.8

why ?


setiap kali buka website, sebelum akses kesana, harus convert dari nama ke ip. kalau proses itu lambat yah buka websitenya juga jadi lambat

161
Diskusi Umum / Re: Hasil Persembahan
« on: 15 February 2014, 02:46:30 PM »
entah bagaimana mekanisme persembahan kepada "sanak keluarga" yang menerima persembahan itu sebenarnya apakah secara kimiawi ada perbedaan. Soal jadi cepat basi saya rasa sih tidak menurut pengalaman selama ini, tapi ada rasa makanan yang sudah dipersembahkan itu jadi terasa tidak enak. Tapi ini bisa dijelaskan dengan argumen bahwa makanannya di buka di open air, jadi kering dan berubah, tentu rasanya jadi tidak enak.

So far imo lebih baik abstaining drpd menyimpulkan tanpa landasan yang belum tentu benar.

162
Diskusi Umum / Re: Hasil Persembahan
« on: 15 February 2014, 01:30:25 PM »
Setahu saya Sang Buddha tidak pernah membahas tentang bekas persembahan kepada leluhur boleh dimakan lagi atau tidak. Secara logika tentu boleh saja dimakan, daripada dibuang sia2.

soal mahluk peta makan dan dimuntahkan kembali yah no comment karena imo masih spekulasi. Apakah cepat basi, sepertinya tidak juga. Pengalaman pribadi masih bisa dimakan sampe keesokan harinya atau lebih bahkan. yah dikulkasin supaya lebih awet :P

163
tuhan..aku mo tanya..jodoh ku kapan yaaa....?? minta yg cantik yaaa....
jodohmu ada dimana2... karena semua pernah jadi ibu, artinya juga pernah jadi pacar dulu... #sarkasme

jadi jodoh itu tinggal dipilih dan dilanjutkan saja dengan siapa saja, masalahnya apakah kamu menjadi yg dicari orang itu atau tetap menjadi dirimu sendiri... #anginberhembus

164
tuhan.. kayaknya ada problem permission di folder attachment dan avatar ?

ada perubahan struktur folder, jadinya kgk ketemu. silakan dicoba lagi

165
udah cepet? :jempol:

Pages: 1 ... 4 5 6 7 8 9 10 [11] 12 13 14 15 16 17 18 ... 800