dari baca2 thread ini, yg saya mengerti ceritanya:
* sebuah vihara hasil swadaya sekelompok orang, ada yang mendanakan tanah, ada yang mendanakan bangunan dan ada yang mendanakan tenaga. vihara ini dimiliki secara sah oleh sebuah yayasan yg terdiri dari beberapa orang badan pendiri. tentunya donatur sudah bukan lagi pemilik sah karena sudah diberikan dan disahkan oleh hukum
* secara sepihak individu sang donatur tanah mendanakan vihara theravada yang bukan miliknya ini kepada SSS
Terima kasih banget bro Morpheus yg sudah berkenan meringkas, sehingga menjadi lebih jelas.
Mohon maklum dan maaf, saya belum siap membuka surat kami, copas saya (tulisan berwarna) untuk lebih memperjelas perrtanyaan2 rekan2 di sini. Agar sesuai aslinya. Dan saya usahakan meng copas satu nomor full. Sehingga tidak ada pemotongan2 kalimat, untuk menghindari perubahan makna aslinya.
Setelah beberapa rekan di sini, menyatakan kebingungan dg trit saya, kemarin terbersit ide; bagaimana kalau Admin DC berkenan menyimpan copy surat kami ini?
Tujuannya:
1. Bahwa yg saya post bukan karangan saja.
2. Copy tersebut komplit, tanpa edit, tanpa inisial, sehingga jelas dan bisa dipertanggungjawabkan.
3. Kami, saya, terus terang awam masalah begini, sehingga tidak tahu apa yg mesti kami lakukan. Dan saya yakin, teman2 lain juga mungkin akan menjumpai masalah yg tidak tahu harus bagaimana. Saya pikir Admin DC lebih luas wawasannya, shg bisa membantu solusi apa yg sebaiknya dilakukan. Yah, mediator, gitu. Sehingga masalah tidak berlarut-larut. paling tidak (Tim) Admin DC berkenan memberikan saran, masukan yg proporsional, shg kami2 yg awam ini tidak diam saja, ataupun kebablasan dalam mencari solusi.
4. tentu, bukan untuk tujuan dibuka, ya.
Itu ide yg kemarin terbersit, semoga saran, masukan itu bisa dipertimbangkan Admin DC.
***
Saya coba revisi sedikit sesuai fakta yang saya pribadi tahu, sehingga lebih jelas.
Untuk lebih detiilnya, awal kebersamaan kami bisa dibaca di: Reply #101 on: 04 January 2012, 03:27:16 PM
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21568.0;message=386954Di tengah perjalanan, Donatur Tanah ingin mendepak teman seperjuangan. Saya pribadi dan beberapa teman lain, jelas menolak NIAT begini. Maka selanjutnya yg menolak kemauan Donatur, dianggap musuh. Ternyata bila lewat rapat yayasan, pihak yg pro Donatur lebih sedikit dp yg menentang. 3 oknum anggota Sangha SSS, "menyarankan" agar yyas, vihara diserahkan ke Sangha, dalam waktu yg berbeda-beda.
Dari sinilah ia meminjam salinan Akta Hibah, kemudian diam2 mengibahkan ke sangha SSS. Ini sangat lihai bin jenius. Dengan langkah ini, namanya menjadi "harum" di mata SSS, sekaligus mendepak yg menentang kemauannya. Kalau kami tolak, maka kami akan dicap sebagai murid yg melawan guru sendiri. wow, siasat yg sangat lihay!!!
Tanah tsb. sudah dibuatkan akta Hibah wasiat di Notaris kepada Yayasan YYY.
Jangankan begitu, dana yang diserahkan langsungpun (kebanyakan kan begini. Baik berupa pasir, semen, uang dlsb. ) tanpa akta notaris. Secara Dhamma, etika, Hukum, sudah bukan milik Donatur lagi. Maka mengambil apa yg sudah didanakan tanpa ijin YYs adalah pelanggaran semua aturan (Dhamma vinaya, etika masyarakat, hukum formal). jelas dan gamblang sekali.
* beberapa anggota SSS membela, mendukung dan menganjurkan perbuatan pengambilan barang yg tidak diberikan ini, secara nominal mungkin berharga beberapa ratus juta (atau M?). tidak ada anggota SSS yang mengecam tindakan tidak terpuji ini.
Tepatnya begini. Ada 3 oknum anggota Sangha SSS yg "menyarankan" agar yayasan, vihara kami diserahkan ke Sangha. dengan alasan: demi menjamin kelangsungan, kepastian mendapatkan pembinaan Dhamma dari Sangha.
Tapi sebelumnya saya mendapat info, salah satunya: KONON, di Tanggerang ada vihara yg sudah diserahkan ke Sangha SSS, tapi jarang ada Bhikkhu yg membina. mau mengundang pertapa Non Sangha SSS DILARANG. Pengurus menjadi SERBA SALAH. Info ini menjadi salah satu dari beberapa pertimbangan kami: BELUM SAATNYA MENYERAHKAN ke Sangha.
Maka kami menulis surat ke Sangha SSS, membeberkan apa problem kami sekaligus minta kepala vihara. Dg Tujuan, kepala Vihara akan mampu menengahi. Tapi yang datang justru Surat sangha SSS yg isinya sangat amat di luar apa yg bisa kami duga. Shock, kok bisa Sangha SSS mau, bersedia mengikuti kemauan ibu SM. Menurut kami: sangha sudah bersedia dan berani MENYETUJUI dan MENDUKUNG APA YG TIDAK SESUAI DHAMMA VINAYA, ETIKA MASYARAKAT, HUKUM FORMAL.
(nah, yg saya copas di sini adalah sebagian dari isi respon surat kami untuk saran yg sangat mengejutkan kami. kami bingung bagaimana mesti menjawab saran Sangha yg kami Muliakan. Minta waktu Padesanayaka, ditolak: jawab saja langsung ke Sangha. Salah seorang teman ke ketua umum Sangha, justru beliau menghindar: Bicarakan dg Padesanayaka saja, ia lebih tahu masalahnya.). Merasa dipingpong...
Bagaimana lagi, dg segala keterbatasan wawasan, pemahaman, kami tuliskan apa fakta yg kami tahu, dg tujuan agar menjadi bahan masukan dan pertimbangan Sangha SSS. Awalnya dg masukkan tersebut, kalau sangha TETAP meminta, maka kami siap serahkan. tapi kemudian, kami berubah pikiran:
= UPDATE_15 Juli 2010 =
Kami sepakat menyerahkan Yayasan kami ke SSS, kami sudah sampaikan secara lisan kepada Bhante S, di Vihara BS. Bagaimana prosedur penyerahannya, kami menunggu pengaturan dan arahan SSS. Bagaimana susunan pengurus dan segala sesuatunya nanti, adalah wewenang SSS SEPENUHNYA.
Pemahaman kami, belum terjadi serah terima. Baru persetujuan. hampir setahun kami tunggu, tidak ada kabar.
* tanpa pengetahuan pemilik sahnya, secara siluman diumumkan sebuah acara serah terima vihara dari pemilik lama ke pemilik barunya (S_I) dan pengelolaannya kepada yayasan baru, dan lagi2 didukung oleh anggota S_I
iluman diumumkan sebuah acara serah terima vihara dari pemilik lama ke pemilik barunya (SSS) dan pengelolaannya kepada yayasan baru, dan lagi2 didukung oleh anggota SSS
* tidak ada komunikasi dari SSS atas pengaduan mengenai kasus ini, malahan serah terima terus berlangsung (diam berarti tanda mendukung?)
Tiba2 kami menerima SMS dari Romo K, begini:
Namo buddhaya! pd tgl 13 nov 2011 stlh makan pagi bhikkhu sangha akan diadakan penyerahan yayasan (sensor/injulia) kpd sangha divihara (sensor/injuliaq) .tk
untuk lebih jelasnya silahkan hubungi Bhante (TTT. Sensor/injulia) thera.
Besoknya KONON (ini pengakuannya), setelah Romo K berkonsultasi dg ketua Umum sangha, acara berubah menjadi:
Acara bukan serah terima, tapi PATIDANA dan UCAPAN TERIMA KASIH Sangha atas penyerahan Vihara VVV ke Sangha SSS.
Aneh.... belum terjadi serah terima kok sudah bikin acara Pattidana???
Rekayasa apa lagi???
Begini, tabungan YYs YYY [dimana untuk menarik uang butuh 2 tanda tangan. bendahara (WH) dan ketua(PS)] masih ada saldo 30an juta (hampir 40 juta rp). ini dana umat. Ini yg diakui haknya ibu SM, dan selalu diminta. Sdr. PS anggota Badan Pendiri dan suami Ibu SM. Tapi ibu SM bukan anggota Badan Pendiri. Ia menolak saat ditawarkan, dulu.
Sdr. WH belum menanda tangani slip penarikan tabungan, krn itu mestinya lewat rapat anggota. Sekaligus menunggu respon Sangha SSS. Saat serah terima YYs YYY lah waktu yg tepat menyerahkan slip penarikan tsb.
Saya melihat keanehan perubahan acara oleh organisasi sekaliber Sangha SSS, maka saya simpulkan: Ini rekayasa ibu SM, tujuan acara ini cuma ingin mengambil uang tersebut. jadi buat apa saya tutup toko untuk memenuhi rekayasa ibu SM? Saya pribadi tidak hadir.
Faktanya? KONON, krn saya tidak hadir, jadi masih perlu diklarifikasi, maaf:
Saat itu banyak bhikkhu hadir (acara intern Sangha), banyak umat daerah lain hadir (ada peresmian rupang), Tapi acara penyerahan sisa uang YYs YYY, kesannya disembunyikan, tidak semua Bhante tahu apa acara tambahan ini sesungguhnya karena disebutkan: Penyerahan dana Umat ke Sangha. tanpa menyebut soal Yys kami. Yang hadir yg bersangkutan saja (dalam arti; umat dari daerah lain tidak tahu, tidak ikut menyaksikan). Sdr. WH menyerahkan ke Ketua Sangha, kemudian Ketua Sangha memberikan ke Ibu SM.
***
Kemudian ada Bhante Senior meminta Sdr. WH untuk membuat sejarah vihara kami.
saya pribadi bertanya: sejarah yg bagaimana? Fair yang apa adanya atau rekayasa?
kalau yg fair apa adanya, saya siap buatkan. tapi kalau yg rekayasa, maaf. jelas kami yg akan menjadi kambing hitam dalam sejarah rekayasa ini. Dan ibu SM akan merasa semua sikap dan tindakkannya adalah baik, benar.
***
Saya melihat banyak ketidak wajaran sudah terjadi. Saya cuma ingin kejelasan apa sesungguhnya yg telah terjadi di vihara kami.Tidak jelas.... Dan karena tidak jelas, bagaimana kami mesti menyususun sejarah vihara VVV???