saya sebagai umat awam yg newbie di forum DC setelah membaca thread dan berusaha memahami semua diskusi dan debat di forum ini, saya teringat pengalaman saya di kota saya ttg salah seorang bhikkhu yang pernah saya jumpai di tempat dugem lagi jual inex 6 tahun yang lalu
cuma di tpt dugem dia memakai baju biasa. Waktu itu belum tahu dia bhikkhu karena memakai baju biasa dan kepalanya botak. Usianya waktu itu lebih kurang sebaya dengan saya atau lebih tua 1 atau 2 tahun. Sekarang saya sudah 32 tahun.
Baru sewaktu saya mengunjungi salah satu vihara di kota ini ketemu dia lagi, di vihara dia memakai jubah bhikkhu.
Dalam pikiran saya " ini Toh yang jual inex di diskotik" kok bisa jadi bhikkhu atau cuma bhikkhu palsu ?
jelas jelas sudah melanggar peraturan Bhikkhu. Dalam batin saya waktu itu asal ketemu beliau di upacara kematian (beliau membaca paritta) pasti menggerutu "Bhikkhu palsu, membohongi umat" dan kalau ada temen saya yg di sana saya langsung ceritakan ke mereka ttg tindakan Bhikkhu tersebut"
Tanggapan teman-teman bermacam-macam, tanggapan mereka banyak persis seperti di forum ini
"Apa Iya?? kok Bhikkhu begitu?"
"Masa sih? Parah kali Bhikkhu begitu?"
"Pelanggaran peraturan Bhikkhu itu"
"Bhikkhu Sesat"
"Bhikkhu palsu?"
dan lain sebagainya...
Pokoknya asal ketemu atau liat Bhikkhu tersebut saya selalu menggerutu di dalam hati.
1 tahun kemudian, saya berkunjung lagi ke vihara tersebut. Di vihara itu ada seorang Bapak-Bapak/Acek dalam bahasa hokkian Medan yang selalu duduk di samping ruangan vihara, biasanya dia membantu menterjemahkan umat tradisi yg masih percaya ramalan2 dari thiu chiam (seperti ramalan lidi yg di kocok2) karena ramalan tersebut kertasnya pake bahasa mandarin. kemudian iseng2 saya ke tpt dia krn melihat ada buku "Keberuntungan Shio di tahun xxxx"
"Buku ini dijual?" tanya saya. "yah sambil berdana" kata Bapak itu. lalu terjadilah percakapan dan perkenalan dengan Bapak tersebut berakhir dengan saya membeli buku itu. sewaktu hendak membayar saya melihat Bhikkhu tersebut muncul dari ruangan lain. Darah saya langsung "
Serrr" Lalu tanpa basa basi saya bilang ke Bapak itu mengenai tindakan Bhikkhu tersebut.
Dari Bapak/Acek inilah pandangan dan tindakan saya berubah "Ah masa?" kata Acek tersebut. "Iya, jawab saya, sumpah deh"
"Asal saya ketemu atau melihat Bhikkhu tersebut pasti timbul gak enak hati dan menggerutu"
"Selain saya yang kamu ceritakan, ada org lain yg sudah kamu beritahu?" tanya acek itu.
"yah teman-teman saya yg pernah melihat Bhikkhu tersebut" jawabku.
"Kamu masih sangat tidak puas dengan Bhikkhu itu ya" tanya Acek itu.
"Iya lah Cek, bayangkan saja masa seorang Bhikkhu jual inex bukannya menjerumuskan umat?"
"Bagaimanapun kelakuan seorang Bhikkhu, dia tetaplah anggota Sangha"
"Kamu sudah menjelek2kan dia, kamu sudah melakukan karma mulut, berarti kamu sudah tidak menghormati Sangha" Kata Acek itu.
"Menghormati gimana Cek, Bknnnya jelas2 dia telah salah melebihi melanggar peraturan Bhikkhu?"
"Bukankah cuma kedoknya sebagai Bhikkhu?" "Bhikkhu Palsu hanya demi uang?" Malah menjerumuskan Umat?
"Saya menghormati Sangha, "tapi tidak terhadap Bhikkhu beginian yang cuma dijadikan sebagai kedok"
"bantah aku waktu itu".
"Yah dia memang salah, tetapi tidak seharusnya kamu menjelek2 kan atau membuka aibnya dia ke orang lain" Bagaimanapun salahnya dia, dia tetaplah Anggota Sangha. Mulutmu sudah membuat Karma bagi dirimu sendiri" Jawab Acek itu"
"Saya masih menggerutu di dalam hati."Acek ini gimana sih? "Jangan Jangan dia temen Bhikkhu itu dan membela dia? Jelas-jelas salah masih bilang saya berbuat karma???"
Melihat saya diam Acek itu lalu buka suara:
"Persepsi setiap orang itu berbeda beda dilihat dari sudut pandang manapun"
"Saya tahu dia sebagai Bhikkhu telah salah besar menjual inex pula melebihi pelanggaran peraturan Bhikkhu"
"Menurutmu Pantaskan dia menjadi Bhikkhu? Acek tahu pasti kamu akan jawab tidak."
"Jadi Bhikkhu tidak gampang loh, setahu acek ada sila sila yang mesti dijalani"
"Alangkah Baiknya kamu langsung bertemu dengan dia dan bertanya kepada yang bersangkutan. kalau bisa menasehati dia langsung daripada kamu membuka aibnya yang ujung2nya akan membuat orang lain merendahkan seorang Bhikkhu?? Bukankah itu juga termasuk Karma? "Mulutmu adalah karmamu meskipun yang kamu bilang adalah kenyataan. tapi masalahnya yang kamu bilang sekarang ini adalah anggota sangha yang meskipun salah tetaplah anggota sangha. Ingat sabda Buddha haruslah kita menghormati anggota Sangha. Justru kalau kamu beranggapan demi kebaikan umat bukannya lebih baik kamu langsung bertemu dengan yang bersangkutan, bertanya ttg pandangannya dan menasehatinya?, kalau memang dia bersalah dan cuma sebagai kedok barulah kamu boleh menceritakan ke umat"
Saya diam, memikirkan dan mencoba mencerna apa yg acek itu bilang.
"Mengapa tidak kamu tanyakan langsung ke orangnya?" saya bisa atur kalian berdua untuk bertemu.
"Setelah saya bisa mencerna apa yang acek itu bilang, saya pun menjawab "OK"
Lalu pada hari yang telah ditentukan saya pun bertemu dengan Bhikkhu tersebut.
Ternyata orangnya ramah dan welcome. serta beliau mengakui kesalahannya.
beliau mengisahkan pada waktu itu, ibunya sedang terkena penyakit kanker darah, butuh biaya besar buat cuci darah.
"Memang saya sudah menjadi Bhikkhu tidak boleh terikat kepada keduniawian"
"Pada masa itu mental saya goyah, saat itu saya berpikir apa gunanya saya menjadi Bhikkhu menjalankan sila-sila kalau saat ini ibu sedang sakit dan membutuhkan biaya tetapi saya sebagai anaknya yg masih hidup tak bisa membantu? Keluarga saya cuma mempunyai anak lelaki satu2nya yaitu saya sendiri, satunya lagi adalah adik perempuan yang sudah menikah dan tinggal di luar kota. Ekonomi adik juga tidak begitu bagus. Jadi kami cuma 2 orang bersaudara. Ibu sudah tua sendirian di rumah kadang ditemani bibi. Ayah sejak saya usia 7 tahun sudah meninggal. Ini adalah kesalahan pertama terbesar dalam hidup saya. Kemudian saya tergoda oleh ajakan seorang teman di luar kota untuk mendapatkan uang dengan menjual inex. ini adalah kesalahan kedua terbesar dalam hidup saya. Tapi saya cuma melakukan itu sekali saja, kemudian saya segera menyadarinya. Akhirnya Karma Ibu telah habis dan meninggal juga. Begitulah apa yg dapat saya ceritakan ke kamu tanpa ada yang saya rahasiakan. Sekarang meski orang atau umat menganggap saya Bhikkhu, saya masih belum menganggap saya Bhikkhu. Meski sekarang saya sudah menjalankan semua sila dengan taat.
"Saya melihat mata beliau berkaca kaca seperti mau keluar air mata tapi kemudian berubah menjadi tenang kembali"
akhirnya saya berpamit pulang dengan bermacam pikiran yang berkecamuk di dalam batin dan pikiran.
"Saya sudah sungguh telah membuat karma mulut mengatakan aib seorang anggota Sangha tanpa menasehati atau bertanya langsung kepada yang bersangkutan" " Memang benar kata Acek itu "
Saya jadi teringat lagu "Rocker juga manusia" diganti "Bikkhu juga manusia"
Dan memang benar saya terkena karmanya, ada teman satu pabrik yang suka mencari muka menceritakan keburukan saya kepada Bos besar. Saat itu saya bekerja sebagai mandor/pengawas di pabrik. Kadang masuk shift malam, kadang masuk shift pagi, kadang masuk shift siang. Rupanya cerita dia kepada Bos sudah berlangsung lama. Dia menceritakan kalau sewaktu shift malam saya suka tidur... weleh emangnya tidur 1/2 jam juga gak boleh? sedangkan yg kerja pagi juga ada istirahat siang 1 jam sewaktu makan siang. Saya complain bos tidak terima. Alhasil saya kena pecat dan disuruh mengundurkan diri dengan baik-baik. Mungkin inilah namanya karma yang berbuah langsung di satu kehidupan.
Jadi dari pengalaman saya tersebut asal ada melihat seorang Bhikkhu atau anggota Sangha yang melenceng, saya gak pernah lagi bilang2 ke teman/orang lain cukup saya yang tahu dan menemui yang bersangkutan meminta penjelasan, mencari tahu pandangan dia dan menasehati kalau memang salah. Ada juga beberapa Bhikkhu yang udah pernah saya temui dan memang cuma bhikkhu berkedok hanya untuk nama dan uang malah suruh saya jangan bilang ke umat kalau dia ada bercewek(karena teman saya pernah ketemu bikkhu tersebut di bandara di penang lagi gandeng 2 cewek) Tetapi gak usah disebutkan namanya di sini. Yang bisa saya sebutkan bikkhu yang ini adalah bikkhu salah satu vihara di kota kisaran (lebih kurang 4 jam perjalanan dr kota medan). Dulu dia belajar menjadi Bikkhu di Taiwan. Itu karmanya sendiri. Yang penting saya tidak berbuat karma seperti yang sudah pernah saya alami sendiri.
Demikianlah sedikit pengalaman saya untuk dibagikan ke temen-temen se-Dhamma.
Semoga Bermanfaat bagi kita semua.