saya sedih mengetahuinya...
mungkin pembinaan di Theravada ada yang perlu dibenahi... walaupun sudah cukup baik... terlihat dengan berkembang pesatnya aliran Theravada...
tapi pada nyatanya mereka yang meninggalkan Theravada... adalah orang-orang yang pernah fanatik juga didalam keTheravadaannya... merasa Theravada lebih benar dan murni dari yang lain... tapi kemudian mereka meninggalkan Theravada pindah ke agama lain...
bukan waktunya untuk menjelek-jelekan agama lain... tapi saatnya intropeksi diri untuk menjadi lebih baik
Sejauh yang saya lihat, di setiap agama dan aliran apa pun; pasti selalu ada umat yang akhirnya beralih-keyakinan ke agama atau ke aliran lainnya. Ini adalah fenomena yang terjadi di belahan dunia manapun, dan tidak bisa kita sangkal keberadaannya.
Saya bukanlah orang yang mendalami Ilmu Psikologi di bangku kuliah. Tetapi saya cukup tertarik dengan skema pergaulan dan gaya sosialisasi yang ada di tiap orang, oleh karena itu saya mengerti apa penyebab kedua teman saya beralih-keyakinan. Pada kasus teman saya, adalah sangat wajar bagi mereka untuk pergi mencari "perlindungan" lain yang bisa meyakinkan bahwa diri mereka adalah indah. Saya lihat keduanya adalah orang yang pemurung dan suka mengasihani diri sendiri, boleh dibilang sangat melankolis dan
absolutely naive person; ditambah lagi mereka adalah perempuan yang lahir dengan kecenderungan untuk mengikuti perasaan.
Singkat cerita, mereka mencari satu sandaran yang mampu membuat mereka yakin bahwa hidup dan segala permasalahannya harus dihadapi dengan semangat. Mereka tidak menemukan "semangat" ini di lingkungan Buddhis. Maklum karena umat Buddha biasanya "terlalu bijaksana" dengan mengajarkan "anicca, dukkha, anatta" pada setiap orang yang memiliki masalah. Nah, kebetulan mereka punya teman-teman dari kepercayaan lain yang lebih proaktif untuk membuat mereka menjadi bergairah. Yah, meskipun menurut saya cara mereka pun tidak bijaksana. Tetapi yang dibutuhkan perempuan pada umumnya adalah persetujuan dari orang-orang lain akan pendapatnya; ini penting bagi perempuan karena hal ini mengindikasikan bahwa mereka tidak sendiri dan mereka adalah benar meskipun sesungguhnya mereka sejuta persen adalah salah.
Karena kompleksitas, mereka pun memutuskan untuk bersandar dalam kepercayaan yang menerima mereka apa adanya. Mungkin Anda dan teman-teman sudah menyadari; bahwa di Agama Kr1sten (Katholik), Anda diarahkan untuk mengakui kasih Tuhan apa adanya, maka Anda akan merasa damai dan seolah diterima di dunia ini. Sedangkan di Agama Buddha, Anda disarankan untuk melihat kesalahan diri sendiri dan berubahlah agar Anda bisa "diterima" di dunia ini.
Sebagian lain, saya melihat ada umat Theravada yang beralih keyakinan karena teman, keluarga, kekasih, ataupun karena bisnis. Sebagian lain karena keyakinan mereka yang kurang teguh, pemahaman yang kurang mantap, dan karena ketidak-nyamanan sosial... Ada salah satu mantan member DhammaCitta yang pada awalnya adalah seorang Theravadin "sejati". Namun dia melihat kecenderungan umat Theravada yang merasa sebagai umat Buddha dari aliran yang paling murni, lalu perlahan dia muak dengan semua itu; termasuk muak melihat umat-umat yang "menjilat" para bhikkhu dengan bersikap super jaim dan sering namakara. Akhirnya sekarang dia menyatakan tidak memiliki agama apapun lagi.