Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia
Komunitas => Kafe Jongkok => Topic started by: suli on 10 August 2013, 06:42:04 PM
-
TEMPO.CO, London - Anak adalah harta paling berharga. Tapi bagaimana kalau ada perempuan berkomitmen tidak ingin membentuk keluarga apalagi sampai memiliki anak.
Nyatanya sebuah penelitian mengungkapkan, semakin cerdas perempuan, ia semakin tak ingin memiliki anak atau membentuk keluarga.
Penelitian yang dilakukan Satoshi Kanazawa, seorang peneliti di London School of Economics, menemukan bahwa dorongan wanita memiliki anak berkurang seperempat untuk setiap 15 poin ekstra IQ-nya.
Kanazawa menggunakan data dari National Study tentang Perkembangan Anak di Inggris. Ia kemudian menambahkan ukuran ekonomi dan pendidikan dari setiap wanita. Namun hasilnya tetap sama, yaitu wanita lebih cerdas semakin kecil ia berkeinginan memiliki anak.
Contohnya seperti para aktris atau presenter terkenal asal Amerika Serikat yaitu Oprah Winfrey, Cameron Diaz dan Eva Mendes. Mereka mengatakan tidak akan pernah menjadi ibu.
"Aku punya kehidupan yang saya miliki karena saya tidak punya anak," kata Cameron Diaz.
Kantor Statistik Nasional mengungkapkan bahwa proporsi perempuan tanpa anak-anak jumlahnya hampir dua kali lipat sejak 1990.
Satu dari lima perempuan berusia 45 tidak punya anak,dan mereka mengenyam pendidikan hingga sarjana. Jumlahnya meningkat menjadi 43%.
Studi sosial yang dilakukan ilmuwan sosial Dr Nattavudh Powdthavee dari University of York, mengungkapkan bahwa gagasan kebahagiaan berasal dari memiliki anak adalah ilusi dan menawarkan petunjuk lain.
"Orangtua menghabiskan banyak waktu mereka menghadiri proses inti dari anak-anak: masalah di sekolah, memasak, mencuci," kata Powdthavee dalam wawancara dengan Times, seperti dilansir dailymail.
-
Wew.....tidak punya anak = wanita cerdas, jd kalo pny anak = wanita tidak cerdas ?? :)) :))
-
:) kalau sis suli gimana?
-
Wew.....tidak punya anak = wanita cerdas, jd kalo pny anak = wanita tidak cerdas ?? :)) :))
namanya juga survey !
-
:) kalau sis suli gimana?
sy punya anak 1 (cowok), brarti sy masuk golongan wanita tdk cerdas menurut survey diatas :)) :)) yah mgkn ada bnr ya hehehe
-
bisa jadi, coba lihat perbedaan negara maju dan negara berkembang. negara berkembang seperti indo bnyk skali jumlah penduduknya.
-
Yg bener
Wanita yg mempunyai anak diluar nikah yg menolak anak
Bukan wanita cerdas
Klo wanita cerdas menolak anak
Gmn dgn ibu2 kalian ???
-
bisa jadi, coba lihat perbedaan negara maju dan negara berkembang. negara berkembang seperti indo bnyk skali jumlah penduduknya.
Tp negara maju sprt Jepang n Spore sekrg justru sdg dilanda ’krisis kekurangan penduduk’....mgkn dikarenakan pola pikir sprt artikel diatas, di 2 negara ini generasi tua jauh lbh byk dr generasi mudanya. Kalo di negara berkembang, memang yg terjadi malah sebaliknya ya....tp wanita tdk bs mempunyai anak tanpa ’peranan’ pria bkn ? ^-^ jd bkn hanya wanitanya saja yg tdk cerdas kalo begitu prianya jg dong ;D
(Btw, ini Ko Andry di Bdg kan? Yg dulu aktif di AMVBG ya?(angkatan Ci Lina gt)?
-
Yg bener
Wanita yg mempunyai anak diluar nikah yg menolak anak
Bukan wanita cerdas
Klo wanita cerdas menolak anak
Gmn dgn ibu2 kalian ???
Good Sis Gryn ;) wise words ......
Yup bnr bgt yg membuang anaknyalah itu wanita yg tdk cerdas
-
y, saya d bdg, mgenai angkatan siapa, saya tdk tahu. jd salam kenal ya.
-
y, saya d bdg, mgenai angkatan siapa, saya tdk tahu. jd salam kenal ya.
Oh mgkn saya salah org hehehe, sorry Ko ;D
Slm kenal jg :)
-
Sebenar na penulis berita na yg gx jelas
Hrz na wanita karir yg cenderung menunda punya anak dan menunda pernikahan
Dan gx etis jg sbuah nama koran terkenal tp gaya berbahasa na payah gt
Seharus na kalimat yg tepat itu menunda anak bukan menolak anak
Cpddd
-
gryn kapan mau punya anak?
-
gryn kapan mau punya anak?
Klo uda wkt na dan kamma baik mendukung
-
mau punya anak atau tidak, tentu dipertimbangin dulu plus-minusnya (apa yang dikorbankan, misalnya waktu, tenaga, hidup?, dst.. dan apa yang didapatkan).
Kebanyakan orang tidak mempertimbangkan ini, dan (kalo boleh saya ngejudge) banyak orang yang terikut arus (baca: beginilah seharusnya hidup: hidup saya dan orang lain). Berasa ga sih, kalo suami, anak, pekerjaan, dll seperti sebuah sarana untuk mengidentifikasi diri kita? seolah ada "takdir" yang mau tidak mau harus dijalani. Ini sebuah target masal, dimana orang terkesan 'berbeda' bila tidak mengikuti pola ini.
imho, bukan berarti kalo orang punya anak, berarti dia tidak cerdas ya.. mungkin dia sudah mempertimbangkannya, dan baginya ini yang terbaik.
tapi kebetulan (menurut survey ini), orang yang cerdas kebanyakan berpikir bahwa kerugian karena memiliki anak, tidak sebanding dengan manfaatnya.
-
lama2 pelem idiocracy menjadi kenyataan:
(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/6/6b/Idiocracy_movie_poster.jpg)
http://www.imdb.com/title/tt0387808/
-
lama2 pelem idiocracy menjadi kenyataan:
(http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/6/6b/Idiocracy_movie_poster.jpg)
http://www.imdb.com/title/tt0387808/
kalo baca dr sinopsisnya sih.....ttg manusia yg dibekukan gt yah trus terbangun 500 tahun di masa depan & mendapati kehidupan masyarakatnya berubah menjadi org2 terbelakang smua & cm dia yg org pinternya gt ya Bro....tp apa hubungannya dgn artikel diatas Bro? (mohon pencerahannya maklum 'krg cerdas' nih hehehe...thanks Bro...).
-
kalo baca dr sinopsisnya sih.....ttg manusia yg dibekukan gt yah trus terbangun 500 tahun di masa depan & mendapati kehidupan masyarakatnya berubah menjadi org2 terbelakang smua & cm dia yg org pinternya gt ya Bro....tp apa hubungannya dgn artikel diatas Bro? (mohon pencerahannya maklum 'krg cerdas' nih hehehe...thanks Bro...).
oh, sinopsisnya kurang lengkap...
di pelem itu ceritanya yang pinter2 kebanyakan mengutamakan karir, mikir seribu kali sebelum punya anak, akhirnya udah ketuaan, gak subur, atau mati duluan. yang bego2 asal main cewek, hamil di luar nikah, produksi banyak anak. setelah beratus2 tahun kemudian kecerdasan dan IQ manusia mengalami kemunduran yang sangat parah....
karena ketiduran selama 500 tahun, si tokoh utama yang cuman orang biasa di masa ini ternyata dianggap jenius oleh orang2 masa depan...
-
wah iya... saya mikir jg arah2ny ke sana.
orang yg "kurang" pendidikanny cenderung punya anak segudang
sementara kok orang yg harusnya lebih "fit" utk kondisi dunia yg sulit ini malah sedikit punya anak
jadi populasi manusia defy the law "survival of the fittest"
apa gara2 sangking pintarnya manusia, sampe bisa menolak "insting" nya untuk melestarikan genetic code nya yah
(atau malah suatu saat manusia bukan lagi di puncak piramida gara2 selalu survival of the unfit?)
-
Kalo gen2 orang cerdas tsb ditransplantasikan ke orang2 yg kurang cerdas bisa gak? ;D
-
bank sperma ? bank indung telur ? bayi tabung ?
-
1. sebenarnya insting punya anak itu...
alami dan wajib (makan, minum, tidur, etc)?
alami tapi tak wajib?
tidak alami dan tak wajib?
2. apakah egoisme menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan untuk memiliki/tidak memiliki anak?
-
sebenarnya keinginan punya anak itu pertarungan antara rasionalitas dengan irrasional.
diukur secara rasional memiliki anak itu menghabiskan biaya besar, mengurangi waktu istirahat, mengganggu karir, mengurangi ketenangan hidup, mengganggu aktifitas dan hobi, mengganggu kesehatan jasmani dan rohani. hal2 ini yang menyebabkan orang tidak mau punya anak.
bagi mereka yang memilih untuk punya anak, alasan2 rasional ini dikalahkan oleh alasan2 irrasional lainnya seperti ingin memiliki sesuatu yang berharga, ingin memiliki copy dari diri, gak mau kalah sama teman2, dll. ada juga alasan rasional punya anak seperti ingin ada backup untuk hari tua, ada yang merawat...
ada juga kasus langka di mana mereka punya anak karena alasan irrasional, namun setelah punya anak alasan rasionalnya kembali hadir. mereka inilah yang biasanya menelantarkan anak karena ingin tetap hidup seperti biasa, menikmati hiburan, memakai baju dan perhiasan bagus, tetap mengerjakan hobi, dll.... anaknya menderita karena orang tua yang tidak bertanggung jawab ini.
-
sebenarnya keinginan punya anak itu pertarungan antara rasionalitas dengan irrasional.
diukur secara rasional memiliki anak itu menghabiskan biaya besar, mengurangi waktu istirahat, mengganggu karir, mengurangi ketenangan hidup, mengganggu aktifitas dan hobi, mengganggu kesehatan jasmani dan rohani. hal2 ini yang menyebabkan orang tidak mau punya anak.
bagi mereka yang memilih untuk punya anak, alasan2 rasional ini dikalahkan oleh alasan2 irrasional lainnya seperti ingin memiliki sesuatu yang berharga, ingin memiliki copy dari diri, gak mau kalah sama teman2, dll. ada juga alasan rasional punya anak seperti ingin ada backup untuk hari tua, ada yang merawat...
ada juga kasus langka di mana mereka punya anak karena alasan irrasional, namun setelah punya anak alasan rasionalnya kembali hadir. mereka inilah yang biasanya menelantarkan anak karena ingin tetap hidup seperti biasa, menikmati hiburan, memakai baju dan perhiasan bagus, tetap mengerjakan hobi, dll.... anaknya menderita karena orang tua yang tidak bertanggung jawab ini.
kalau faktor kebaikan hati atau singkatnya mau direpotkan termasuk ke mana ? irrasional / rasional ? Mungkin akan sedikit OOT, tapi hal ini cukup menarik. Contoh case : panti asuhan. Apakah pengurus panti asuhan termasuk orang2 yang irrasional / rasional ? Atau lingkup lebih kecil. Ada seorang yang berbaik hati memungut bayi malang yang dibuang orang tuanya ? Nah tindakan semacam ini termasuk rasional / irrasional ?
Tentu dalam hal ini, kalau disebut irrasional, saya pikir panti asuhan / orang tersebut bisa jadi tidak memiliki keinginan untuk membuat copy diri, memiliki sesuatu yang berharga, atau pamer dengan teman
Kalau saya pribadi melihat statement om morpheus dalam menyimpulkan "rasional / irrasional" hanya mempertimbangkan "ego" Tapi saya pikir manusia itu kompleks, memang ada ego, tapi juga ada perasaan.
-
kalo boleh sy ikut berpendapat, menurut sy pribadi memiliki anak itu adalah sarana melatih kesabaran...........karena dgn hadirnya seorang anak, seseorang dpt berlatih mengendalikan emosi & ego (mis : bagaimana menghadapi anak pada saat si anak sedang menangis & mengamuk), berlatih mengendalikan keinginan (mis : mendahulukan membelikan segala kebutuhan anak dibanding keperluan diri sendiri), berlatih membagi waktu (mis : menyeimbangkan segala kegiatan), jg berlatih mengembangkan cinta kasih (mis : merawat & berusaha memberikan teladan yg baik utk anak)....itu adalah sebagian sisi positif yg menurut sy dapat kita ambil dr memiliki seorg anak ketimbang hanya melihat dr sisi negatifnya saja yg hanya slalu ditinjau dr kerugian yg ditimbulkan pd diri kita sendiri....
-
kalau faktor kebaikan hati atau singkatnya mau direpotkan termasuk ke mana ? irrasional / rasional ? Mungkin akan sedikit OOT, tapi hal ini cukup menarik. Contoh case : panti asuhan. Apakah pengurus panti asuhan termasuk orang2 yang irrasional / rasional ? Atau lingkup lebih kecil. Ada seorang yang berbaik hati memungut bayi malang yang dibuang orang tuanya ? Nah tindakan semacam ini termasuk rasional / irrasional ?
Tentu dalam hal ini, kalau disebut irrasional, saya pikir panti asuhan / orang tersebut bisa jadi tidak memiliki keinginan untuk membuat copy diri, memiliki sesuatu yang berharga, atau pamer dengan teman
konteksnya mengenai motivasi seseorang untuk memiliki anak.
saya setuju aja untuk masalah panti asuhan atau adopsi anak karena belas kasihan.
Kalau saya pribadi melihat statement om morpheus dalam menyimpulkan "rasional / irrasional" hanya mempertimbangkan "ego" Tapi saya pikir manusia itu kompleks, memang ada ego, tapi juga ada perasaan.
tepat sekali, perasaan itu irrasional kan? irrasional maksudnya diluar rasio, gak ada berdasarkan sound reason.
-
konteksnya mengenai motivasi seseorang untuk memiliki anak.
saya setuju aja untuk masalah panti asuhan atau adopsi anak karena belas kasihan.
tepat sekali, perasaan itu irrasional kan? irrasional maksudnya diluar rasio, gak ada berdasarkan sound reason.
oh.. ic.. saya bisa menangkap point anda.. jadi anda menekankan pada kata rasio., Awalnya saya tanyakan karena contoh yang anda berikan u/ irrasional lebih mengarah ke ego / kepentingan sendiri..
-
iya setuju sama bro Morph. cuman kalo boleh sy lebih memakai kata emosional daripada irrasional, karena bagi sy kata irrasional berhawa negatif :))
jadi dalam memikirkan isu ini, ada dua fakultas yang dipake, rasio sama emosi. tinggal tergantung individu saja yang lebih condong kemana.
*mungkin karena wanita karir sering memakai rasio dalam karir sehingga pikirannya condong memakai rasio daripada emosi dalam memutuskan suatu perkara?
kalo boleh sy ikut berpendapat, menurut sy pribadi memiliki anak itu adalah sarana melatih kesabaran...........karena dgn hadirnya seorang anak, seseorang dpt berlatih mengendalikan emosi & ego (mis : bagaimana menghadapi anak pada saat si anak sedang menangis & mengamuk), berlatih mengendalikan keinginan (mis : mendahulukan membelikan segala kebutuhan anak dibanding keperluan diri sendiri), berlatih membagi waktu (mis : menyeimbangkan segala kegiatan), jg berlatih mengembangkan cinta kasih (mis : merawat & berusaha memberikan teladan yg baik utk anak)....itu adalah sebagian sisi positif yg menurut sy dapat kita ambil dr memiliki seorg anak ketimbang hanya melihat dr sisi negatifnya saja yg hanya slalu ditinjau dr kerugian yg ditimbulkan pd diri kita sendiri....
:jempol:
ini pendapat seorang ibu kah? ;D
-
keinginan memiliki anak (replikasi diri) itu kan sudah merupakan agenda genetik semua makhluk hidup, cuma kadang orang yang banyak berpikir kedepan kadang enggan memiliki anak karena alasan2 merepotkan dsb...
-
iya setuju sama bro Morph. cuman kalo boleh sy lebih memakai kata emosional daripada irrasional, karena bagi sy kata irrasional berhawa negatif :))
jadi dalam memikirkan isu ini, ada dua fakultas yang dipake, rasio sama emosi. tinggal tergantung individu saja yang lebih condong kemana.
*mungkin karena wanita karir sering memakai rasio dalam karir sehingga pikirannya condong memakai rasio daripada emosi dalam memutuskan suatu perkara?
:jempol:
ini pendapat seorang ibu kah? ;D
yes, I am ;D
-
kalo boleh sy ikut berpendapat, menurut sy pribadi memiliki anak itu adalah sarana melatih kesabaran...........karena dgn hadirnya seorang anak, seseorang dpt berlatih mengendalikan emosi & ego (mis : bagaimana menghadapi anak pada saat si anak sedang menangis & mengamuk), berlatih mengendalikan keinginan (mis : mendahulukan membelikan segala kebutuhan anak dibanding keperluan diri sendiri), berlatih membagi waktu (mis : menyeimbangkan segala kegiatan), jg berlatih mengembangkan cinta kasih (mis : merawat & berusaha memberikan teladan yg baik utk anak)....itu adalah sebagian sisi positif yg menurut sy dapat kita ambil dr memiliki seorg anak ketimbang hanya melihat dr sisi negatifnya saja yg hanya slalu ditinjau dr kerugian yg ditimbulkan pd diri kita sendiri....
setuju aja sih, tapi yang disebutkan di atas itu terjadi setelah anaknya lahir / keluar.
gak bisa kan orang memutuskan untuk punya anak karena termotivasi untuk melatih kesabaran, dsb.
gak bisa mencintai sesuatu yang belom ada...
-
punya anak itu jadi belenggu
yang namanya belenggu adalah ikatan dan tidak bebas,
ikatan dan tidak bebas merupakan beban hidup yang harus dipikul.
senangkah, bahagiakah, sedihkah memikul beban yang harus dilakoni hidup ini ! jadi masing2 pribadi yang 'menikmatinya' ;D
-
yes, I am ;D
pantas ^:)^
punya anak itu jadi belenggu
yang namanya belenggu adalah ikatan dan tidak bebas,
ikatan dan tidak bebas merupakan beban hidup yang harus dipikul.
senangkah, bahagiakah, sedihkah memikul beban yang harus dilakoni hidup ini ! jadi masing2 pribadi yang 'menikmatinya' ;D
Buddhis sekali :))