[...]‘‘So evaṃ pabbajito samāno bhikkhūnaṃ sikkhāsājīvasamāpanno pāṇātipātaṃ ... adinnādānaṃ ... abrahmacariyaṃ ... musāvādaṃ ... pisuṇaṃ vācaṃ ... pharusaṃ vācaṃ ... samphappalāpaṃ pahāya samphappalāpā paṭivirato hoti ...
“Setelah meninggalkan keduniawian dan memiliki latihan dan gaya hidup kebhikkhuan, meninggalkan, menghindari pembunuhan ... perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan ... kehidupan tidak-selibat ... ucapan salah ... ucapan jahat ... ucapan kasar ... gosip ...
‘‘So bījagāmabhūtagāmasamārambhā ... vikālabhojanā, naccagītavāditavisūkadassanā ... mālāgandhavilepanadhāraṇamaṇḍanavibhūsanaṭṭhānā ... uccāsayanamahāsayanā ... jātarūparajatapaṭiggahaṇā ... āmakadhaññapaṭiggahaṇā ... āmakamaṃsapaṭiggahaṇā ...
itthikumārikapaṭiggahaṇā ... dāsidāsapaṭiggahaṇā ... ajeḷakapaṭiggahaṇā ... kukkuṭasūkarapaṭiggahaṇā ... hatthigavāssavaḷavāpaṭiggahaṇā ... khettavatthupaṭiggahaṇā ... dūteyyapahiṇagamanānuyogā ... kayavikkayā ... tulākūṭakaṃsakūṭamānakūṭā ... ukkoṭanavañcananikatisāciyogā ... chedanavadhabandhanaviparāmosaālopasahasākārā paṭivirato hoti ...
“Ia menghindari merusak benih dan tanaman ... makan di luar waktu yang selayaknya ... tarian, nyanyian, musik, dan pertunjukan hiburan ... kalung bunga, wewangian, dan menghias dirinya dengan salep ... dipan yang tinggi dan besar ... emas dan perak ... beras mentah ... daging mentah... menerima perempuan-perempuan dan gadis-gadis ... menerima budak laki-laki dan perempuan ... menerima kambing dan domba ... menerima unggas dan babi ... gajah, sapi, kuda jantan, dan kuda betina ... menerima ladang dan tanah ... menjadi pesuruh dan penyampai pesan ... membeli dan menjual ... timbangan salah, logam palsu, dan ukuran salah ... kecurangan, penipuan, penggelapan, dan muslihat ... melukai, membunuh, mengikat, merampok, menjarah, dan kekerasan.
[...]
‘‘So ime pañca nīvaraṇe pahāya cetaso upakkilese paññāya dubbalīkaraṇe, vivicceva kāmehi
vivicca akusalehi dhammehi savitakkaṃ savicāraṃ vivekajaṃ pītisukhaṃ paṭhamaṃ jhānaṃ upasampajja
viharati. Idampi vuccati, brāhmaṇa, tathāgatapadaṃ itipi, tathāgatanisevitaṃ itipi, tathāgatārañjitaṃ
itipi. Na tveva tāva ariyasāvako niṭṭhaṃ gacchati – ‘sammāsambuddho bhagavā,
svākkhāto bhagavatā dhammo, suppaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho’ti.
“Setelah meninggalkan kelima rintangan ini, ketidak-murnian pikiran yang melemahkan kebijaksanaan, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, ia masuk dan berdiam dalam jhāna pertama, yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan kegembiraan dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Ini, Brahmana, disebut jejak kaki Sang Tathāgata, sesuatu yang digoreskan oleh Sang Tathāgata, sesuatu yang ditandai oleh Sang Tathāgata, tetapi seorang siswa mulia belum sampai pada kesimpulan: ‘Sang Tathāgata telah tercerahkan sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, Sangha mempraktikkan jalan yang baik.’
‘‘Puna caparaṃ, brāhmaṇa, bhikkhu ... dutiyaṃ ... tatiyaṃ ... catutthaṃ jhānaṃ upasampajja viharati. Idampi vuccati, brāhmaṇa, tathāgatapadaṃ itipi, tathāgatanisevitaṃ itipi, tathāgatārañjitaṃ itipi. Na tveva tāva ariyasāvako niṭṭhaṃ gacchati – ‘sammāsambuddho bhagavā, svākkhāto bhagavatā dhammo, suppaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho’ti.
“Kemudian ... seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua ... jhāna ke tiga ... jhāna ke empat, yang tanpa kesakitan juga tanpa kenikmatan dan memiliki kemurnian perhatian karena keseimbangan. Ini juga, Brahmana, disebut jejak kaki Sang Tathāgata, sesuatu yang digoreskan oleh Sang Tathāgata, sesuatu yang ditandai oleh Sang Tathāgata, tetapi seorang siswa mulia belum sampai pada kesimpulan: ‘Sang Tathāgata telah tercerahkan sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, Sangha mempraktikkan jalan yang baik.’
‘‘So evaṃ samāhite citte parisuddhe pariyodāte anaṅgaṇe vigatūpakkilese mudubhūte kammaniye ṭhite āneñjappatte pubbenivāsānussatiñāṇāya ... sattānaṃ cutūpapātañāṇāya ... āsavānaṃ khayañāṇāya cittaṃ abhininnāmeti ... Idampi vuccati, brāhmaṇa, tathāgatapadaṃ itipi, tathāgatanisevitaṃ itipi, tathāgatārañjitaṃ itipi. Na tveva tāva ariyasāvako niṭṭhaṃ gato hoti, api ca kho niṭṭhaṃ gacchati – ‘sammāsambuddho bhagavā, svākkhāto bhagavatā dhammo, suppaṭipanno bhagavato sāvakasaṅgho’ti
“Ketika pikirannya yang terkonsentrasi sedemikian murni, cerah, tanpa noda, bebas dari ketidak-sempurnaan, lunak, lentur, kokoh, dan mencapai kondisi tanpa-gangguan, ia mengarahkannya pada pengetahuan mengingat kehidupan lampau ... pengetahuan kematian dan kelahiran kembali makhluk-makhluk ... pengetahuan hancurnya noda-noda ... Ini juga, Brahmana, disebut jejak kaki Sang Tathāgata, sesuatu yang digoreskan oleh Sang Tathāgata, sesuatu yang ditandai oleh Sang Tathāgata, tetapi seorang siswa mulia belum sampai pada kesimpulan, masih dalam proses menuju kesimpulan ‘Sang Tathāgata telah tercerahkan sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, Sangha mempraktikkan jalan yang baik.’
‘‘Tassa evaṃ jānato evaṃ passato kāmāsavāpi cittaṃ vimuccati, bhavāsavāpi cittaṃ vimuccati,
avijjāsavāpi cittaṃ vimuccati. Vimuttasmiṃ vimuttamiti ñāṇaṃ hoti. ‘Khīṇā jāti, vusitaṃ brahmacariyaṃ,
kataṃ karaṇīyaṃ, nāparaṃ itthattāyā’ti pajānāti. Idampi vuccati, brāhmaṇa, tathāgatapadaṃ
itipi, tathāgatanisevitaṃ itipi, tathāgatārañjitaṃ itipi. Ettāvatā kho, brāhmaṇa, ariyasāvako
niṭṭhaṃ gato hoti – ‘sammāsambuddho bhagavā, svākkhāto bhagavatā dhammo, suppaṭipanno bhagavato
sāvakasaṅgho’ti.
“Ketika ia mengetahui dan melihat demikian, batinnya terbebas dari noda keinginan indria, bebas dari noda penjelmaan, dan dari noda kebodohan. Ketika terbebaskan, muncullah pengetahuan: ‘Terbebaskan.’ Ia memahami: ‘Kelahiran telah dihancurkan, kehidupan suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak akan ada lagi penjelmaan menjadi kondisi makhluk apapun.’ Ini juga, Brahmana, disebut jejak kaki Sang Tathāgata, sesuatu yang digoreskan oleh Sang Tathāgata, sesuatu yang ditandai oleh Sang Tathāgata. Pada titik ini seorang siswa mulia telah sampai pada kesimpulan: ‘Sang Tathāgata telah tercerahkan sempurna, Dhamma telah dibabarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, Sangha mempraktikkan jalan yang baik.’
[...]
Majjhimanikāya, Cūḷahatthipadopamasuttaṃ
-------
"If you could reason with religious people, there'd be no religious people"
-Gregory House-