belajar buddhism itu layak nya sperti kita belajar di sekolah, membutuhkan waktu, energi dan melalui proses yg panjang...
dari playgroup, masuk ke TK, setelah itu ke SD/SMP/SMU, baru tembus ke universitas, S1/S2/S3 baru menjadi seorang profesor...
semua proses itu harus dilalui dan dilakukan (praktek), tidak mungkin seseorang dari playgroup bisa langsung menjadi seorang profesor, demikian pula di buddhism, dari pengenalan sampe kita memahami dsar2 dhamma sampe akhirnya kita dapat menyebrang ke pantai seberang, semua tahap2 itu harus dilalui, ada proses, usaha, waktu, praktek...
beda dengan agama samawi, yg menyediakan tiket untuk menikmati mie instan gratis yg tidak pernah diketahui kandungan kesehatan nya bagi tubuh manusia...
agama samawi, tinggal nerima/percaya/tobat konon katanya telah mendapatkan keselamatan, walau tidak pernah diketahui secara pasti kebenaran janji tersebut, karena janji itu hanya bisa diterima setelah kematian datang... namun, mie instan sangat menggugah perasaan orang malas, yg hanya mau tau beres, walau bathin nya bobrok n penuh borok...