//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: cinta vs kemelekatan  (Read 14840 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: cinta vs kemelekatan
« Reply #45 on: 30 June 2011, 04:54:26 PM »
 [at]  M14ka: Seperti yang saya copas sebelumnya, " saat cinta berubah menjadi suatu substansi untuk meraih rasa aman atau mengakhiri penderitaan, cinta jenis ini adalah palsu."

Lebih lengkapnya bisa dilihat lagi di sini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20710.msg361908#msg361908

Adalah manusiawi memiliki cinta palsu ini. Hanya saja, bila kita tidak berhati-hati, maka seiring bertumbuhnya cinta (dan kemelekatan, dan ketergantungan), bertumbuh pula rasa takut dan lemah.
_________________________________

 [at]  Forte: Thanks masukannya, akan saya renungkan...
« Last Edit: 30 June 2011, 04:56:28 PM by Mayvise »

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: cinta vs kemelekatan
« Reply #46 on: 01 July 2011, 06:26:11 PM »
Iya, tulisan itu bagus. Pertama kali baca, saya juga tersentuh.

Sejujurnya, saya belum menemukan cinta lain selain Cinta Palsu. Ketika kita bertemu seseorang dan jatuh cinta padanya, kenyataannya adalah kita menemukan orang yang kita rasa paling mungkin untuk membahagiakan kita. Kita butuh dibahagiakan.

Tentang berkeluarga dan anak-anak. Apa tujuannya? Agar kita tidak kesepian, dan anak-anak adalah investasi di hari tua, mereka akan merawat kita nantinya. [maaf, saya belum punya anak, jadi belum tau rasanya mencintai anak tanpa berpikir tentang investasi].

Sepanjang hidup kita, yang kita pikirkan adalah cara meredam penderitaan (bagaimana agar kita tidak terlalu menderita). Tapi seberapa keras pun usaha kita, kita akan kembali ke titik yang sama. Yaitu suatu kenyataan bahwa kita masih belum mengatasi penderitaan, kita masih menderita.

Menurut saya, ini adalah kenyataan yang menyedihkan :|
dan lagi itu hanya perasaan kita cc, yang pasti akan mengalami perubahan..
oleh karenanya selain cinta palsu ada yang saya sebut cinta sesaat.. yang mungkin jauh lebih berbahaya, apalagi cinta palsu yang sesaat..  :))

kalau soal anak, saya sendiri suka anak2.. bukan soal investasi, tapi anak2 bagi saya itu adalah tempat untuk berbagi, banyak hal yang dapat kita ajarkan pada mereka dan mereka ajarkan pada kita..  :)

[at]  M14ka: Seperti yang saya copas sebelumnya, " saat cinta berubah menjadi suatu substansi untuk meraih rasa aman atau mengakhiri penderitaan, cinta jenis ini adalah palsu."

Lebih lengkapnya bisa dilihat lagi di sini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20710.msg361908#msg361908

Adalah manusiawi memiliki cinta palsu ini. Hanya saja, bila kita tidak berhati-hati, maka seiring bertumbuhnya cinta (dan kemelekatan, dan ketergantungan), bertumbuh pula rasa takut dan lemah.
_________________________________

 [at]  Forte: Thanks masukannya, akan saya renungkan...
yang ini lagi2 saya setuju lagi cc..
kemelekatan menimbulkan rasa takut kehilangan, ketergantungan membuat diri kita menjadi lemah..
bener2 cinta ini masalah yang rumit...
yang paling aman sajalah, cinta kasih "metta"
mencintai tanpa ingin memiliki..
bukan cinta nafsu kepada lawan jenis..  :)
« Last Edit: 01 July 2011, 06:29:54 PM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: cinta vs kemelekatan
« Reply #47 on: 02 July 2011, 02:10:34 PM »
dan lagi itu hanya perasaan kita cc, yang pasti akan mengalami perubahan..
oleh karenanya selain cinta palsu ada yang saya sebut cinta sesaat.. yang mungkin jauh lebih berbahaya, apalagi cinta palsu yang sesaat..  :))

Iya betul, perubahan pasti ada (entah menguat/melemah, muncul/lenyap). Begitu terus, berfluktuasi tergantung kondisi. Berusahalah untuk waspada, agar tidak terhanyut oleh arusnya :)

Quote
kalau soal anak, saya sendiri suka anak2.. bukan soal investasi, tapi anak2 bagi saya itu adalah tempat untuk berbagi, banyak hal yang dapat kita ajarkan pada mereka dan mereka ajarkan pada kita..  :)

Iya, memang pernyataan saya sebelumnya terkesan "kejam". Mungkin karena saya belum punya anak.

Quote
yang ini lagi2 saya setuju lagi cc..
kemelekatan menimbulkan rasa takut kehilangan, ketergantungan membuat diri kita menjadi lemah..
bener2 cinta ini masalah yang rumit...
yang paling aman sajalah, cinta kasih "metta"
mencintai tanpa ingin memiliki..
bukan cinta nafsu kepada lawan jenis..  :)

Hehe.. Iya, jadi harus waspada  8)

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: cinta vs kemelekatan
« Reply #48 on: 02 July 2011, 09:22:22 PM »
kalau gw pribadi melihat mungkin pemikiran sis Mayvise ideal banget ya.. bagus seh.. hanya saja kalau misal tidak sesuai dengan kenyataan bisa berbuntut penderitaan..
mendapatkan suatu cinta palsu mungkin sebuah penderitaan.. namun dengan mendapatkan cinta palsu sebagai suatu penderitaan, kita bisa belajar bahwa cinta palsu menyebabkan penderitaan.. kalau dari iklan Rinso, tak ada noda.. tak belajar.. ;D

mungkin kita justru bisa belajar dari anak kecil.. anak kecil kalau belajar jalan.. terkadang jatuh.. nangis deh.. abis tuh.. tegak lagi.. coba jalan lagi.. pegang sana sini buat memperkuat posisi jalan.. belajar dari kesalahannya yang kecil-kecil..

mengenai ini, saya juga ada refleksi :
Seseorang tidak bisa menjadi besar dengan mengabaikan tahap-tahapan yang kecil..
Seseorang tidak bisa menjadi besar jika terlalu fokus pada tahap-tahapan yang kecil..

mengenai anak.. banyak yang berpikiran investasi.. tapi anak itu "makhluk" yang unik dan lucu.. salah satu keunikan mereka yang menjadi kelebihan.. mereka lebih jujur dibanding orang dewasa..
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: cinta vs kemelekatan
« Reply #49 on: 04 July 2011, 12:28:26 AM »
cemana neh TS nya?
Samma Vayama

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: cinta vs kemelekatan
« Reply #50 on: 04 July 2011, 08:05:44 AM »
kalau gw pribadi melihat mungkin pemikiran sis Mayvise ideal banget ya.. bagus seh.. hanya saja kalau misal tidak sesuai dengan kenyataan bisa berbuntut penderitaan..

Di postingan saya sebelumnya, saya menyatakan bahwa "kita punya/butuh cinta palsu". Saya menyatakan "adalah manusiawi, boleh-boleh saja kok mengejar dan memiliki cinta palsu. Karena kita butuh".

Hal ini menunjukkan tanda-tanda "ke-tidak-ideal-an" (atau "ke-belum-sempurna-an") kita. Kita adalah termasuk saya sendiri.

Quote
mendapatkan suatu cinta palsu mungkin sebuah penderitaan.. namun dengan mendapatkan cinta palsu sebagai suatu penderitaan, kita bisa belajar bahwa cinta palsu menyebabkan penderitaan.. kalau dari iklan Rinso, tak ada noda.. tak belajar.. ;D

Ya betul. Saya suka dengan kata "belajar". Banyak orang (bahkan saya sendiri) sering lupa bahwa tugas kita adalah belajar, sehingga kita cenderung mati-matian menolak yang satu dan mengejar yang lain.

Setiap orang yang mencicipi madu, akan merasakan manisnya madu. Orang yang tidak "belajar", selanjutnya akan tergantung dan merindukan madu lebih banyak lagi. Tidak melihat bahaya dalam ketergantungan dan kerinduan.

Orang yang "belajar" bukan berarti pasti mampu mengendalikan dirinya untuk tidak tergantung dan merindukan. Dia masih "belajar",  dia belum sempurna. Tapi dengan menyadari tugasnya untuk "belajar", maka ketika dia merasakan ketergantungan dan kerinduan, dia bisa berhati-hati dan tidak membiarkan api itu menjadi terlalu besar/sulit untuk diatasi.

Quote
mungkin kita justru bisa belajar dari anak kecil.. anak kecil kalau belajar jalan.. terkadang jatuh.. nangis deh.. abis tuh.. tegak lagi.. coba jalan lagi.. pegang sana sini buat memperkuat posisi jalan.. belajar dari kesalahannya yang kecil-kecil..

mengenai ini, saya juga ada refleksi :
Seseorang tidak bisa menjadi besar dengan mengabaikan tahap-tahapan yang kecil..
Seseorang tidak bisa menjadi besar jika terlalu fokus pada tahap-tahapan yang kecil..

mengenai anak.. banyak yang berpikiran investasi.. tapi anak itu "makhluk" yang unik dan lucu.. salah satu keunikan mereka yang menjadi kelebihan.. mereka lebih jujur dibanding orang dewasa..

Ya saya setuju, selain investasi, anak juga adalah "objek yang memberi sensasi menyenangkan". Sebetulnya memiliki anak, oke-oke aja kok. Postingan saya sebelumnya, hanya ingin menyatakan ketidaksempurnaan kita saja. Bahwa kita masih menuntut semacam rasa aman dan bahagia.

Tapi mudah-mudahan dengan "belajar", akhirnya kita merasakan suatu rasa (rasa kemendesakan, rasa kebosanan. Lalu akhirnya berusaha mencari yang lebih dari itu).

Note: "belajar" berarti belajar melihat ketidakkekalan, ketidakpuasan, dan ketiadaan diri.
« Last Edit: 04 July 2011, 08:19:08 AM by Mayvise »