Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: horina on 28 June 2011, 10:16:58 AM

Title: cinta vs kemelekatan
Post by: horina on 28 June 2011, 10:16:58 AM
Sobat DC yang bijaksana.
Saya mw tanya jika dikehidupan ini kt terlahir hidup bersama apakah dikehidupan selanjutnya mungkin saja bs bersama lagi?
apakah cinta itu kemelekatan?dan seorang buddhist kn harus bljr membebaskan diri dari kemelekatan/penderitaan itu sndri?
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: K.K. on 28 June 2011, 10:20:06 AM
Sobat DC yang bijaksana.
Saya mw tanya jika dikehidupan ini kt terlahir hidup bersama apakah dikehidupan selanjutnya mungkin saja bs bersama lagi?
apakah cinta itu kemelekatan?dan seorang buddhist kn harus bljr membebaskan diri dari kemelekatan/penderitaan itu sndri?
Sis horina, apakah karena timbulnya rasa cinta, kita selalu bahagia, ataukah karena timbulnya rasa cinta, kita berbahagia, juga menderita?
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: M14ka on 28 June 2011, 10:22:04 AM
Sobat DC yang bijaksana.
Saya mw tanya jika dikehidupan ini kt terlahir hidup bersama apakah dikehidupan selanjutnya mungkin saja bs bersama lagi?
apakah cinta itu kemelekatan?dan seorang buddhist kn harus bljr membebaskan diri dari kemelekatan/penderitaan itu sndri?
Wah topic yg bgs banget..... :jempol:
Menurutku cinta n kemelekatan erat hubungannya....Numpang nyimak ^^
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: William_phang on 28 June 2011, 10:25:05 AM
Nah skr yang dinamakan cinta kepada lawan jenis itu sebenarnya kita cinta saya dia atau sebenarnya kita cinta sama perasaan kita?...jawab yang jujur ya...
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: horina on 28 June 2011, 10:30:39 AM
Nah skr yang dinamakan cinta kepada lawan jenis itu sebenarnya kita cinta saya dia atau sebenarnya kita cinta sama perasaan kita?...jawab yang jujur ya...
sy cinta dia tp sy melekat dgn prsn sy,hmmm binggung mode on
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: horina on 28 June 2011, 10:32:37 AM
Sis horina, apakah karena timbulnya rasa cinta, kita selalu bahagia, ataukah karena timbulnya rasa cinta, kita berbahagia, juga menderita?
harusnya bahagia saja bro...tp adakalanya menderita tp yg bt menderita adlh prsn.
misalnya senang saat berjumpa namun bs sedih saat akan berpisah.
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: kakao on 28 June 2011, 10:32:54 AM
cinta itu nggak bisa dipaksakan,..kemelekatan adalah nafsu, kalau nonton film crazy little thing called love cinta itu biarpun berpisah selama beberapa tahun,.namun masih setia menunggu,.dan rasa itu tak  pernah hilang,..walaupun ia menggenggam kancing baju orang yang salah, namun dihatinya tetap orang yang ia sayangi  ;D karena cinta itu aneh,..ilmuan2 juga sampai botak nggak tau rumusan cinta itu gimana.
bahkan dlm kehidupan Buddha gotama, ada cinta antara terpidana dengan nona muda majikan, yang akhirnya suaminya ingin hartanya aja, dan istrinya langsung membunuh dg mendorong sisuami kejurang ^_^!,..ini juga cinta yang aneh,..
"cinta,..oh cinta,..dari dulu sampai sekarang deritanya tiada berakhir -Panglima Thian peng(cu pat kai)"
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: K.K. on 28 June 2011, 10:36:50 AM
harusnya bahagia saja bro...tp adakalanya menderita tp yg bt menderita adlh prsn.
misalnya senang saat berjumpa namun bs sedih saat akan berpisah.
Apakah ada kemungkinannya bahwa kita bisa mempertahankan satu kondisi secara kekal, misalnya kita bersatu selamanya tanpa pernah berpisah?

Seandainya pun jika terus bersama, apakah perasaan itu sendiri kekal, misalnya setelah seminggu tidak bertemu pasangan, lalu berjumpa dan timbul perasaan bahagia. Apakah perasaan bahagia itu sendiri terus menetap di sana dan tidak berubah?
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: horina on 28 June 2011, 10:44:15 AM
Apakah ada kemungkinannya bahwa kita bisa mempertahankan satu kondisi secara kekal, misalnya kita bersatu selamanya tanpa pernah berpisah?

Seandainya pun jika terus bersama, apakah perasaan itu sendiri kekal, misalnya setelah seminggu tidak bertemu pasangan, lalu berjumpa dan timbul perasaan bahagia. Apakah perasaan bahagia itu sendiri terus menetap di sana dan tidak berubah?
Ya benar bro..perasaan bs trs berubah2...
lalu bgmn sang sidharta dan yasodara bs terlahir bersama,kalo tdk salah sebelumnya mereka jg prnh terlahir brsma mnjadi sepasang burung,dll.
lalu sy prnh mendengar ttg cerita suami istri yg sma2 jd sottapanna dan brharap bs trlahir brsama dkehidupan selanjutnya,apa itu mgkn bs trjadi bro di zaman yg sprti skrg ini?
hmmmm binggung jg mengartikan cinta,tp sy sdh pcrn lima tahun,memang skrg sdh ga spti dlu lg,deg2an klo ktemu,maunya ktemu trs,skrg yg dirasa biasa aja cm lbh nyaman saat dkt dy.
Apalagi dy selalu mengajak sy kevihara,bs share kalo ada mslh dan dy selalu menegaskan agar sy tdk melanggar pancasila dan berpkr berkata berbuat yg buruk.
Saya harap dikehidupan selanjutnya bs terlahir bersamanya.
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: K.K. on 28 June 2011, 10:52:51 AM
Ya benar bro..perasaan bs trs berubah2...
lalu bgmn sang sidharta dan yasodara bs terlahir bersama,kalo tdk salah sebelumnya mereka jg prnh terlahir brsma mnjadi sepasang burung,dll.
lalu sy prnh mendengar ttg cerita suami istri yg sma2 jd sottapanna dan brharap bs trlahir brsama dkehidupan selanjutnya,apa itu mgkn bs trjadi bro di zaman yg sprti skrg ini?
hmmmm binggung jg mengartikan cinta,tp sy sdh pcrn lima tahun,memang skrg sdh ga spti dlu lg,deg2an klo ktemu,maunya ktemu trs,skrg yg dirasa biasa aja cm lbh nyaman saat dkt dy.
Apalagi dy selalu mengajak sy kevihara,bs share kalo ada mslh dan dy selalu menegaskan agar sy tdk melanggar pancasila dan berpkr berkata berbuat yg buruk.
Saya harap dikehidupan selanjutnya bs terlahir bersamanya.
Kalau kita bicara dalam konteks perumah-tangga, maka tentu saja memiliki pasangan yang tepat adalah baik & bermanfaat. Siddhatta dan Yasodhara (Rahulamata), mereka pun sejak Petapa Sumedha (bodhisatta) menerima ramalan pasti dari Buddha Dipankhara, banyak sekali dalam kehidupan (rumah tangga) mereka hidup sebagai pasangan. Jika sama-sama bertekad, menurut Ajaran Buddha, hal tersebut adalah sangat mungkin terjadi.

Kalau kita bicara dalam konteks lenyapnya penderitaan (nibbana), maka semua kemelekatan ditinggalkan, termasuk bahkan yang bermanfaat yang menyebabkan orang terlahir di alam bahagia. Sebab kebahagian tersebut juga tidak kekal, rapuh, berubah, timbul dan tenggelam.

Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: horina on 28 June 2011, 10:58:15 AM
Kalau kita bicara dalam konteks perumah-tangga, maka tentu saja memiliki pasangan yang tepat adalah baik & bermanfaat. Siddhatta dan Yasodhara (Rahulamata), mereka pun sejak Petapa Sumedha (bodhisatta) menerima ramalan pasti dari Buddha Dipankhara, banyak sekali dalam kehidupan (rumah tangga) mereka hidup sebagai pasangan. Jika sama-sama bertekad, menurut Ajaran Buddha, hal tersebut adalah sangat mungkin terjadi.

Kalau kita bicara dalam konteks lenyapnya penderitaan (nibbana), maka semua kemelekatan ditinggalkan, termasuk bahkan yang bermanfaat yang menyebabkan orang terlahir di alam bahagia. Sebab kebahagian tersebut juga tidak kekal, rapuh, berubah, timbul dan tenggelam.
Thanks bro atas masukannya...sangat bermanfaat.
Wah kalo sy brharap terlahir bersama lagi berarti berharap terlahir sbg manusia lg dng.hihi...
Yah semoga sy tdk melekat lg dan semoga terlahir kealam yg lbh tinggi,paling ga jd laki2 krn karma baik bs terlahir jd pria.
1.karena pria lbh berpikir jernih dan bijak.
2.karena pria lah yg bs menjadi buddha.
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: Mr.Jhonz on 28 June 2011, 11:01:03 AM
Tanya; (cinta dalam konteks lawan jenis) cinta indentik dengan ketertarikan seks(fisik)??
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: K.K. on 28 June 2011, 11:05:39 AM
Thanks bro atas masukannya...sangat bermanfaat.
Wah kalo sy brharap terlahir bersama lagi berarti berharap terlahir sbg manusia lg dng.hihi...
Sama-sama, semoga demikian adanya.

Quote
Yah semoga sy tdk melekat lg dan semoga terlahir kealam yg lbh tinggi,paling ga jd laki2 krn karma baik bs terlahir jd pria.
1.karena pria lbh berpikir jernih dan bijak.
2.karena pria lah yg bs menjadi buddha.
1. Tidak selalu pria lebih jernih dan bijak dalam berpikir. Bisa dilihat dari para Agga & 13 Mahasavika dari Buddha Gotama.
2. Samma Sambuddha memang selalu pria, tapi untuk mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin secara total, wanita pun bisa melakukannya seperti halnya para Ariya Theri.
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: CHANGE on 28 June 2011, 11:06:43 AM

Sobat DC yang bijaksana.
Saya mw tanya jika dikehidupan ini kt terlahir hidup bersama apakah dikehidupan selanjutnya mungkin saja bs bersama lagi?
apakah cinta itu kemelekatan?dan seorang buddhist kn harus bljr membebaskan diri dari kemelekatan/penderitaan itu sndri?


sebuah anekdot yang mungkin menggambarkan cinta vs kemelekatan

HAL YANG MENGIKATMU

Seorang pengunjung Rumah Sakit Jiwa melihat salah seorang penghuni/pasien sedang berayun-ayun maju mundur diatas kursi sambil terus menerus dengan suara lemah penuh kelegaan menggumam nama seseorang, "Lulu, Lulu..."

"Masalah apa yang dihadapi orang ini?" tanyanya kepada dokter.

"Lulu adalah wanita yang menolak cintanya" jawab dokter.

Ketika mereka meneruskan berkeliling, mereka sampai pada salah satu sel, yang penghuninya terus-menerus memukul-mukulkan kepalanya pada tembok sambil berteriak,"Lulu Lulu! Lulu"

"Orang ini punya masalah dengan Lulu juga? " tanya pengunjung itu.

"Ya" jawab dokter,"Dialah yang menikah dengan Lulu"

Hanya ada dua penderitaan dalam hidup: tidak memperoleh hal yang mengikatmu dan memperoleh hal yang mengikatmu. Inilah KEMELEKATAN yang menyebabkan penderitaan.
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: K.K. on 28 June 2011, 11:06:48 AM
Tanya; (cinta dalam konteks lawan jenis) cinta indentik dengan ketertarikan seks(fisik)??
Jika mengeluarkan faktor ketertarikan seksual dari 'cinta' tersebut, apa bedanya dengan hubungan sahabat?
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: M14ka on 28 June 2011, 11:08:31 AM
Quote
lima gugus kemelekatan[72] adalah penderitaan
‘Dan bagaimanakah, para bhikkhu, singkatnya, lima gugus kemelekatan adalah penderitaan? Yaitu sebagai berikut: gugus kemelekatan bentuk, gugus kemelekatan perasaan, gugus kemelekatan persepsi, gugus kemelekatan bentukan-bentukan batin, gugus kemelekatan kesadaran.[77] Ini adalah, singkatnya, lima gugus kemelekatan adalah penderitaan. Dan itu, para bhikkhu, disebut Kebenaran Mulia Penderitaan.’

Mungkin cinta yang baik itu cinta tanpa aku ya? Seperti beda Love you dengan I Love you?

Apakah terlahir menjadi pria itu lebih baik? Apakah karma yg membuat org terlahir jadi pria ato wanita?
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: horina on 28 June 2011, 11:09:03 AM
Tanya; (cinta dalam konteks lawan jenis) cinta indentik dengan ketertarikan seks(fisik)??
Yah tp kn ga gt jg Mr...
masalah perasaan aja sih,kalo berlebihan itu yg akan menyebabkn penderitaan,nah skrg sy lg bljr utk tdk trlalu melekat.
Yasodara tdk membenci sang buddha walau ditinggal tanpa pesan,mgkn itu hakikat cinta yg semestinya
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: horina on 28 June 2011, 11:12:24 AM
Mungkin cinta yang baik itu cinta tanpa aku ya? Seperti beda Love you dengan I Love you?

Apakah terlahir menjadi pria itu lebih baik? Apakah karma yg membuat org terlahir jadi pria ato wanita?
Ya mungkin bgtu sist,cinta yg tanpa aku...asal tdk berbuah buruk bagi kt.namanya manusia awam mana bs lepas dr prsn asal tdk menderita karnanya paling tdk mengendalikan diri agar tdk menderita.
ya semua kn ada sebab ada akibat,yg sy dengar sih bgtu karma baik dimasa lampau trlahir sbg pria.
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: horina on 28 June 2011, 11:16:23 AM
Sama-sama, semoga demikian adanya.
1. Tidak selalu pria lebih jernih dan bijak dalam berpikir. Bisa dilihat dari para Agga & 13 Mahasavika dari Buddha Gotama.
2. Samma Sambuddha memang selalu pria, tapi untuk mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin secara total, wanita pun bisa melakukannya seperti halnya para Ariya Theri.
wah betul jg.Terimakasih...senang mendapat sedikit penerangan dr Mr.
Semoga semua makhluk berbahagia...
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: Chinsun on 28 June 2011, 11:17:00 AM
Sobat DC yang bijaksana.
Saya mw tanya jika dikehidupan ini kt terlahir hidup bersama apakah dikehidupan selanjutnya mungkin saja bs bersama lagi?
apakah cinta itu kemelekatan?dan seorang buddhist kn harus bljr membebaskan diri dari kemelekatan/penderitaan itu sndri?

I like thiz post ,mau nyimak bgsss daa :-?... CINTA 1kata yg tiada akhr dibahas...cinta itu tidak kekal dlm hdp ini mnrt saya , jadi cintailah org2 disekelilingmu selagi ada kesempatan..jgn sia2kan..jgn smp terbelenggu trlalu dlm pd cinta krn gak ada yg abadi...cinta dpt berubah dari wkt ke wkt ..bs bertmbh besar atau sebaliknya berkrg pd wktnya ..
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: K.K. on 28 June 2011, 11:25:52 AM
I like thiz post ,mau nyimak bgsss daa :-?... CINTA 1kata yg tiada akhr dibahas...cinta itu tidak kekal dlm hdp ini mnrt saya , jadi cintailah org2 disekelilingmu selagi ada kesempatan..jgn sia2kan..jgn smp terbelenggu trlalu dlm pd cinta krn gak ada yg abadi...cinta dpt berubah dari wkt ke wkt ..bs bertmbh besar atau sebaliknya berkrg pd wktnya ..
Maksud sis Chinsun ini, cinta terhadap pasangan, atau cinta kasih secara universal?
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: K.K. on 28 June 2011, 11:31:28 AM
Mungkin cinta yang baik itu cinta tanpa aku ya? Seperti beda Love you dengan I Love you?
Cinta tanpa aku itu maksudnya kalau saya pacaran sama sis M14ka, ngomongnya, "terwelu kuping caisim yang sedang joget, dia mencintaimu"? Atau bagaimana?


Quote
Apakah terlahir menjadi pria itu lebih baik? Apakah karma yg membuat org terlahir jadi pria ato wanita?
Terlahir jadi wanita ada kerugian yang umum: menstruasi, hamil, melahirkan, dan keterkondisian sosial yang mayoritas lebih meng-inferior-kan wanita. Namun tidak selalu menjadi wanita adalah akibat karma yang kurang baik dibanding menjadi seorang laki-laki.

Contoh gampangnya, semua mahasavika dan upasika terunggul dari Buddha, terinspirasi oleh para murid dari Buddha terdahulu, bertekad untuk menjadi murid wanita dengan keunggulan yang sama.

Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: M14ka on 28 June 2011, 11:50:55 AM
Cinta tanpa aku itu maksudnya kalau saya pacaran sama sis M14ka, ngomongnya, "terwelu kuping caisim yang sedang joget, dia mencintaimu"? Atau bagaimana?

(http://dl4.glitter-graphics.net/pub/749/749744wzrbcett0v.gif)

Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: K.K. on 28 June 2011, 11:54:14 AM
(http://dl4.glitter-graphics.net/pub/749/749744wzrbcett0v.gif)


Daripada saya bilang, "terwelu kuping caisim yang berjoget, tidak ada yang mencintaimu"?

Spoiler: ShowHide
Aku = tidak ada. Aku mencintaimu = tidak ada yang mencintaimu.
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: M14ka on 28 June 2011, 12:01:13 PM
Daripada saya bilang, "terwelu kuping caisim yang berjoget, tidak ada yang mencintaimu"?

Spoiler: ShowHide
Aku = tidak ada. Aku mencintaimu = tidak ada yang mencintaimu.

:hammer:
 =)) =)) =))

Tu cuma kiasan aja deh kk....  :>-
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: dhammadinna on 28 June 2011, 01:54:18 PM
Penyebab muncul atau tidak munculnya, serta lenyapnya cinta (dan kemelekatan).

Quote
Setelah melihat bentuk (rupa), seseorang menjadi kehilangan perhatian dan tenggelam dalam keindahan yang diciptakannya, ia merasakan serbuan keinginan untuk mencoba menelannya.

Lanjutannya: ShowHide
Banyak nafsu seperti keiri-hatian dan kemarahan, timbul dari bentuk (rupa), menyiksa mereka yang mencengkeramnya, dengan akibat pikirannya menjadi terbebani oleh kekesalan. Oleh karena itu, Nibbàna, tetap jauh dari mereka yang membawa-bawa muatan penderitaan daripada bermeditasi.

Nafsu tetap tidak berkembang dalam diri mereka yang merenungkan dengan penuh perhatian pada bentuk (rupa), yang telah ia lihat. Demikianlah, dengan terbebas dari nafsu, ia menolak menelannya.

Melihat suatu obyek-mata, seorang yogi hanya melihatnya dan hanya merasa bahwa ia melihatnya, tanpa mencerap bentuk (rupa), yang ditampilkan olehnya. Baginya penderitaan lenyap. Ia harus mempraktikkan meditasi seperti ini; dan jika ia mempraktikkan demikian, ia dikatakan berada dalam jarak pandang Nibbàna.


Demikian juga dengan suara (sadda), bau (gandha), rasa kecapan (rasa), objek sentuhan (phassa), dan objek pikiran.

Sumber: Malukyaputta Sutta (Komentar) (http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/theravada/Komentar%20Anattalakkhana%20Sutta%20dan%20Malukyaputta%20Sutta.pdf)

Quote
10 (10) Berakar pada Kontak

“Para bhikkhu, tiga perasaan ini lahir dari kontak, berakar pada kontak, dengan kontak sebagai sumber dan kondisinya. Apakah tiga ini?

Perasaan yang menyenangkan, perasaan yang menyakitkan, perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan.

“Dengan bergantung pada kontak yang dialami sebagai menyenangkan, para bhikkhu, maka muncul perasaan yang menyenangkan. Dengan lenyapnya kontak yang dialami sebagai menyenangkan itu, maka perasaan yang bersesuaian – perasaan yang menyenangkan yang muncul bergantung pada kontak yang dialami sebagai menyenangkan – berhenti dan mereda.

Demikian juga dengan perasaan yang menyakitkan, dan perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan.

Sutta lain yang sejenis: ShowHide

8 ( 8 ) Bangsal si Sakit (2)

“Seorang bhikkhu harus memanfaatkan waktunya dengan penuh perhatian dan memahami dengan jernih. Ini adalah instruksi kami untuk kalian.

“Para bhikkhu, sewaktu seorang bhikkhu berdiam demikian, penuh perhatian dan memahami dengan jernih, rajin, tekun, dan bersungguhsungguh, jika muncul dalam dirinya suatu perasaan yang menyenangkan, ia memahami: ‘Telah muncul dalam diriku perasaan yang menyenangkan. Sekarang perasaan itu bergantung, bukan tidak bergantung.

Bergantung pada apakah? Bergantung pada kontak ini. Tetapi kontak ini tidak kekal, terkondisi, muncul bergantungan. Maka ketika perasaan yang menyenangkan muncul dengan bergantung pada kontak yang tidak kekal, terkondisi, muncul bergantungan, bagaimana mungkin perasaan ini kekal?’

Ia berdiam dengan merenungkan ketidakkekalan dalam kontak dan dalam perasaan yang menyenangkan itu, ia berdiam dengan merenungkan lenyapnya, merenungkan peluruhannya, merenungkan penghentiannya, merenungkan pelepasannya. Ketika ia berdiam demikian, kecenderungan tersembunyi nafsu sehubungan dengan kontak dan sehubungan dengan perasaan yang menyenangkan ditinggalkan olehnya.

Demikian juga untuk perasaan menyakitkan (serta kecenderungan tersembunyi keengganan), dan perasaan bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan (serta kecenderungan tersembunyi kebodohan).


Sumber: Samyutta Nikaya, buku ke-4 (http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/theravada/Samyutta%20Nikaya%204%20-%20Sayalatana%20Vagga.pdf)

How about true love ?

Quote
Dalam Zen, pasangan jiwa bukanlah seorang di luar diri anda. Pasangan jiwa bukan objek yang anda cari dan akan membuat anda utuh secara ajaib. Kerinduan pada pasangan jiwa pada akhirnya tidak tertuju pada seseorang, tetapi kerinduan untuk mengakhiri penderitaan dan perpisahan yang dirasakan seseorang. Jadi dalam Zen, kita belajar mengakhiri penderitaan. Dengan demikian, kita mendapati bahwa setiap orang mungkin adalah pasangan jiwa kita – atau bahwa kita saat ini sedang bersama pasangan jiwa kita. Kita bahkan mungkin menyapa pasangan jiwa kita saat melihat Matahari bersinar melalui jendela atau anak-anak yang bermain di jalanan.

Cara pandang ini bukanlah suatu penolakan terhadap hubungan manusia, tetapi saat cinta berubah menjadi suatu substansi untuk meraih rasa aman atau mengakhiri penderitaan, cinta jenis ini adalah palsu. Jika mengira bahwa kita akan merasakan keadaan yang sempurna bersama orang lain, niscaya kita akan kecewa dan terluka. Hidup dan hubungan hanya berkaitan dengan satu hal: perubahan, perubahan, perubahan.

Karena banyak orang hidup dalam kesepian, mencari cinta atau mati-matian berusaha bergayut pada apa yang telah mereka temukan, mereka pasti tidak akan pernah menemukan pemenuhan. Berapa pun orang yang mereka kenal atau hubungan yang mereka miliki, seiring dengan waktu dan perubahan yang terjadi, mereka akan kembali sendiri.

Sumber: Buku “Zen Wisdom”, penulis: Brenda Shoshanna, Ph.D, Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia)

Sekian copas-mengopas. Kalau pendapat saya sendiri, cinta dan kemelekatan adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Tapi, muncul dan peluruhannya, bisa dijadikan bahan perenungan. Mengapa muncul, mengapa luruh. Bagaimana agar tidak terombang-ambing. Belajar melihat batin yang kadang masih seperti anak-anak yang mudah terpengaruh, dan bagaimana agar bisa lebih dewasa.
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: Forte on 28 June 2011, 01:58:24 PM
(http://dl4.glitter-graphics.net/pub/749/749744wzrbcett0v.gif)


:))
kelinci segitu groginya.. :P
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: Brado on 28 June 2011, 02:25:07 PM
Sobat DC yang bijaksana.
Saya mw tanya jika dikehidupan ini kt terlahir hidup bersama apakah dikehidupan selanjutnya mungkin saja bs bersama lagi?
apakah cinta itu kemelekatan?dan seorang buddhist kn harus bljr membebaskan diri dari kemelekatan/penderitaan itu sndri?

Saya juga bingung kalau ditanya seperti ini, karena dalam kehidupan sekitar kita yang sekarang ada terdapat orang2 yang mempunyai istri/suami lebih dari satu.. yang duda/janda cerai matipun bisa menikah lagi koq dengan pasangan yang lain.. jadi jawabnya maybe yes maybe no.. karena kalau di kehidupan mendatang contoh : yang satu jadi dewi terus yang satu jadi kodok bagaimane ? bersama lagi sih mungkin, tapi cuma jadi hewan peliharaan kesayangan doang ...  :(



Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: K.K. on 28 June 2011, 02:30:35 PM
Saya juga bingung kalau ditanya seperti ini, karena dalam kehidupan sekitar kita yang sekarang ada terdapat orang2 yang mempunyai istri/suami lebih dari satu.. yang duda/janda cerai matipun bisa menikah lagi koq dengan pasangan yang lain.. jadi jawabnya maybe yes maybe no.. karena kalau di kehidupan mendatang contoh : yang satu jadi dewi terus yang satu jadi kodok bagaimane ? bersama lagi sih mungkin, tapi cuma jadi hewan peliharaan kesayangan doang ...  :(
Maka dibilang pasangan yang ideal itu adalah memiliki keyakinan, kedermawanan, moralitas, dan kebijaksanaan yang seimbang. Moralitas dan kedermawanan sama menunjang untuk terlahir di kondisi yang setara. Keyakinan dan kebijaksanaan yang sama menunjang untuk 'berjalan' dengan 'pandangan' yang sama.
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: kakao on 28 June 2011, 04:13:07 PM
Saya juga bingung kalau ditanya seperti ini, karena dalam kehidupan sekitar kita yang sekarang ada terdapat orang2 yang mempunyai istri/suami lebih dari satu.. yang duda/janda cerai matipun bisa menikah lagi koq dengan pasangan yang lain.. jadi jawabnya maybe yes maybe no.. karena kalau di kehidupan mendatang contoh : yang satu jadi dewi terus yang satu jadi kodok bagaimane ? bersama lagi sih mungkin, tapi cuma jadi hewan peliharaan kesayangan doang ...  :(
iya juga ya kalau pasangan kita jd kodok???  ;D
tapi apakah para dewa akan membuka suaranya bahwa pasangan kita adalah kodok? kalau nggak salah, kakao pernah baca, pertemuan adalah jodoh,..nah sebenarnya jodoh itu banyak, yaitu sebanyak mata kita saling bertemu, namun kadang hati kita bilang,.apakah dia adalah pasangan saya? trus dlm hati kita menolak,.contoh seorang gadis bertemu dg co.ah terlalu tampan,.nggak mungkin,..trus ketemu lagi yang sdh mapan,.kaya,.punya mobil,.hati kecil kita bicara,..ah kayaknya nggak mungkin,.terlalu kaya,.maka akan dilewatkan lagi, trus ketemu lagi dg pemuda biasa hatinya berkata lagi,.ah terlalu biasa,..lalu lewat lagi ketemu dg pemuda jelek dan gendut, hatinya berkata mungkin inilah jodoh saya yang pantas untuk saya, tapi masih dilewatkan lagi sampai sdh tidak ada yang lewat lagi didepan gadis itu,..nah begitu jg dg pasangan kita sebenarnya yang nentuin itu kita sendiri...kita terlalu banyak melewatkan kesempatan2 sehingga akhirnya ya kita sendiri kesepian ;D ;D tidak ma kodok lah wkwkwkwkkw =))
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: hemayanti on 28 June 2011, 04:38:30 PM
 _/\_ saya juga ikut nyimak yah...  ;D
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: bodhi on 28 June 2011, 05:48:32 PM
Ya benar bro..perasaan bs trs berubah2...
lalu bgmn sang sidharta dan yasodara bs terlahir bersama,kalo tdk salah sebelumnya mereka jg prnh terlahir brsma mnjadi sepasang burung,dll.
lalu sy prnh mendengar ttg cerita suami istri yg sma2 jd sottapanna dan brharap bs trlahir brsama dkehidupan selanjutnya,apa itu mgkn bs trjadi bro di zaman yg sprti skrg ini?
hmmmm binggung jg mengartikan cinta,tp sy sdh pcrn lima tahun,memang skrg sdh ga spti dlu lg,deg2an klo ktemu,maunya ktemu trs,skrg yg dirasa biasa aja cm lbh nyaman saat dkt dy.
Apalagi dy selalu mengajak sy kevihara,bs share kalo ada mslh dan dy selalu menegaskan agar sy tdk melanggar pancasila dan berpkr berkata berbuat yg buruk.

Saya harap dikehidupan selanjutnya bs terlahir bersamanya.

semoga km lebih berhati hati dalam membuat sebuah aspirasi, coba dipikirkan lagi baik baik..


Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: hemayanti on 28 June 2011, 11:00:43 PM
Penyebab muncul atau tidak munculnya, serta lenyapnya cinta (dan kemelekatan).

How about true love ?

Quote
Dalam Zen, pasangan jiwa bukanlah seorang di luar diri anda. Pasangan jiwa bukan objek yang anda cari dan akan membuat anda utuh secara ajaib. Kerinduan pada pasangan jiwa pada akhirnya tidak tertuju pada seseorang, tetapi kerinduan untuk mengakhiri penderitaan dan perpisahan yang dirasakan seseorang. Jadi dalam Zen, kita belajar mengakhiri penderitaan. Dengan demikian, kita mendapati bahwa setiap orang mungkin adalah pasangan jiwa kita – atau bahwa kita saat ini sedang bersama pasangan jiwa kita. Kita bahkan mungkin menyapa pasangan jiwa kita saat melihat Matahari bersinar melalui jendela atau anak-anak yang bermain di jalanan.

Cara pandang ini bukanlah suatu penolakan terhadap hubungan manusia, tetapi saat cinta berubah menjadi suatu substansi untuk meraih rasa aman atau mengakhiri penderitaan, cinta jenis ini adalah palsu. Jika mengira bahwa kita akan merasakan keadaan yang sempurna bersama orang lain, niscaya kita akan kecewa dan terluka. Hidup dan hubungan hanya berkaitan dengan satu hal: perubahan, perubahan, perubahan.

Karena banyak orang hidup dalam kesepian, mencari cinta atau mati-matian berusaha bergayut pada apa yang telah mereka temukan, mereka pasti tidak akan pernah menemukan pemenuhan. Berapa pun orang yang mereka kenal atau hubungan yang mereka miliki, seiring dengan waktu dan perubahan yang terjadi, mereka akan kembali sendiri.

Sumber: Buku “Zen Wisdom”, penulis: Brenda Shoshanna, Ph.D, Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia)
Sekian copas-mengopas. Kalau pendapat saya sendiri, cinta dan kemelekatan adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Tapi, muncul dan peluruhannya, bisa dijadikan bahan perenungan. Mengapa muncul, mengapa luruh. Bagaimana agar tidak terombang-ambing. Belajar melihat batin yang kadang masih seperti anak-anak yang mudah terpengaruh, dan bagaimana agar bisa lebih dewasa.

Tentang pandangan Zen itu sangat menyentuh buat saya cc..  _/\_
seberapapun besarnya kita mencintai orang lain, pasti akan tetap berubah, suatu saat bisa berpisah..
tapi diri sendiri inilah yang akan selalu bersama dan menjadi pelindung sejati kita masing2..  :|
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: Brado on 29 June 2011, 06:37:20 AM
Maka dibilang pasangan yang ideal itu adalah memiliki keyakinan, kedermawanan, moralitas, dan kebijaksanaan yang seimbang. Moralitas dan kedermawanan sama menunjang untuk terlahir di kondisi yang setara. Keyakinan dan kebijaksanaan yang sama menunjang untuk 'berjalan' dengan 'pandangan' yang sama.

Tapi bukan berarti Soulmate yah Om Kainyn ? Kadang kalau sudah ketemu yang cocok.. maunya kehidupan mendatang bisa bersama lagi dengan itu2 terus..  coba kalau ga cocok deh.. wah kehidupan mendatang .. emoh  ^-^ mending cari lagi yang laen..
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: wang ai lie on 29 June 2011, 10:39:24 AM
wah...cinta lagi nih  ;D

soal bisa tidaknya hidup bersama lagi ,tergantung kamma sis , seperti kisah istri dewa yang ingin kembali menjadi istri dewa tersebut lagi setelah dilahirkan di alam manusia dan akhirnya bisa karena kamma baik yg dia lakukan ( lupa suttanya)

kalau cinta di sebut kemelekatan , bukankah di buddhis diajarkan kita harus memiliki welas asih terhadap semua mahluk, bukankah itu cinta ya  ;D , kalau tidak boleh melekat terhadap cinta bisa2 jadi umat tanpa welas asih dong  ;D
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: icykalimu on 29 June 2011, 06:01:53 PM
bisa.

Sumedha dan Sumitta.

Sudhana dan Manohara. ( ada di candi borobudur ).

Siddhatta dan Yasodara.
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: Forte on 29 June 2011, 06:49:15 PM
wah...cinta lagi nih  ;D

soal bisa tidaknya hidup bersama lagi ,tergantung kamma sis , seperti kisah istri dewa yang ingin kembali menjadi istri dewa tersebut lagi setelah dilahirkan di alam manusia dan akhirnya bisa karena kamma baik yg dia lakukan ( lupa suttanya)

kalau cinta di sebut kemelekatan , bukankah di buddhis diajarkan kita harus memiliki welas asih terhadap semua mahluk, bukankah itu cinta ya  ;D , kalau tidak boleh melekat terhadap cinta bisa2 jadi umat tanpa welas asih dong  ;D
beda.. kalau merujuk ke postingan saya di thread sebelah.. cinta itu memberi.. "cinta" + lain2 yang sifatnya "imbalan" disebut transaksi..
ironisnya kadang kita lebih "mencintai" orang yang tidak dikenal dibanding orang yang dekat dengan kita..
contoh :
- kita memberi uang kepada pengemis jalanan ketika kita lewat biasa didorong oleh rasa welas asih..
kita tidak mengharapkan uang tersebut dikembalikan.. kita tidak mengharapkan apa2 dari pengemis..
- kalau orang dekat. .............. silakan bayangkan sendiri.. ^-^
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: K.K. on 30 June 2011, 08:44:01 AM
Tapi bukan berarti Soulmate yah Om Kainyn ? Kadang kalau sudah ketemu yang cocok.. maunya kehidupan mendatang bisa bersama lagi dengan itu2 terus..  coba kalau ga cocok deh.. wah kehidupan mendatang .. emoh  ^-^ mending cari lagi yang laen..
Kalau saya tidak percaya dengan 'soulmate' karena "semua fenomena memiliki sebab".
Kita mengembangkan kedekatan kamma yang menghasilkan sebuah akibat di masa depan. Tapi kondisi selalu berubah, kita berubah, pasangan juga berubah. Memang betul, sering kali kita bertemu orang dan merasa sangat bahagia jika di dekatnya, menginginkannya. Ini adalah kemelekatan di masa lampau. Akan jadi 'soulmate' kalau si dia juga merasakan hal yang sama, tetapi akan jadi 'blind love' kalau dia tidak lagi merasakan hal yang sama dengan kita, atau kondisinya tidak memungkinkan. Maka ada yang baru bertemu beberapa minggu, langsung jadi suami-istri, ada yang baru ketemu beberapa hari, yang satu bunuh diri.

Menurut saya, menjalani hidup yang baik bersama dengan pasangan, mengembangkan kebaikan dalam hidup adalah sangat baik. Tapi mengembangkan kemelekatan terhadap pasangan adalah hal yang sangat berbahaya. Semua yang berkondisi selalu berubah, maka ada kalanya kemelekatan menghasilkan kebahagiaan, ada kalanya menghasilkan penderitaan.
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: dhammadinna on 30 June 2011, 01:37:20 PM
Tentang pandangan Zen itu sangat menyentuh buat saya cc..  _/\_
seberapapun besarnya kita mencintai orang lain, pasti akan tetap berubah, suatu saat bisa berpisah..
tapi diri sendiri inilah yang akan selalu bersama dan menjadi pelindung sejati kita masing2..  :|

Iya, tulisan itu bagus. Pertama kali baca, saya juga tersentuh.

Sejujurnya, saya belum menemukan cinta lain selain Cinta Palsu. Ketika kita bertemu seseorang dan jatuh cinta padanya, kenyataannya adalah kita menemukan orang yang kita rasa paling mungkin untuk membahagiakan kita. Kita butuh dibahagiakan.

Tentang berkeluarga dan anak-anak. Apa tujuannya? Agar kita tidak kesepian, dan anak-anak adalah investasi di hari tua, mereka akan merawat kita nantinya. [maaf, saya belum punya anak, jadi belum tau rasanya mencintai anak tanpa berpikir tentang investasi].

Sepanjang hidup kita, yang kita pikirkan adalah cara meredam penderitaan (bagaimana agar kita tidak terlalu menderita). Tapi seberapa keras pun usaha kita, kita akan kembali ke titik yang sama. Yaitu suatu kenyataan bahwa kita masih belum mengatasi penderitaan, kita masih menderita.

Menurut saya, ini adalah kenyataan yang menyedihkan :|
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: M14ka on 30 June 2011, 01:42:00 PM
Iya, tulisan itu bagus. Pertama kali baca, saya juga tersentuh.

Sejujurnya, saya belum menemukan cinta lain selain Cinta Palsu. Ketika kita bertemu seseorang dan jatuh cinta padanya, kenyataannya adalah kita menemukan orang yang kita rasa paling mungkin untuk membahagiakan kita. Kita butuh dibahagiakan.

Tentang berkeluarga dan anak-anak. Apa tujuannya? Agar kita tidak kesepian, dan anak-anak adalah investasi di hari tua, mereka akan merawat kita nantinya. [maaf, saya belum punya anak, jadi belum tau rasanya mencintai anak tanpa berpikir tentang investasi].

Sepanjang hidup kita, yang kita pikirkan adalah cara meredam penderitaan (bagaimana agar kita tidak terlalu menderita). Tapi seberapa keras pun usaha kita, kita akan kembali ke titik yang sama. Yaitu suatu kenyataan bahwa kita masih belum mengatasi penderitaan, kita masih menderita.

Menurut saya, ini adalah kenyataan yang menyedihkan :|

Menurut cc kalo kita gak menikah, nanti tua siapa yang jaga seandainya kita sakit? Gmn dengan anak asuh?
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: K.K. on 30 June 2011, 01:46:10 PM
Iya, tulisan itu bagus. Pertama kali baca, saya juga tersentuh.

Sejujurnya, saya belum menemukan cinta lain selain Cinta Palsu. Ketika kita bertemu seseorang dan jatuh cinta padanya, kenyataannya adalah kita menemukan orang yang kita rasa paling mungkin untuk membahagiakan kita. Kita butuh dibahagiakan.

Tentang berkeluarga dan anak-anak. Apa tujuannya? Agar kita tidak kesepian, dan anak-anak adalah investasi di hari tua, mereka akan merawat kita nantinya. [maaf, saya belum punya anak, jadi belum tau rasanya mencintai anak tanpa berpikir tentang investasi].

Sepanjang hidup kita, yang kita pikirkan adalah cara meredam penderitaan (bagaimana agar kita tidak terlalu menderita). Tapi seberapa keras pun usaha kita, kita akan kembali ke titik yang sama. Yaitu suatu kenyataan bahwa kita masih belum mengatasi penderitaan, kita masih menderita.

Menurut saya, ini adalah kenyataan yang menyedihkan :|
Bagian kemelekatan (cinta palsu) itu saya setuju.
Untuk bagian mengasihi anak tanpa pikiran 'investasi', menurut saya bisa saja. Banyak orang-orang kaya yang walaupun foya-foya, hartanya tidak habis 7 turunan, namun tetap menyayangi anaknya. Hal ini menurut pengamatan saya karena orang tua banyak merefleksikan dirinya pada anak-anaknya. Ia melihat dirinya di masa muda dan menaruh harapan pada anaknya, maka tidak heran banyak orang tua yang memaksakan anaknya untuk mengambil jalan yang ia inginkan, bukan yang anaknya inginkan.
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: Forte on 30 June 2011, 01:51:46 PM
Iya, tulisan itu bagus. Pertama kali baca, saya juga tersentuh.

Sejujurnya, saya belum menemukan cinta lain selain Cinta Palsu. Ketika kita bertemu seseorang dan jatuh cinta padanya, kenyataannya adalah kita menemukan orang yang kita rasa paling mungkin untuk membahagiakan kita. Kita butuh dibahagiakan.

Tentang berkeluarga dan anak-anak. Apa tujuannya? Agar kita tidak kesepian, dan anak-anak adalah investasi di hari tua, mereka akan merawat kita nantinya. [maaf, saya belum punya anak, jadi belum tau rasanya mencintai anak tanpa berpikir tentang investasi].

Sepanjang hidup kita, yang kita pikirkan adalah cara meredam penderitaan (bagaimana agar kita tidak terlalu menderita). Tapi seberapa keras pun usaha kita, kita akan kembali ke titik yang sama. Yaitu suatu kenyataan bahwa kita masih belum mengatasi penderitaan, kita masih menderita.

Menurut saya, ini adalah kenyataan yang menyedihkan :|
saya pernah baca satu buku, di dalamnya ada quote dari E. Roosevelt.. yang berbunyi begini :
"Tidak ada seorang pun yang bisa menyakiti kita kalau kita tidak mengizinkannya"
Setelah baca quote ini, saya merenung.. dalam perenungan saya, terlintas kisah ibu Ajahn Brahm yang awalnya tegar.. kemudian menangis tersedu2 pada saat bapaknya meninggal..
Ibunya yang awalnya tegar menjadi menangis dikarenakan ucapan kerabatnya yang mengatakan dengan inti : nasibnya malang.. ditinggal suami..

Korelasinya : ibunya menjadi reaktif karena faktor lingkungan, dan "mengizinkan" orang mengatakan dirinya malang.. dan bersedih karena itu..
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: dhammadinna on 30 June 2011, 02:50:54 PM
Menurut cc kalo kita gak menikah, nanti tua siapa yang jaga seandainya kita sakit? Gmn dengan anak asuh?

 [at]  M14ka: Manusiawi kok punya cinta palsu, karena kita butuh. Tapi kenyataan bahwa "kita butuh", adalah terkesan sedikit menyedihkan :| Kok seperti pengemis begitu ;D

Makanya saya salut dengan orang-orang yang melepaskan keduniawian, mendedikasikan hidup mereka untuk mengatasi "kebutuhan" ini, untuk bebas dari kenyataan menyedihkan ini.


saya pernah baca satu buku, di dalamnya ada quote dari E. Roosevelt.. yang berbunyi begini :
"Tidak ada seorang pun yang bisa menyakiti kita kalau kita tidak mengizinkannya"
Setelah baca quote ini, saya merenung.. dalam perenungan saya, terlintas kisah ibu Ajahn Brahm yang awalnya tegar.. kemudian menangis tersedu2 pada saat bapaknya meninggal..
Ibunya yang awalnya tegar menjadi menangis dikarenakan ucapan kerabatnya yang mengatakan dengan inti : nasibnya malang.. ditinggal suami..

Korelasinya : ibunya menjadi reaktif karena faktor lingkungan, dan "mengizinkan" orang mengatakan dirinya malang.. dan bersedih karena itu..

 [at]  Forte: "Keadaan menyedihkan" yang saya maksudkan, bukan berarti keadaan tersakiti/disakiti oleh siapa pun. Bukan pula keadaan memprihatinkan dalam pandangan umum (seperti miskin, hina, ditinggal mati anggota keluarga, dst).

Tapi yang saya maksudkan adalah keadaan di mana kita adalah makhluk yang melakukan "perjuangan tiada akhir" dalam meredam Dukkha (kita mencari kebahagiaan dan jaminan, dari istri/suami dan anak-anak). Keadaan memprihatinkan di mana kita tergantung pada sesuatu/seseorang.
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: Forte on 30 June 2011, 03:03:47 PM
betul sis.. dan IMO "konteks" lebih luas dari quote Roosevelt adalah idealnya kita tidak terombang ambing perasaan.. apakah itu rasa takut.. rasa tergantung.. kalau kita tidak mengizinkannya..
kita merasa takut.. karena kita mengizinkan rasa takut itu merasuki kita..  kita merasa tergantung.. dan membuat kita prihatin karena kita mengizinkan rasa tergantung itu berada di dalam diri kita..

dan ketika saya mengetik ini, terlintas juga kisah Zen tentang panglima dan cangkir kesayangannya, di mana panglima yang begitu gagah berani dalam perang.. tersadar seketika dia begitu takut dan langsung menangkap dengan refleks ketika cangkir kesayangannya jatuh. Akhirnya dia menyadari kemelekatannya dan melempar cangkir itu dan hancur berkeping2..

Intinya jika dikorelasikan : Panglima tersebut tidak mengizinkan rusaknya cangkir tersebut mengacaukan perasaan dirinya..

Memang saat ini saya mengetik.. saya pun hanya bisa berteori belaka.. namun ada pantasnya kita renungkan bersama-sama..
 
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: M14ka on 30 June 2011, 03:17:40 PM
[at]  M14ka: Manusiawi kok punya cinta palsu, karena kita butuh. Tapi kenyataan bahwa "kita butuh", adalah terkesan sedikit menyedihkan :| Kok seperti pengemis begitu ;D

Makanya saya salut dengan orang-orang yang melepaskan keduniawian, mendedikasikan hidup mereka untuk mengatasi "kebutuhan" ini, untuk bebas dari kenyataan menyedihkan ini.


Maksudnya cinta palsu spt apa cc?
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: dhammadinna on 30 June 2011, 04:54:26 PM
 [at]  M14ka: Seperti yang saya copas sebelumnya, " saat cinta berubah menjadi suatu substansi untuk meraih rasa aman atau mengakhiri penderitaan, cinta jenis ini adalah palsu."

Lebih lengkapnya bisa dilihat lagi di sini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20710.msg361908#msg361908

Adalah manusiawi memiliki cinta palsu ini. Hanya saja, bila kita tidak berhati-hati, maka seiring bertumbuhnya cinta (dan kemelekatan, dan ketergantungan), bertumbuh pula rasa takut dan lemah.
_________________________________

 [at]  Forte: Thanks masukannya, akan saya renungkan...
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: hemayanti on 01 July 2011, 06:26:11 PM
Iya, tulisan itu bagus. Pertama kali baca, saya juga tersentuh.

Sejujurnya, saya belum menemukan cinta lain selain Cinta Palsu. Ketika kita bertemu seseorang dan jatuh cinta padanya, kenyataannya adalah kita menemukan orang yang kita rasa paling mungkin untuk membahagiakan kita. Kita butuh dibahagiakan.

Tentang berkeluarga dan anak-anak. Apa tujuannya? Agar kita tidak kesepian, dan anak-anak adalah investasi di hari tua, mereka akan merawat kita nantinya. [maaf, saya belum punya anak, jadi belum tau rasanya mencintai anak tanpa berpikir tentang investasi].

Sepanjang hidup kita, yang kita pikirkan adalah cara meredam penderitaan (bagaimana agar kita tidak terlalu menderita). Tapi seberapa keras pun usaha kita, kita akan kembali ke titik yang sama. Yaitu suatu kenyataan bahwa kita masih belum mengatasi penderitaan, kita masih menderita.

Menurut saya, ini adalah kenyataan yang menyedihkan :|
dan lagi itu hanya perasaan kita cc, yang pasti akan mengalami perubahan..
oleh karenanya selain cinta palsu ada yang saya sebut cinta sesaat.. yang mungkin jauh lebih berbahaya, apalagi cinta palsu yang sesaat..  :))

kalau soal anak, saya sendiri suka anak2.. bukan soal investasi, tapi anak2 bagi saya itu adalah tempat untuk berbagi, banyak hal yang dapat kita ajarkan pada mereka dan mereka ajarkan pada kita..  :)

[at]  M14ka: Seperti yang saya copas sebelumnya, " saat cinta berubah menjadi suatu substansi untuk meraih rasa aman atau mengakhiri penderitaan, cinta jenis ini adalah palsu."

Lebih lengkapnya bisa dilihat lagi di sini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20710.msg361908#msg361908

Adalah manusiawi memiliki cinta palsu ini. Hanya saja, bila kita tidak berhati-hati, maka seiring bertumbuhnya cinta (dan kemelekatan, dan ketergantungan), bertumbuh pula rasa takut dan lemah.
_________________________________

 [at]  Forte: Thanks masukannya, akan saya renungkan...
yang ini lagi2 saya setuju lagi cc..
kemelekatan menimbulkan rasa takut kehilangan, ketergantungan membuat diri kita menjadi lemah..
bener2 cinta ini masalah yang rumit...
yang paling aman sajalah, cinta kasih "metta"
mencintai tanpa ingin memiliki..
bukan cinta nafsu kepada lawan jenis..  :)
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: dhammadinna on 02 July 2011, 02:10:34 PM
dan lagi itu hanya perasaan kita cc, yang pasti akan mengalami perubahan..
oleh karenanya selain cinta palsu ada yang saya sebut cinta sesaat.. yang mungkin jauh lebih berbahaya, apalagi cinta palsu yang sesaat..  :))

Iya betul, perubahan pasti ada (entah menguat/melemah, muncul/lenyap). Begitu terus, berfluktuasi tergantung kondisi. Berusahalah untuk waspada, agar tidak terhanyut oleh arusnya :)

Quote
kalau soal anak, saya sendiri suka anak2.. bukan soal investasi, tapi anak2 bagi saya itu adalah tempat untuk berbagi, banyak hal yang dapat kita ajarkan pada mereka dan mereka ajarkan pada kita..  :)

Iya, memang pernyataan saya sebelumnya terkesan "kejam". Mungkin karena saya belum punya anak.

Quote
yang ini lagi2 saya setuju lagi cc..
kemelekatan menimbulkan rasa takut kehilangan, ketergantungan membuat diri kita menjadi lemah..
bener2 cinta ini masalah yang rumit...
yang paling aman sajalah, cinta kasih "metta"
mencintai tanpa ingin memiliki..
bukan cinta nafsu kepada lawan jenis..  :)

Hehe.. Iya, jadi harus waspada  8)
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: Forte on 02 July 2011, 09:22:22 PM
kalau gw pribadi melihat mungkin pemikiran sis Mayvise ideal banget ya.. bagus seh.. hanya saja kalau misal tidak sesuai dengan kenyataan bisa berbuntut penderitaan..
mendapatkan suatu cinta palsu mungkin sebuah penderitaan.. namun dengan mendapatkan cinta palsu sebagai suatu penderitaan, kita bisa belajar bahwa cinta palsu menyebabkan penderitaan.. kalau dari iklan Rinso, tak ada noda.. tak belajar.. ;D

mungkin kita justru bisa belajar dari anak kecil.. anak kecil kalau belajar jalan.. terkadang jatuh.. nangis deh.. abis tuh.. tegak lagi.. coba jalan lagi.. pegang sana sini buat memperkuat posisi jalan.. belajar dari kesalahannya yang kecil-kecil..

mengenai ini, saya juga ada refleksi :
Seseorang tidak bisa menjadi besar dengan mengabaikan tahap-tahapan yang kecil..
Seseorang tidak bisa menjadi besar jika terlalu fokus pada tahap-tahapan yang kecil..

mengenai anak.. banyak yang berpikiran investasi.. tapi anak itu "makhluk" yang unik dan lucu.. salah satu keunikan mereka yang menjadi kelebihan.. mereka lebih jujur dibanding orang dewasa..
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: andry on 04 July 2011, 12:28:26 AM
cemana neh TS nya?
Title: Re: cinta vs kemelekatan
Post by: dhammadinna on 04 July 2011, 08:05:44 AM
kalau gw pribadi melihat mungkin pemikiran sis Mayvise ideal banget ya.. bagus seh.. hanya saja kalau misal tidak sesuai dengan kenyataan bisa berbuntut penderitaan..

Di postingan saya sebelumnya, saya menyatakan bahwa "kita punya/butuh cinta palsu". Saya menyatakan "adalah manusiawi, boleh-boleh saja kok mengejar dan memiliki cinta palsu. Karena kita butuh".

Hal ini menunjukkan tanda-tanda "ke-tidak-ideal-an" (atau "ke-belum-sempurna-an") kita. Kita adalah termasuk saya sendiri.

Quote
mendapatkan suatu cinta palsu mungkin sebuah penderitaan.. namun dengan mendapatkan cinta palsu sebagai suatu penderitaan, kita bisa belajar bahwa cinta palsu menyebabkan penderitaan.. kalau dari iklan Rinso, tak ada noda.. tak belajar.. ;D

Ya betul. Saya suka dengan kata "belajar". Banyak orang (bahkan saya sendiri) sering lupa bahwa tugas kita adalah belajar, sehingga kita cenderung mati-matian menolak yang satu dan mengejar yang lain.

Setiap orang yang mencicipi madu, akan merasakan manisnya madu. Orang yang tidak "belajar", selanjutnya akan tergantung dan merindukan madu lebih banyak lagi. Tidak melihat bahaya dalam ketergantungan dan kerinduan.

Orang yang "belajar" bukan berarti pasti mampu mengendalikan dirinya untuk tidak tergantung dan merindukan. Dia masih "belajar",  dia belum sempurna. Tapi dengan menyadari tugasnya untuk "belajar", maka ketika dia merasakan ketergantungan dan kerinduan, dia bisa berhati-hati dan tidak membiarkan api itu menjadi terlalu besar/sulit untuk diatasi.

Quote
mungkin kita justru bisa belajar dari anak kecil.. anak kecil kalau belajar jalan.. terkadang jatuh.. nangis deh.. abis tuh.. tegak lagi.. coba jalan lagi.. pegang sana sini buat memperkuat posisi jalan.. belajar dari kesalahannya yang kecil-kecil..

mengenai ini, saya juga ada refleksi :
Seseorang tidak bisa menjadi besar dengan mengabaikan tahap-tahapan yang kecil..
Seseorang tidak bisa menjadi besar jika terlalu fokus pada tahap-tahapan yang kecil..

mengenai anak.. banyak yang berpikiran investasi.. tapi anak itu "makhluk" yang unik dan lucu.. salah satu keunikan mereka yang menjadi kelebihan.. mereka lebih jujur dibanding orang dewasa..

Ya saya setuju, selain investasi, anak juga adalah "objek yang memberi sensasi menyenangkan". Sebetulnya memiliki anak, oke-oke aja kok. Postingan saya sebelumnya, hanya ingin menyatakan ketidaksempurnaan kita saja. Bahwa kita masih menuntut semacam rasa aman dan bahagia.

Tapi mudah-mudahan dengan "belajar", akhirnya kita merasakan suatu rasa (rasa kemendesakan, rasa kebosanan. Lalu akhirnya berusaha mencari yang lebih dari itu).

Note: "belajar" berarti belajar melihat ketidakkekalan, ketidakpuasan, dan ketiadaan diri.