Sobat DC yang bijaksana.Sis horina, apakah karena timbulnya rasa cinta, kita selalu bahagia, ataukah karena timbulnya rasa cinta, kita berbahagia, juga menderita?
Saya mw tanya jika dikehidupan ini kt terlahir hidup bersama apakah dikehidupan selanjutnya mungkin saja bs bersama lagi?
apakah cinta itu kemelekatan?dan seorang buddhist kn harus bljr membebaskan diri dari kemelekatan/penderitaan itu sndri?
Sobat DC yang bijaksana.Wah topic yg bgs banget..... :jempol:
Saya mw tanya jika dikehidupan ini kt terlahir hidup bersama apakah dikehidupan selanjutnya mungkin saja bs bersama lagi?
apakah cinta itu kemelekatan?dan seorang buddhist kn harus bljr membebaskan diri dari kemelekatan/penderitaan itu sndri?
Nah skr yang dinamakan cinta kepada lawan jenis itu sebenarnya kita cinta saya dia atau sebenarnya kita cinta sama perasaan kita?...jawab yang jujur ya...sy cinta dia tp sy melekat dgn prsn sy,hmmm binggung mode on
Sis horina, apakah karena timbulnya rasa cinta, kita selalu bahagia, ataukah karena timbulnya rasa cinta, kita berbahagia, juga menderita?harusnya bahagia saja bro...tp adakalanya menderita tp yg bt menderita adlh prsn.
harusnya bahagia saja bro...tp adakalanya menderita tp yg bt menderita adlh prsn.Apakah ada kemungkinannya bahwa kita bisa mempertahankan satu kondisi secara kekal, misalnya kita bersatu selamanya tanpa pernah berpisah?
misalnya senang saat berjumpa namun bs sedih saat akan berpisah.
Apakah ada kemungkinannya bahwa kita bisa mempertahankan satu kondisi secara kekal, misalnya kita bersatu selamanya tanpa pernah berpisah?Ya benar bro..perasaan bs trs berubah2...
Seandainya pun jika terus bersama, apakah perasaan itu sendiri kekal, misalnya setelah seminggu tidak bertemu pasangan, lalu berjumpa dan timbul perasaan bahagia. Apakah perasaan bahagia itu sendiri terus menetap di sana dan tidak berubah?
Ya benar bro..perasaan bs trs berubah2...Kalau kita bicara dalam konteks perumah-tangga, maka tentu saja memiliki pasangan yang tepat adalah baik & bermanfaat. Siddhatta dan Yasodhara (Rahulamata), mereka pun sejak Petapa Sumedha (bodhisatta) menerima ramalan pasti dari Buddha Dipankhara, banyak sekali dalam kehidupan (rumah tangga) mereka hidup sebagai pasangan. Jika sama-sama bertekad, menurut Ajaran Buddha, hal tersebut adalah sangat mungkin terjadi.
lalu bgmn sang sidharta dan yasodara bs terlahir bersama,kalo tdk salah sebelumnya mereka jg prnh terlahir brsma mnjadi sepasang burung,dll.
lalu sy prnh mendengar ttg cerita suami istri yg sma2 jd sottapanna dan brharap bs trlahir brsama dkehidupan selanjutnya,apa itu mgkn bs trjadi bro di zaman yg sprti skrg ini?
hmmmm binggung jg mengartikan cinta,tp sy sdh pcrn lima tahun,memang skrg sdh ga spti dlu lg,deg2an klo ktemu,maunya ktemu trs,skrg yg dirasa biasa aja cm lbh nyaman saat dkt dy.
Apalagi dy selalu mengajak sy kevihara,bs share kalo ada mslh dan dy selalu menegaskan agar sy tdk melanggar pancasila dan berpkr berkata berbuat yg buruk.
Saya harap dikehidupan selanjutnya bs terlahir bersamanya.
Kalau kita bicara dalam konteks perumah-tangga, maka tentu saja memiliki pasangan yang tepat adalah baik & bermanfaat. Siddhatta dan Yasodhara (Rahulamata), mereka pun sejak Petapa Sumedha (bodhisatta) menerima ramalan pasti dari Buddha Dipankhara, banyak sekali dalam kehidupan (rumah tangga) mereka hidup sebagai pasangan. Jika sama-sama bertekad, menurut Ajaran Buddha, hal tersebut adalah sangat mungkin terjadi.Thanks bro atas masukannya...sangat bermanfaat.
Kalau kita bicara dalam konteks lenyapnya penderitaan (nibbana), maka semua kemelekatan ditinggalkan, termasuk bahkan yang bermanfaat yang menyebabkan orang terlahir di alam bahagia. Sebab kebahagian tersebut juga tidak kekal, rapuh, berubah, timbul dan tenggelam.
Thanks bro atas masukannya...sangat bermanfaat.Sama-sama, semoga demikian adanya.
Wah kalo sy brharap terlahir bersama lagi berarti berharap terlahir sbg manusia lg dng.hihi...
Yah semoga sy tdk melekat lg dan semoga terlahir kealam yg lbh tinggi,paling ga jd laki2 krn karma baik bs terlahir jd pria.1. Tidak selalu pria lebih jernih dan bijak dalam berpikir. Bisa dilihat dari para Agga & 13 Mahasavika dari Buddha Gotama.
1.karena pria lbh berpikir jernih dan bijak.
2.karena pria lah yg bs menjadi buddha.
Sobat DC yang bijaksana.
Saya mw tanya jika dikehidupan ini kt terlahir hidup bersama apakah dikehidupan selanjutnya mungkin saja bs bersama lagi?
apakah cinta itu kemelekatan?dan seorang buddhist kn harus bljr membebaskan diri dari kemelekatan/penderitaan itu sndri?
Tanya; (cinta dalam konteks lawan jenis) cinta indentik dengan ketertarikan seks(fisik)??Jika mengeluarkan faktor ketertarikan seksual dari 'cinta' tersebut, apa bedanya dengan hubungan sahabat?
lima gugus kemelekatan[72] adalah penderitaan
‘Dan bagaimanakah, para bhikkhu, singkatnya, lima gugus kemelekatan adalah penderitaan? Yaitu sebagai berikut: gugus kemelekatan bentuk, gugus kemelekatan perasaan, gugus kemelekatan persepsi, gugus kemelekatan bentukan-bentukan batin, gugus kemelekatan kesadaran.[77] Ini adalah, singkatnya, lima gugus kemelekatan adalah penderitaan. Dan itu, para bhikkhu, disebut Kebenaran Mulia Penderitaan.’
Tanya; (cinta dalam konteks lawan jenis) cinta indentik dengan ketertarikan seks(fisik)??Yah tp kn ga gt jg Mr...
Mungkin cinta yang baik itu cinta tanpa aku ya? Seperti beda Love you dengan I Love you?Ya mungkin bgtu sist,cinta yg tanpa aku...asal tdk berbuah buruk bagi kt.namanya manusia awam mana bs lepas dr prsn asal tdk menderita karnanya paling tdk mengendalikan diri agar tdk menderita.
Apakah terlahir menjadi pria itu lebih baik? Apakah karma yg membuat org terlahir jadi pria ato wanita?
Sama-sama, semoga demikian adanya.wah betul jg.Terimakasih...senang mendapat sedikit penerangan dr Mr.
1. Tidak selalu pria lebih jernih dan bijak dalam berpikir. Bisa dilihat dari para Agga & 13 Mahasavika dari Buddha Gotama.
2. Samma Sambuddha memang selalu pria, tapi untuk mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin secara total, wanita pun bisa melakukannya seperti halnya para Ariya Theri.
Sobat DC yang bijaksana.
Saya mw tanya jika dikehidupan ini kt terlahir hidup bersama apakah dikehidupan selanjutnya mungkin saja bs bersama lagi?
apakah cinta itu kemelekatan?dan seorang buddhist kn harus bljr membebaskan diri dari kemelekatan/penderitaan itu sndri?
I like thiz post ,mau nyimak bgsss daa :-?... CINTA 1kata yg tiada akhr dibahas...cinta itu tidak kekal dlm hdp ini mnrt saya , jadi cintailah org2 disekelilingmu selagi ada kesempatan..jgn sia2kan..jgn smp terbelenggu trlalu dlm pd cinta krn gak ada yg abadi...cinta dpt berubah dari wkt ke wkt ..bs bertmbh besar atau sebaliknya berkrg pd wktnya ..Maksud sis Chinsun ini, cinta terhadap pasangan, atau cinta kasih secara universal?
Mungkin cinta yang baik itu cinta tanpa aku ya? Seperti beda Love you dengan I Love you?Cinta tanpa aku itu maksudnya kalau saya pacaran sama sis M14ka, ngomongnya, "terwelu kuping caisim yang sedang joget, dia mencintaimu"? Atau bagaimana?
Apakah terlahir menjadi pria itu lebih baik? Apakah karma yg membuat org terlahir jadi pria ato wanita?Terlahir jadi wanita ada kerugian yang umum: menstruasi, hamil, melahirkan, dan keterkondisian sosial yang mayoritas lebih meng-inferior-kan wanita. Namun tidak selalu menjadi wanita adalah akibat karma yang kurang baik dibanding menjadi seorang laki-laki.
Cinta tanpa aku itu maksudnya kalau saya pacaran sama sis M14ka, ngomongnya, "terwelu kuping caisim yang sedang joget, dia mencintaimu"? Atau bagaimana?
(http://dl4.glitter-graphics.net/pub/749/749744wzrbcett0v.gif)Daripada saya bilang, "terwelu kuping caisim yang berjoget, tidak ada yang mencintaimu"?
Daripada saya bilang, "terwelu kuping caisim yang berjoget, tidak ada yang mencintaimu"?:hammer:
Setelah melihat bentuk (rupa), seseorang menjadi kehilangan perhatian dan tenggelam dalam keindahan yang diciptakannya, ia merasakan serbuan keinginan untuk mencoba menelannya.
Demikian juga dengan suara (sadda), bau (gandha), rasa kecapan (rasa), objek sentuhan (phassa), dan objek pikiran.
Sumber: Malukyaputta Sutta (Komentar) (http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/theravada/Komentar%20Anattalakkhana%20Sutta%20dan%20Malukyaputta%20Sutta.pdf)
10 (10) Berakar pada Kontak
“Para bhikkhu, tiga perasaan ini lahir dari kontak, berakar pada kontak, dengan kontak sebagai sumber dan kondisinya. Apakah tiga ini?
Perasaan yang menyenangkan, perasaan yang menyakitkan, perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan.
“Dengan bergantung pada kontak yang dialami sebagai menyenangkan, para bhikkhu, maka muncul perasaan yang menyenangkan. Dengan lenyapnya kontak yang dialami sebagai menyenangkan itu, maka perasaan yang bersesuaian – perasaan yang menyenangkan yang muncul bergantung pada kontak yang dialami sebagai menyenangkan – berhenti dan mereda.
Demikian juga dengan perasaan yang menyakitkan, dan perasaan yang bukan-menyakitkan juga bukan-menyenangkan.
Sumber: Samyutta Nikaya, buku ke-4 (http://dhammacitta.org/pustaka/ebook/theravada/Samyutta%20Nikaya%204%20-%20Sayalatana%20Vagga.pdf)
Dalam Zen, pasangan jiwa bukanlah seorang di luar diri anda. Pasangan jiwa bukan objek yang anda cari dan akan membuat anda utuh secara ajaib. Kerinduan pada pasangan jiwa pada akhirnya tidak tertuju pada seseorang, tetapi kerinduan untuk mengakhiri penderitaan dan perpisahan yang dirasakan seseorang. Jadi dalam Zen, kita belajar mengakhiri penderitaan. Dengan demikian, kita mendapati bahwa setiap orang mungkin adalah pasangan jiwa kita – atau bahwa kita saat ini sedang bersama pasangan jiwa kita. Kita bahkan mungkin menyapa pasangan jiwa kita saat melihat Matahari bersinar melalui jendela atau anak-anak yang bermain di jalanan.
Cara pandang ini bukanlah suatu penolakan terhadap hubungan manusia, tetapi saat cinta berubah menjadi suatu substansi untuk meraih rasa aman atau mengakhiri penderitaan, cinta jenis ini adalah palsu. Jika mengira bahwa kita akan merasakan keadaan yang sempurna bersama orang lain, niscaya kita akan kecewa dan terluka. Hidup dan hubungan hanya berkaitan dengan satu hal: perubahan, perubahan, perubahan.
Karena banyak orang hidup dalam kesepian, mencari cinta atau mati-matian berusaha bergayut pada apa yang telah mereka temukan, mereka pasti tidak akan pernah menemukan pemenuhan. Berapa pun orang yang mereka kenal atau hubungan yang mereka miliki, seiring dengan waktu dan perubahan yang terjadi, mereka akan kembali sendiri.
Sumber: Buku “Zen Wisdom”, penulis: Brenda Shoshanna, Ph.D, Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia)
(http://dl4.glitter-graphics.net/pub/749/749744wzrbcett0v.gif):))
Sobat DC yang bijaksana.
Saya mw tanya jika dikehidupan ini kt terlahir hidup bersama apakah dikehidupan selanjutnya mungkin saja bs bersama lagi?
apakah cinta itu kemelekatan?dan seorang buddhist kn harus bljr membebaskan diri dari kemelekatan/penderitaan itu sndri?
Saya juga bingung kalau ditanya seperti ini, karena dalam kehidupan sekitar kita yang sekarang ada terdapat orang2 yang mempunyai istri/suami lebih dari satu.. yang duda/janda cerai matipun bisa menikah lagi koq dengan pasangan yang lain.. jadi jawabnya maybe yes maybe no.. karena kalau di kehidupan mendatang contoh : yang satu jadi dewi terus yang satu jadi kodok bagaimane ? bersama lagi sih mungkin, tapi cuma jadi hewan peliharaan kesayangan doang ... :(Maka dibilang pasangan yang ideal itu adalah memiliki keyakinan, kedermawanan, moralitas, dan kebijaksanaan yang seimbang. Moralitas dan kedermawanan sama menunjang untuk terlahir di kondisi yang setara. Keyakinan dan kebijaksanaan yang sama menunjang untuk 'berjalan' dengan 'pandangan' yang sama.
Saya juga bingung kalau ditanya seperti ini, karena dalam kehidupan sekitar kita yang sekarang ada terdapat orang2 yang mempunyai istri/suami lebih dari satu.. yang duda/janda cerai matipun bisa menikah lagi koq dengan pasangan yang lain.. jadi jawabnya maybe yes maybe no.. karena kalau di kehidupan mendatang contoh : yang satu jadi dewi terus yang satu jadi kodok bagaimane ? bersama lagi sih mungkin, tapi cuma jadi hewan peliharaan kesayangan doang ... :(iya juga ya kalau pasangan kita jd kodok??? ;D
Ya benar bro..perasaan bs trs berubah2...
lalu bgmn sang sidharta dan yasodara bs terlahir bersama,kalo tdk salah sebelumnya mereka jg prnh terlahir brsma mnjadi sepasang burung,dll.
lalu sy prnh mendengar ttg cerita suami istri yg sma2 jd sottapanna dan brharap bs trlahir brsama dkehidupan selanjutnya,apa itu mgkn bs trjadi bro di zaman yg sprti skrg ini?
hmmmm binggung jg mengartikan cinta,tp sy sdh pcrn lima tahun,memang skrg sdh ga spti dlu lg,deg2an klo ktemu,maunya ktemu trs,skrg yg dirasa biasa aja cm lbh nyaman saat dkt dy.
Apalagi dy selalu mengajak sy kevihara,bs share kalo ada mslh dan dy selalu menegaskan agar sy tdk melanggar pancasila dan berpkr berkata berbuat yg buruk.
Saya harap dikehidupan selanjutnya bs terlahir bersamanya.
Penyebab muncul atau tidak munculnya, serta lenyapnya cinta (dan kemelekatan).
How about true love ?QuoteDalam Zen, pasangan jiwa bukanlah seorang di luar diri anda. Pasangan jiwa bukan objek yang anda cari dan akan membuat anda utuh secara ajaib. Kerinduan pada pasangan jiwa pada akhirnya tidak tertuju pada seseorang, tetapi kerinduan untuk mengakhiri penderitaan dan perpisahan yang dirasakan seseorang. Jadi dalam Zen, kita belajar mengakhiri penderitaan. Dengan demikian, kita mendapati bahwa setiap orang mungkin adalah pasangan jiwa kita – atau bahwa kita saat ini sedang bersama pasangan jiwa kita. Kita bahkan mungkin menyapa pasangan jiwa kita saat melihat Matahari bersinar melalui jendela atau anak-anak yang bermain di jalanan.Sekian copas-mengopas. Kalau pendapat saya sendiri, cinta dan kemelekatan adalah sesuatu yang sangat mungkin terjadi. Tapi, muncul dan peluruhannya, bisa dijadikan bahan perenungan. Mengapa muncul, mengapa luruh. Bagaimana agar tidak terombang-ambing. Belajar melihat batin yang kadang masih seperti anak-anak yang mudah terpengaruh, dan bagaimana agar bisa lebih dewasa.
Cara pandang ini bukanlah suatu penolakan terhadap hubungan manusia, tetapi saat cinta berubah menjadi suatu substansi untuk meraih rasa aman atau mengakhiri penderitaan, cinta jenis ini adalah palsu. Jika mengira bahwa kita akan merasakan keadaan yang sempurna bersama orang lain, niscaya kita akan kecewa dan terluka. Hidup dan hubungan hanya berkaitan dengan satu hal: perubahan, perubahan, perubahan.
Karena banyak orang hidup dalam kesepian, mencari cinta atau mati-matian berusaha bergayut pada apa yang telah mereka temukan, mereka pasti tidak akan pernah menemukan pemenuhan. Berapa pun orang yang mereka kenal atau hubungan yang mereka miliki, seiring dengan waktu dan perubahan yang terjadi, mereka akan kembali sendiri.
Sumber: Buku “Zen Wisdom”, penulis: Brenda Shoshanna, Ph.D, Penerbit: PT Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia)
Maka dibilang pasangan yang ideal itu adalah memiliki keyakinan, kedermawanan, moralitas, dan kebijaksanaan yang seimbang. Moralitas dan kedermawanan sama menunjang untuk terlahir di kondisi yang setara. Keyakinan dan kebijaksanaan yang sama menunjang untuk 'berjalan' dengan 'pandangan' yang sama.
wah...cinta lagi nih ;Dbeda.. kalau merujuk ke postingan saya di thread sebelah.. cinta itu memberi.. "cinta" + lain2 yang sifatnya "imbalan" disebut transaksi..
soal bisa tidaknya hidup bersama lagi ,tergantung kamma sis , seperti kisah istri dewa yang ingin kembali menjadi istri dewa tersebut lagi setelah dilahirkan di alam manusia dan akhirnya bisa karena kamma baik yg dia lakukan ( lupa suttanya)
kalau cinta di sebut kemelekatan , bukankah di buddhis diajarkan kita harus memiliki welas asih terhadap semua mahluk, bukankah itu cinta ya ;D , kalau tidak boleh melekat terhadap cinta bisa2 jadi umat tanpa welas asih dong ;D
Tapi bukan berarti Soulmate yah Om Kainyn ? Kadang kalau sudah ketemu yang cocok.. maunya kehidupan mendatang bisa bersama lagi dengan itu2 terus.. coba kalau ga cocok deh.. wah kehidupan mendatang .. emoh ^-^ mending cari lagi yang laen..Kalau saya tidak percaya dengan 'soulmate' karena "semua fenomena memiliki sebab".
Tentang pandangan Zen itu sangat menyentuh buat saya cc.. _/\_
seberapapun besarnya kita mencintai orang lain, pasti akan tetap berubah, suatu saat bisa berpisah..
tapi diri sendiri inilah yang akan selalu bersama dan menjadi pelindung sejati kita masing2.. :|
Iya, tulisan itu bagus. Pertama kali baca, saya juga tersentuh.
Sejujurnya, saya belum menemukan cinta lain selain Cinta Palsu. Ketika kita bertemu seseorang dan jatuh cinta padanya, kenyataannya adalah kita menemukan orang yang kita rasa paling mungkin untuk membahagiakan kita. Kita butuh dibahagiakan.
Tentang berkeluarga dan anak-anak. Apa tujuannya? Agar kita tidak kesepian, dan anak-anak adalah investasi di hari tua, mereka akan merawat kita nantinya. [maaf, saya belum punya anak, jadi belum tau rasanya mencintai anak tanpa berpikir tentang investasi].
Sepanjang hidup kita, yang kita pikirkan adalah cara meredam penderitaan (bagaimana agar kita tidak terlalu menderita). Tapi seberapa keras pun usaha kita, kita akan kembali ke titik yang sama. Yaitu suatu kenyataan bahwa kita masih belum mengatasi penderitaan, kita masih menderita.
Menurut saya, ini adalah kenyataan yang menyedihkan :|
Iya, tulisan itu bagus. Pertama kali baca, saya juga tersentuh.Bagian kemelekatan (cinta palsu) itu saya setuju.
Sejujurnya, saya belum menemukan cinta lain selain Cinta Palsu. Ketika kita bertemu seseorang dan jatuh cinta padanya, kenyataannya adalah kita menemukan orang yang kita rasa paling mungkin untuk membahagiakan kita. Kita butuh dibahagiakan.
Tentang berkeluarga dan anak-anak. Apa tujuannya? Agar kita tidak kesepian, dan anak-anak adalah investasi di hari tua, mereka akan merawat kita nantinya. [maaf, saya belum punya anak, jadi belum tau rasanya mencintai anak tanpa berpikir tentang investasi].
Sepanjang hidup kita, yang kita pikirkan adalah cara meredam penderitaan (bagaimana agar kita tidak terlalu menderita). Tapi seberapa keras pun usaha kita, kita akan kembali ke titik yang sama. Yaitu suatu kenyataan bahwa kita masih belum mengatasi penderitaan, kita masih menderita.
Menurut saya, ini adalah kenyataan yang menyedihkan :|
Iya, tulisan itu bagus. Pertama kali baca, saya juga tersentuh.saya pernah baca satu buku, di dalamnya ada quote dari E. Roosevelt.. yang berbunyi begini :
Sejujurnya, saya belum menemukan cinta lain selain Cinta Palsu. Ketika kita bertemu seseorang dan jatuh cinta padanya, kenyataannya adalah kita menemukan orang yang kita rasa paling mungkin untuk membahagiakan kita. Kita butuh dibahagiakan.
Tentang berkeluarga dan anak-anak. Apa tujuannya? Agar kita tidak kesepian, dan anak-anak adalah investasi di hari tua, mereka akan merawat kita nantinya. [maaf, saya belum punya anak, jadi belum tau rasanya mencintai anak tanpa berpikir tentang investasi].
Sepanjang hidup kita, yang kita pikirkan adalah cara meredam penderitaan (bagaimana agar kita tidak terlalu menderita). Tapi seberapa keras pun usaha kita, kita akan kembali ke titik yang sama. Yaitu suatu kenyataan bahwa kita masih belum mengatasi penderitaan, kita masih menderita.
Menurut saya, ini adalah kenyataan yang menyedihkan :|
Menurut cc kalo kita gak menikah, nanti tua siapa yang jaga seandainya kita sakit? Gmn dengan anak asuh?
saya pernah baca satu buku, di dalamnya ada quote dari E. Roosevelt.. yang berbunyi begini :
"Tidak ada seorang pun yang bisa menyakiti kita kalau kita tidak mengizinkannya"
Setelah baca quote ini, saya merenung.. dalam perenungan saya, terlintas kisah ibu Ajahn Brahm yang awalnya tegar.. kemudian menangis tersedu2 pada saat bapaknya meninggal..
Ibunya yang awalnya tegar menjadi menangis dikarenakan ucapan kerabatnya yang mengatakan dengan inti : nasibnya malang.. ditinggal suami..
Korelasinya : ibunya menjadi reaktif karena faktor lingkungan, dan "mengizinkan" orang mengatakan dirinya malang.. dan bersedih karena itu..
[at] M14ka: Manusiawi kok punya cinta palsu, karena kita butuh. Tapi kenyataan bahwa "kita butuh", adalah terkesan sedikit menyedihkan :| Kok seperti pengemis begitu ;D
Makanya saya salut dengan orang-orang yang melepaskan keduniawian, mendedikasikan hidup mereka untuk mengatasi "kebutuhan" ini, untuk bebas dari kenyataan menyedihkan ini.
Iya, tulisan itu bagus. Pertama kali baca, saya juga tersentuh.dan lagi itu hanya perasaan kita cc, yang pasti akan mengalami perubahan..
Sejujurnya, saya belum menemukan cinta lain selain Cinta Palsu. Ketika kita bertemu seseorang dan jatuh cinta padanya, kenyataannya adalah kita menemukan orang yang kita rasa paling mungkin untuk membahagiakan kita. Kita butuh dibahagiakan.
Tentang berkeluarga dan anak-anak. Apa tujuannya? Agar kita tidak kesepian, dan anak-anak adalah investasi di hari tua, mereka akan merawat kita nantinya. [maaf, saya belum punya anak, jadi belum tau rasanya mencintai anak tanpa berpikir tentang investasi].
Sepanjang hidup kita, yang kita pikirkan adalah cara meredam penderitaan (bagaimana agar kita tidak terlalu menderita). Tapi seberapa keras pun usaha kita, kita akan kembali ke titik yang sama. Yaitu suatu kenyataan bahwa kita masih belum mengatasi penderitaan, kita masih menderita.
Menurut saya, ini adalah kenyataan yang menyedihkan :|
[at] M14ka: Seperti yang saya copas sebelumnya, " saat cinta berubah menjadi suatu substansi untuk meraih rasa aman atau mengakhiri penderitaan, cinta jenis ini adalah palsu."yang ini lagi2 saya setuju lagi cc..
Lebih lengkapnya bisa dilihat lagi di sini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20710.msg361908#msg361908
Adalah manusiawi memiliki cinta palsu ini. Hanya saja, bila kita tidak berhati-hati, maka seiring bertumbuhnya cinta (dan kemelekatan, dan ketergantungan), bertumbuh pula rasa takut dan lemah.
_________________________________
[at] Forte: Thanks masukannya, akan saya renungkan...
dan lagi itu hanya perasaan kita cc, yang pasti akan mengalami perubahan..
oleh karenanya selain cinta palsu ada yang saya sebut cinta sesaat.. yang mungkin jauh lebih berbahaya, apalagi cinta palsu yang sesaat.. :))
kalau soal anak, saya sendiri suka anak2.. bukan soal investasi, tapi anak2 bagi saya itu adalah tempat untuk berbagi, banyak hal yang dapat kita ajarkan pada mereka dan mereka ajarkan pada kita.. :)
yang ini lagi2 saya setuju lagi cc..
kemelekatan menimbulkan rasa takut kehilangan, ketergantungan membuat diri kita menjadi lemah..
bener2 cinta ini masalah yang rumit...
yang paling aman sajalah, cinta kasih "metta"
mencintai tanpa ingin memiliki..
bukan cinta nafsu kepada lawan jenis.. :)
kalau gw pribadi melihat mungkin pemikiran sis Mayvise ideal banget ya.. bagus seh.. hanya saja kalau misal tidak sesuai dengan kenyataan bisa berbuntut penderitaan..
mendapatkan suatu cinta palsu mungkin sebuah penderitaan.. namun dengan mendapatkan cinta palsu sebagai suatu penderitaan, kita bisa belajar bahwa cinta palsu menyebabkan penderitaan.. kalau dari iklan Rinso, tak ada noda.. tak belajar.. ;D
mungkin kita justru bisa belajar dari anak kecil.. anak kecil kalau belajar jalan.. terkadang jatuh.. nangis deh.. abis tuh.. tegak lagi.. coba jalan lagi.. pegang sana sini buat memperkuat posisi jalan.. belajar dari kesalahannya yang kecil-kecil..
mengenai ini, saya juga ada refleksi :
Seseorang tidak bisa menjadi besar dengan mengabaikan tahap-tahapan yang kecil..
Seseorang tidak bisa menjadi besar jika terlalu fokus pada tahap-tahapan yang kecil..
mengenai anak.. banyak yang berpikiran investasi.. tapi anak itu "makhluk" yang unik dan lucu.. salah satu keunikan mereka yang menjadi kelebihan.. mereka lebih jujur dibanding orang dewasa..