Pendapat saya seperti itu, bro.
Pendapat bro ngimana ?
Pendapat saya tidak seperti itu. Nanti akan saya jelaskan... Sekarang saya mau bertanya:
- Jadi dualitas itu hanya sebuah "kesepakatan bahasa". Baik-buruk juga hanya kesepakatan bahasa. Ada seorang Buddha yang katanya bisa membunuh. Namun karena dia sudah melampaui dualitas, maka pembunuhan itu bukanlah bagian dari dualitas. Apa benar demikian?
- Jika dualitas hanyalah kesepakatan yang bergantung pada subjek pelaku, maka anicca dan nicca juga dualitas; dukkha dan sukha juga dualitas; anatta dan atta juga dualitas. Artinya, tidak ada kebenaran sejati. Yang ada hanyalah "kebenaran sejati bergantung pada subjek pelaku". Bagaimana pendapat Anda?
- Lalu apa standarisasi agar seseorang dapat disebut "yang melampau dualitas"?
Maaf, saya tidak ingin berkomentar untuk no. 1 dan 2.
No. 3 adalah pertanyaan yang menarik, dan itu terbuka untuk diungkapkan disini.
Salah satu sasaran saya membuka topik ini adalah supaya terungkap point ke 3 ini.