Relik dari Buddha Padmaprabha tersiar kemana-mana
Dipuja oleh para dewa dan umat manusia dimana-mana
Demikian pula tingkah lakunya Sang Buddha Padmaprabha
Demikianlah prilaku dan tingkah perbuatannya
Yang sangat berbudi, tenang dan hikmat dipuja
Yang maha sempurna yang tiada bandingannya
Itulah nyata adalah dirimu sendiri
Karena itu bergembira dan senangkanlah hatimu
Pada waktu itu ke-empat golongan; bhiksu-bhiksuni, upasaka-upasika, beserta para dewa, naga, yaksa, gandharwa, asura, garuda, kimnara, mahoraga dan lain-lainnya; seluruh pesamuan agung, melihat bahwa Sariputra dihadapan Sang Buddha menerima ketentuannya akan mencapai Penerangan Sejati; bersama-sama turut bergembira, melepas jubah masing-masing, mempersembahkannya kepada Sang Buddha sebagai penghormatan sedang Sakra putra dewata mempersembahkan perhiasan-perhiasan kedewataan, menaburi-Nya dengan bunga Mandarava dan sebagainya. Jubah-jubah beterbangan dilangit mengitari mereka sedang beribu-ribu macam suara bunyi-bunyian dewata bergema di udara. Dalam hujan bunga-bunga, para mahluk dewata menyatakan ;
"Roda Dharma Sempurna telah diputar oleh Sang Buddha pertama kali dalam Taman Rusa di Benares, dan kini diputar lagi untuk kedua kalinya."
Kemudian, semua mahluk dewata, mengulang pernyataan ini dengan syair :
Di Benares dulu telah kau uraikan ajaran
Dengan terperinci kau uraikan ajaran
Tentang Empat Kesunyataan Mulia
Dan tentang timbul lenyapnya skhanda
Kini sekali lagi kau putar roda Dharma
Dharma yang luar biasa dalam sempurnanya
Yang hanya sedikit yang dapat mengertinya
Dahulu kami pernah mendengar
Yang Dipuja Dunia telah berkhotbah
Namun belum pernah kami mendengar
Dharma sejati yang mendalam sempurna
Seperti Yang Dipuja Dunia uraikan sekarang
Yang kami telah ikuti dengan gembira
Yang terpuja kini telah meramalkan
Bahwa Sariputra akan menjadi Buddha
Yang Dipuja oleh seluruh alam semesta
Jalan Buddha mengatasi semua pengertian
Yang diuraikan dengan bijaksana dan tepat
Semoga karma baik kami, dalam dunia ini
Maupun karma baik kami dimasa yang lampau
Semoga menjadi pahala yang mempertemukan kami
Dengan Sang Buddha, membawanya ke Jalan Buddha
Selanjutnya Sariputra menghadap Sang Buddha :
"Yang Dipuja Dunia; kini kami tak ada lagi keraguan dan penyesalan. Dihadapan Sang Buddha kami peroleh kepastian akan mencapai Penerangan Sejati.
Tetapi ke dua ratus orang yang telah menguasai dirinya, yang sejak lama menghayati ke-empat tingkat kerohanian dan selalu dibimbing oleh Sang Buddha, lalu berkata :
"Dharma-Ku mampu memberi kebebasan dari kelahiran, kelapukan, sakit dan mati serta mencapai Nirvana pada akhirnya."
Tiap orang dari mereka, para Saiksya maupun yang telah selesai Saiksyanya telah pula bebas daripada anggapan keliru tentang "Aku" dn terhadap "Ada" maupun "Tak Ada" dan menganggap dirinya telah mencapai Nirvana.
Tetapi sekarang, dihadapan Sang Buddha, mendengar apa yang belum pernah didengarnya semula, mereka semua menjadi bimbang dan cemas. Karena itu, Yang Dipuja Dunia, silahkan memberi penjelasan kepada ke-empat golongan, agar mereka terhindar dari kebimbangan dan penyesalan.
Lalu Sang Buddha bersabda :
"Wahai, Sariputra, bukankah telah Ku-terangkan sebelumnya, bahwa para Buddha, para Yang Dipuja Dunia, dengan bermacam-macam alasan, kiasan dan istilah telah menguraikan Dharma secara bijaksana, itu semua untuk mencapai Penerangan Sejati. Semua ajaran ini ditujukan untuk meningkatkan para Bodhisatva.
Wahai Sariputra, baiklah Ku-terangakan arti ini lebih jelas dengan sebuah kiasan. Ketahuilah orang-orang pandai mencapai pengertian melalui kiasan.
Sariputra !, bayangkan dalam sebuah kerajaan, dikota atau di dusun ada seorang kepala keluarga yang ternama. Orang itu sudah tua renta tetapi hidupnya berkecukupan, memiliki banyak ladang, rumah, budak, dan pembantu.
Rumahnya luas dan besar, pintunya hanya sebuah, didiami oleh seratus, dua ratus atau lima ratus orang penghuni. Serambi-serambi dan ruangan-ruangannya telah usang dan rusak, dinding-dindingnya melengkung, dasar-dasar tiangnya rapuh, penyangga atapnya rapuh dan sangat membahayakan.
Dari tiap sisi, dalam waktu bersamaan, sekonyong-konyong api berkobar dan rumah itu menyala-nyala. Bayangkan anak-anak orang itu, sepuluh, dua puluh atau tiga puluh orang ada didalam. Kepala keluarga yang melihat api menjilat dimana-mana, sangat terkejut dan berpikir :
"Meskipun aku dapat keluar dengan aman dari rumah terbakar ini, anak-anakku sedang asyik bermain-main didalam, dengan permainannya tanpa cemas, tak mengerti, dan takut. Meskipun api yang dapat mengakibatkan sakit dan derita mengepung mereka, tetapi mereka tak memikirkannya, tidak takut dan tidak berniat lari."
Sariputra, orang tua tadi merenungkan begini :
"Saya kuat dalam badan dan tenaga dapatkah aku membawa mereka keluar dengan usungan bunga, bangku, atau meja ?
Ia berpikir lagi : "Rumah ini pintunya hanya sebuah pun sempit dan kecil, anak-anakku masih muda, tak tahu apa-apa selain bermain-main, mungkin mereka akan terbakar. Harus kujelaskan kepada mereka bahaya ini, memperingatkan mereka bahwa rumah ini terbakar dan mereka harus cepat-cepat keluar, agar tidak terbakar atau hangus kena api."
Merenungkan demikian, sesuai dengan pikirannya, ia berseru : "Keluarlah cepat-cepat, kalian semua !" Meskipun Sang Ayah, karena sayangnya membujuk-bujuk dan menegur dengan kata-kata lembut, namu anak-anak yang sedang asyik bermain-main itu segan untuk percaya dan tetap tak menghiraukannya, tak takut dan tak niat lari, lebih lagi mereka tak mengerti api, tak mengerti apa artinya rumah terbakar, tak mengerti apa yang dimaksud dengan mendapat cedera, mereka tetap berlarian kesana kemari, bermain-main kadang-kadang mereka memandang ayah mereka.
Kemudian Ayah anak-anak itu berpikir : "Rumah ini sedang menyala dalam kebakaran besar. Bila aku dan anak-anakku tidak segera keluar, kami niscaya akan terbakar pula. Baiklah kuusahakan cara yang bijaksana agar anak-anakku terhindar dari bencana."
Mengetahui kesukaan anak terhadap bermacam-macam permainan yang menarik perhatian mereka, ayah mereka lalu berkata : "Barang-barang yang kalian gemari untuk mainan, begitu mahal dan bagus, sekarang ada padaku. Bila kalian tidak segera untuk mendapatkannya, kalian akan menyesal kemudian. Lihatlah bermacam-macam kereta domba, kereta rusa dan kereta lembu ada tersedia diluar pintu untuk kalian pakai bermain-main. Kalian semua harus segera keluar dari rumah terbakar ini, akan kuberikan mana yang kalian sukai."
Demikianlah, setelah anak-anak itu mendengar adanya permainan yang menarik seperti yang disebutkan oleh ayah mereka, yang sesuai dengan keinginan mereka masing-masing, semua menjadi bersemangat, sambil dorong-mendorong, dan dahulu-mendahului, mereka dengan bersusah payah akhirnya berhasil keluar dari rumah terbakar itu.
Si ayah yang melihat bahwa anak-anaknya selamat semua di halaman, duduk dipinggir lapangan, tak lagi bingung, hatinya tenteram dan gembira sekali.
Anak-anak datang kepadanya : "Ayah, manakah baran mainan yang indah itu seperti ayah janjikan tadi, kereta domba, kereta rusa, kereta lembu."
Sariputra, sang ayah kemudian memberikan kepada tiap anak sebuah kereta besar, indah dan menarik, dihiasi dengan barang-barang berharga, diberi tempat duduk dan sandaran, digantungi genta-genta pada keempat sisinya; semua diliputi tabir yang dihiasi dengan barang-barang mahal dan bagus pula yang disambung dengan tali-temali penuh batu permata; digantungi bunga rampai; diatas tikar yang indah; dibubuhi bantalan merah; kereta itu ditarik oleh lembu yang putih bersih, tampan dan kuat, yang berjalan dengan langkah tetap secepat angin; ada pula pembantu dan pengiring menjaganya.
Mengapa sang ayah berbuat demikian ? karena ia sangat kaya dan harta benda serta lumbungnya melimpah-limpah.
Orang tua itu berpikir demikian : "Kekayaanku tak terbatas, tak pantas kuberi anak-anakku kendaraan kecil yang kurang berharga. Anak-anakku ini, aku sayangi tanpa perbedaan. Aku memiliki kereta-kereta besar, tak terbatas jumlahnya; mampu kuberikan kepada semua orang; dan sisanya tak akan berkurang apalagi hanya kuberikan kepada anak-anakku saja."
Sementara anak-anak itu masing-masing telah mengendarai kereta besar, mendapatkan sesuatu yang belum pernah mereka miliki dan belum pernah diharapkan sebelumnya.
Sariputra, bagaimana pendapatmu. Apakah ayah yang memberikan kepada anak-anaknya kereta besar, bagu dan mewah yang sama itu, terlibat dalam ketidak-benaran ?"
Sariputra menjawab : "Tidak, Yang Dipuja Dunia; sang ayah itu hanya mengusahakan agar anak-anaknya terhindar dari bencana kebakaran dan menyelamatkan hidup mereka; ia tidak melakukan ketidak-benaran. Bagaimana ? dengan cara demikian ia menyelamatkan jiwa mereka dan mereka bahkan memperoleh barang mainan; bijaksana sekali tindakannya untuk menyelamatkan anak-anak mereka dari rumah terbakar itu.
Yang Dipuja Dunia, bilamana ia tak memberikan kereta yang kecil sekalipun, maka ia tidak akan melakukan kebenaran. Mengapa ? karena sejak mula ayah itu menetapkan maksudnya : "Dengan cara yang bijaksana kuhendaki anak-anakku selamat." Dengan dasar inilah ia tidak melakukan tindakan yang tidak benar. Lebih-lebih mengingat, bahwa kekayaannya tak terbatas; ayah yang menghendaki kesejahteraan anak-anaknya itu, telah memberikan kepada mereka kereta besar yang sama."
Sang Buddha menyahut : "Benar, benar sekali; demikianlah seperti apa yang kaukatakan, Sariputra.
Demikian pula halnya dengan Tathagata, karena ia adalah ayah bagi semua dunia; yang telah bebas daripada takut, putus asa, cemas, kurang pengertian dan kegelapan; telah sempurna dalam pengetahuan, kekuatan batin, dan tanpa takut; memiliki kesaktian dan kebijaksanaan; telah mendapatkan kesempurnaan yang paripurna; yang bermurah hati dan berwelas asih; tak kenal jenuh; selalu mencari apa yang baik dan menguntungkan segenap mahluk.
Beliau dilahirkan dalam Triloka yaitu rumah tua yang terbakar untuk menyelamatkan segenap mahluk hidup daripada kebakaran lahir, umur tua, sakit, mati, cemas, derita, kedunguan, kegelapan, ketiga racun (kilesa) dan mengajarkan kepada mereka bagaimana memperoleh Penerangan Sejati.
Beliau melihat bagaimana segenap mahluk hidup, terjepit oleh nyala api kelahiran, umur tua, sakit, cemas, dan susah, serta menderita bermacam-macam penyesalan disebabkan oleh lima macam keinginan dan ketamakan; bagaimana mereka itu karena kelekatan kepada keinginan serta pengejarannya, sekarang mengalami derita dan kemudian akan menderita dalam neraka ataupun sebagai binatang atau mahluk halus.
Sekalipun mereka dilahirkan dalam surga maupun di antara manusia, mereka tertimpa bermacam-macam penderitaan seperti kemiskinan, kecemasan, terpisah dari yang dicintai, berkumpul dengan yang dibenci. Tenggelam dalam perkara-perkara ini, segenap mahluk hidup gembira dan bersenang-senang; tidak sadar, tidak mengerti, tidak ingat, tidak takut dan tidak bosan; mereka tak ada pikiran untuk mencari kebebasan, melainkan dalam rumah terbakar berlari-larian kian kemari. Meskipun akan mendapat penderitaan besar, mereka tidak menjadi cemas karenanya.
Sariputra, Buddha yang melihat itu semua, berpikir begini : "Aku adalah ayah dari segenap mahluk dan haruslah Ku-renggut mereka dari derita serta memberikan mereka berkah daripada kebijaksanaan Buddha yang kekal dan tanpa batas, sebagai barang permainan."
Sariputra, Sang Tathagata merenungkan begini : "Jika hanya Ku-pergunakan kekuatan batin dan kebijaksanaan, menyampingkan tiap cara yang tepat dan demi kepentingan segenap mahluk hanya mengandalkan kebijaksanaan, kekuatan dan ketidak-takutan Tathagata, maka para mahluk hidup tak akan tertolong. Mengapa ? Selama mahluk-mahluk ini belum terlepas daripada lahir, umur tua, sakit, cemas dan derita; melainkan masih terbakar dalam rumah berkobar dalam Triloka, bagaimana mereka akan mengerti kebijaksanaan Buddha ?"
Sariputra, seperti pula sang ayah itu, meskipun kuat dalam badan dan tenaga, hanya dengan kebijaksanaan yang tepat, tegas menyelamatkan anak-anaknya dari malapetaka dalam rumah terbakar itu dan kemudian memberikan kepada mereka masing-masing kereta besar yang terbuat dari bahan-bahan mahal; begitu pula Sang Tathagata, meskipun memiliki tenaga dan ketidak-takutan; hal-hal ini tidak dipergunakan; hanya dengan kebijaksanaan yang tepat Beliau memindahkan segenap mahluk hidup dari rumah terbakar Triloka; menguraikan ke-tiga kendaraan, yaitu : Kereta Sravaka, Kereta Pratyekabuddha dan Kereta Buddha.
Kata Beliau kepada mereka : "Kalian semua; jangan bersenang-senang berdiam dalam rumah terbakar Triloka; jangan mengejar-ngejar bentuk, suara, bau, cita rasa. Dengan mengejarnya, kalian terikat kepadanya maka kalian akan terbakar olehnya. Bebaskan dirimu dari Triloka dan dapatkan ketiga kendaraan: Kereta Sravaka, Kereta Pratyekabuddha atau Kereta Buddha. Sekarang kalian Ku-beri jaminan yang terbukti tak akan keliru. Hanya saja agar rajin dan sungguh-sungguh."
Dengan cara bijaksana yang demikian Sang Tathagata menarik perhatian segenap mahluk; dan selanjutnya berkatalah Beliau:
"Ketahuilah; ketiga kendaraan itu dipuji-puji oleh para bijaksana; dengan kendaraan-kendaraan itu kalian akan bebas dan merdeka, tanpa memerlukan tumpuan lain. Mengendarai tiga kereta itu serta bersarana ke lima kemampuan sempurna, kelima kekuatan, ketujuh tanggapan, kedelapan jalan, pemusatan, pembebasan, serta samadhi; kalian lambat laun akan berbahagia dan memperoleh ketenteraman dan kegembiraan yang tak terbatas.
Sariputra, bila ada mahluk-mahluk hidup memiliki jiwa kebijaksanaan yang mendalam, mengikuti Buddha Yang Dipuja Dunia, mendengarkan Dharma, menerimanya sebagai kepercayaan dan rajin memperoleh kemajuan; berkeinginan cepat-cepat terlepas dari Triloka dan mencari Nirvana bagi dirinya sendiri; mereka itu akan mempergunakan kendaraan yang disebut kereta Sravaka; seperti hanya anak-anak yang keluar dari rumah terbakar menghendaki kereta domba.
Bila ada mahluk-mahluk hidup yang mengikuti Sang Buddha, Yang Dipuja Dunia, mendengarkan Dharma, menerimanya sebagai kepercayaan dan rajin menggalang kemajuan; berkeinginan mendapatkan kebijaksanaan seorang diri, menikmati keseimbangan kebaikan-kebaikan pribadi serta mahir dalam perkara sebab musabab hukum; mereka itu akan mempergunakan kendaraan yang disebut kereta Pratyekabuddha, seperti halnya anak-anak yang keluar dari rumah terbakar menghendaki kereta rusa.
Bila ada mahluk-mahluk hidup yang mengikuti Sang Buddha Yang Dipuja Dunia, mendengarkan Dharma, menerimanya sebagai kepercayaan dan rajin melaksanakannya, maju penuh semangat; mencari kebijaksanaan yang paripurna; yaitu kebijaksanaan Buddha yang murni, kebijaksanaan tanpa guru; serta pengetahuan, kekuatan dan ketidak-takutan Sang Tathagata; yang menaruh welas asih kepada mahluk-mahluk tak terhitung jumlahnya serta meringankan mereka; bermanfaat bagi dewa dan manusia; menyelamatkan segenap mahluk; mereka itu menggunakan kendaraan yang disebut Mahayana. Karena para Bodhisatva memilih kendaraan ini, mereka disebut Mahasatva. Mereka adalah seperti anak-anak yang keluar dari rumah terbakar menghendaki kereta lembu.
Sariputra, sebagaimana ayah yang melihat anak-anaknya keluar dengan selamat dari rumah terbakar dan sampai pada tempat yang bebas dari ketakutan, dan dengan kekayaannya yang melimpah-limpah, memberikan anaknya masing-masing sebuah kereta besar; begitu pula Sang Tathagata. Sebagai ayah dari segenap mahluk hidup yang melihat mahluk-mahluk tak terhitung ribuan keti jumlahnya, dengan ajaran Buddha telah terlepas dari derita Triloka; dari jalan yang menakutkan dan berbahaya; kemudian mendapatkan kesenangan Nirvana; Sang Tathagata berpikir begini :
"Ku-miliki secara tak terbatas dan kekal kebijaksanaan, kekuatan, ketidak-takutan dan harta karun para Buddha. Segenap mahluk hidup ini adalah anak-anak-Ku, kepada siapa Ku-berikan kendaraan besar ( Mahayana ) yang sama; sehingga tak ada seorang yang akan memperoleh Nirvana pribadi, melainkan semua akan mendapatkan Nirvana bersama-sama Tathagata.
Semua mahluk hidup yang terlepas dari Triloka diberikan benda mainan dari para Buddha yaitu : pemusatan, kebebasan dan lain-lainnya; semua sama dalam bentuk dan macamnya; yang mendapat pujian para bijaksana; yang menghasilkan kesenangan murni dan agung.
Sariputra, sebagai pula ayah itu mula-mula menarik perhatian dengan tiga kendaraan dan kemudian hanya memberikan sebuah kereta yang besar, dihias meriah dengan barang-barang yang mewah; orang tua itu telah melakukan kebenaran; begitu pula pada Sang Tathagata telah melakukan kebenaran. Mula-mula Ia menarik perhatian semua mahluk dengan tiga macam kendaraan dan kemudian bagi keselamatan mereka hanya memberikan kendaraan besar saja. Bagaimana ? karena Sang Tathagata memiliki kebijaksanaan tanpa batas, kekuatan, tiada rasa takut dan memiliki pula harta karun Dharma; mampu memberikan segenap mahluk hidup Dharma Mahayana; namun tidak semua mampu untuk menerimanya.
Sariputra, oleh sebab itu ketahuilah bahwa para Buddha dengan kekuatan kebijaksanaannya; dengan satu kendaraan Buddha membeda-bedakan dan menyampingkan yang tiga."
Sang Buddha, kembali menyatakan AjaranNya dalam bentuk stansa :
39. "Bayangkan, ada seorang ayah mempunyai sebuah rumah tua, tidak kokoh; serambi-serambinya usang, tiang-tiangnya rapuh pada dasarnya.'
40. Jendela-jendela dan langkah-langkahnya sebagian rusak, dinding serta pelapis dan perekatnya sudah hancur, tutupnya terpecah-pecah sedang atapnya dimana-mana berlubang.
41. Penghuninya tak kurang dari lima ratus orang banyak kamar kecil penuh dengan tinja yang menjijikkan.