//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)  (Read 36580 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« on: 01 August 2009, 02:13:03 PM »
Namo Buddhaya,




BAB I
PURWAKA

 

Demikianlah yang telah kami dengar,

Pada suatu ketika Sang Buddha bersemayam di Rajagraha di Gunung Gridhrakuta, dihadap oleh 12.000 Bhiksu yang semuanya telah mencapai kesucian Arahat, yang tiada tercela, yang telah bebas dari ikatan keduniawian, yang telah mengatasi segala belenggu dan yang telah dapat mengendalikan pikiran dan nafsu keinginannya.

Mereka semua adalah para Arahat yang namanya telah terkenal antara lain adalah Arahat :

Ajnata Kaundinya - Maha Kasyapa - Uruvilva Kasyapa - Gaya Kasyapa - Nadi Kasyapa - Sariputra - Maha Maudgalyayana - Katyayana - Aniruddha - Kapphina - Gavampati - Revata - Pilindavasta - Vakkula - Maha Kaushthila - Nanda - Sundara Nanda - Purna - Maitrayaniputra- Subhuti - Ananda - dan Rahula.

Disamping para Arahat yang termashur itu, datang pula menghadap kira-kira 2000 orang Saiksha dan Asaiksha; Bhiksuni Mahaprajapati dengan diiringi oleh 6000 orang pengikutNya. Demikian pula hadir Bhiksuni Yasodara, ibunda Pangeran Rahula, juga diikuti oleh para pengikutnya.

Datang pula menghadap Sang Buddha sekitar 80.000 orang Bodhisatva-Mahasatva, yang semuanya berhati teguh dan berpendirian kukuh, tanpa ragu-ragu dan tidak akan murtad lagi. Mereka semua mempunyai tujuan yang satu ialah untuk mencapai Penerangan Sempurna (Bodhi). Para Bodhisatva ini semuanya telah memperoleh Dharani tanpa mundur sedikitpun. Mereka para Bodhisatva yang tiada terhitung jumlahnya telah mendapat bimbingan dan pembinaan dari Sang Buddha, yang menyebabkan mereka telah dapat menanamkan akar dari kebajikan yang selalu dipuja dan disanjung oleh mereka itu.

Berkat bimbinganNya maka para Bodhisatva telah melaksanakan amal kebajikan sebagai kebiasaan hidup sehari-hari yang telah memiliki kebijaksanaan keBuddhaan dan telah berhasil menembus pengetahuan tertinggi, sehingga mereka telah berhasil mencapai pantai seberang yang telah terkenal diseantaro jagat. Mereka dengan kebajikannya yang telah diamalkan dalam kehidupanNya, telah berhasil menyelamatkan ratusan ribu mahluk.

Adapun nama-nama para Bodhisatva tersebut antara lain ialah ;
Bodhisatva Manjusri;
Bodhisatva Avalokitesvara;
Bodhisatva Mahastamaprapta;
Bodhisatva Sarvathanaman;
Bodhisatva Nityadyukta;
Bodhisatva Anikshiptadhura;
Bodhisatva Ratnapani;
Bodhisatva Baishagyaraga;
Bodhisatva Pradanasura;
Bodhisatva Ratnakandra;
Bodhisatva Ratnaprabha;
Bodhisatva Rurnakandra;
Bodhisatva Mahavikramin;
Bodhisatva Trilokavikramin;
Bodhisatva Bhadrapala Anantavikrama;
Bodhisatva Mahapratibhana;
Bodhisatva Satatasamitabhiyukta;
Bodhisatva Dharanidhara;
Bodhisatva Akshayamati;
Bodhisatva Padmasri;
Bodhisatva Nakshatraya;
Bodhisatva Simha.

Pada waktu itu hadir pula Sakra Dewa Indra dengan diikuti oleh 20.000 orang Putera Dewata, diantaranya ;
Putera Dewata Candra,
Putera Dewata Surya,
Putera Dewata Samantaganda,
Putera Dewata Ratnaprabha.

Serta pula ke-empat Maharaja Langit : Dhrtarashtra - Viradhuka - Virupaksha - Vaisravana dengan 10.000 orang Putera Dewata menyertainya.

Dewa Isvara dan Dewa Mahesvara diikuti oleh 30.000 orang Putera Dewata.

Maha Brahma Sikhin, penguasa alam semesta dan Maha Brahma Gyatipraba dan lain-lainnya, disertai oleh 12.000 orang Putera Dewata.

Demikian pula ada delapan Raja Naga, yaitu Raja Naga Nanda, Raja Naga Upananda, Raja Naga Sagara, Raja Naga Vasuki, Raja Naga Takshaka, Raja Naga Anavatapta, Raja Naga Manasvin, dan Raja Naga Utpalaka, masing-masing dengan pengikutnya.

Nampak pula ke-empat Raja Garuda yaitu : Raja Garuda Mahatega, Raja Garuda Mahakaya, Raja Garuda Mahapurna, Raja Garuda Maharddiprapta, masing-masing dengan beberapa ratus ribu pengikutnya.

Lain dari pada itu : Raja Ajatasatru, Putera Vaidehi dengan beberapa ratus ribu pengikutnya.

Masing-masing sujud pada kaki Sang Buddha, kemudian mengundurkan diri dan duduk disamping.

Pada waktu itu Yang Disujud Dunia, Yang Dipuja, disujudi, dihormati dan disanjung oleh ke-empat golongan : Bhiksu-Bhiksuni dan para Upasaka-Upasika.

Untuk kepentingan para Bodhisatva Sang Buddha memberikan khotbah Mahayana Sutra yang disebut "DHARMA PARYAYA" sebagai ajaran bagi para Bodhisatva dan yang dipelihara dan diperhatikan oleh para Buddha.

Setelah mengkhotbahkan Sutra ini Sang Buddha duduk bersila dan memasuki samadhi yang disebut "PANGKALAN TANPA BATAS" dimana raga dan pikiran tak bergerak.

Pada waktu itu dari langit turun hujan bunga Mandarava - Mandarava Besar - Manjushaka - dan Manjushaka Besar yang menghujani Sang Buddha dan pesamuan agung itu, sedang Buddhaloka bergetar dalam enam macam gerak.

Lalu pesamuan para Bhiksu - Bhiksuni - Upasaka - Upasika - Dewa - Naga - Yaksha - Gandrava - Asura - Garuda - Kimnara - Mahoraga - Mahluk-mahluk yang tampak dan yang tidak tampak; termasuk raja-raja rendahan dan segenap Raja Pemutar Roda; seluruh pesamuan itu mengalami hal yang belum pernah dialami sebelumnya.

Dengan rasa gembira dan dengan kedua tangan tertelungkup serta dengan pikiran yang sama, mereka semua menatap Sang Buddha.

Kemudian dari lingkaran rambut putih yang berada diantara kedua keningnya (urna) Sang Buddha keluar pancaran cahaya yang menyinari ke-18.000 negara-negara disebelah Timur, sehingga tak ada sesuatu yang tidak tertembus dan kebawah sampai pada Neraka Avici, keatas sampai pada Surga Akanishtha.

Dalam alam ini dimana terdapat negara-negara itu, segenap mahluk hidup dari ke-enam tingkatan.

Dapat dilihat pula para Buddha yang bersemayam ada dinegara-negara itu. Juga dapat didengar Sutra-sutra yang dikhotbahkan oleh para Buddha.

Dapat pula disaksikan adanya Bhiksu - Bhiksuni - Upasaka - Upasika yang telah menjalankan dan mendapatkan Jalan Kesempurnaan.

Lebih lanjut dapat dilihat para Bodhisatva-Mahasatva yang menjalankan ke-Bodhisatvaanya dari segala aliran dengan bermacam-macam perbedaan kepercayaan dan melaksanakan bermacam-macam cara.

Demikian pula dapat disaksikan para Buddha yang telah mencapai Pari-Nirvana, dapat pula dilihat stupa-stupa, terbuat daripada tujuh macam bahan untuk menempatkan Sarira ( relik ) para Buddha, yang didirikan setelah para Buddha mencapai Pari-Nirvana.

Pada saat itu Sang Bodhisatva Maitreya memberi sambutan begini ;
"Sekarang Yang Dihormati Dunia menunjukkan tindak yang demikian menakjubkan. Apakah gerangan makna kejadian yang penuh memberi harapan ini ? " -

Karena Sang Buddha, Yang Dihormati Dunia telah memasuki samadhi maka terjadilah kegaiban-kegaiban yang tak dapat dimengerti karena belum pernah terjadi. Kepada siapakah kita akan bertanya dan siapakah yang akan mampu memberikan jawabannya ?"

Selanjutnya Ia berkata :
"Disini hadir Manjusri, Putera Buddha yang telah dapat menjadi JINA, yang selalu berhubungan dan bersujud kepada para Buddha yang lampau dan pernah pula menyaksikan tanda-tanda kegaiban seperti ini. Baiklah kutanyakan padaNya" -

Demikian pula para Bhiksu - Bhiksuni - Upasaka - Upasika dan segenap mahluk-mahluk dewata, naga dan mahluk-mahluk halus lainnya menyambung begini ;
-" Kepada siapa kami akan minta keterangan tentang cahaya gaib dari batin Sang Buddha ini ?" -

« Last Edit: 01 August 2009, 02:18:10 PM by Triyana2009 »

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #1 on: 01 August 2009, 02:18:59 PM »
Lalu Bodhisatva Maitreya, berhasrat untuk mengatasi keragu-raguan diri pribadi-pribadinya dan memperhatikan pula pikiran yang timbul dari hati peserta pesamuan para Bhiksu - Bhiksuni - Upasaka - Upasika maupun para dewata, naga dan mahluk-mahluk halus lainnya. Maka bertanyalah Ia kepada Manjusri :
- " Apakah gerangan sebab dan makna kejadian yang penuh harapan dan gaib ini, yang memancarkan sinar terang yang demikian cemerlang yang menerangi ke 18.000 negara-negara sebelah Timur dan yang membuka kemuliaan wilayah-wilayah Buddha itu ? " -

Terhadap masalah tersebut Bodhisatva Maitreya berkehendak membahas arti dan hakekat dari peristiwa tersebut dengan syair sebagai berikut :

Wahai Manjusri,
Mengapa dari lingkaran rambut putih Guru kami
Yang berada di antara kedua keningNya itu
Memancar sinar terang yang gemerlapan ?

Hujan bunga Mandarava dan Manjushaka
Yang baunya semerbak harum cendana
Sungguh sangat mengasyikkan hati kami

Karena kejadian yang penuh kegaiban ini
Seluruh alam semesta di liputi kemuliaan
Sedang dunia bergetar dalam enam macam gaya
Yang menyebabkan keempat golongan bergembira
Merasa berbahagia dalam pikiran dan perbuatan
Mangalami kejadian yang belum pernah dialaminya
Sinar yang memancar dari kedua kening itu
Menerangi bagian Timur dari alam semesta ini
Dimana terdapat delapan belas ribu negara
Semuanya berwarna keemasan mulai Neraka Avici
Hingga puncak-puncak dari seluruh dunia
Dimana hidup mahluk-mahluk dari keenam tingkatan

Kemajuan yang dialami semua mahluk-mahluk itu
Dengan melalui proses lahir dan meninggal
Dimana mereka menikmati pahala dari karma baiknya
Merasakan ganjaran dari perbuatan jahatnya
Semuanya kulihat jelas dari sini …………

Kusaksikan pula para Buddha, para Guru Suci
Para Wadisimha menjelaskan sutra yang gaib dan luhur
Yang disampaikannya dengan suara mantap dan lembut
Kepada ribuan keti Bodhisatva yang dapat menghayatinya

Mereka mengkhotbahkan Sadharma
Dalam dunianya masing-masing
Dengan memberi penjelasan dengan berbagai macam cara,
Yang dapat memberikan pengertian semua mahluk

Sudharma juga disampaikan kepada yang malang
Yang sakit karena telah lanjut usianya
Dimana maut selalu mengancamnya setiap saat
Bagi mereka ini juga ditunjukkan jalan Nirvana
Untuk menghentikan segala sesal dan derita

Bilamana semuanya telah menikmati bahagia
Setelah mereka memuja dan bersujud kepada Buddha
Bagi mereka yang bercita-cita mencari Dharma Agung
Baginya akan ditunjukkan Jalan Pratyeka Buddha

Bagi para putra Buddha yang telah melaksanakan
Berbagai macam tugas dan kewajibannya dengan baik
Bercita-cita hendak mencari Kebijaksanaan Sempurna
Akan ditunjukkan Jalan Kesempurnaan itu

Wahai Manjusri,
Dari sini kusaksikan dan kudengar dengan jelas
Berbagai masalah yang dialami ribuan keti Bodhisatva
Yang akan kujelaskan secara singkat:

Kusaksikan di berbagai negara para Bodhisatva
Demikian banyaknya bagaikan pasir di sungai Gangga
Yang telah mencapai berbagai tingkat kesempurnaan
Yang semuanya bertujuan mencari Jalan Kebuddhaan

Berbagai pengorbanan yang telah mereka laksanakan
Untuk mencari jalan yang menuju KeBuddhaan itu
Ada dengan jalan berdana emas dan ratna manikam
Jamrud, intan dan permata yang tiada ternilai mutunya
Bahkan ada yang mempersembahkan kereta dengan kudanya
Kendaraan dan tandu yang ditabur dengan permata
Semua persembahan ini dihaturkan dengan hati ikhlas

Mereka semua menuju kepada Jalan Kebuddhaan yang dicita
Mereka semua berusaha mendapatkan Yana-yana dalam samadhi
Yang unggul di tiga alam disempurnakan oleh para Buddha

Ada pula para Bodhisatva mempersembahkan kereta kencana
Yang ditarik oleh empat ekor kuda yang tempat duduknya
Dengan sandarannya dihias indah menawan hati

Kusaksikan pula para Bodhisatva yang berdana
Dengan mempersembahkan daging, tangan dan kakinya sendiri
Bahkan mempersembahkan anak dan istrinya sebagai persembahan
Untuk mendapatkan Jalan Yang Luhur Sempurna itu

Kusaksikan pula para Bodhisatva yang berdana
Dengan mempersembahkan kepala, mata dan badanNya
Dengan penuh keikhlasan dan kegembiraan
Untuk bisa mencapai Kebijaksanaan Kebuddhaan

Wahai Manjusri,
Kusaksikan banyak raja-raja
Menghadap kepada para Buddha
Kemudian meninggalkan kerajaannya
Istana, para menteri dan selir-selirnya
Mencukur rambut dan janggutnya
Mengenakan jubah Dharma Cakra

Kusaksikan pula para Bodhisatva
Menjelma menjadi seorang Bhikku
Hidup menyendiri mengasingkan diri
Sambil membaca sutra dengan tekun

Kusaksikan pula Bodhisatva
Yang dengan sungguh-sungguh dan tekad bulat
Memasuki pedalaman dari hutan di pegunungan
Untuk merintis Jalan Kebuddhaan

Kusaksikan mereka yang telah bebas dari nafsu
Selalu merenung dalam keheningan pegunungan
Dengan tekun melaksanakan tapa samadhi
Untuk dapat memiliki lima kekuatan gaib

Selanjutnya kusaksikan Bodhisatva
Dengan tenang melaksanakan samadhi
Menelaah ribuan bait ayat-ayat Dharma
Menghormat dan memuja raja Dharma

Juga kusaksikan Bodhisatva
Yang teguh tekadnya dalam kebijaksanaanNya
Telah memberikan teladan yang tiada terhitung
Mengajarkan Kesunyataan kepada kalayak ramai
Dengan penuh kegembiraan dan pengabdian
Untuk membina para Bodhisatva
Untuk dapat membinasakan tentaranya Mara
Dengan jalan memukul genderang Dharma

Kusaksikan pula Bodhisatva
Yang sempurna dan tenang dalam samadhinya
Yang dipuja dan dipuji oleh para Dewa dan Naga
Namun meskipun dihormati, Ia tidak merasa bangga

Kusaksikan lagi para Bodhisatva
Yang bersemayam dalam hutan memancarkan cahaya
Yang selalu berusaha menyelamatkan penghuni neraka
Membimbingnya untuk memasuki Jalan Buddha

Kusaksikan pula putra-putra Buddha
Yang berkelana dalam rimba tanpa tidur
Dengan bersemangat mencari Jalan Buddha

Selanjutnya kusaksikan pula
Mereka yang taat melaksanakan peraturan suci
Yang sempurna dan murni ibarat mutiara
Dengan sepenuh ketekunan mencari Jalan Buddha

Dan kusaksikan putra-putra Buddha
Dalam usahanya mencari Jalan Buddha
Tabah dan teguh hatinya menghadapi cacian
Kebencian dan serangan yang keji
Dari orang-orang yang congkak dan sombong
Kusaksikan pula Bodhisatva
Yang telah meninggalkan kesenangan duniawi
Dan semua teman-temannya yang bodoh dan dungu
Yang selalu bergaul dengan orang bijaksana
Yang dengan keteguhan imannya dapat bebas dari godaan
Setelah memusatkan pikiran di hutan pegunungan
Selama ribuan keti tahun untuk mencari Jalan Buddha

Selanjutnya kusaksikan lagi para Bodhisatva
Yang menghadiahkan makanan dan obat-obatan
Kepada para Buddha dan Bhiksu sebagai dana
Juga memberikan pakaian dan perhiasan indah
Yang harganya tidak ternilai.

Juga ada yang memberikan ribuan macam dana
Berupa gedung yang indah terbuat dari kayu cendana
Lengkap dengan peralatan tidur yang indah
Kepada para Buddha dan para Bhiksu

Ada pula yang memberikan taman yang indah permai
Penuh berhiaskan bunga yang indah dan buah-buahan
Dengan pancuran dan kolam-kolam renang yang cantik
Kepada para Buddha dan para Bhiksu sebagai dana

Semua pemberian itu sungguh menakjubkan
Karena semuanya diberikan dengan hati ikhlas
Sebagai cara untuk mencapai Jalan Sempurna

Ada pula Bodhisatva mengajar mahluk hidup
Tentang keseimbangan batin dengan berbagai cara
Demikian pula ada lagi Bodhisatva menyimpulkan
Bahwa sifat dari Hukum Kesunyataan itu
Bukan merupakan dua hal yang saling berlawanan
Melainkan tunggal adaNya

Kusaksikan pula putra-putra Buddha
Yang batinnya telah bebas dari kemelekatan
Dengan kebijaksanaan maha gaib ini
Mereka merintis dan mencari Jalan Luhur

Wahai Manjusri,
Ada pula para Bodhisatva menghormat sarira Buddha
Setelah para Buddha moksha mencapai Pari Nirvana
Juga kusaksikan para putra Buddha mendirikan stupa
Tak terhitung bagaikan pasir di sungai Gangga banyaknya
Menghias stupa itu dengan indah tinggi menakjubkan
Tingginya 5000 jojana dengan tinggi dan lebarnya serasi

Tiap stupa diberi ribuan panji dan bendera
Dikitari dengan tirai berhiaskan permata gemerlapan
Genta-genta indah dengan suaranya merdu syadhu
Bunga dirangkai dengan baunya yang harum mewangi
Menjadi persembahan dari para Dewa, mahluk halus
Umat manusia dan yang bukan tergolong umat manusia
Yang selalu disujud sahdu kepada Sang Buddha

Wahai Manjusri,
Kusaksikan putra-putra Buddha menghormati reliknya Buddha
Menghias stupa-stupa itu dengan indah gemerlapan
Bagaikan raja pohon kayangan dalam musim semi

Pada waktu itu Sang Buddha memancarkan sinar tunggal
Sehingga kami peserta pesamuan agung melihat bangunan itu
Yang indahnya tidak dapat dilukiskan sungguh luar biasa

Sungguh jarang ada daya gaib yang memancar terang
Dari Kebijaksanaan Sang Buddha dengan sinar tunggalnya
Menerangi kawasan-kawasan yang tak terhitung jumlahnya

Kami yang menyaksikan dan mengalami
Semuan yang belum pernah kami saksikan dan alami

Wahai Manjusri, putra Buddha
Dapatkah kau menghilangkan semua keraguan mereka
Lihatlah keempat golongan menghimbau menatapMu
Mengharapkan penjelasanMu tentang sinar terang
Yang memancar dari diri Yang Dihormati Dunia ?

Wahai putra Buddha, berilah jawabanMu
Bebaskanlah hati kami dari keragu-raguan
Supaya kami dapat gembira dan senang
Apakah gerangan manfaat sinar terang itu
Yang memancar cemerlang dari diri Sang Buddha ?

Duduk diatas singgasana kebijaksanaan
Telah mencapai Dharma yang maha sempurna
Apakah Beliau akan mengajarkan Dharmanya
Atau apakah Beliau akan memberikan wangsit ?

Disegenap kawasan para Buddha yang indah permai
Kami menyaksikan para Buddha bersemayam disana
Ini bukan alasan yang dibuat-buat, oh Manjusri
Ketahuilah olehMu keempat golongan dan mahluk halus
Dan seluruh mahluk di alam semesta ini
Semuanya menatapMu, oh Manjusri dengan penuh tanya
Apakah yang hendak Kau katakan, oh ! Manjusri ?
Pada waktu itu Manjusri berkata kepada Maitreya Bodhisatva Mahasatva dan semua tokoh-tokoh lainnya : " Kau sekalian anak yang baik. Menurut pandangan saya, Sang Buddha Yang diHormati Dunia, sekarang berkehendak mengajarkan Hukum Kesunyataan, menumpahkan hujan Hukum Kesunyataan, memukur genderang Hukum Kesunyataan dan menerangkan arti dari Hukum Kesunyataan itu. Anak-anakku yang baik, berkali-kali kami mengalami sejak para Buddha yang dahulu, wangsit yang demikian ini, bahwa setelah memancarkan sinar yang begitu cemerlang, Beliau lalu melanjutkan khotbahnya tentang Hukum Kesunyataan ini. Oleh karena itu ketahuilah, bahwa sekarang Sang Buddha, setelah memancarkan sinar ini sebagai suatu cara untuk membikin, supaya semua mahluk mendengar dan memahami Hukum Agung yang sangat sulit dipercayai oleh seluruh dunia. Oleh karena itu maka Beliau menciptakan wangsit yang demikian ini.

"Anak-anakku yang baik. Pada zaman dahulu yang tak terjangkau, terbatas dan tanpa awal asamkhyaya kalpanya, hiduplah seorang Buddha bernama Sang Candrasuryapradipa Tathagata, Raja diraja, waskita, memiliki kebijaksanaan agung, telah mencapai Maha Pari Nirvana, maha mengetahui dunia, pemimpin besar, maha jina, guru besar para dewa naga dan manusia, Buddha, Yang Dihormati Dunia.

Beliau mengikrarkan Hukum Agung yang baik pada permulaannya, baik pada pertengahannya, dan baik pula pada akhirnya, yang mempunyai arti yang sangat dalam, dengan kata-kata yang sedap didengarnya, murni tanpa cacat, serba tepat dan tanpa salah dan Agung dalam pementasannya. Bagi mereka yang ingin menjadi Sravaka, Beliau memberikan tanggapan terhadap Hukum Empat Kesunyataan Mulia, yang mengatasi kelahiran, usia tua, sakit dan kematian dan akhirnya jalan ke Nirvana, bagi mereka yang mencari tingkat Praceka Buddha, Beliau memberikan tanggapan ke arah Hukum Paticca Samupaddha ( 12 nidana ); bagi mereka yang menuju ke KeBodhisatvaan, beliau memberikan tanggapan dengan penerangan tentang Sad-Paramita yang akan membawa mereka kearah Penerangan Agung dan mendapat Pengertian Sempurna.

"Setelah itu ada lagi seorang Buddha yang juga disebut Sang Candrasuryapradipa dan ada lagi seorang Buddha yang juga disebut Sang Candrasuryapradipa; dan demikianlah semuanya ada 20.000 Buddha, semuanya mengenakan nama Candrasuryapradipa dan juga mengenakan nama samaran yang sama ialah Bharadvaja. Ketahuilah O'Maitreya ! Semua Buddha-Buddha ini mulai yang awal hingga yang akhir, mengenakan nama yang sama ialah Candrasuryapradipa dan semuanya memiliki 10 macam kedudukan dalam Kesempurnaan Hukum yang beliau ajarkan adalah benar, benar pada awal, benar pada pertengahannya, dan benar pada akhirnya.

"Sebelumnya Buddha yang terakhir dari para Buddha-Buddha tersebut diatas moksha, Beliau mempunyai 8 orang rajaputri;
yang pertama bernama putri Sumali
yang kedua bernama putri Anantamati
yang ketiga bernama putri Ratnamati
yang keempat bernama putri Viseshamati
yang kelima bernama putri Vimatisamudghatin
yang keenam bernama putri Goshamati
yang ketujuh bernama putri Dharmamati
yang kedelapan bernama putri Agita

Ke-delapan putri-putri ini dalam bidang masing-masing bekerja sendiri-sendiri, masing-masing mempunyai daerah sendiri-sendiri pada 4 kawasan. Putri-putri tersebut setelah mencapai Penerangan Agung, semuanya meletakkan keratonnya, mengikuti jejak Sang Ayah, berbulat tekad untuk mengendarai Mahayana; mereka dengan tekun selalu menjalankan perbuatan-perbuatan mulia, dan semuanya menjadi guru-guru dharma, setelah menanam akar-akar kebaikan pada ribu-ribuan Buddha.

"Pada saat itu, Sang Candrasuryapradipa Buddha mengajarkan sutra-sutra Mahayana yang dinamakan "Pangkalan Tanpa Batas ", yaitu memuat wejangan-wejangan hukum yang menjadi pegangan para Bodhisatva dan yang selalu diawasi dan diperhatikan para Buddha. Setelah mengkhotbahkan sutra tersebut, beliau seketika itu juga, ditengah-tengah pesamuan, duduk bersila dan bermeditasi tenggelam dalam "Pangkalan Tanpa Batas" dimana jiwa dan raganya dalam keadaan tenang tak bergerak.

Pada saat itu tibalah hujan bunga Mandarava, maha mandarava, manjushakas dan maha manjushakas menghujani Sang Buddha dan para anggota pesamuan, sedangkan Buddhaloka bergetar dalam 6 arah.

"Selanjutnya, pada Pesamuan Agung para bhiksu, bhiksuni, upasaka, upasika, dewa-dewa, naga-naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kimnara, haharagas, mahluk dan bukan mahluk, dan para raja mulai yang kecil hingga yang besar yang memutar roda dharani, semuanya menerima hal yang belum pernah dialami dengan hati yang bersuka ria dan gembira dan mengatupkan tangan dan dengan satu tujuan cipta, menatap wujud Sang Buddha.


Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #2 on: 01 August 2009, 02:19:34 PM »
"Selanjutnya, Sang Tathagata memancarkan dari lingkaran rambut putih di tengah-tengah alisnya, cahaya yang cemerlang yang menyinari 18.000 tanah-tanah Buddha disebelah Timur, hingga tak ada sesuatu pun yang tak tertembus sinar, seperti tanah-tanah Buddha yang sekarang terlihat.

"Ketahuilah O,Maitreya ! Pada saat itu pesamuan itu dikunjungi oleh 18 keti Bodhisatva yang dengan hati yang girang mendengarkan ajaran Hukum Kesunyataan ini. Para Bodhisatva semuanya melihat pancaran sinar yang menembus keseluruhan tanah-tanah kebuddhaan, sekaligus ingin mengetahui sebab musababnya sinar tersebut.

"Lalu ada seorang Bodhisatva bernama Varaprabha yang mempunyai 800 pengikut. Pada waktu Sang Buddha Candrasuryapradipa bangun dari persamadhiannya, Beliau mengajarkan pada Bodhisatva Varaprabha, Sutra Dharmaparyaya yang dinamakan "Sutra Bunga Teratai" yang menjadi pegangan para Bodhisatva dan yang selalu diawasi dan diingat oleh Sang Buddha. Beliau bangun dari duduknya selama 60 kalpa kecil dan para pendengarnya, anggota dari pesamuan selama 60 kalpa itu tetap duduk ditempat masing-masing, tak bergerak baik badan maupun pikirannya, mendengarkan ajaran-ajaran Sang Buddha dan membayangkan sejenak. Dalam waktu itu tak seorangpun yang merasa lelah baik badannya maupun jiwanya.

"Sang Buddha Candrasuryapradipa, setelah mengajarkan Sutra Beliau selama 60 kalpa kecil, sekonyong-konyong bersabda kepada kelompok brahma, mara, sramana, brahmana, dewa-dewa, manusia dan asura. Hari ini pada tengah malam, Tathagata akan masuk ke Nirvana yang abadi.
"Pada waktu itu ada seorang Bodhisatva bernama Varaprabha. Sang Buddha Candrasuryapradipa lalu bersabda kepada para Bhiksu sebagai berikut ; "Bodhisatva Varaprabha ini akan menjadi Buddha yang akan datang, dan nama Beliau adalah Sang Tathagata Vimalanetra, samyaksambuddha.

"Sang Buddha setelah meramalkan hal tersebut, lalu masuk ke Nirvana yang abadi pada tengah malam. Setelah mokshanya Sang Buddha, Bodhisatva Varaprabha, setelah mengakhiri bunyi Sutra Bunga Teratai, menerangkan sutra itu kepada manusia selama 80 kalpa kecil. Ke-delapan putri Buddha Candrasuryapradipa mengakui Bodhisatva Varaprabha selaku Guru beliau. Varaprabha mengajar dan menganjurkan mereka supaya teguh dalam Penerangan Agung. Rajaputri-rajaputri ini semuanya memuja kepada ratusan ribu keti Buddha-Buddha dan menelaah jalan ke-Buddhaan. Yang terakhir mencapai tingkat keBuddhaannya adalah Dipankara Tathagata.

"Ia mempunyai 8000 penganut, diantaranya ada yang namanya Yasaskama. Penganut ini mempunyai hasrat besar untuk mendapatkan sanjungan dan kehormatan dan sekalipun ia telah menyelami sutra-sutra beberapa kali, tak ada satupun yang dapat mencegah ia, karena sutra-sutra itu dilupakannya. Oleh karena itu ia dinamakan Yasaskama ( gila hormat dan sanjungan). Orang ini juga mampu menelaah ratusan ribu keti ajaran kebuddhaan yang dihormatinya, disembahnya dan disanjungnya karena ia telah menanam banyak akar-akar kebaikan.

"Ketahuilah Maitreya, Bodhisatva Varaprabha dari zaman itu apakah berlainan dengan saya ? Tidak, ia adalah saya sendiri, sedangkan Bodhisatva Yasaskama adalah Engkau. Sekarang aku yakin bahwa ramalan ini tidak beda dengan yang dulu.

"Oleh karena itu maka kami menyakini bahwa Tathagata yang sekarang akan mengajarkan sutra-sutra Mahayana yang dinamakan "Sutra Bunga Teratai" dimana para Bodhisatva diwajibkan untuk menjalankannya dengan diawasi serta diperingati oleh para Buddha.

Setelah itu maka dalam pesamuan besar ini, Manjusri, yang mempunyai keinginan untuk mengumumkan kembali sutra tersebut, bersabda dalam syair seperti dibawah :

Kami ingat pada suatu waktu yang telah silam
Kira-kira beberapa ratus ribu kalpa yang lalu
Hidup seorang Buddha yang sangat dihormati
Namanya ialah Buddha Candra Surya Pradipa
Yang disujudi oleh seluruh dunia
Berkat dharma yang telah diajarkannya
Telah menyelamatkan mahluk-mahluk hidup

Berjuta-juta keti Bodhisatva dianjurkan
Untuk menyelami Penerangan Agung
Sebelum saat Sang Buddha moksha tiba

Delapan raja putra dan putri Buddha
Mengetahui mangkatnya sesembahan agungNya
Mengikuti jejaknya dan menjalankan hidup suci
Seperti Sabda Sang Buddha tentang Mahayana
Sutra yang disebut "Pangkalan Tanpa Batas"
Telah dijelaskan hal ini secara mendetail

Setelah Sang Buddha mengkhotbahkan sutra ini
Beliau lalu duduk diatas singgasana Dharma
Duduk bersila sambil melaksanakan samadhi
Menembus Pangkalan Tanpa Batas
Hujan bunga mandarava, ditaburkan dari langit lazuardi
Guntur menderu membahana membelah angkasa raya
Para dewa, manusia dan semua mahluk-mahluk halus
Bersujud kepada Sang Buddha yang dipuja dunia

Seluruh kawasan dari para Buddha saat itu
Dipancari oleh sinar yang memancar dari tengah alisNya
Hal ini merupakan suatu kegaiban yang luar biasa
Dimana kawasan Timur disinari oleh pancaran cahaya ini
Dimana terdapat 18.000 tanah-tanah Sang Buddha

Dimana-mana menjelaskan kepada semua mahluk
Tentang karma-karma mereka yang tidak kekal
Mengenai takdir yang semuanya dapat dirubah

Beberapa tanah Buddha dapat dilihat
Diperindah dengan segala barang-barang berharga
Yang berwarna indah dipancari oleh sinar Sang Buddha

Kami menyaksikan pula Dewa dan Naga
Mahluk halus, Yaksa, Gandharva dan Kimnara
Semuanya bersujud menyembah duli Sang Buddha

Selanjutnya kusaksikan pula Tathagata
Yang pribadinya merupakan Jalan Kebuddhaan
Yang perwujudannya bagaikan gunung emas
Sungguh megah dan sangat menakjubkan
Laksana batu dilapis lazuli murni
Atau ibarat patung dibuat dengan mas murni
Dimikianlah keadaanNya yang Dipuja Dunia

Ditengah-tengah pesamuan agung
Telah dijelaskan hakekat dari kesunyataan
Seperti pula halnya di tanah-tanah Buddha
Dimana terdapat sravaka-sravaka banyak sekali
Yang terdiri atas kelompok-kelompok yang besar
Juga waktu itu disinari oleh cahaya Sang Buddha

Disamping kelompok Sravaka juga ada kelompok Bhiksu
Yang dengan tekun melaksanakan petunjuk vinaya
Setelah berkelana di rimba-rimba belantara
Mereka bagaikan penjaga ratna mutu manikam

Kusaksikan pula nun disana para Bodhisatva
Melaksanakan amanat suci dengan ketekunan
Yang jumlahnya bagaikan pasir di sungai Gangga

Pada saat memancarkan sinar dari Sang Buddha
Kusaksikan pula para Bodhisatva sedang samadhi
Duduk tenang tiada bergerak badan dan rohaninya
Mencari jalan menuju Kesempurnaan Batin

Kusaksikan pula para Bodhisatva
Yang telah memahami Hukum Alam Nirvana
Mengajarkan Hukum Kesunyataan yang Agung
Untuk mencapai Jalan Kebuddhaan Sempurna

Mereka masing-masing berada dalam wilayahnya
Semuanya terdiri atas empat kelompok banyaknya
Setelah menyaksikan Sang Buddha Candra Surya Pradipa
Yang telah memperlihatkan daya kekuatan gaib
Menyebabkan mereka sangat gembira dan senang hatinya
Dan mereka saling berpandangan serta saling bertanya

Untuk apakah ini semuanya gerangan ?
Beliau yang Dipuja umat manusia dan para dewa
Segera bangun dari persamadhiaannya yang sahdu
Sambil memuji Bodhisatva Varaprabha

"Kau adalah Mata Dunia
yang disembah dan dipuja semua mahluk
yang dapat mengemban Hukum yang gemerlapan
Hukum Kesunyataan yang telah kuwejangkan
Hanya Engkaulah yang dapat melaksanakannya

Setelah Yang Dipuja oleh seluruh alam semesta
Memberikan pujian kepada Bodhisatva Varaprabha
Beliau lalu memberikan wejangan Sutra Bunga Teratai
Selama 60 kalpa kecil tanpa beranjak dari duduknya

Hukum Kesunyataan "Sutra Bunga Teratai"
Yang diwejangkan oleh Sang Buddha sungguh dashyat
Dapat dihayati hakekatnya oleh Sang Varaprabha
Guru Hukum Kesunyataan yang maha suci

Pada waktu Sang Buddha memberikan amanat
Tentang Sutra Bunga Teratai yang hebat ini
Beliau dapat mengerakkan hati nurani yang hadir
Sehingga semuanya bergembira dan berbesar hati
Kemudian, pada hari itu juga Beliau mengikrarkan
Kepada kalangan para dewa dan seluruh umat manusia
Tentang Hukum Kesunyataan Yang Agung
Semuanya telah diwejangkan kepada semua yang hadir

Sekarang Aku di tengah malam ini memasuki Nirvana
Apakah kalian dengan segenap kesadaranmu akan maju
Dengan rajin mengamalkan Kesunyataan ini
Memisahkan diri dari kemalasan seperti para Buddha
Sangat cermat dan hemat dalam memanfaatkan waktu
Yang berketi-keti dan berkalpa-kalpa lamanya
Putra Buddha yang dihormati dunia
Setelah mendengar Sang Buddha telah memasuki Nirvana
Semuanya merasa sedih, cemas dan resah gelisah
Alangkah cepatnya Sang Buddha mencapai moksha
Oh, sesembahan kami yang agung Raja dari Kesunyataan
Yang telah mengatur massa yang jumlahnya tiada ternilai

Yang Dihormati dan dipuja seluruh alam bersabda :
"Sekalipun Aku telah moksha, jangan kalian takut
Karena Sang Bodhisatva Varaprabha
Dalam melaksanakan kemurnian pandangan terangnya
Telah mencapai pengertian yang sejati
Beliau adalah Buddha yang akan datang
Yang akan memakai nama Vimalacakranetra
Beliau akan menyelamatkan mahluk-mahluk
Tiada ternilai banyaknya……………..

Pada malam itu Sang Buddha telah moksha
Beliau telah musnah bagaikan kayu bakar
Yang telah habis bara apinya
Reliknya Sang Buddha dibagi-bagikan
Disimpan dalam stupa-stupa tiada terhitung banyaknya

Para bhiksu dan bhiksuni yang jumlahnya banyak sekali
Bagaikan pasir di sungai Gangga tiada ternilai banyaknya
Telah bertekad untuk berjuang dengan rajin dan tekun
Dalam perjuangan mencari Jalan Kesempurnaan

Sang Varaprabha, Guru Hukum Kesunyataan
Setelah mengemban kelopak Hukum Kesunyataan ini
Selama 80 kalpa kecil lamanya menyebarkan
Meluaskan ajaran Sutra Bunga Teratai ini

Kedelapan Raja Putri
Yang telah disadarkan oleh Varaprabha
Memegang teguh Jalan Kesempurnaan ini
Dan akan menghadap kepada para Buddha

Setelah mereka menghadap para Buddha
Mereka akan mengikutiNya berjalan di Jalan Agung
Agar supaya di kemudian hari dapat menjadi Buddha
Seperti yang telah diramalkan bagi mereka masing-masing

Terakhir adalah Sang Maha Dewa
Yang mendapat julukan Buddha Dipankara
Beliau memimpin semua para maha Reshi
Telah menyelamatkan mahluk tanpa bilangan

Sang Varaprabha, Guru Hukum Kesunyataan
Pada waktu mempunyai siswa yang lemah semangatnya
Yang masih melekat pada kehormatan dan kemashuran
Tenggelam dalam lautan kesenangan di kalangan ningrat
Menyampingkan semua yang telah di pelajarinya
Telah melepaskan segala dosa dan kebodohannya
Oleh karena itu dinamakan Yasaskama

Dengan menjalankan budi pekerti yang baik
Dia dapat melihat Sang Buddha mengikuti jejaknya
Menuju ke Jalan Agung Kebuddhaan
Dengan melaksanakan ajaran Sad-Paramita

Sekarang telah menyaksikan Sang Sakyasimha
Dan dikemudian hari ingin menjadi Buddha
Serta berhasrat untuk disebut Maitreya
Yang akan menyelamatkan mahluk-mahluk hidup
Sebanyak-banyaknya tak terhitung jumlahnya

Ia, pada saat mokshanya Sang Buddha dimasa yang silam
Adalah seorang yang malas, ia adalah kamu sendiri
Varaprabha Guru Hukum Kesunyataan adalah saya sendiri
Yang sekarang berada disini, diantara kalian semua

Setelah melihat Buddha yang bersinar terang
Bagaikan sinar yang memberikan banyak harapan
Seperti pada waktu yang telah silam
Karena itu Aku mengerti kalau Buddha yang sekarang
Berkenan hendak mengajarkan Sutra Bunga Teratai

Tanda-tanda yang sekarang sama dengan yang dulu
Ialah cara yang penuh tanggung jawab dari para Buddha
Sekarang Sang Buddha memancarkan sinar
Untuk menolong umat manusia dengan jalan
Mengumumkan Kebenaran dari Kesunyataan

Hati-hati dan waspadalah kamu sekalian
Katupkanlah kedua telapak tanganmu
Tunggulah dengan kesadaranmu sepenuhnya
Sang Buddha akan menurunkan ajaran Hukum Kesunyataan
Untuk memuaskan hati mereka yang mencari jalan
Apabila diantara pencari jalan dengan Tiga Kendaraan itu
Ada yang merasa ragu dan penuh penyesalan
Sang Buddha akan menghapus keraguan dan penyesalannya
Sehingga sirna musnah tidak ada yang tertinggal sama sekali


Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #3 on: 01 August 2009, 02:21:23 PM »

BAB II
UPAYA KAUSALYA



Pada saat itu Sang Buddha menyapa Sang Sariputra, setelah Beliau bangkit dari perenunganNya dengan tenang dan damai: "Kebijaksanaan para Buddha sangat dalam dan tak terbatas. Latihan kebijaksanaan mereka sungguh sulit untuk dimengerti dan ditembusi sehingga para sravaka dan pratyekabuddha tidak mampu memahaminya. Karena betapapun juga para Buddha itu telah bersahabat dengan ratusan ribu koti yang tak terhitung dari para Buddha yang telah dengan sempurna melaksanakan Hukum Agung dari para Buddha, dan yang dengan berani serta penuh semangat telah bergerak maju yang membuat kemashuran mereka menggema keseluruh semesta alam. Mereka telah menyempurnakan Hukum Agung yang belum pernah ada serta mengkhotbahkannya setiap mendapat kesempatan, yang artinya sangat sulit untuk dimengerti.

Wahai Sariputra ! semenjak Aku menjadi Buddha, telah Aku bentangkan dan ajarkan secara panjang lebar dengan berbagai cara dan perumpamaan yang tak terhitung lagi jumlahnya dan telah Aku bimbing para umat agar mereka terlepas dari segala belenggu. Betapapun juga, keluhuran dan kebijaksanaan paramita dari Sang Tathagata semuanya tiada cela.

Wahai Sariputra ! Kebijaksanaan Sang Tathagata sungguh luas dan agung, begitu dalam dan diluar jangkauan daya pikiran, jiwanya tiada bertepi, ajaranNya tiada terhalangi, kekuasaanNya, keberanianNya, meditasiNya, penyelamatanNya, dan perenunganNya, semuanya telah membuat Beliau mampu memasuki alam yang tiada terbatas serta menyempurnakan segala Hukum Kesunyataan.

Wahai Sariputra ! Sang Tathagata mampu membedakan segala sesuatu, mengkhotbahkan semua hukum kesunyataan dengan sempurna, mampu mempergunakan kata-kata yang lembut serta mampu membangkitkan kegembiraan didalam hati setiap umat. Wahai Sariputra ! pada hakekatnya, Sang Buddha telah menyempurnakan semua Hukum Kesunyataan yang belum pernah dilaksanakan sebelumnya yang begitu dalam dan tak terbatas. Cukuplah wahai Sariputra !, tiada gunanya Aku berkata lebih jauh lagi, karena Hukum Kesunyataan yang telah disempurnakan oleh Sang Buddha adalah Hukum Utama yang belum pernah ada, dan sulit untuk dipahami. Hanya seorang Buddha dengan seorang Buddha saja yang mampu menyelami kenyataan dari segala perwujudan; yaitu segala perwujudan yang memiliki bentuk sedemikian rupa, memiliki sifat sedemikian rupa, memiliki pengejawantahan sedemikian rupa, memiliki sebab utama dan sebab sekunder yang sedemikian rupa serta memiliki dasar keseluruhan yang lengkap sedemikian rupa."

Pada saat itu Sang Buddha yang berhasrat untuk memaklumkan ajaran ini sekali lagi, bersabdalah Beliau dengan syair :

"Betapa banyaknya pahlawan-pahlawan dunia
Yang mengabdi kepada para dewa dan manusia di alam ini
Sesungguhnya semua mahluk hidup,
Tiada seorangpun mampu mengetahui
Kekuatan dan keberanian Sang Buddha
Penyelamatan dan perenungan, Sang Buddha

Meskipun para Bodhisatva yang baru saja berprasetya
Yang telah memuliakan para Buddha yang tak terhitung
Yang telah menyelami segala makna dan hakekat

Yang mampu mengkhotbahkan Hukum dengan sempurna
Melimpah seperti padi dan jerami, bambu dan ilalang,
Memenuhi segala penjuru dunia dan semesta ini

Seandainya, dengan kebijaksanaan gaib yang berpadu dalam pikiran,
Selama berkalpa-kalpa yang jumlahnya seperti pasir sungai Gangga
Mereka semua bersama-sama merenungkan,
Merekapun tidak mampu memahami kebijaksanaan Sang Buddha
Meskipun para Bodhisatva yang telah mencapai kesempurnaan,
Yang banyaknya seperti pasir-pasir sungai Gangga

Dengan pikiran bersatu mereka menyelami bersama,
Namun mereka tidak akan mampu mengerti
Aku bersabda lagi kepada Sariputra;
"Hukum yang gaib dan tiada cela, dalam dan pelik
telah Aku peroleh seluruhnya.
Hanya Aku yang mengetahui kesunyataan-kesunyataan ini,
Begitupun para Buddha di alam semesta ini

Ketahuilah wahai Sariputra !
Ajaran-ajaran dari para Buddha tidaklah berbeda
Didalam hukum-hukum yang telah dikhotbahkan Sang Buddha
Engkau harus menaruh iman kepercayaan yang dalam
Karena sejauh itu setelah ajaran pertama dari Sang Buddha
Beliau harus mengumandangkan kebenaran yang sempurna."

Aku menyapa seluruh para sravaka
Dan para pencari kendaraan kepratyekabuddhaan,
Mereka yang telah Aku selamatkan dari belenggu-belenggu kesengsaraan
Dan yang telah mencapai Nirvana;
"Sang Buddha senantiasa menggunakan kekuatan-kekuatan kebijaksanaannya,
Beliau menunjukkan Jalan Agung dengan ajaran tiga vahana,
Semua umat yang mempunyai berbagai ikatan,
Beliau bimbing agar mencapai kebebasan."

Didalam persidangan agung itu terdapat para Sravaka dan para Arahat yang telah mencapai kesempurnaan, yaitu Sang Ajnata Kaundinya beserta yang lain-lainnya, yaitu Sang Ajnata Kaundinya beserta yang lain-lainnya yang berjumlah 1200 orang, para bhiksu, bhiksuni, upasaka, upasika yang telah berprasetya untuk menjadi Sravaka dan Pratekyabuddha, yang mereka semua ini berpikir demikian : "Mengapa sekarang ini Sang Buddha benar-benar memuji jalan yang bijaksana itu dengan begitu tulusnya dn mengutarakan kata-kata ini ; "Hukum yang telah diperoleh Sang Buddha sangat begitu dalamnya dan sulit untuk dimengerti. Apapun yang Beliau khotbahkan itu mempunyai makna yang sukar ditembus sehingga para Sravaka dn Pratekyabuddha tidak mampu untuk memahaminya." Namun demikian Sang Buddha telah menyatakan bahwa hanya ada satu pembebesan yang tunggal dn kamipun setelah memperoleh Hukum ini dapat mencapai Nirvana. Tetapi kami sekarang tidak mengerti kearah mana prinsip ini menuju."

Pada saat itu Sang Sariputra yang menyadari akan adanya keraguan di dalam hati keempat kelompok dan menyadari akan dirinya sendiri yang tidak memahami maksud itu, maka berkatalah Beliau kepada Sang Buddha ; " Yang Maha Agung ! Apakah kiranya yang menjadi sebab serta alasan mengapa Hukum Kesunyataan yang begitu dalam dan pelik dari para Buddha yang dipuja dengan tulus sulit dipahami ? Dari dahulu hamba belum pernah mendengar khotbah semacam itu dari Sang Buddha. Pada saat ini keempat kelompok semuanya berada didalam keraguan hati, oleh karenanya berkenanlah kiranya Yang Maha Agung menjelaskan hal ini; mengapa Yang Maha Agung memuji dengan sedemikian tulus terhadap Hukum yang sangat begitu dalam serta pelik yang sulit untuk dimengerti ini?"

Kemudian Sang Sariputra yang ingin mengulangi maksud ini sekali lagi, berkatalah Beliau dengan syair:

"Duhai Mentari Kebijaksanaan ! Yang Maha Agung !
Sejauh ini Engkau telah mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan ini,
Dan telah menyatakan bahwa Engkau telah mencapai
Kekuatan, keberanian dan perenungan,
Meditasi, kebebasan serta hukum-hukum
Yang sulit dimengerti oleh orang lain

Tentang hukum yang diperoleh pad Tahta Kebijaksanaan,
Tiada seorang pun yang mengajukan pertanyaan
Tanpa kami memohon Engkau sendiri telah bersabda
Dengan memuji jalan yang telah Engkau tempuh,

Bahwa KebijaksanaanMu yang sangat pelik
Yang telah diperoleh para Buddha, para Arahat,
Dan mereka yang sedang mencari Nirvana
Saat ini telah terjatuh kedalam jaring kebimbangan
Mengapa Sang Buddha bersabda demikian itu ?

Para pencahari kepratyekabuddhaan
Para bhiksu dan bhiksuni
Para dewa, naga dan para roh
Para ghandrava dan para umat yang lain,
Saling mengulas dalam kebinggungan
Mengharapkan penjelasan Yang Maha Agung
Apakah kiranya maknanya hal ini ?

Kami berharap agar Sang Buddha menjelaskannya
Didalam persidangan para sravaka ini

Sang Buddha bersabda Akulah ketua dari para pengikut,
Tetapi sekarang Aku berada didalam kebijaksanaanKu sendiri
Berada didalam keraguan dan tiada mampu memahami
Apakah ini merupakan Hukum yang terakhir
Ataukah merupakan Jalan yang menuju kesana

Para putra yang terlahir dari mulut Sang Buddha
Dengan tangan terkatub menanti dengan penuh harap
Sudilah Sang Buddha mengumandangkan suara ghaib
Serta memaklumkan kesunyataan itu sekarang juga
Para dewa, naga, roh dan yang lainnya
Yang banyaknya seperti pasir sungai Gangga
Para Bodhisatva yang telah berketepatan
Untuk menjadi para Buddha

Sejumlah delapan ribu orang
Juga dari ribuan koti negeri
Para raja pemutar roda suci yang berada disini
Dengan tangan terkatub dan hati yang takzim
Berkeinginan untuk mendengar Jalan Sempurna."

Pada saat itu Sang Buddha bersabda kepada Sang Sariputra : "Cukuplah, cukuplah, tiada gunanya berkata-kata lebih jauh lagi. Jika Aku membentangkan hal ini, maka seluruh dunia para dewa dan manusia semuanya akan terkejut dan bingung."

Sang Sariputra berkata lagi pada Sang Buddha : "Yang Maha Agung ! Berkenanlah untuk membentangkannya ! Sudilah untuk memaparkannya ! karena betapapun juga didalam persidangan agung ini telah hadir ratusan ribu laksa koti asamkhyeya umat yang telah bertemu dengan para Buddha yang berindera tajam dan berkebijaksanaan luhur. Jika saja mereka mendengar akan ajaran Sang Buddha, maka mereka akan mampu mempercayainya dengan takzim."

Kemudian Sang Sariputra mengutarakan lagi maksud ini, berkatalah Beliau dengan syair :

"Duhai, Raja Hukum Kesunyataan, Yang Maha Agung !
sudilah kiranya menerangkan tanpa ragu-ragu !
didalam persidangan agung ini
dimana hadir para umat tak terhitung jumlahnya
yang dapat menyakininya dengan penuh iman."

Sang Buddha bersabda lagi dengan syair :

"Cukuplah sudah, tiada gunanya berkata lagi,
HukumKu sangat dalam dan sulit diselami;
Mereka yang tinggi hati, ketika mendengarnya
Tidak akan mempercayainya dengan sungguh hati."

Kemudian Sang Sariputra berkata sekali lagi kepada Sang Buddha : "Yang Maha Agung ! Berkenanlah untuk membentangkannya ! Sudilah untuk memaparkannya ! Didalam persidangan sekarang ini telah hadir orang-orang yang setingkat dengan hamba sejumlah ratusan ribu laksa koti yang didalam kehidupannya yang silam mereka telah mengikuti Sang Buddha serta telah dibina olehNya. Orang-orang seperti ini sudah tentu dapat mempercayainya dengan sesungguh hati dan sepanjang malam mereka akan dapat beristirahat dengan tenang dan dalam banyak hal mereka akan merasa mendapatkan karunia yang besar."

Kemudian Sang Sariputra yang inging mengutarakan lagi maksud ini; berkatalah Beliau dengan syair :

"Yang Maha Agung dan Yang Maha Mulia !
berkenanlah kiranya membentangkan Hukum Kesunyataan ini !
Hamba adalah putera tertua Sang Buddha
Didalam persidangan ini telah hadir
Para umat yang tak terhitung jumlahnya
Yang mampu menyakini Hukum ini dengan sepenuh hati

Didalam kehidupan Sang Buddha yang silam,
Beliau telah mengajar mahluk-mahluk ini
Semuanya dengan sepenuh hati mengatupkan tangannya,
Ingin mendengar sabda Sang Buddha
Kami seluruhnya berjumlah 1200 orang
Serta lain-lainnya yang bertetap hati untuk menjadi para Buddha
Semoga, demi para umat ini
Berkenan untuk menjelaskannya secara berbeda-beda
Jika mereka semua mendengar Hukum ini
Mereka akan sangat bergembira."

Pada saat itu Sang Buddha menyapa Sang Sariputra: "Karena Engkau dengan tulus hati telah tiga kali menggulangi permohonanmu, maka bagaimana mungkin Aku dapat menolak untuk mengatakannya. Sekarang dengarkanlah dengan sepenuh hati, renungkan dan ingat-ingatlah ! Aku akan membeda-bedakannya dan menjelaskannya untukmu."

Ketika Beliau selesai bersabda demikian, kemudian didalam persidangan itu bangkitlah 5000 bhiksu, bhiksuni, upasaka dan upasika dari tempat duduknya dengan segera bersujud kepada Sang Buddha, setelah itu mereka mengundurkan diri. Karena akar kedosaan yang ada didalam diri orang-orang in sangat begitu dalam dan sifat sombongnya sangat besar sehingga mereka berpendapat bahwa mereka telah memperoleh apa yang sebenarnya belum mereka dapatkan dan telah membuktikan apa yang sebenarnya belum mereka buktikan. Karena kedosaan-kedosaan seperti ini maka mereka tidak ingin tetap berada disitu dan Sang Buddha sendiri diam dan tidak menghentikan mereka.

Kemudian Sang Buddha menyapa Sang Sariputra : "Sekarang didalam persidangan ini, Aku bersih dari segala ranting dan daun yang tidak berguna dan tidak memiliki sesuatupun lagi kecuali kebenaran dan kesunyataan yang murni. Merupakan sesuatu hal yang baik. Wahai Sariputra, bahwa orang-orang yang amat tinggi hati itu telah pergi. Sekarang dengarkanlah dengan cermat dan Aku akan membentangkan hal itu kepadamu."

Sang Sariputra berkata : "Begitulah Yang Maha Agung, dan hamba ingin mendengarkannya dengan hati penuh gembira."


Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #4 on: 01 August 2009, 02:22:30 PM »
Sang Buddha menyapa Sang Sariputra : "Hukum yang mengagumkan seperti ini hanya dikhotbahkan oleh para Buddha Tathagata pada kesempatan yang langka terjadi, seperti halnya Bunga Udumbara yang hanya terlihat sekali saja dalam jangka waktu yang panjang. Wahai Sariputra, dan kalian semua, percayalah padaKu bahwa didalam ajaran Sang Buddha tidak terdapat satupun ajaran yang palsu. Wahai Sariputra, makna dari hukum-hukum yang telah diterangkan oleh para Buddha pada setiap kesempatan itu, sangatlah sulit diselami, karena Aku membentangkan segala hukum kesunyataan dengan cara yang bijaksana yang tak terhitung jumlahnya serta dengan berbagai alasan dan pengutaraan yang penuh peribaratan. Hukum-hukum ini tidak dapat dijangkau dengan daya pikir, pembedaan, dan hanyalah para Buddha saja yang mampu memahaminya. Karena para Buddha yang agung itu hanya muncul di dunia ini karena sebab-sebab yang luar biasa saja. Wahai, Sariputra !, tahukah engkau sebabnya mengapa Aku katakan bahwa para Buddha yang agung itu hanya muncul di dunia ini hanya karena satu alasan yang penting saja ? Hal itu karena para Buddha agung ini berkehendak untuk membuat semua mahluk hidup agar membuka matanya terhadap Pengetahuan Sang Buddha sehingga mereka dapat mencapai Jalan Yang Suci; oleh karena itulah mereka muncul di dunia. Karena mereka ingin untuk menunjukkan para mahluk hidup ini akan pengetahuan Sang Buddha, maka mereka muncul di dunia; karena mereka ingin untuk membuat para mahluk agar memahami pengetahuan Sang Buddha, maka mereka muncul di dunia; karena mereka ingin membuat para mahluk hidup memasuki Jalan Kebijaksanaan Sang Buddha, maka mereka muncul di dunia. Wahai Sariputra, inilah sebabnya mengapa para Buddha itu muncul di dunia ini hanya karena sebab-sebab yang sangat besar saja."

Sang Buddha menyapa Sang Sariputra: "Para Buddha Tathagata itu hanya mengajar para Bodhisatva saja. Apapun yang mereka lakukan senantiasa hanya untuk satu tujuan yaitu untuk mengambil pengetahuan Sang Buddha dan membentangkannya kepada semua umat. Wahai Sariputra ! Sang Tathagata hanya dengan sarana atau vahana Buddha saja mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan kepada seluruh mahluk hidup, jadi tidak terdapat kendaraan lainnya, baik kendaraan kedua maupun yang ketiga.

Hukum-hukum dari semua para Buddha dialam semesta ini juga demikian halnya. Wahai Sariputra! Pada masa yang silam para Buddha itu telah mengkhotbahkan hukum-hukum ini dengan banyak cara dan dengan berbagai alasan serta ungkapan-ungkapan ibarat demi semua mahluk hidup. Seluruh hukum-hukum Kesunyataan ini hanya di peruntukkan bagi Satu Kendaraan Buddha sehingga para mahluk hidup yang telah mendengar Hukum dari para Buddha itu pada akhirnya dapat memperoleh pengetahuan yang sempurna.

Wahai Sariputra ! Para Buddha yang akan datang yang harus turun ke dunia ini juga akan membentangkan hukum-hukum dengan banyak cara yang bijak yang tak terhitung jumlahnya serta dengan berbagai macam alasan dan ungkapan-ungkapan perumpamaan, demi semua umat. Semua hukum-hukum ini hanya bagi Satu Kendaraan Buddha sehingga para mahluk hidup yang mendengar hukum dari para Buddha itu akan dapat memperoleh pengetahuan yang sempurna pada akhirnya.

Wahai Sariputra ! Para Buddha yang maha agung yang berjumlah ratusan ribu laksa koti itu saat ini berada di dalam kawasan Buddha di alam semesta, yang mereka itu sedang menyelamatkan dan mengembirakan hati semua umat; para Buddha ini juga membentangkan hukum-hukum demi semua mahluk hidup dengan banyak cara yang bijaksana yang tak terhitung jumlahnya dan dengan berbagai alasan serta ungkapan-ungkapan peribaratan. Semua hukum ini hanya untuk Satu Kendaraan Buddha sehingga semua mahluk hidup yang mendengar Hukum dari para Buddha itu dapat memperoleh pengetahuan yang sempurna pada akhirnya.

Wahai Sariputra ! Para Buddha ini hanya mengajar para Bodhisatva saja karena ingin untuk menunjukkan pada mahluk hidup akan pengetahuan Sang Buddha, karena ingin untuk membuat seluruh mahluk hidup mengetahui tentang pengetahuan Sang Buddha, dan karena ingin untuk membuat semua umat agar memasuki Jalan Pengetahuan Sang Buddha. Wahai Sariputra ! saat ini Akupun juga seperti mereka. Karena mengetahui bahwa semua umat memiliki berbagai ragam keinginan yang melekat dalam-dalam di dalam jiwa mereka, maka sesuai dengan kemampuannya Aku telah membentangkan hukum-hukum dengan berbagai macam alasan, ungkapan-ungkapan, peribaratan dan kekuatan-kekuatan yang bijak. Wahai Sariputra ! Diseluruh alam semesta ini sesungguhnyalah tidak terdapat 2 kendaraan, apalagi yang ketiga.

"Wahai Sariputra ! Para Buddha selalu turun di dalam masa yang jahat dari 5 kehancuran, yaitu kehancuran kalpa, kehancuran karena kesengsaraan, kehancuran semua mahluk hidup, kehancuran pendapat dan kehancuran usia hidup. Dengan demikian, wahai Sariputra ! karena di dalam masa kehancuran kalpayang menggelisahkan itu semua umat menjadi begitu bernoda karena rasa tamak dan iri yang membawa mereka kearah kedewasaan setiap arah kejahatan, maka para Buddha dengan segala kekuatan-kekuatan yang penuh kebijaksanaan dna didalam satu kendaraan Buddha menerangkan dan membeda-bedakan ke-Tiga Kendaraan. Wahai Sariputra ! Jika para pengikutKu yang menyebut dirinya sebagai Arhat ataupun Pratyekabuddha, maka mereka tidak akan mendengar atau mengerti bahwa para Buddha Tathagata hanya mengajar para Bodhisatva saja dan orang-orang ini bukanlah pengikut-pengikut Sang Buddha maupun Arhat ataupun Pratyekabuddha.

"Lagi, Wahai Sariputra ! Jika para bhiksu dan bhiksuni yang menyatakan bahwa mereka telah menjadi Arhat dan berkata," inilah penitisan kami yang terakhir, sebelum mencapai Nirvana," dan kemudian mereka tidak berusaha lagi untuk mencari Penerangan Agung, maka ketahuilah bahwa golongan ini semuanya sangat sombong. Karena betapapun juga tidak ada hal yang seperti itu sebagai seorang bhiksu yang telah benar-benar mencapai kearhatan meskipun ia tidak menyakini hukum ini. Tetapi terdapat perkecualian jika setelah kemokshaan Sang Buddha tidak terdapat seorang Buddha lagi yang hadir. Karena sesudah kemokshaan Sang Buddha nanti, sangatlah begitu sulit untuk mencari seseorang yang dapat menerima, memelihara, membaca dan menghafalkan serta menjelaskan makna dari sutra-sutra semacam ini. Hanya jika mereka bertemu dengan para Buddha yang lain, barulah mereka dapat memperoleh pemecahan masalah di dalam Hukum Kesunyataan yang sama ini

Wahai Sariputra ! dengan sepenuh hati engkau harus menyakini dan meresapi, menerima dan memelihara ajaran Sang Buddha. Tiada satupun ajaran para Buddha Tathagata yang palsu dan tidak terdapat kendaraan lain kecuali Satu Kendaraan Buddha."

Pada saat itu Yang Maha Agung ingin untuk memaklumkan ajaran ini sekali lagi, maka bersabdalah Beliau dengan syair :

"Para bhiksu dan bhiksuni
Yang pikirannya penuh kesombongan,
Para upasaka yang dihinggapi keangkuhan,
Para upasika yang terselimuti rasa ketidak percayaan,
Keempat golongan seperti ini,
Berjumlah 5000 orang,
Yang tidak menyadari kesalahannya
Dan kekeliruan akan titah-titah ajaran
Hanya terpancang pada pendapat-pendapatnya yang salah saja,
Kecerdasan-kecerdasan kecil yang mereka tunjukkan itu,
Merupakan sampah persidangan, yang tak berguna
Karena kebijaksanaan agung dari Sang Buddha terpancar
Mereka malahan mengundurkan diri
Orang-orang yang memiliki rasa kesadaran yang kecil ini,
Tiada mampu menerima Hukum Kesunyataan ini
Sekarang persidangan tidak lagi mempunyai ranting dan daun
Kecuali mereka yang setia dan beriman

Wahai Sariputra ! dengarkanlah dengan cermat
Hukum-hukum yang telah diperoleh para Buddha
Dengan kekuatan-kekuatan agungnya yang bijaksana
Mereka khotbahkan bagi semua umat
Pikiran-pikiran apapun yang ada didalam batin mereka
Segala jalan yang mereka tempuh
Betapapun ragam keinginan mereka
Serta karma-karma mereka yang silam, baik maupun buruk
Sang Buddha mengetahui semuanya dengan sempurna
Dengan berbagai ragam alasan dan perumpamaan
Cara dan kekuatan-kekuatan yang bijak
Beliau membuat mereka semua bergembira

Dengan mengkhotbahkan segala sutra-sutra
Atau gatha atau sesuatu yang terdahulu
Atau kisah kelahiran atau hal-hal yang belum pernah ada
Dan juga mengkhotbahkan dengan alasan-alasan,
Dengan perumpamaan dan gaya
Serta dengan tulisan-tulisan upadesa
Orang-orang bodoh yang menyukai hukum-hukum hina
Yang dengan serakah mendambakan diri pada kebendaan
Yang dibawah asuhan para Buddha yang tak terhitung
Tidak berjalan diatas hukum yang dalam dan ghaib
Yang tertimpa oleh segala jenis kesengsaraan
Karena hal ini Aku mengkhotbahkan tentang Nirvana

Aku telah mengetrapkan cara-cara yang penuh kebijaksanaan
Untuk mempermudah mereka memasuki kebijaksanaan Sang Buddha
Tetapi belum pernah Aku sabdakan," Kalian semua akan mencapai Jalan Kebuddhaan."
Alasan mengapa Aku tidak pernah bersabda demikian itu
Ialah bahwa waktu untuk mengatakannya belumlah tiba

Tetapi sekarang inilah masanya
Dan Aku telah berketepatan untuk mengkhotbahkan Kendaraan Agung
Sembilan bagian HukumKu ini
Dikhotbahkan menurut kemampuan semua umat
Yang semuanya merupakan Pengenalan akan Kendaraan Agung
Oleh karenanya Aku khotbahkan sutra ini

Terdapat para putera Buddha yang berpikiran suci
Yang berwatak lembut dan cerdas,
Dan yang didalam kawasan-kawasan Buddha yang tak terhitung jumlahnya
Telah menempuh Jalan yang agung dan ghaib
Atas nama para putera Buddha ini
Aku berkhotbah tentang Sutra Kendaraan Agung ini
Dan Aku tetapkan bahwa orang-orang seperti ini
Didalam dunia yang mendatang akan mencapai Jalan Kebuddhaan
Atas kepercayaan mereka yang dalam akan Sang Buddha
Dan pemeliharaan titah-titah suci
Mereka ini, ketika mendengar bahwa mereka akan menjadi Para Buddha
Semuanya dihinggapi kegembiraan yang besar
Sang Buddha mengetahui batin dan tindak mereka
Karenanya Beliau mengkhotbahkan Kendaraan Agung kepada mereka
Jika para Sravaka maupun Bodhisatva
Mendengar hukum yang Aku khotbahkan
Meskipun hanya sebait syair saja
Tanpa ragu-ragu lagi mereka semua akan menjadi Buddha
Didalam kawasan Sang Buddha di alam semesta ini
Hanya terdapat Satu Kendaraan Hukum Kesunyataan saja
Tidak ada yang kedua maupun yang ketiga
Kecuali ajaran-ajaran yang bijaksana dari Sang Buddha

Tetapi dengan ungkapan-ungkapan sementara
Beliau telah membimbing semua mahluk hidup
Dengan membentangkan kebijaksanaan Sang Buddha

Pada saat munculnya para Buddha di dunia
Hanya inilah satu-satunya yang benar,
Karena dua yang lain tidaklah benar
Mereka tiada pernah dengan kendaraan kecil
Menyelamatkan semua mahluk hidup

Sang Buddha sendiripun berada didalam kendaraan Agung
Sesuai dengan Hukum yang telah Beliau peroleh
Terhiasi dengan daya meditasi dan kebijaksanaan
Dan dengan itu Beliau menyelamatkan semua umat

Aku, setelah menyatakan Jalan Agung,
Kendaraan Agung Hukum seluruh alam
Seandainya saya bertukar kendaraan kecil
Meskipun hanya seorang manusia
Aku akan terjatuh dalam penyesalan
Sesuatu hal yang tidak boleh terjadi

Jika seseorang berubah kepercayaan
Untuk kemudian percaya pada Sang Buddha
Sang Tathagata tidak akan menipu mereka
Karena Beliau tidak memiliki perasaan serakah dan iri

Dan Beliaupun bebas dari segala akibat hukum
Jadi Sang Buddha dialam semesta
Merupakan manusia yang benar-benar tiada cela
Aku, dengan tanda-tanda yang menghias tubuhku
Dengan sinarnya menerangi dunia
Dan Aku dimuliakan oleh para umat yang tak terhitung jumlahnya
Kepada mereka Aku khotbahkan tentang Rahasia Kesunyataan

Ketahuilah Wahai, Sariputra!
Dahulu kala Aku berprasetya,
Karena ingin membuat seluruh mahluk
Menduduki tingkatan yang sama denganKu tanpa ada pembedaan
Sesuai dengan prasetya yang Aku ucapkan dahulu
Sekarang seluruhnya telah terpenuhi
Untuk merubah semua para umat
Dan membimbingnya memasuki Jalan Kebuddhaan
Bilamanapun juga Aku bertemu dengan setiap umat
Aku ajar mereka dengan jalan KeBuddhaan

Tetapi orang yang bodoh tetap saja bingung
Dan tersesat karena tidak pernah menerima AjaranKu
Aku tahu bahwa mahluk-mahluk ini semua
Tiada pernah menjalankan dasar-dasar kebajikan
Terpancang kokoh pada kelima keinginan
Dan melalui kebodohan, mereka berada dalam kesengsaraan;
Karena alasan-alasan nafsu-nafsu keinginan ini
Mereka terjatuh kedalam tiga jalan iblis;

Pada perpindahan dalam 6 bentuk perwujudan
Mereka menderita kesengsaraan yang hebat
Diterima didalam rahim dalam bentuk yang hina
Kehidupan demi kehidupan mereka berkembang
Berkepribadian nista dan berkebahagiaan kecil
Mereka tertindih oleh segala penderitaan
Mereka telah memasuki pandangan yang salah
Seperti "ada" dan "tiada"
Bersandar pada 62 pandangan-pandangan yang keliru ini

Mereka terbenam dalam-dalam pada pandangan yang keliru ini
Memeganginya dengan kuat tanpa mampu melepaskannya
Keangkuhan dan kesombongan
Rasa curiga, tidak jujur dan rasa tidak percaya
Selama ribuan dan jutaan kalpa
Mereka tidak mendengar nama seorang Buddhapun
Ataupun mendengar Hukum yang benar

Orang-orang seperti ini sukar untuk diselamatkan
Oleh karena alasan ini wahai Sariputra !
Aku tetapkan cara yang bijaksana bagi mereka
Dengan memaklumkan jalan untuk mengakhiri penderitaan
Mengajarkannya melalui ajaran Nirvana
Meskipun Aku menyatakan tentang Nirvana
Namun itu bukanlah kemokshaan yang sejati
Segala perwujudan, dari permulaan
Senantiasa bersifat Nirvana

Jika seorang putera Buddha telah memenuhi tugasnya
Didalam dunia mendatang ia akan menjadi seorang Buddha
Hanya dengan caraKu yang penuh kebijaksanaan saja
Benar-benar Aku wujudkan/maklumkan tiga kendaraan hukum
Karena semua para yang agung
Semuannya membentangkan Satu Kendaraan Agung
Sekarang biarlah didalam persidangan agung ini
Semuanya terlepas dari rasa ragu dan bingung
Para Buddha tidaklah berbeda pernyataannya
Hanyalah ada Satu Kendaraan dan tidak ada yang kedua
Berkalpa-kalpa yang tak terhitung jumlahnya yang telah lalu
Para Buddha yang telah moksha yang tanpa bilangan banyaknya
Beratus, beribu dan berjuta
Jumlah-jumlah itu tidak dapat dihitung

Semua para yang agung seperti ini,
Dengan berbagai alasan dan perumpamaan
Dengan kekuatan kebijaksanaan yang banyak sekali
Telah memaklumkan beraneka ragam hukum
Tetapi semua yang agung ini
Memaklumkan Satu Kendaraan Hukum
Dengan merubah para umat yang tak terhitung jumlahnya
Untuk memasuki Jalan KeBuddhaan

Lebih-lebih lagi, para yang maha mulia itu
Mengetahui bahwa seluruh alam-alam
Alam para dewa, manusia dan mahluk-mahluk lainnya
Yang benar-benar memiliki hasrat didalam hatinya
Dengan berbagai kebijaksanaan

Dengan berbagai kebijaksanaan,
Membantu membentangkan prinsip yang pertama itu
Jika ada mahluk-mahluk hidup
Yang telah bertemu dengan para Buddha yang terdahulu;
Seandainya, setelah mendengar Hukum Kesunyataan itu,
Mereka sudah memberikan dana
Jika mereka menjaga titah-titah dan memeliharanya
Bersifat penuh semangat, meditasi dan bijakana;
Karena telah memiliki bermacam jalan kebahagiaan dan keluhuran ini
Mahluk-mahluk seperti ini
Semuanya telah mencapai jalan KeBuddhaan

Setelah kemokshaan para Buddha
Orang-orang yang berjiwa asih dan lembut
Umat yang telah menegakkan kebenaran
Semuanya telah memperoleh jalan KeBuddhaan


Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #5 on: 01 August 2009, 02:23:15 PM »
Setelah kemokshaan para Buddha,
Mereka yang memuliakan peninggalan-peninggalannya
Dan mendirikan berkoti macam stupa
Dengan emas, perak dan kristal
Dengan batu bulan dan lapiz lazuli
Dengan indahnya menghiasi setiap stupa;
Mereka yang membangun candi-candi batu
Kayu cendana dan kayu gaharu
Kayu elang dan kayu-kayu lainnya
Dari bata, genteng dan tanah liat
Ataupun mereka yang didalam hutan belantara
Mengonggok tanah untuk candi para Buddha
Bahkan kanak-kanak dalam permainannya
Yang mengumpulkan pasir untuk membuat sebuah stupa Buddha
Mereka ini telah mencapai Jalan KeBuddhaan

Jika para manusia, demi para Buddha
Telah mengembangkan cita-citanya
Yang terhiasi dengan tanda-tanda khusus,
Semuanya telah mencapai jalan keBuddhaan
Ataupun mereka yang dengan 7 benda berharga
Dengan kuningan, tembaga merah dan putih
Dengan lilin, timah hitam dan timah putih
Dengan kayu besi dan tanah liat
Ataupun dengan olesann pernis,
Telah menghiasi dan membuat gambaran dari para Buddha
Mereka ini telah mencapai jalan keBuddhaan

Mereka yang telah menghiasi gambaran-gambaran tentang para Buddha
Dengan ratusan tanda hiasan kemuliaan
Baik dilakukan sendiri maupun menyuruh orang lain
Semuannya telah mencapai Jalan KeBuddhaan

Bahkan anak-anak yang pada saat bermain,
Yang baik dengan rerumputan, kayu maupun pena
Ataupun dengan kuku jari
Telah menggabar lukisan Buddha
Orang-orang ini semua
Sedikit demi sedikit mengumpulkan pahala
Dan menyempurnakan jiwa welas asih yang agung
Semuanya telah mencapai Jalan Kebuddhaan

Sesungguhnya dengan mempengaruhi para Bodhisatva
Untuk menyelamatkan umat yang tak terhitung jumlahnya
Jika seseorang, memuliakan dengan hati sujud
Gambar-gambar lukisan Buddha indah, stupa-stupa dan candi
Dengan bebungaan, dedupaan, bendera dan payung
Atau menyuruh orang lain untuk memainkan musik
Menabuh genderang, meniup terompet tanduk dan siput,
Seruling tiup dan pluit, memainkan kecapi, dan harpa
Gitar, gong dan canang
Seluruh bunyi-bunyi ghaib seperti ini
Semuanya dimainkan sebagai penghormatan
Atau dengan hati yang penuh kegembiraan
Dengan bernyanyi, telah memuji jasa-jasa para Buddha
Meskipun dengan suara yang pelan,
Merekapun juga telah mencapai Jalan Kebuddhaan

Bahkan seseorang yang dengan pikiran yang kacau
Hanya dengan sekuntum bunga
Telah memuliakan lukisan Sang Buddha itu
Sedikit demi sedikit ia akan melihat para Buddha
Ataupun mereka yang telah mempersembahkan puja dan puji
Seandainya hanya dengan merangkapkan tangannya saja
Ataupun bahkan mengangkat satu tangannya
Ataupun dengan sedikit menundukkan kepala
Dengan itu ia memuliakan lukisan itu
Lambat laun ia melihat para Buddha
Mencapai Jalan Agung

Menyelamatkan para umat yang begitu besarnya
Dan memasuki Nirvana yang tak berwujud
Seperti halnya jika kayu bakar habis maka matilah sang api
Jika terdapat seseorang dengan pikiran kalut
Memasuki stupa ataupun candi
Dan menangis meskipun hanya mengucapkan "Namah Buddha"
Ia telah mencapai Jalan Kebuddhaan

Jika terdapat seseorang, dari para Buddha yang telah silam,
Baik masih hidup maupun sudah moksha
Telah mendengar Hukum ini
Mereka semua telah mencapai Jalan Kebuddhaan
Semua para Buddha yang akan datang
Yang berjumlah tak terbatas
Seluruh Tathagata-tathagata ini
Juga mengkhotbahkan hukum dengan cara-cara yang bijak
Menyelamatkan semua mahluk hidup
Agar memasuki kebijaksanaan Buddha yang tiada cela

Dari mereka yang mendengar Hukum Kesunyataan
Tidak ada seorangpun yang gagal menjadi seorang Buddha
Inilah prasetya asli dari para Buddha;
Dengan jalan Buddha yang aku tempuh,
Aku ingin membuat semua mahluk di alam semesta
Untuk mencapai jalan yang sama berbarengan denganKu

Meskipun para Buddha dimasa-masa yang akan datang
Memaklumkan ratusan, ribuan, berkoti-koti
Rentetan doktrin yang tak terhitung jumlahnya
Pada nyatanya hanya terdapat Satu Kendaraan,
Para Buddha yang maha agung
Mengetahui bahwa tidak ada sesuatupun yang memiliki perwujudan yang bebas

Bahwa benih-benih Kebuddhaan timbul dari suatu sebab
Sehingga mereka membentangkan Satu Kendaraan
Segala sesuatu berada pada susunannya yang tertentu
Oleh karena itu dunia ada selam-lamanya

Setelah mengetahui hal ini atas tahta kebijaksanaan,
Para pemimpin memaklumkannya dalam cara yang bijak
Pada siapa para dewa dan manusia memuliakan

Para Buddha sekarang yang berada di alam semesta
Yang jumlahnya seperti pasir-pasir sungai Gangga
Dan yang muncul di dunia
Untuk menjadi relief segala mahluk hidup
Merekapun memaklumkan hukum seperti ini
Karena mengetahui keagungan Nirvana
Meskipun, karena kekuatan-kekuatan mereka yang bijak
Mereka melakukan berbagai macam cara
Sesungguhnya cara-cara itu hanyalah Satu Kendaraan Buddha

Karena mengetahui tingkah semua umat
Apapun yang telah mereka kembangkan dimasa yang silam
Kecenderungannya dan semangatnya
Dan kemampuan mereka, cerdas maupun bodoh
Dengan berbagai macam cara
Perumpamaan dan kisah-kisah
Sehingga mereka dapat menerima
Demikianlah mereka telah mengajar dengan bijak

Pun pula Aku sekarang, dengan cara yang sama
Demi keselamatan para mahluk hidup
Melalui berbagai ajaran
Memaparkan Jalan Kebuddhaan
Aku, dengan daya kekuatanKu yang bijak
Mengetahui sifat dan kecenderungan semua umat,
Secara bijaksana Aku maklumkan hukum-hukum
Yang membuat semua mahluk memperoleh kebahagiaan

Ketahuilah, wahai Sariputra !
Aku karena mengamati dengan mata Buddha
Mengetahui para umat yang berada didalam 6 bentuk perwujudan
Sengsara serta tanpa kebahagian dan kebijaksanaan
Berada didalam jalan kebinasaan yang berbahaya
Dalam penderitaan yang terus menerus yang tiada berujung
Dengan eratnya terikat pada kelima keinginan
Seperti lembu yang mengurus ekornya
Tercekik oleh keserakahan dan kebirahian
Terbutakan dan tiada mampu melihat apapun jua;
Mereka tidaklah mencari Sang Buddha, Yang Maha Kuasa
Serta Hukum untuk mengakhiri kesengsaraan
Sebaliknya dengan dalamnya terjatuh kedalam bidah-bidah
Dan mencari dengan penuh penderitaan agar terhindar dari penderitaan

Demi seluruh mahluk ini
HatiKu merasa sangat kasihan
Pada pertama kali Aku duduk diatas tahta kebijaksanaan
Dengan memandang pohon itu dan berjalan mengitarinya
Selama 3 kali 7 hari
Aku merenungkan masalah-masalah seperti ini

Kebijaksanaan yang telah Aku peroleh
Sangat begitu menakjubkan dan begitu agung
Tetapi semua umat begitu rendah kemampuannya
Terikat oleh nafsu dan terbutakan oleh ketidaktahuan
Golongan mahluk-mahluk seperti ini,
Bagaimana mereka dapat diselamatkan?

Kemudian semua para raja Kebrahman
Dan Sang Sakra dari seluruh para dewa
Keempat mahluk kadewaan yang menjaga dunia
Juga dewa Sang Maharaja Agung
Dan seluruh mahluk-mahluk surga yang lain
Beserta ratusan ribu laksa pengikut
Dengan takzimnya menghormati dengan tangan terkatub
Dengan memohonKu agar memutar Roda Hukum
Kemudian Aku merenung dalam diriKu sendiri
'Seandainya Aku hanya memuja Kendaraan Buddha
Semua umat yang jatuh kedalam kesengsaraan
Tidak akan mampu mempercayai hokum ini
Dan dengan melanggar hukum lewat ketidakpercayaan
Akan terjatuh kedalam 3 jalan iblis
Lebih baik Aku tidak mengkhotbahkan hukum itu
Tetapi masuk Nirvana saja dengan segera

Namun ketika Aku ingat akan apa yang telah dilakukan oleh
Para Buddha yang terdahulu dengan kekuasaan-kekuasaan mereka yang bijak
Aku berpikir : "Jalan yang telah Aku capai
Harus Aku khotbahkan sebagai tiga kendaraan."
Sementara Aku sedang merenung demikian itu,
Seluruh para Buddha di alam semesta bermunculan
Dan dengan suara yang mulia, mereka menggembirakan Aku

"Bagus sekali ! Wahai Sang Sakyamuni !
Pemimpin utama !
Setelah mencapai hukum yang agung ini
Engkau telah mengikuti semua para Buddha
Dalam mempergunakan kekuatan-kekuatan yang bijaksana
Kamipun juga telah memperoleh hukum yang maha menakjubkan dan agung ini
Tetapi demi beberapa golongan mahluk
Kami membagi dan mengkhotbahkannya dalam 3 kendaraan
Mereka yang berkebijaksanaan rendah yang menyukai hukum-hukum hina
Tidaklah percaya bahwa mereka dapat menjadi para Buddha
Oleh karenanya, dengan cara-cara yang arif
Kami membagi dan mengkhotbahkan hasil-hasil yang wajar.

Meskipun kami juga memaklumkan ketiga kendaraan
Hal itu hanyalah untuk ajaran para Bodhisatva saja

Ketahuilah Wahai Sariputra !
Demi mendengar ajaran-ajaran dari para Singa Mulia itu
Yang begitu jelas dan ghaib
Aku menghormati mereka, "Namah Para Buddha"
Dan kembali merenungkan begini
"Karena telah terjun kedalam dunia yang jahat dan menggelisahkan
aku, sesuai dengan titah para Buddha
akan melanjutkannya juga dengan patuh."

Setelah selesai merenungkan hal ini
Dengan segera Aku pergi ke Varanasi
Alam nirvana dari segala perwujudan
Yang tiada dapat diutarakan
Aku, dengan kemampuanKu yang bijaksana
Berkhotbah kepada kelima bhiksu
Inilah yang disebut Pemutaran Roda Hukum yang pertama,
Sesudah mana terdapatlah kabar tentang Nirvana
Dan juga tentang nama-nama Arhat yang terpisah
Namo Dharma dan Namo Sangha
Selama berkalpa-kalpa yang panjang
Aku telah memuja dan menunjukkan Hukum Nirvana
Untuk penghentian yang abadi dari kesengsaraan para mahluk
Oleh karena itu Aku sabdakan dengan tiada henti-hentinya

Ketahuilah Wahai Sariputra !
Ketika Aku melihat para putera Buddha
Yang bertekad untuk mencari jalan kebuddhaan
Selama ribuan dan laksaan koti yang tanpa hitungan
Semuanya dengan hati takzim
Mendekati Sang Buddha

Mereka telah mendengar dari para Buddha
Hukum yang telah mereka terangkan dengan sempurna

Kemudian Aku menyadari pikiran ini
"Alasan mengapa Sang Tathagata muncul ialah
Untuk mengkhotbahkan Kebijaksanaan Sang Buddha,
Sekaranglah saatnya."

Ketahuilah Wahai Sariputra !
Orang-orang yang bodoh yang tolol
Orang-orang yang terikat pada keduniawian dan kesombongan
Tidak akan dapat mempercayai hukum ini

Tetapi sekarang Aku gembira dan tiada bimbang
Ditengah-tengah para Bodhisatva
Dengan jujur menyingkirkan kebijaksanaan
Dan hanya memaklumkan Jalan Agung

Kalian para Bodhisatva yang mendengar Hukum ini
Semuanya telah tersingkirkan dari jarring-jaring keraguan
Kalian para Arhat yang berjumlah 1200
Semuanya akan menjadi para Buddha

Dengan cara yang sama bahwa para Buddha yang silam,
Sekarang dan yang mendatang, mengkhotbahkan Hukum
Begitu juga Aku sekarang
Mengkhotbahkan Hukum yang tidak dapat dibagi-bagi

Munculnya para Buddha di dunia
Adalah berjauhan dan jarang terjadi
Ketika mereka benar-benar turun di dunia pun
Dengan kelangkaan mereka mengkhotbahkan hukum ini
Bahkan sampai berkalpa-kalpa yang tak terhitung banyaknya
Jaranglah Hukum ini dapat didengar
Dan mereka yang mampu mendengar Hukum ini
Orang-orang seperti ini juga jarang
Hal ini seperti bunga udumbara
Yang semua umat menyenangi dan menikmati
Jarang terlihat oleh para dewa dan manusia
Yang muncul sekali dalam waktu yang panjang
Begitulah dia yang setelah mendengar Hukum ini
Kemudian memujanya dengan penuh kegembiraan
Serta mengucapkannya meskipun hanya sepatah kata saja,
Dia yang telah memuliakan
Semua para Buddha di dalam ketiga dunia
Orang seperti ini sangatlah jarang
Lebih jarang daripada bunga Udumbara
Bebaskanlah dirimu dari kebimbangan

Akulah Raja Hukum Kesunyataan
Dan menyatakan pada seluruh persidangan
Aku, hanya dengan Satu Kendaraan Agung
Mengajar para Bodhisatva, dan tidak memiliki seorang pengikut Sravakapun

Ketahuilah kalian semua, Wahai Sariputra !
Para Sravaka dan bodhisattva
Bahwa Hukum yang menakjubkan ini
Adalah misteri seluruh Buddha
Karena dunia yang jahat dari kelima kebobrokan
Hanya menyukai ikatan-ikatan keduniawian
Mahluk-mahluknya yang seperti ini
Tiada pernah mencari jalan Kebuddhaan
Generasi-generasi jahat yang mendatang
Yang mendengar Kendaraan Tunggal
Yang dikhotbahkan oleh Sang Buddha
Didalam khayalan dan ketidakpercayaan mereka
Akan melanggar Hukum itu dan terjatuh kedalam jalan-jalan jahat
Tetapi terdapatlah mahluk-mahluk rendah hati dan suci
Yang mencurahkan diri untuk mencari Jalan Kebuddhaan

Bagi mereka semuanya ini
Kupuji dengan panjang lebar akan Jalan Kendaraan Tunggal

Ketahuilah Wahai Sariputra!
Hukum dari para Buddha adalah demikian
Dengan laksaan koti dari cara-cara yang bijaksana
Mereka memaklumkan hukum ketika ada kesempatan
Namun mereka yang tidak ingin mempelajarinya
Semuanya tidak akan mampu menyelaminya

Tetapi Engkau telah mengetahui
Jalan-jalan bijaksana yang sangat berguna dari
Para Buddha, pemimpin-pemimpin dunia,
Tidak memiliki keragu-raguan yang lebih lanjut lagi
Bergembiralah senangkanlah hatimu
Karena mengetahui bahwa Engkau akan menjadi para Buddha

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #6 on: 01 August 2009, 02:27:12 PM »

BAB III
PERUMPAMAAN


Pada waktu itu Sariputra, dengan penuh kegembiraan, berdiri. Dengan kedua tangan dirapatkan, memandang Sang Buddha sambil menyatakan isi hatinya :

"Mendengar Dharma dari Yang Dipuja Dunia, dengan penuh kehikmatan, kami telah mengalami apa yang belum pernah kami alami sebelumnya. Sejak dahulu, bila kami mendengar Dharma dari Sang Buddha dan menyaksikan para Bodhisatva yang diramalkan akan menjadi Buddha, kami sebelumnya selalu merasa cemas kehilangan pengetahuan mutakhir dari Sang Tathagata

Oh, Yang Dipuja Dunia, bila kami tinggal sendiri dalam hutan, bila kami duduk atau berjalan-jalan, kami selalu dihinggapi pikiran begini :

"Kami bersama-sama telah berkecimpung dalam Dharma, tetapi mengapa Sang Tathagata membina, menyelamatkan kami dengan Hinayana ? Ini mungkin salah kami sendiri, bukan salah Yang Dipuja Dunia. Mengapa ? karena bila kami mendengar uraian Beliau mengenai pencapaian penerangan sejati, seharusnya kami dibebaskan dengan Mahayana. Karena kami tak menangkap cara yang demikian halus dalam menguraikan sesuatu yang mendalam; pertama mendengarkan Buddha Dharma saja, kami hanya semata-mata percaya, merenungkannya dan menhayatinya.

Yang Dipuja Dunia; sesudah memikirkan hal itu siang malam, kami selalu dirundung kemasgulan. Tetapi kini, setelah kami mendengar dari Sang Buddha, Dharma yang belum pernah kami dengar, keraguan dan kemasgulan kami menjadi musnah. Kami menjadi tenang baik lahir maupun batin; kami telah bahagia dan tenteram.

Hari ini kami mengetahui dengan sungguh-sungguh bahwa kami sebenarnya adalah putera Buddha; lahir dari mulut Sang Buddha, berkembang dari DharmaNya dan mendapatkan tempat dalam Buddha Dharma."

Pada waktu itu Sariputra, kembali mengungkapkan isi hatinya dengan syair :

Setelah Aku mendengarkan Dharma Agung
Yang sebelumnya belum pernah ku peroleh
Hatiku menjadi gembira dan berbahagia
Segenap keraguan hatiku menjadi musnah

Sejak dahulu kuterima ajaran Sang Buddha
Dan sekarang kuterima ajaran tentang Mahayana
Yang mampu menyelamatkan semua mahluk dari derita
Sebagai misi dari Sang Buddha yang sangat mulia

Aku sekarang telah bersih dari cacat dan noda
Setelah mendengarkan Dharmamu, keresahanku lenyap
Meskipun Aku berada dalam hutan dipergunungan
Duduk bersemadhi dibawah pepohonan yang rindang
Kurenungkan terus masalah yang penting ini
Dan akhirnya Aku mengeluh menyesali diri sendiri
Mengapa aku telah menipu diriku sendiri ?
Bukankah kami putera Buddha?
Yang telah mengerti Dharma sempurna
Namun kini Aku tak mampu lagi
Mencapai jalan yang sejati itu

Ketiga puluh dua tanda kemuliaan
Kesepuluh kesaktian dan delapan kebebasan
Sebenarnya seluruhnya tersimpul dalam satu ajaran
Namun tak mampu aku mencapainya

Kedelapan puluh tanda keluhuran
Kedelapan belas sifat yang khusus
Berkah dan pahala yang demikian
Semuanya telah kulewatkan

Sebelumnya aku seorang diri berkelana
Menyaksikan Sang Buddha dalam Pesamuan Agung ini
Yang kemashurannya berkumandang ke semesta alam
Berkahnya melimpah ruah kepada semua mahluk

Kini kupikir telah hilang kesempatanku ini
Dan aku telah menipu diriku sendiri
Siang dan malam kurenungkan selalu semuanya ini
Ingin aku menanyakan kepada Yang Dipuja Dunia

Telah hilangkah gerangan kesempatanku ini ?
Pernah kusaksikan Yang Dipuja Dunia
Memuji dan menyanjung para Bodhisatva
Hal ini telah kurenungkan siang dan malam

Tetapi, kini………………
Kudengar suara Sang Buddha menyiarkan Dharma
Dharmanya yang tiada cela, tiada terduga dalamnya
Yang dapat menuntunnya mencapai kebijaksanaan

Semula aku memang dihinggapi pandangan salah
Sebagai guru dari pertapa-pertapa yang mustajil
Yang Dipuja Dunia mengerti apa yang tersirat dihatiku
Lalu Beliau memusnahkan kemurtadanku selama ini
Dan mulai mengajarkan kepadaku Jalan ke Nirvana

Kini telah bebas dari ilmu sampingan dan tahyul
Telah dapat menyelami hakekat dari ajaran Sunyata
Kemudian kepada diriku sendiri ku katakan ;
"Kini Aku telah mencapai moksha."

Tetapi kini kusadari kembali
Bahwa yang kucapai bukan moksha sesungguhnya
Bilamana seorang mencapai tingkat Buddha
Maka dimilikinya ketiga puluh dua tanda
Yang Dipuja oleh para dewa, manusia, yaksa
Naga dan mahluk-mahluk hidup lainnya
Lalu kini dapat kusadari
Bahwa moksha itu berarti lenyap seluruhnya
Tidak ada yang tertinggal walaupun sedikit

Didalam Pesamuan Agung Sang Buddha menyatakan
Bahwa Aku akan menjadi Buddha dikemudian hari
Mendengar Dharma dari Sang Buddha yang demikian
Segenap keraguan dan sesal hatiku menjadi lenyap

Waktu pertama kali mendengar uraian Sang Buddha
Dalam hati timbul kekhawatiran dan keragu-raguan
Mungkin maralah yang menjelma menjadi Buddha
Mengacau dan menyesatkan pikiranku

Namun………..
Setelah Sang Buddha menyakinkanku
Dengan berbagai kiasan dan alasan
Hatiku menjadi lapang kembali
Jala kemasgulan yang mencengkamku telah putus

Sang Buddha menyatakan para Buddha dimasa silam
Yang jumlahnya tiada terbatas dengan tenang kebijaksana
Menguraikan Dharma ini………..
Demikian pula halnya dengan para Buddha yang sekarang
Dan yang akan datang yang tidak ternilai jumlahnya

Yang Dipuja oleh Dunia sekarang ini
Setelah lahir dan meninggalkan rumah
Telah menemukan sang jalan, memutar roda dharma
Mengkhotbahkan dharmanya dengan bijaksana

Yang Dipuja oleh Dunia menguraikan Kesunyataan
Mara tidak akan memiliki ajaran Kesunyataan itu
Sehingga sekarang aku yakin seyakin-yakinnya
Bahwa mara tidak akan menjelma menjadi Buddha

Karena terjerumus kedalam lembah keraguan
Semula aku mengira bahwa itu adalah perbuatan Mara
Tetapi setelah mendengar Sang Buddha menjelaskan Dharma
Dengan suarannya yang lemah lembut, halus dan mendalam
Hatiku menjadi bahagia penuh rasa senang dan gembira
Dan segala sesal dan ragu telah lenyap untuk selamanya
Aku telah tenang dalam menghayati kebijaksanaan sejati
Kini aku yakin, akan menjadi Buddha
Dipuja oleh para dewa dan umat manusia
Memutar roda kebenaran mengajar para Bodhisatva."

Kemudian Sang Buddha bersabda kepada Sariputra ;
"Kini Ku-nyatakan pada Pesamuan Agung para dewa, manusia, pertapa, brahmana dan lain-lainnya.

Sejak dahulu kala, dihadapan duapuluh ribu keti para Buddha, untuk kepentingan Jalan Yang Sempurna, Ku-ajarkan berturut-turut kepada kalian, selama kalian siang malam mengikuti dan menerima AjaranKu. Dengan bimbinganKu yang bijaksana kalian telah dilahirkan dalam DharmaKu

Sariputra, sejak dahulu kala Ku-harap kemantapanmu terhadap Jalan Buddha. Namun kini telah kaulupakan semua itu dan demikian kau anggap dirimu telah mencapai kemokshaan.

Kini sekali lagi, Ku harap kau ingat kembali jalan yang semula pernah kau tetapkan untuk kau ikuti. Sekarang Ku uraikan kembali bagi segenap sravaka, Sutra Mahayana ini yang disebut Sutra Bunga Teratai, dengan sutra mana para Bodhisatva diberi bimbingan dan sutra ini selalu diamat-amati dan dipertahankan.

Sariputra, dalam dunia yang akan datang, setelah kalpa-kalpa tak terhitung jumlahnya; setelah kau mengabdi ribuan keti para Buddha dan mempertahankan ajaran sejati serta menyelesaikan jalan para Bodhisatva; kau sendiri akan menjadi Buddha dengan nama Padmaprabha Tathagata, terpuja, bijaksana, sempurna, memahami dunia, pemimpin tanpa banding, pembina, guru bagi dewa dan manusia. Yang mendapat Penerangan, Yang Dipuja Didunia. Alamnya akan disebut Viraga; yang tanahnya datar dan lurus, murni dan permai, aman dan makmur, didiami oleh penduduk surga buminya dari ratna manikam. Memiliki delapan jalan bersimpangan, dibatasi dengan tali kencana. Pada setiap jalan berdiri sejajar pepohonan indah sarat dengan buah dan bunga. Tathagata Padmaprabha pun akan mengajar dan membina segenap mahluk hidup dengan Tri-Yana.

Sariputra, bila Buddha itu tampil, meskipun duduk dalam masa kejahatan, ia akan mengajarkan Dharma Tri-Yana karena janjinya semula. Kalpa itu akan disebut Maha Ratna Pratimandita. Mengapa disebut Maha Ratna Pratimandita ? karena pada alam itu para Bodhisatva dianggap permata mulia. Jumlah para Bodhisatva ini tak terbatas, tak terhingga, tak terkhayalkan, diluar perhitungan dan perbandingan, tak tertangkap bagi orang yang tak memiliki kebijaksanaan Buddha. Bilamana mereka berjalan, kakinya menginjak padma-ratna. Para Bodhisatva itu bukannya untuk pertama kali dalam keadaan demikian karena semua mereka itu telah memperkembangkan akar kebajikan lama sekali, selalu melakukan tindak utama dibawah bimbingan beratus-ratus keti para Buddha, selalu disanjung-sanjung oleh para Buddha, selalu menghayati kebijaksanaan Buddha, menyempurnakan kekuatan batin, menyelami sepenuhnya jalan dan segenap dharma, jujur dan murni dalam watak, tegas dalam kemauan dan pikiran. Bodhisatva-bodhisatva demikian ini memenuhi alam tersebut.

Sariputra, hidup Buddha Padmaprabha akan berlangsung dua belas kalpa, tak terhitung waktunya sebagai seorang putera raja sewaktu belum menjadi Buddha. Dan hidup para penghuni alam ini akan berlangsung delapan kalpa.

Tathagata Padmaprabha dalam masa dua belas kalpa itu akan meramalkan keadaan mendatang bagi Bodhisatva Dhritiparipurna yang akan mencapai Penerangan Sejati dan menjelaskan kepada para bhiksu: "Bodhisatva Dhritiparipurna diwaktu mendatang akan menjadi Buddha dengan nama Tathagata Padma Vrishabhavikrama; arhan, samyaksambuddha, alamnya sesuai dengan waktunya pula.

Sariputra, setelah Buddha Padmaprabha lenyap, hukum Dharma akan berlangsung di dunia selama tiga puluh dua kalpa dan kemudian akan berlangsung Hukum Semu, yang juga tiga puluh dua kalpa lamanya.
Pada waktu itu Yang Dipuja Dunia mengulang uraiannya dengan bentuk syair:

Oh, Sariputra, ketahuilah olehmu
Bahwa dimasa mendatang kau akan jadi Buddha
Dengan gelar kesucianmu Padmaprabha
Yang dipuja seluruh mahluk karena kebijaksanaanmu

Kau akan menyelamatkan mahluk-mahluk banyak sekali
Dan memuja para Buddha beribu-ribu jumlahnya
Menyempurnakan perilaku para Bodhisatva
Meningkatkan jasa pahalanya dan kesepuluh kemampuannya
Nanti akan datang kalpa Maha Ratna Pratimandita
Dengan dunianya disebut Viraga, murni tanpa noda
Beralaskan batu permata dengan jalan-jalannya
Dipagari dengan pagar tali emas dikitari pepohonan
Dari tujuh jenis pepohonan mulia yang selalu berkembang

Dunia atau Viraga dihuni oleh para Bodhisatva
Yang tegas dalam kehendak dan pikirannya
Yang memiliki kekuatan gaib dan kesempurnaan
Seluruh ilmu kini telah dimiliki lengkap

Dibawah bimbingan para Buddha
Para Bodhisatva telah belajar jalan kebodhisatvaan
Dibawah pimpinan para Buddha yang akan ditasbiskan
Menjadi Buddha Padmaprabha

Buddha Padmaprabha sewaktu menjadi putra raja
Telah melepaskan kedudukannya meninggalkan keduniawian
Dan akhirnya meninggalkan istananya akan mencapai keBuddhaan

Buddha Padmaprabha akan hidup di dunia ini
Selama dua belas kalpa dengan penghuni dunianya
Akan hidup selama delapan kalpa

Setelah Buddha tersebut mencapai moksha
Dharma sejati akan memerintah dunia
Tiga puluh dua kalpa lamanya


Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #7 on: 01 August 2009, 02:28:09 PM »
Relik dari Buddha Padmaprabha tersiar kemana-mana
Dipuja oleh para dewa dan umat manusia dimana-mana
Demikian pula tingkah lakunya Sang Buddha Padmaprabha
Demikianlah prilaku dan tingkah perbuatannya
Yang sangat berbudi, tenang dan hikmat dipuja
Yang maha sempurna yang tiada bandingannya
Itulah nyata adalah dirimu sendiri
Karena itu bergembira dan senangkanlah hatimu

Pada waktu itu ke-empat golongan; bhiksu-bhiksuni, upasaka-upasika, beserta para dewa, naga, yaksa, gandharwa, asura, garuda, kimnara, mahoraga dan lain-lainnya; seluruh pesamuan agung, melihat bahwa Sariputra dihadapan Sang Buddha menerima ketentuannya akan mencapai Penerangan Sejati; bersama-sama turut bergembira, melepas jubah masing-masing, mempersembahkannya kepada Sang Buddha sebagai penghormatan sedang Sakra putra dewata mempersembahkan perhiasan-perhiasan kedewataan, menaburi-Nya dengan bunga Mandarava dan sebagainya. Jubah-jubah beterbangan dilangit mengitari mereka sedang beribu-ribu macam suara bunyi-bunyian dewata bergema di udara. Dalam hujan bunga-bunga, para mahluk dewata menyatakan ;

"Roda Dharma Sempurna telah diputar oleh Sang Buddha pertama kali dalam Taman Rusa di Benares, dan kini diputar lagi untuk kedua kalinya."

Kemudian, semua mahluk dewata, mengulang pernyataan ini dengan syair :

Di Benares dulu telah kau uraikan ajaran
Dengan terperinci kau uraikan ajaran
Tentang Empat Kesunyataan Mulia
Dan tentang timbul lenyapnya skhanda

Kini sekali lagi kau putar roda Dharma
Dharma yang luar biasa dalam sempurnanya
Yang hanya sedikit yang dapat mengertinya

Dahulu kami pernah mendengar
Yang Dipuja Dunia telah berkhotbah
Namun belum pernah kami mendengar
Dharma sejati yang mendalam sempurna
Seperti Yang Dipuja Dunia uraikan sekarang
Yang kami telah ikuti dengan gembira

Yang terpuja kini telah meramalkan
Bahwa Sariputra akan menjadi Buddha
Yang Dipuja oleh seluruh alam semesta

Jalan Buddha mengatasi semua pengertian
Yang diuraikan dengan bijaksana dan tepat
Semoga karma baik kami, dalam dunia ini
Maupun karma baik kami dimasa yang lampau
Semoga menjadi pahala yang mempertemukan kami
Dengan Sang Buddha, membawanya ke Jalan Buddha

Selanjutnya Sariputra menghadap Sang Buddha :
"Yang Dipuja Dunia; kini kami tak ada lagi keraguan dan penyesalan. Dihadapan Sang Buddha kami peroleh kepastian akan mencapai Penerangan Sejati.

Tetapi ke dua ratus orang yang telah menguasai dirinya, yang sejak lama menghayati ke-empat tingkat kerohanian dan selalu dibimbing oleh Sang Buddha, lalu berkata :

"Dharma-Ku mampu memberi kebebasan dari kelahiran, kelapukan, sakit dan mati serta mencapai Nirvana pada akhirnya."

Tiap orang dari mereka, para Saiksya maupun yang telah selesai Saiksyanya telah pula bebas daripada anggapan keliru tentang "Aku" dn terhadap "Ada" maupun "Tak Ada" dan menganggap dirinya telah mencapai Nirvana.

Tetapi sekarang, dihadapan Sang Buddha, mendengar apa yang belum pernah didengarnya semula, mereka semua menjadi bimbang dan cemas. Karena itu, Yang Dipuja Dunia, silahkan memberi penjelasan kepada ke-empat golongan, agar mereka terhindar dari kebimbangan dan penyesalan.

Lalu Sang Buddha bersabda :
"Wahai, Sariputra, bukankah telah Ku-terangkan sebelumnya, bahwa para Buddha, para Yang Dipuja Dunia, dengan bermacam-macam alasan, kiasan dan istilah telah menguraikan Dharma secara bijaksana, itu semua untuk mencapai Penerangan Sejati. Semua ajaran ini ditujukan untuk meningkatkan para Bodhisatva.

Wahai Sariputra, baiklah Ku-terangakan arti ini lebih jelas dengan sebuah kiasan. Ketahuilah orang-orang pandai mencapai pengertian melalui kiasan.

Sariputra !, bayangkan dalam sebuah kerajaan, dikota atau di dusun ada seorang kepala keluarga yang ternama. Orang itu sudah tua renta tetapi hidupnya berkecukupan, memiliki banyak ladang, rumah, budak, dan pembantu.

Rumahnya luas dan besar, pintunya hanya sebuah, didiami oleh seratus, dua ratus atau lima ratus orang penghuni. Serambi-serambi dan ruangan-ruangannya telah usang dan rusak, dinding-dindingnya melengkung, dasar-dasar tiangnya rapuh, penyangga atapnya rapuh dan sangat membahayakan.

Dari tiap sisi, dalam waktu bersamaan, sekonyong-konyong api berkobar dan rumah itu menyala-nyala. Bayangkan anak-anak orang itu, sepuluh, dua puluh atau tiga puluh orang ada didalam. Kepala keluarga yang melihat api menjilat dimana-mana, sangat terkejut dan berpikir :

"Meskipun aku dapat keluar dengan aman dari rumah terbakar ini, anak-anakku sedang asyik bermain-main didalam, dengan permainannya tanpa cemas, tak mengerti, dan takut. Meskipun api yang dapat mengakibatkan sakit dan derita mengepung mereka, tetapi mereka tak memikirkannya, tidak takut dan tidak berniat lari."

Sariputra, orang tua tadi merenungkan begini :
"Saya kuat dalam badan dan tenaga dapatkah aku membawa mereka keluar dengan usungan bunga, bangku, atau meja ?

Ia berpikir lagi : "Rumah ini pintunya hanya sebuah pun sempit dan kecil, anak-anakku masih muda, tak tahu apa-apa selain bermain-main, mungkin mereka akan terbakar. Harus kujelaskan kepada mereka bahaya ini, memperingatkan mereka bahwa rumah ini terbakar dan mereka harus cepat-cepat keluar, agar tidak terbakar atau hangus kena api."

Merenungkan demikian, sesuai dengan pikirannya, ia berseru : "Keluarlah cepat-cepat, kalian semua !" Meskipun Sang Ayah, karena sayangnya membujuk-bujuk dan menegur dengan kata-kata lembut, namu anak-anak yang sedang asyik bermain-main itu segan untuk percaya dan tetap tak menghiraukannya, tak takut dan tak niat lari, lebih lagi mereka tak mengerti api, tak mengerti apa artinya rumah terbakar, tak mengerti apa yang dimaksud dengan mendapat cedera, mereka tetap berlarian kesana kemari, bermain-main kadang-kadang mereka memandang ayah mereka.

Kemudian Ayah anak-anak itu berpikir : "Rumah ini sedang menyala dalam kebakaran besar. Bila aku dan anak-anakku tidak segera keluar, kami niscaya akan terbakar pula. Baiklah kuusahakan cara yang bijaksana agar anak-anakku terhindar dari bencana."

Mengetahui kesukaan anak terhadap bermacam-macam permainan yang menarik perhatian mereka, ayah mereka lalu berkata : "Barang-barang yang kalian gemari untuk mainan, begitu mahal dan bagus, sekarang ada padaku. Bila kalian tidak segera untuk mendapatkannya, kalian akan menyesal kemudian. Lihatlah bermacam-macam kereta domba, kereta rusa dan kereta lembu ada tersedia diluar pintu untuk kalian pakai bermain-main. Kalian semua harus segera keluar dari rumah terbakar ini, akan kuberikan mana yang kalian sukai."

Demikianlah, setelah anak-anak itu mendengar adanya permainan yang menarik seperti yang disebutkan oleh ayah mereka, yang sesuai dengan keinginan mereka masing-masing, semua menjadi bersemangat, sambil dorong-mendorong, dan dahulu-mendahului, mereka dengan bersusah payah akhirnya berhasil keluar dari rumah terbakar itu.

Si ayah yang melihat bahwa anak-anaknya selamat semua di halaman, duduk dipinggir lapangan, tak lagi bingung, hatinya tenteram dan gembira sekali.

Anak-anak datang kepadanya : "Ayah, manakah baran mainan yang indah itu seperti ayah janjikan tadi, kereta domba, kereta rusa, kereta lembu."

Sariputra, sang ayah kemudian memberikan kepada tiap anak sebuah kereta besar, indah dan menarik, dihiasi dengan barang-barang berharga, diberi tempat duduk dan sandaran, digantungi genta-genta pada keempat sisinya; semua diliputi tabir yang dihiasi dengan barang-barang mahal dan bagus pula yang disambung dengan tali-temali penuh batu permata; digantungi bunga rampai; diatas tikar yang indah; dibubuhi bantalan merah; kereta itu ditarik oleh lembu yang putih bersih, tampan dan kuat, yang berjalan dengan langkah tetap secepat angin; ada pula pembantu dan pengiring menjaganya.

Mengapa sang ayah berbuat demikian ? karena ia sangat kaya dan harta benda serta lumbungnya melimpah-limpah.

Orang tua itu berpikir demikian : "Kekayaanku tak terbatas, tak pantas kuberi anak-anakku kendaraan kecil yang kurang berharga. Anak-anakku ini, aku sayangi tanpa perbedaan. Aku memiliki kereta-kereta besar, tak terbatas jumlahnya; mampu kuberikan kepada semua orang; dan sisanya tak akan berkurang apalagi hanya kuberikan kepada anak-anakku saja."

Sementara anak-anak itu masing-masing telah mengendarai kereta besar, mendapatkan sesuatu yang belum pernah mereka miliki dan belum pernah diharapkan sebelumnya.

Sariputra, bagaimana pendapatmu. Apakah ayah yang memberikan kepada anak-anaknya kereta besar, bagu dan mewah yang sama itu, terlibat dalam ketidak-benaran ?"

Sariputra menjawab : "Tidak, Yang Dipuja Dunia; sang ayah itu hanya mengusahakan agar anak-anaknya terhindar dari bencana kebakaran dan menyelamatkan hidup mereka; ia tidak melakukan ketidak-benaran. Bagaimana ? dengan cara demikian ia menyelamatkan jiwa mereka dan mereka bahkan memperoleh barang mainan; bijaksana sekali tindakannya untuk menyelamatkan anak-anak mereka dari rumah terbakar itu.

Yang Dipuja Dunia, bilamana ia tak memberikan kereta yang kecil sekalipun, maka ia tidak akan melakukan kebenaran. Mengapa ? karena sejak mula ayah itu menetapkan maksudnya : "Dengan cara yang bijaksana kuhendaki anak-anakku selamat." Dengan dasar inilah ia tidak melakukan tindakan yang tidak benar. Lebih-lebih mengingat, bahwa kekayaannya tak terbatas; ayah yang menghendaki kesejahteraan anak-anaknya itu, telah memberikan kepada mereka kereta besar yang sama."

Sang Buddha menyahut : "Benar, benar sekali; demikianlah seperti apa yang kaukatakan, Sariputra.

Demikian pula halnya dengan Tathagata, karena ia adalah ayah bagi semua dunia; yang telah bebas daripada takut, putus asa, cemas, kurang pengertian dan kegelapan; telah sempurna dalam pengetahuan, kekuatan batin, dan tanpa takut; memiliki kesaktian dan kebijaksanaan; telah mendapatkan kesempurnaan yang paripurna; yang bermurah hati dan berwelas asih; tak kenal jenuh; selalu mencari apa yang baik dan menguntungkan segenap mahluk.

Beliau dilahirkan dalam Triloka yaitu rumah tua yang terbakar untuk menyelamatkan segenap mahluk hidup daripada kebakaran lahir, umur tua, sakit, mati, cemas, derita, kedunguan, kegelapan, ketiga racun (kilesa) dan mengajarkan kepada mereka bagaimana memperoleh Penerangan Sejati.

Beliau melihat bagaimana segenap mahluk hidup, terjepit oleh nyala api kelahiran, umur tua, sakit, cemas, dan susah, serta menderita bermacam-macam penyesalan disebabkan oleh lima macam keinginan dan ketamakan; bagaimana mereka itu karena kelekatan kepada keinginan serta pengejarannya, sekarang mengalami derita dan kemudian akan menderita dalam neraka ataupun sebagai binatang atau mahluk halus.

Sekalipun mereka dilahirkan dalam surga maupun di antara manusia, mereka tertimpa bermacam-macam penderitaan seperti kemiskinan, kecemasan, terpisah dari yang dicintai, berkumpul dengan yang dibenci. Tenggelam dalam perkara-perkara ini, segenap mahluk hidup gembira dan bersenang-senang; tidak sadar, tidak mengerti, tidak ingat, tidak takut dan tidak bosan; mereka tak ada pikiran untuk mencari kebebasan, melainkan dalam rumah terbakar berlari-larian kian kemari. Meskipun akan mendapat penderitaan besar, mereka tidak menjadi cemas karenanya.

Sariputra, Buddha yang melihat itu semua, berpikir begini : "Aku adalah ayah dari segenap mahluk dan haruslah Ku-renggut mereka dari derita serta memberikan mereka berkah daripada kebijaksanaan Buddha yang kekal dan tanpa batas, sebagai barang permainan."

Sariputra, Sang Tathagata merenungkan begini : "Jika hanya Ku-pergunakan kekuatan batin dan kebijaksanaan, menyampingkan tiap cara yang tepat dan demi kepentingan segenap mahluk hanya mengandalkan kebijaksanaan, kekuatan dan ketidak-takutan Tathagata, maka para mahluk hidup tak akan tertolong. Mengapa ? Selama mahluk-mahluk ini belum terlepas daripada lahir, umur tua, sakit, cemas dan derita; melainkan masih terbakar dalam rumah berkobar dalam Triloka, bagaimana mereka akan mengerti kebijaksanaan Buddha ?"

Sariputra, seperti pula sang ayah itu, meskipun kuat dalam badan dan tenaga, hanya dengan kebijaksanaan yang tepat, tegas menyelamatkan anak-anaknya dari malapetaka dalam rumah terbakar itu dan kemudian memberikan kepada mereka masing-masing kereta besar yang terbuat dari bahan-bahan mahal; begitu pula Sang Tathagata, meskipun memiliki tenaga dan ketidak-takutan; hal-hal ini tidak dipergunakan; hanya dengan kebijaksanaan yang tepat Beliau memindahkan segenap mahluk hidup dari rumah terbakar Triloka; menguraikan ke-tiga kendaraan, yaitu : Kereta Sravaka, Kereta Pratyekabuddha dan Kereta Buddha.

Kata Beliau kepada mereka : "Kalian semua; jangan bersenang-senang berdiam dalam rumah terbakar Triloka; jangan mengejar-ngejar bentuk, suara, bau, cita rasa. Dengan mengejarnya, kalian terikat kepadanya maka kalian akan terbakar olehnya. Bebaskan dirimu dari Triloka dan dapatkan ketiga kendaraan: Kereta Sravaka, Kereta Pratyekabuddha atau Kereta Buddha. Sekarang kalian Ku-beri jaminan yang terbukti tak akan keliru. Hanya saja agar rajin dan sungguh-sungguh."

Dengan cara bijaksana yang demikian Sang Tathagata menarik perhatian segenap mahluk; dan selanjutnya berkatalah Beliau:

"Ketahuilah; ketiga kendaraan itu dipuji-puji oleh para bijaksana; dengan kendaraan-kendaraan itu kalian akan bebas dan merdeka, tanpa memerlukan tumpuan lain. Mengendarai tiga kereta itu serta bersarana ke lima kemampuan sempurna, kelima kekuatan, ketujuh tanggapan, kedelapan jalan, pemusatan, pembebasan, serta samadhi; kalian lambat laun akan berbahagia dan memperoleh ketenteraman dan kegembiraan yang tak terbatas.

Sariputra, bila ada mahluk-mahluk hidup memiliki jiwa kebijaksanaan yang mendalam, mengikuti Buddha Yang Dipuja Dunia, mendengarkan Dharma, menerimanya sebagai kepercayaan dan rajin memperoleh kemajuan; berkeinginan cepat-cepat terlepas dari Triloka dan mencari Nirvana bagi dirinya sendiri; mereka itu akan mempergunakan kendaraan yang disebut kereta Sravaka; seperti hanya anak-anak yang keluar dari rumah terbakar menghendaki kereta domba.

Bila ada mahluk-mahluk hidup yang mengikuti Sang Buddha, Yang Dipuja Dunia, mendengarkan Dharma, menerimanya sebagai kepercayaan dan rajin menggalang kemajuan; berkeinginan mendapatkan kebijaksanaan seorang diri, menikmati keseimbangan kebaikan-kebaikan pribadi serta mahir dalam perkara sebab musabab hukum; mereka itu akan mempergunakan kendaraan yang disebut kereta Pratyekabuddha, seperti halnya anak-anak yang keluar dari rumah terbakar menghendaki kereta rusa.

Bila ada mahluk-mahluk hidup yang mengikuti Sang Buddha Yang Dipuja Dunia, mendengarkan Dharma, menerimanya sebagai kepercayaan dan rajin melaksanakannya, maju penuh semangat; mencari kebijaksanaan yang paripurna; yaitu kebijaksanaan Buddha yang murni, kebijaksanaan tanpa guru; serta pengetahuan, kekuatan dan ketidak-takutan Sang Tathagata; yang menaruh welas asih kepada mahluk-mahluk tak terhitung jumlahnya serta meringankan mereka; bermanfaat bagi dewa dan manusia; menyelamatkan segenap mahluk; mereka itu menggunakan kendaraan yang disebut Mahayana. Karena para Bodhisatva memilih kendaraan ini, mereka disebut Mahasatva. Mereka adalah seperti anak-anak yang keluar dari rumah terbakar menghendaki kereta lembu.

Sariputra, sebagaimana ayah yang melihat anak-anaknya keluar dengan selamat dari rumah terbakar dan sampai pada tempat yang bebas dari ketakutan, dan dengan kekayaannya yang melimpah-limpah, memberikan anaknya masing-masing sebuah kereta besar; begitu pula Sang Tathagata. Sebagai ayah dari segenap mahluk hidup yang melihat mahluk-mahluk tak terhitung ribuan keti jumlahnya, dengan ajaran Buddha telah terlepas dari derita Triloka; dari jalan yang menakutkan dan berbahaya; kemudian mendapatkan kesenangan Nirvana; Sang Tathagata berpikir begini :

"Ku-miliki secara tak terbatas dan kekal kebijaksanaan, kekuatan, ketidak-takutan dan harta karun para Buddha. Segenap mahluk hidup ini adalah anak-anak-Ku, kepada siapa Ku-berikan kendaraan besar ( Mahayana ) yang sama; sehingga tak ada seorang yang akan memperoleh Nirvana pribadi, melainkan semua akan mendapatkan Nirvana bersama-sama Tathagata.

Semua mahluk hidup yang terlepas dari Triloka diberikan benda mainan dari para Buddha yaitu : pemusatan, kebebasan dan lain-lainnya; semua sama dalam bentuk dan macamnya; yang mendapat pujian para bijaksana; yang menghasilkan kesenangan murni dan agung.

Sariputra, sebagai pula ayah itu mula-mula menarik perhatian dengan tiga kendaraan dan kemudian hanya memberikan sebuah kereta yang besar, dihias meriah dengan barang-barang yang mewah; orang tua itu telah melakukan kebenaran; begitu pula pada Sang Tathagata telah melakukan kebenaran. Mula-mula Ia menarik perhatian semua mahluk dengan tiga macam kendaraan dan kemudian bagi keselamatan mereka hanya memberikan kendaraan besar saja. Bagaimana ? karena Sang Tathagata memiliki kebijaksanaan tanpa batas, kekuatan, tiada rasa takut dan memiliki pula harta karun Dharma; mampu memberikan segenap mahluk hidup Dharma Mahayana; namun tidak semua mampu untuk menerimanya.

Sariputra, oleh sebab itu ketahuilah bahwa para Buddha dengan kekuatan kebijaksanaannya; dengan satu kendaraan Buddha membeda-bedakan dan menyampingkan yang tiga."

Sang Buddha, kembali menyatakan AjaranNya dalam bentuk stansa :

39. "Bayangkan, ada seorang ayah mempunyai sebuah rumah tua, tidak kokoh; serambi-serambinya usang, tiang-tiangnya rapuh pada dasarnya.'

40. Jendela-jendela dan langkah-langkahnya sebagian rusak, dinding serta pelapis dan perekatnya sudah hancur, tutupnya terpecah-pecah sedang atapnya dimana-mana berlubang.

41. Penghuninya tak kurang dari lima ratus orang banyak kamar kecil penuh dengan tinja yang menjijikkan.


Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #8 on: 01 August 2009, 02:28:52 PM »
42. Penyangga atap seluruhnya terlepas, dinding-dinding sebagian melengkung; didiami oleh ribuan rajawali; demikian pula merpati, burung hantu dan burung-burung lainnya.

43. Pada tiap ujung terdapat ular-ular berbahaya, kebanyakan berbisa dan mengerikan; kalajengking dan bermacam-macam tikus; rumah ini ada pula tempat tinggal mahluk-mahluk keji yang tak dapat dilukiskan.

44. Selanjutnya disana-sini dijumpai mahluk-mahluk halus. Rumah itu kotor dari tinja dan air kencing; penuh dengan cacing-cacing, serangga dan lalat; menggema suara anjing dan serigala meraung-raung.

45. Dalam rumah itu terdapat ajak yang biasa menelan bangkai manusia; anjing dan serigala mencari mayat.

46. Binatang-binatang yang kurus kering karena selalu lapar kian kemari mencari mangsa sambil berkelahi, memenuhi ruangang-ruangan dengan suara mengerang. Demikianlah rumah yang mengerikan itu.

47. Ada pula hantu-hantu jahat yang menjamah badan manusia; ditempat-tempat lain ada lipan, ular-ular yang menakutkan dan berbahaya.

48. Binatang-binatang itu merangkak-rangkak disemua suduh dimana mereka membuat sarang bagi keturunan mereka yang banyak juga ditelan oleh hantu-hantu.

49. Hantu-hantu yang kenyang dengan daging mahluk-mahluk lain sehingga badannya menjadi gemuk, saling berkelahi mati-matian.

50. Dalam ruang-ruang yang rawan terdapat hantu-hantu jahat yang menakutkan, diantaranya ada yang besarnya setengah depa, satu atau dua depa; semuanya cekatan dalam geraknya

51. Mereka biasa menangkap anjing pada kakinya, melemparkannya terbalik di tanah, mencubit lehernya dan membiarkannya kesakitan.

52. Ada pula hantu yang menjerit-jerit, telanjang, hitam, pucat, besar dan tinggi; yang karena kelaparan mencari makan disana-sini sambil mengeluarkan suara sesal.

53. Ada yang mulutnya seperti jarum, lainnya bermulut seperti mulut lembu; besarnya seperti manusia atau anjing, rambutnya kusut; mereka mengeluarkan ratapan-ratapan sambil mencari makan.

54. Hantu dan jin-jin ini, seperti pula rajawali, selalu mengintip dari jendela dan lubang-lubang kesemua jurusan sewaktu mencari makan.

55. Demikianlah keadaan rumah yang suram itu; luas dan tinggi, tetapi sangat lapuk; penuh dengan lubang-lubang, ruai dan suram; bayangkan itu milik seseorang.

56. Sewaktu ia sedang di luar, rumahnya terjilat api dan cepat-cepat diliputi nyala-nyala ditiap sisi.

57. Tiang dan rusuk segera berkobar, penyangga dan sekat menyala gemercak; sangat menyeramkan sedang hantu-hantu menjerit-jerit.

58. Rajawali beratus-ratus terusir; jin-jin mundur dengan muka lesu; ratusan binatang galak yang telah hangus berlarian sambil berteriak-teriak.

59. Kuntilanak-kuntilanak bergerak, terbakar oleh api; sambi menyala mereka tarik menarik masing-masing dengan gigi dan darah mereka memercik kemana-mana.

60. Serigala-serigala mati juga, bangkai mereka dimakan teman-temannya. Tinja terbakar pula menyiarkan bau busuk yang menjijikkan.

61. Lipan-lipan yang berusaha terbang, ditelan oleh jin-jin. Begitu pula hantu-hantu dengan rambut terbakar mondar-mandir tercekam oleh lapar dan panas.

62. Dalam keadaan demikianlah rumah dahsyat itu, dimana beribu-ribu nyala keluar dari tiap sisinya. Sedang pemiliknya melihat dari luar.

63. Didengar olehnya suara anak-anaknya sendiri yang pikirannya terpusat pada permainan, sedang asyik, bersenang-senang seperti orang dungu dalam kebodohannya.

64. Mendengar suara mereka, sang ayah segera masuk untuk menyelamatkan mereka yang tidak mengerti, agar tidak musnah terbakar.

65. Ia terangkan keadaan rumahnya; katanya : "Wahai anak-anak muda tersayang; inilah rumah celaka, sangat membahayakan; mahluk-mahluk jahat ada didalamnya dan tambah lagi api ini merupakan rangkaian jahanam.

66. Ada didalam ular, hantu jahat, jin dan kuntilanak dalam jumlah banyak; serigala, kelompok-kelompok anjing dan ajak; demikian pula rajawali mencari mangsa.

67. Mahluk-mahluk demikian hidup dalam rumah ini; terlepas daripada adanya api; cukup menakutkan dan menyeramkan; dan sekarang api menjilat-jilat dari segenap jurusan.

68. Namun anak-anak yang dungu itu, meskipun diperingatkan, tidak memperhatikan kata-kata sang ayah karena terpikat oleh permainan; mengert maksudnya pun tidak.

69. Orang itu lalu berpikir : "Kini aku dalam keadaan cemas menghadapi anak-anakku. Apa guna punya anak, bila aku kehilangan mereka ? tapi, mereka tak akan musnah terbakar.

70. Sekonyong-konyong sebuah akal melintas dalam pikiran : "Anak-anak muda yang tak sadar ini gemar akan barang-barang permainan dan sekarang mereka tak ada untuk bermain-main. Bodoh sekali mereka itu.

71. Katanya : "Dengarkanlah anak-anak; ayah ada kereta bermacam-macam, ditarik oleh domba, rusa dan lembu, bagus sekali, indah, besar, dan dilengkapi seluruhnya.

72. Barang-barang itu ada diluar; larilah kalian keluar dan pergunakan barang-barang itu sekehendak kalian; memang untuk kalianlah kusuruh buat kereta-kereta itu. Larilah kalian keluar dan bergembiralah mendapatkan barang-barang itu ! "

73. Segenap anak-anaknya, mendengar tentang kereta-kereta itu, seketika berusaha berlari keluar cepat-cepat dan mencapai udara terbuka, terhindar daripada luka-luka.

74. Melihat bahwa anak-anaknya telah keluar, orang itu menuju lapangan ditengah-tengah desa dan dari singgasana tempat ia duduk, ia berkata : "Syukurlah, sekarang aku merasa tenteram.

75. Anak-anakku yang kukasihi ini telah kuselamatkan dengan susah payah; kedua puluh anak-anakku tersayang adalah dalam rumah yang berbahaya, mencelakakan dan mengerikan, penuh binatang-binatang buas.

76. Meskipun rumah terbakar dan diliputi nyala api, mereka bersenang-senang dengan permainan; namun kini mereka semua telah kuselamatkan. Karenanya aku merasa sangat bahagia."

77. Anak-anak yang melihat ayah mereka berbahagia, menghampirinya dan berkata: "Ayah sayang, berikanlah kami apa yang ayah tadi janjikan : kereta-kereta indah tiga macam itu.

78. Tepatilah apa yang telah dijanjikan dalam rumah tadi sewaktu ayah berkata : "Akan kuberikan kalian tiga macam kendaraan." Berikanlah barang-barang itu, sekarang tepat waktunya."

79. Orang yang kita bayangkan tadi mempunyai harta benda banyak emas, perak, permata dan mutiara; dimiliki lempengan-lempengan logam mulia; budak-budaknya banyak; perabot rumah dan kendaraan berjenis-jenis.

80. Kereta-kereta dibuat dari bahan mahal, dihela oleh lembu; sangat mewah dengan bangku-bangku dan sebaris genta yang menggelenting; dihias dengan payung dan panji-panji serta dibubuhi hiasan batu permata dan mutiara.

81. Kereta-kereta itu dihias dengan emas, karangan bunga buatan digantungkan sana-sini; seluruhnya diselubungi kain dan muslin putih.

82. Lebih lanjut kereta-kerete itu dilengkapi dengan kasuran istimewa dari sutera halus sebagai bantalannya; dialasi permadani khusus yang bergambarkan burung-burung bangau dan undan ; seharga ribuan keti.

83. Kereta-kereta dihela oleh lembu-lembu putih yang terpelihara, kuat, berbadan tegap, bagus sekali; orang banyak merawatnya.

84. Kereta-kereta sempurna demikian itulah yang diberikan orang tersebut kepada segenap anak-anaknya; mereka sangat gembira dan tertarik; segera bermain-main dengan kereta masing-masing kesegenap jurusan.

85. Dengan cara yang sama, Wahai Sariputra !, Aku Yang Maha Tahu, adalah ayah dan pelindung bagi segenap hidup dan semua mahluk yang seperti anak-anak tercekam oleh kesenangan-kesenangan Triloka adalah anak-anak-Ku.

86. Triloka itu berbahaya seperti rumah tadi, diliputi oleh sejumlah kejahatan-kejahatan, seluruhnya terbakar pada tiap sisinya oleh bermacam-macam lahir, umur tua, sakit.

87. Tetapi, Aku yang telah terlepas dari Triloka dan tenteram, berdiam dalam pengasingan mutlak ditengah-tengah hutan. Triloka ini adalah rumah-Ku dan mereka yang ada didalamnya menderita kepanasan dan terbakar, adalah anak-anak-Ku.

88. Dan Aku jelaskan kejahatan-kejahatannya karena Aku berketepatan hati menyelamatkan mereka; tetapi mereka tidak mau mendengarkan Aku, karena mereka semua tidak mengerti, sedang hati mereka melekat kepada kesenangan-kesenangan nafsu.'

89. Karenanya Aku pergunakan akal yang mungkin dan mengatakan kepada mereka tentang tiga macam kendaraan; demikian menunjukkan sarana untuk menghindari bermacam-macam kejahatan dari Triloka yang Ku-ketahui.

90. Anak-anak-Ku yang patuh padaKu; yang menguasai ke-enam kekuatan gaib (Abhigna) dan ke-tiga ilmu; para Pratyekabuddha maupun para Bodhisatva, tak mungkin tergelincir.

91. Dan kepada mereka yang lain, yang juga anak-anak-Ku kepada mereka dengan kiasan yang tepat ini, Ku tunjukkan kendaraan Buddha yang tunggal. Terimalah, kau kalian akan menjadi Jina.

92. Adalah sangat mulia dan indah; yang paling terpuja didunia, yaitu pengetahuan Para Buddha; yang paling tinggi diantara manusia; sesuatu yang mulia dan terpuja.

93. Kekuatan-kekuatan, samadhi, tingkat-tingkat kebebasan dan renungan diri yang telah dilakukan oleh ratusan keti orang, adalah kendaraan terpuji dimana putra-putra Buddha mendapat kebahagiaan tanpa henti.

94. Bermain-main dengan kendaraan itu dilakukan siang malam, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bermusim-musim, bertahun-tahun, berkalpa-kalpa, ya selama ribuan keti kalpa.

95. Inilah kendaraan yang indah daripada permata, dipergunakan oleh perbagai Bodhisatva dan Siswa yang mendengarkan Sugata untuk berjalan dan menginjak pintu gerbang Penerangan.

96. Ketahuilah Tishya (Sariputra) bahwa tak ada kendaraan kedua dimana saja terdapat didunia ini, kejurusan manapun kau mencari; terlepas daripada tujuan tertinggi diantara umat manusia.

97. Kalian adalah anak-anak-Ku, Aku adalah ayah kalian yang menghindarkan kalian dari sakit, dari Triloka, dari takut dan bahaya; sewaktu kalian terbakar selama banyak kalpa.

98. Ku-ajarkan ketenteraman terberkahi (Nirvana), meskipun kalian belum mencapai ketenteraman mutakhir; setidak-tidaknya kalian terlepas dari kerusakan pergolakan duniawi, bila kalian bertindak mencari kendaraan para Buddha.

99. Tiap Bodhisatva yang ada disini mengikuti aturan Buddha-Ku. Demikianlah kecakapan Jina membina Bodhisatva banyak.

100. Sewaktu mahluk-mahluk didunia ini menikmati kesenangan-kesenangan rendah dan hina, Sang Raja Dunia yang selalu bicara benar, menyatakan derita sebagai kesunyataan.

101. Kepada mereka yang tak sadarkan pikirannya terlalu sederhana untuk menemukan akar daripada derita itu Ku-buka jalannya : "Terbukanya kesadaran penuh; keinginan kuat adalah asal mula derita."

102. Usahakanlah selalu, tak terlekat, untuk menindas keinginan. Inilah Kesunyataan-Ku yang ketiga : Penindasan Keinginan. Inilah cara pelepasan yang tak dapat gagal.

103. Dan daripada apa mereka bebas, Sariputra ? Mereka bebas dari kekhayalan. Namun mereka belum bebas sepenuhnya; Sang Raja menyatakan mereka belum mencapai ketenteraman mutakhir di dunia ini.

104. Mengapa Ku-nyatakan seseorang telah terlepas sebelum mencapai Penerangan Sejati yang paling unggul ? karena demikianlah kehendak-Ku. Akulah penguasa Dharma yang dilahirkan di dunia ini untuk memimpin ke arah kebahagiaan.

105. Inilah, Sariputra, kata penutup Dharma-Ku yang sekarang; untuk yang terakhir Ku-nyatakan demi kebahagiaan dunia; meliputi juga dewa-dewanya. Siarkanlah perkara ini kesegenap penjuru.

106. Bilamana seseorang berkata kepadamu : "Ku-terima dengan gembira" dan menerima sutra ini dengan menghormatinya sungguh-sungguh, boleh kau anggap orang itu tak mungkin akan gagal.

107. Untuk percaya kepada Sutra ini, seseorang harus menjumpai para Tathagata yang lain, menghormat pada mereka dan mendengar Dharma seperti ini.

108. Untuk percaya kepada kata-Ku yang unggul, seseorang harus melihat Aku. Kau dan pesamuan bhiksu-bhiksu telah melihat semua Bodhisatva ini.

109. Sutra ini tepat untuk memecahkan persoalan kebodohan dan tak Ku-nyatakan sebelum Aku menembus pengetahuan sempurna. Sungguh; itu tak dalam kemampuan para siswa, begitu pula para Pratyekabuddha tak termasuk kedalamnya."

110. Tetapi kau, Sariputra, ada kemauan baik, demikian pula para siswa disini. Mereka akan berjalan menurut kepercayaan-Ku, meskipun masing-masing tak dapat memiliki pengetahuannya secara pribadi.

111. Namun, janganlah membicarakan persoalan ini kepada orang-orang yang sombong, yang congkak, maupun kepada para yogi yang tak menguasai diri; para dungu yang selalu mendambakan nafsu-nafsu kesenangan; dalam kebutaannya mereka dapat menghina Dharma yang sudah dinyatakan.

112. Dengarkanlah akibat ngeri bila seseorang menghina kecakapan-Ku dan ajaran-ajaran Buddha yang telah ditetapkan di dunia, bila seseorang dengan berkepala batu menghina kendaraan.

113. Dengarkanlah nasib mereka yang telah menghina Sutra seperti ini, baik selama hidup-Ku maupun setelah Ku mencapai Nirvana; ataupun mereka yang telah menghina para bhiksu.

114. Setelah musnah dari lingkungan manusia, mereka akan berdiam dalam neraka yang paling dalam (Avici) selama satu kalpa penuh dan kemudian mereka akan jatuh semakin dalam; orang-orang bodoh itu akan melewati kelahiran berulang-ulang selama banyak kalpa.'

115. Dan setelah mereka musnah dari lingkungan penghuni neraka, mereka selanjutnya akan turun dalam keadaan garang, sebagai anjing atau serigala dan menjadi sasaran permainan bagi orang lain.

116. Dalam keadaan demikian mereka menjadi berwarna hitam berbisul-bisul, diliputi penyakit, gatal-gatal, lebih lanjut tak berambut dan lemah; mereka semua yang menentang Penerangan-Ku yang unggul ini.'

117. Mereka selalu dipandang hina dilingkungan binatang; dilempar-lempari gumpalan tanah atau kena senjata, mereka menjerit-jerit; dimana-mana diperlakukan dengan tongkat dan badannya menjadi kurus karena lapar dan haus.

118. Kadang-kadang mereka menjelma menjadi onta atau keledai pengangkut beban, selalu dipukul dengan cambuk dan tongkat; mereka selalu memikirkan makan; demikianlah orang-orang bodoh yang menghina ajaran Buddha.

119. Pada waktu lain mereka menjadi serigala buruk, setelah buta dan timpang; mahluk-mahluk tak berdaya ini diganggu oleh anak-anak kampung yang melemparinya dengan gumpalan tanah atau barang lain.

120. Lagi, keluar dari tempat tersebut, orang-orang bodoh itu menjadi binatang-binatang yang badannya sebesar lima ratus yojana, berputar-putar kian kemari, tak bertenaga dan malas.

121. Mereka tidak berkaki dan merayap diatas perut; diganggu oleh berkoti-koti binatang lain adalah hukuman mereka yang menghina Sutra seperti ini.

122. Dan bilamana mereka mendapat tubuh manusia, mereka dilahirkan pincang, cacat, bongkok, bermata satu, buta, dungu dan hina; mereka tak ada kepercayaan terhadap Sutra-Ku.

123. Tak ada orang yang mendekat; bau busuk selalu keluar dari mulutnya; mahluk-mahluk halus yang jahat memasuki badan siapa yang tak percaya kepada Penerangan Sejati ini.

124. Miskin, harus melakukan pekerjaan kasar, selalu menjadi budak orang lain, lemah dan menjadi korban bermacam-macam penyakit; mereka di dunia tanpa ada yang melindungi.

125. Orang yang kebetulan menjadi majikannya, tak bersedi memberi upah banyak, dan apa yang diberikan cepat-cepat habis. Itulah hasilnya orang berdosa.

126. Obat-obatan baik yang disediakan oleh mereka yang mampu, dalam keadaan demikian bahkan akan menambah sakitnya dan penderitaannya tak habis-habis.

127. Ada yang melakukan pencurian, keributan, serangan atau tindak kejahatan; sedang yang lain menjadi perampok; hal-hal yang demikian menimpa setiap orang yang berdosa.

128. Tak pernah mereka melihat Raja Dunia, Raja diraja yang memerintah bumi, karena mereka ditakdirkan hidup pada waktu yang salah; mereka yang menghina ajaran Buddha dari-Ku.

129. Orang bodoh itupun tak mendengarkan ajaran; ia tuli dan tak berperasaan; ia tak akan mendapatkan ketenteraman karena menghina Penerangan ini.

130. Selama ratusan ribu koti kalpa, sama dengan jumlah pasir di sungai Gangga, ia akan tetap dungu dan lemah pikirannya, karena menghina Sutra ini.

131. Neraka adalah tempat kediamannya, tempat sial lingkungannya; ia selalu hidup diantara keledai, babi, serigala dan anjing.

132. Dan bila menjelma dalam badan manusia, ia akan buta, tuli, dungu, budak dari orang lain dan selalu miskin.

133. Penyakit-penyakit, ribuan luka dibadan, kudis, gatal-gatal, kurap, kusta, bisul dan bau busuk meliputi badannya.

134. Pandangannya gelap untuk dapat memperbedakan mana yang nyata. Kemarahan menguasai dirinya dan nafsunya sangat dahsyat; ia selalu menikmati rahim binatang.

135. Bila Ku-teruskan, Sariputra, selama se-kalpa penuh menyebut kebusukan orang yang menghina Sutra-Ku, tak akan habis-habis.

136. Dan karena Aku menyadarinya, Ku-perintahkan kau Sariputra, jangan kau uraikan Sutra seperti ini kepada orang-orang bodoh.

137. Tetapi mereka yang berakal sehat, terlatih, penuh perhatian, pandai dan terpelajar; yang mencari Penerangan mulia dan tertinggi; kepada mereka uraikanlah arti yang sesungguhnya.

138. Mereka yang telah melihat ribuan Buddha, telah menanam akar kebaikan tak terhitung banyaknya, dari menempuh niat yang teguh; kepada mereka uraikanlah arti yang sesungguhnya.

139. Mereka yang penuh semangat, telah lama memperkembangkan kemurahan hati, telah mengorbankan raga dan jiwanya; kepada mereka kau boleh menerangkan Sutra ini.

140. Mereka yang menunjukkan saling rasa cinta dan hormat; tidak berhubungan dengan orang-orang bodoh dan puas hidup dalam gua-gua dipegunungan; kepada mereka uraikan Sutra yang suci ini.

141. Bila kau jumpai putra-putra Buddha yang berhubungan dengan teman-teman bajik, menjauhi teman-teman jahat; jelaskan Sutra ini kepada mereka.

142. Putra-putra Buddha itu yang tak mengingkari sumpahnya kebaikan, adalah bagaikan batu mulia dan permata dan mengkhususkan diri untuk mempelajari Sutra-sutra besar.

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #9 on: 01 August 2009, 02:31:46 PM »

BAB IV
SASARAN YANG TEPAT

Pada saat itu Subhuti, Maha Katyayana, Maha Kasyapa dan Maha Maudgalyayana yang telah dilahirkan dengan kebijaksanaan, menjadi kagum serta dihinggapi perasaan gembira setelah mendengar dari Sang Buddha tentang hukum yang belum pernah diajarkan sebelumnya oleh Sang Buddha dan tentang Penerangan Agung dari Sariputra. Kemudian mereka bangkit dari tempat duduknya dan sambil mengatur pakaian, mereka menutup bahu kanan serta meletakkan lutut mereka diatas tanah mengkatupkan tangannya, membungkukkan badan dengan takzim dan memandang ke arah wajah Sang Buddha, mereka menyapa Sang Buddha dan berkata :

"Kami para ketua dari Viharawan-viharawan yang sudah tua dan sudah lanjut usia, beranggapan bahwa kami telah mencapai Nirvana sehingga tidak ada lagi yang bisa kami lakukan, oleh karenanya kami tidak mendesak untuk mencari Penerangan Agung. Sang Buddha telah lama mengkhotbahkan hukum dan selama itu pula kami duduk ditempat merasa badan kami lesu dan hanya berpikir tentang kehampaan, tentang Arupa dan yang tanpa arah. Tetapi sesuai dengan hukum-hukum Bodhisatva, contoh-contoh kegaiban, membersihkan kawasan kebuddhaan dan menyempurnakan semua mahluk, kami tidak dapat membayangkan sedikitpun adanya rasa bangga. Betapapun juga perasaan kami meluap-luap dengan penuh kegembiraan setelah mendengar sabda Sang Buddha bahwa para sravaka (siswa) telah mencapai Penerangan Agung. Betapa gembiranya hati kami dihadapan Sang Buddha karena memperoleh apa yang belum pernah kami alami. Secara tak terduga kami sekonyong-konyong mendengar hukum yang gaib ini. Kita merasa bangga mendapatkan mantra yang bermutu ini, tanpa mencarinya.

Yang Maha Agung Sang Buddha : " Perkenanakanlah kami sekarang berbicara dalam perumpamaan untuk menjelaskan maksud ini."
"Seperti seorang laki-laki yang pada masa mudanya meninggalkan ayahnya pergi. Lama ia tinggal di negeri-negeri lain selama 10,20, atau 50 tahun. Semakin ia menjadi tua, semakin banyak pula kebutuhannya. Ia mengembara ke segala penjuru untuk mencari sandang dan pangan sampai akhirnya ia mendekati tanah kelahirannya tanpa diduga-duga. Dari semula ayahnya mencari anak ini tetapi sia-sia belaka, sementara itu ia tinggal di suatu kota tertentu. Rumahnya menjadi sangat kaya raya, barang-barang dan harta bendanya sudah tak terhitung lagi, emas, perak, lapiz lazuli, kerang, ember, kristal dan permata-permata lain sehingga lumbung dan harta bendanya melimpah-limpah. Ia banyak mempunyai orang muda dan budak, pembantu dan pelayan serta memiliki banyak gajah, kuda, kereta, lembu dan domba yang tak terhingga jumlahnya. Penghasilan dan modal-modalnya tersebar di negeri-negeri lain, pedagang dan langganan-langganannya pun luar biasa banyaknya.

"Pada saat ini, si anak malang mengembara dari desa ke desa dan menjelajahi banyak negeri dan kota hingga akhirnya sampailah ia di kota dimana ayahnya tinggal. Sang ayah selalu memikirkan anaknya dan meskipun ia telah terpisah darinya selama 50 tahun, belum pernah ia membicarakan hal ini dengan orang lain. Ia selalu merenung sendiri tentang hal ini dan selalu menyimpan penyesalannya ini dalam hatinya. Dalam renungannya ia berpikir: "Saya sudah tua dan sudah lanjut usia, dan saya memiliki banyak kekayaan emas, perak, permata, lumbung serta harta benda yang melimpah-limpah, tetapi saya tidak berputera. Suatu hari nanti, akhir hayat saya akan tiba dan kekayaanku akan berceceran dan hilang karena tiada seorangpun yang mewarisinya." Demikianlah keadaan orang tua itu, dan bilamana ia teringat akan puteranya, pikiran ini datang lagi :

"Seandainya aku bisa mendapatkan anakku kembali dan memberikan kekayaanku kepadanya, betapa puas dan gembiranya hatiku tanpa adanya kekhawatiran lagi."

"Yang Maha Agung ! Sementara itu si anak malang bekerja di sana sini dan tanpa diduganya, sampailah ia di kediaman ayahnya. Sambil berdiri diambang pintu, ia melihat dari kejauhan ayahnya duduk disebuah kursi berbentuk singa dan kakinya diatas penunjang kaki yang bertatahkan manikam serta tubuhnya berhiaskan untaian mutiara yang berharga ratusan ribu, dipuja dan dikelilingi oleh para Brahmana, Kesatrya dan penduduk. Para pelayan dan bujang muda yang berselempang putih melayaninya dikanan kiri. Ia bertutupkan sehelai tirai yang indah yang digantungi rangkaian-rangkaian bunga. Bebauan yang harum semerbak diatas bumi, segala macam bunga-bunga yang mashur tersebar disekeliling dan benda-benda yang berharga diatur berderetan, beberapa diantaranya diterima dan yang lain ditolaknya. Demikianlah kemuliaan dan keagungan martabatnya.

Melihat ayahnya memiliki kekuasaan yang sedemikian besarnya, si anak malang itu tercekam oleh perasaan takut dan menyesal bahwa ia telah datang ke tempat ini, sehingga diam-diam ia berpikir :
"Tentunya ia seorang raja atau seorang keturunan raja dan ini bukanlah tempat bagi saya untuk bekerja. Lebih baik saya pergi kedusun-dusun yang kecil dimana ada tempat bagiku untuk bekerja dan dimana sandang dan pangan lebih mudah diperoleh. Jika saya berlama-lama disini, mungkin saya akan mengalami aniaya dan dipaksa bekerja."

Setelah berpikir demikian, ia segera pergi. Tetapi pada saat itu, orang tua yang duduk di kursi singanya telah mengenali anaknya pada pandangan pertama dan dengan kegembiraan yang luar biasa dalam hati, ia berpikir :

"Sekarang aku telah menemukan seseorang kepada siapa harta kekayaanku akan kuwariskan. Selalu aku pikirkan anakku ini tanpa dapat menemuinya, tetapi tiba-tiba ia telah datang sendiri dan rasa rinduku terobati. Meskipun telah lanjut usianya, aku tetap merindukannya." Dengan segera ia mengutus pembantu-pembantunya untuk mengejarnya dan membawanya kembali. Kemudian utusan-utusan itu bergegas menangkapnya. Si anak malang itu menjadi terkejut dan ketakutan dan dengan keras ia berteriak membantah : " Saya tidak menganggu kalian, mengapa saya harus ditangkap ?" Tetapi utusan-utusan itu bertindak lebih cepat lagi untuk menangkapnya dan memaksanya balik kembali. Kemudian anak malang itu berpikir dalam hatinya bahwa meskipun ia tidak bersalah namun ia akan dipenjarakan juga, hal ini pasti berarti kematiannya sehingga bertambah ngerilah hatinya dan akhirnya pingsanlah ia dan rubuh ketanah.

Ayahnya yang melihat dari kejauhan kemudian memerintahkan utusannya sambil berkata: "Tidak ada gunanya orang ini, jangan membawanya dengan paksa. Teteskan air dingin pada wajahnya agar ia sadar kembali dan jangan bicara apapun lagi padanya." Betapapun juga sang ayah mengetahui watak anaknya yang rendah diri dan menyadari kedudukannya sendiri yang seperti raja itu, telah menyebabkan kedukaan pada anaknya.
Meskipun demikian, ia semakin percaya bahwa anak ini adalah anaknya, tetapi dengan kebijaksanaan ia tidak mengatakan apapun pada orang lain bahwa anak ini adalah anaknya sejati. Salah seorang utusan itu berkata pada anak yang malang itu : "Sekarang engkau saya bebaskan. Pergilah kemana engkau suka." Anak yang malang itu menjadi gembira karena memperoleh apa yang tidak diharapkannya. Ia bangkit dari tanah dan pergi ke sebuah pedusunan yang miskin untuk mencari sandang dan pangan.

Kemudian orang tua yang ingin menarik hati anaknya itu, mulai mengatur suatu rencana. Dengan diam-diam, ia mengirimkan 2 orang yang kelihatannya sedih dan tidak berwibawa sambil berkata : " Kalian pergi dan kunjungilah tempat itu kemudian katakan dengan halus pada orang yang malang itu : ada tempat bagimu untuk bekerja disini dan engkau akan diberi upah lipat dua", jika orang itu menyetujui, bawalah ia kembali dan berilah ia pekerjaan. Dan jika ia bertanya tentang pekerjaan apa yang akan dikerjakannya, kemudian kalian boleh berkata kepadanya : "Kami memberimu pekerjaan untuk membersihkan tumpukan kotoran dan kita berdua juga akan senang bekerja bersamamu."

Kemudian kedua orang utusan itu berangkat mencari anak yang malang, dan setelah menemukannya, mereka mengatakan tentang asal usul diatas kepadanya. Kemudian setelah menerima uang muka, si anak malang itu bergabung bersama mereka membersihkan kotoran-kotoran. Ayahnya yang sedang memperhatikan anaknya itu, dicekam rasa haru dan kasihan kepadanya.

Pada suatu hari ia melihat dari kejauhan lewat jendela, perawakan anaknya yang ceking, kurus dan muram dikotori dan dinodai oleh tumpukan kotoran dan debu, kemudian ia menanggalkan untaian permatanya, pakaiannya yang lembut dan perhiasan-perhiasannya serta mengenakan kembali pakaian yang kasar, compang-camping serta kotor, lalu ia melumuri tubuhnya dengan debu dan mengambil sebuah panci debu ditangan kanannya serta dengan lagak yang tegas ia berkata : "Lanjutkan pekerjaan kalian, jangan bermalas-malasan." Dengan rencana yang demikian itu, ia mendekati anaknya dan berkata : "Wahai orangku, tinggallah dan bekerjalah disini, janganlah pergi kemana-mana lagi, akan aku naikkan upahmu dan apapun yang engkau perlukan, seperti mangkok, alat-alat masak, beras, gandum, garam dan cuka, janganlah ragu-ragu; kecuali itu kalau engkau membutuhkan, akan kuberimu seorang pelayan yang sudah tua."

"Tenangkanlah hatimu, anggaplah saya seperti ayahmu sendiri dan janganlah takut lagi. Betapapun juga saya sudah tua dan lanjut usia sedang engkau masih muda belia dan perkasa. Selama engkau bekerja, belum pernah engkau menipu, malas, marah ataupun menggerutu. Tidak pernah aku lihat engkau mempunyai sifat-sifat buruk semacam ini seperti pekerja-pekerja yang lain. Mulai saat ini dan seterusnya engkau akan aku anggap sebagai anakku sendiri yang kulupakan."

Kemudian orang tua itu memberinya nama baru dan memanggilnya seperti anaknya. Meskipun anak yang malang itu bersuka cita atas kejadian ini, tetapi masih juga ia berpikir tentang dirinya sebagai seorang buruh yang rendah, oleh karenanya ia melanjutkan pekerjaannya membersihkan kotoran selama 20 tahun dan sesudah waktu itu, timbullah rasa saling mempercayai diantara mereka sehingga ia dapat keluar masuk dengan leluasa, meskipun tempat kediamannya masih tetap di tempat semula.

"Kemudian orang tua itu jatuh sakit, dan menyadari bahwa sebentar lagi ajalnya akan tiba. Maka berkatalah ia kepada anak yang malang itu : "Sekarang aku memiliki emas, perak, dan benda-benda berharga yang bertumpuk-tumpuk dan lumbung serta harta kekayaan yang melimpah ruah. Aku ingin engkau mengetahui sampai hal yang sekecil-kecilnya ini dan jumlah dari harta yang masih harus diterima dan yang diberikan. Begitulah pikiranku. Setujukah engkau dengan keinginanku ini ? karena sekarang aku dan engkau adalah sejiwa. Perhatikanlah terus menerus sehingga tidak ada waktu yang terbuang."

Kemudian si anak malang itu menyetujui petunjuk dan perintahnya dan menjadi terbiasa dengan semua barang-barang itu emas, perak, benda-benda berharga dan begitu juga dengan lumbung dan kekayaan, tetapi tanpa adanya gagasan untuk mengharapkan menerima harta itu sedikitpun, sedangkan tempat tinggalnya masih tetap ditempat semula dan perasaan rendah dirinyapun masih tetap belum bisa ditinggalkannya.


Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #10 on: 01 August 2009, 02:32:42 PM »
"Sesudah beberapa waktu berselang, kembali ayahnya mengetahui bahwa pemikiran anaknya lambat laun sudah berkembang dan kemauannya pun tumbuh dengan baik dan dia mengetahui juga bahwa anaknya telah memandang rendah keadaan pemikirannya yang terdahulu. Karena mengetahui bahwa akhir hayatnya sudah dekat, ia memerintahkan anaknya datang dan pada saat yang sama ia mengumpulkan sanak keluarganya, para raja, para menteri, para kesatrya dan rakyat. Ketika mereka semua sudah berkumpul, kemudian ia menyapa mereka dan berkata : "Ketahuilah tuan-tuan sekalian bahwa inilah puteraku yang telah kulupakan." Sudah lebih 50 tahun lamanya sejak ia meninggalkan saya disuatu kota dan pergi untuk menanggung sepi dan derita. Namanya semula adalah si Anu dan nama saya sendiri ialah si Anu. Pada waktu itu, saya mencarinya dikota itu dengan penuh kesedihan dan saya menemuinya ditempat lain tanpa terduga dan saya mendapatkannya kembali. Ia betul-betul anakku dan saya betul-betul ayahnya. Sekarang seluruh harta kekayaan yang saya miliki, semuanya menjadi hak putera saya dan semua pengeluaran-pengeluaran dan penerimaan yang terdahulu seluruhnya sudah diketahui oleh anak ini.

Yang Maha Agung ! ketika anak yang malang itu mendengar kata-kata ayahnya ini, betapa besar kegembiraannya mendengar berita yang tidak diharapkannya itu dan karenanya berpikir : "Tanpa saya bersusah payah mencarinya, harta benda ini telah datang sendiri kepadaku."

Yang Maha Agung ! orang tua yang sangat kaya raya itu ialah Tathagata dan kita semua ialah sebagai putera-putera Buddha. Sang Tathagata selalu mengatakan bahwa kita adalah anak-anakNya.

Yang Maha Agung ! karena adanya tiga (3) penderitaan ditengah-tengah kelahiran dan kematian, maka kita telah menanggung segala macam penderitaan, diperdayakan, diabaikan dan diremehkan kasih kita.

Hari Sang Buddha telah membuat kita untuk merenungkan dan membersihkan kotoran dari segala pembicaraan-pembicaraan yang mengasyikkan tentang hukum-hukum yang tak berharga. Dalam hal ini kita harus tekun membuat kemajuan dan kita telah memperoleh pembayaran upah sehari bagi usaha kita untuk mencapai Nirvana. Karena memperoleh ini, kita benar-benar menjadi gembira dan puas, dengan berkata pada diri kita sendiri : "Untuk ketekunan dan kemajuan, yang telah kita terima adalah begitu besarnya." Tetapi Sang Buddha mengetahui sebelumnya bahwa batin kita masih terikat dengan keinginan-keinginan yang rendah dan menyukai hal-hal yang hina, maka Dia membiarkan kita melakukan cara kita sendiri dan Diapun tidak membeda-bedakan kita.

Dia bersabda : " Kalian akan menguasai kekayaan dari pengetahuan ilmu Sang Tathagata." Sang Buddha dengan kekuasaannya yang bijaksana, telah bersabda tentang kearifan Tathagata, dan meskipun kita hanya mengikuti Sang Buddha dan menerima upah sehari dari Nirvana, kite telah menganggapnya sebagai suatu keuntungan yang besar dan kita tidak pernah mencurahkan diri kita untuk mencari Kendaraan Agung. Kita juga telah menyatakan dan menerangkan tentang kebijaksanaan dari Sang Tathagata kepada Bodhisatva, tetapi tentang Kendaraan Agung ini, kita tidak pernah menginginkannya, karena betapapun juga, Sang Buddha mengetahui bahwa batin kita masih menyukai hal-hal yang hina dan dengan kebijaksanaanNya. Dia mengajak kita menurut kesanggupan kita, tetapi kita tidak menyadari bahwa kita adalah benar-benar putera-putera Buddha.

Sekarang kita telah menyadari bahwa Yang Maha Agung tidak sakit hati terhadap kebijaksanaan Sang Buddha. Karena dari dahulu kala, kita semua adalah putera-putera Buddha, hanya kita menyukai hal-hal yang hina. Kalau saja kita mempunyai jiwa yang menyukai keagungan, maka Sang Buddha akan berkhotbah kepada kita tentang Hukum Kendaraan Agung.

Didalam sutra ini, sekarang dia hanya berkhotbah tentang Satu Kendaraan dan meskipun dahulu ketika di hadapan Bodhisatva, Dia hanya berkhotbah dengan memandang rendah, tentang para sravaka yang menyukai hal-hal yang hias, tetapi nyatanya Dia telah memerintahkan mereka dalam Kendaraan Agung. Oleh karenanya kita berkata bahwa meskipun kita tidak mempunyai gagasan untuk mengharapkan hal itu, tetapi sekarang harta kekayaan yang besar dari Raja Hukum telah datang sendiri pada kita. Dan seperti itulah putera-putera Buddha akan memperoleh, dan kita semua telah mendapatkannya.

Kemudian Maha Kasyapa yang ingin menyampaikan lagi maksud-maksud ini, menyatakan dalam syair :

"Kita pada hari ini
telah mendengar sabda Sang Buddha
dan sangat berdebar-debar dengan kegembiraan
telah memperoleh ajaran-ajaran yang belum pernah ada
Sang Buddha mengatakan bahwa kita para sravaka
Akan menjadi Buddha
Kumpulan hartanya yang tiada tara
Kita telah terima tanpa mencarinya

Seperti halnya seorang pemuda
Belum dewasa dan pelalai
Yang meninggalkan ayahnya dan pergi
Ke tanah lain yang jauh
Mengembara kian kemari dibanyak negeri
Selama 50 tahun
Ayahnya dengan penuh kekhawatiran
Mencarinya ke segala penjuru
Jemu dengan pencariannya
Ia tinggal disuatu kota
Hari ini kita mendengar sabda Sang Buddha
Dengan penuh gairah dan kegembiraan
Telah memperoleh ajaran dari Sang Buddha
Yang sebelumnya belum pernah dibabarkan

Sang Buddha telah menyatakan
Bahwa kita para sravaka akan menjadi Buddha
Kumpulan harta yang tiada ternilai banyaknya
Telah kita terima tanpa kita mencarinya

Seperti halnya seorang anak muda
Yang belum dewasa dan pelupa
Yang pergi meninggalkan ayahandanya
Ketanah rantau yang jauh nun disana
Berkelana kian kemari dibanyak negeri
Selama lima puluh tahun lamanya

Ayahnya dengan penuh kekhawatiran
Telah mencarinya ke segala penjuru
Tanpa mengenal jemu dan putus asa

Akhirnya ayahandanya tinggal di sebuah kota
Membangun sebuah rumah yang besar mewah
Harta kekayaannya berlimpah-limpah
Emas, perak, batu-batu mulia dan mutiara
Segala ratna mutu manikam tiada ternilai

Binatang-binatang ternaknya banyak sekali
Gajah, kuda, lembu dan domba tiada terhitung
Memiliki banyak tandu, usungan dan kereta
Abdinya baik yang tua maupun yang muda
Rakyat semuanya menghormatinya

Modalnya tersebar sampai ke negeri lain
Pendapatannya mengalir terus menerus
Dari para pedagang yang menjadi langganannya
Yang terdapat dimana-mana disegala penjuru

Ribuan keti rakyat menyanjung memuliakannya
Bagaikan seorang raja ia dipuja dan dicintai
Para menteri dan para bangsawan menghormatinya
Tamunya dari segala negeri datang berkunjung

Demikian besar kekayaannya dan kekuasaannya
Namun usianya kian hari bertambah lanjut
Rasa duka terus bersemi dalam hatinya
Karena rindu kepada putranya yang hilang

Siang malam ia termenung mengenang putranya
Sementara itu kematian kian mendekat
Anaknya yang bodoh belum juga kembali
Dari kepergiannya sudah 50 tahun lebih

Apa yang akan kulakukan terhadap hartaku
Yang bertumpuk dalam gudang-gudangku ?
Yang jumlahnya tiada ternilai ?

Sementara itu si anak yang malang
Mengembara mencari pangan dan sandang
Dari kota ke kota dari satu negeri ke negeri lainnya
Kadang-kadang mendapatkan rejeki dan tidak
Keadaannya sangat lemah, kurus dan lapar
Badannya gatal penuh kudisan disana sini

Akhirnya si anak hilang lewat di kota
Tempat istana ayahnya yang berdiri megah
Si anak malang pergi kesana kemari
Mencari kerja namun tak berhasil

Si anak yang malang tegak berdiri
Di pintu gerbang rumah ayahandanya
Waktu itu ayahandanya sedang duduk
Dibalik pintu gerbang bertirai manikam
Duduk diatas singgasana singa
Dikelilingi oleh para pembantu utamanya
Yang senantiasa menjaganya sepanjang hari

Beberapa orang sedang sibuk menghitung
Emas, perak dan segala benda berharga
Yang lain menghitung keluar masuknya barang
Menulis dan mencatat surat-surat pinjaman

Si anak yang malang ketika melihat ayahnya
Ia merenung dan bertanya didalam hatinya
"Tentu ia seorang raja atau keturunan raja
mengapa aku sampai datang kemari ?"

kemudian ia berpikir dan berkata dalam hati
"Jika aku terlambat pergi dari tempat ini
aku pasti akan disuruh kerja paksa."
Setelah ia berpikir demikian ia lalu pergi
Ke perkampungan orang-orang miskin

Kesanalah ia pergi dan mencari kerja
Pada saat itu ayah si anak malang
Menyaksikan anaknya dari kejauhan
Dengan diam-diam ia mengenalnya

Segera ia mengutus seorang pembantunya
Untuk pergi menemui anaknya yang malang
Untuk dibujuk supaya dapat dibawa kembali
Namun si anak malang berteriak ketakutan
Kemudian ia jatuh pingsan, rubuh ke tanah

Dalam igauannya si anak yang malang berkata
"Orang-orang itu telah menangkap diriku
pasti mereka akan segera membunuhku."

Ayah dari anak yang malang itu mengetahui
Putranya begitu bodoh dan rendah diri
Tidak mau percaya bahwa orant tua itu ayahnya

Dengan menggunakan akal yang bijaksana
Kembali ia mengutus pembantu-pembantunya
Untuk menemui anaknya yang malang papa
Dikirimnya pembantunya yang cacat
Matanya tinggal satu, badannya pendek
Yang nampaknya sama sekali tak berwibawa

Dipesannya kepada orang yang diutusnya
Supaya ia mengajak si anak malang bekerja
Menjadi tukang membersihkan kotoran dan sampah
Akan diberi upah dua kali lipat banyaknya
Si anak malang mendengar ini hatinya gembira

Demikianlah si anak yang malang telah bekerja
Membersihkan rumah ayahandanya dibagian luar
Membersihkan kotoran dan sampah yang ada disana
Ayahnya lewat disampingnya
"Sungguh bodoh anakku," pikirnya dalam hati
ia sudah terbiasa dengan yang sederhana

Kemudian orang tua si anak malang
Mengganti pakaian kebesarannya yang mewah
Mengenakan pakaian compang camping
Diambilnya panci yang kotor lalu pergi
Menemui anaknya yang sangat dicintainya

Dengan cara ini ia berhasil mendekati anaknya
Disuruhnya anaknya supaya rajin bekerja
"Aku telah memutuskan untuk menaikkan gajimu."
Akan kuberikan minyak untuk kakimu
Akan kuberikan sandang pangan yang cukup
Demikian pula tikar yang tebal dan hangat


Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #11 on: 01 August 2009, 02:33:27 PM »
Kemudian tiba-tiba orang tua itu menghardik
"Sekarang lanjutkan pekerjaanmu."
Setelah menghardik orang tua itu berkata lembut
"Kau kuanggap sebagai anakku sendiri."

Dengan kebijaksanaannya ayah si anak malang
Akhirnya memperbolehkan si anak yang malang
Keluar masuk mengurus rumah tangganya
Hal ini telah berjalan selama 20 tahun

Si anak yang malang mendapat kepercayaan
Mengurus emas, perak, mutiara dan kristal
Mengatur keluar masuknya barang-barang
Sehingga akhirnya ia menjadi pandai
Tetapi si anak yang malang tetap memikirkan
Tentang dirinya yang miskin dan hina
Ia tetap bertempat tinggal di pondok
Meskipun tiap hari ia mengurus harta benda
Yang berharga yang tak ternilai harganya
Ia tetap berpikir : "Harta ini bukan milikku."

Pikiran anaknya terbaca oleh ayahandanya
Yang nampaknya kian lama kian berkembang
Sekarang ingin ia menyerahkan kekayaannya
Kepada anaknya yang sangat dicintainya

Orang tua itu mengumpulkan sanak keluarganya
Para pangeran dan para menteri, para kesatria
Juga dihadiri oleh banyak rakyatnya
Dalam pertemuan besar orang tua itu berkata :
"Ini adalah puteraku yang telah pergi
meninggalkan diriku 50 tahun lamanya

Sejak aku melihat puteraku telah kembali
Dua puluh tahun telah berselang
Yang telah dahulu menghilang di sebuah kota
Dalam pengembaraanku untuk mencarinya
Akhirnya aku tiba dikota ini

Sekarang semuanya sudah kumiliki
Harta kekayaan dan rakyat kuberikan
Dan anakku bebas menggunakannya sekehendaknya

Si anak yang malang ingat pada kemiskinannya
Sehingga ia kembali merasa rendah diri
Namun akhirnya ia merasa gembira
Memperoleh harta kekayaan yang demikian besarnya
Yang selam ini belum pernah diharap-harapkannya

Demikian pula halnya dengan Sang Buddha
Yang mengetahui bahwa kita masih terikat
Dengan segala hal-hal yang hina dina
Sebelumnya Sang Buddha tidak berkata "
"Kalian akan menjadi putra Buddha."

Tetapi Sang Buddha telah menyatakan
Bahwa kita telah mencapai kesucian dan kesempurnaan
Sebagai sravaka didalam Hinayana

Sang Buddha telah memerintahkan kepada kita
Mengkhotbahkan tentang Jalan Yang paling suci
Siapa melaksanakannya akan jadi pengikut Buddha

Demi Bodhisatva yang agung
Kita terima perintah Sang Buddha
Dengan berbagai alasan dan peribadatan
Dan dengan tidak begitu banyaknya pernyataan
Setelah mengkhotbahkan Jalan Yang Agung ini
Ketika putra-putra Buddha mendengar hukum ini
Siang dan malam merenungkannya dengan tekun
Dan dengan penuh semangat mengamalkannya
Kemudian Sang Buddha menyatakan kepada mereka
Bahwa mereka dalam generasi mendatang
Akan menjadi pengikut Sang Buddha

Hukum kepercayaan dari seluruh penganut Buddha
Hanya diuraikan kepada para Bodhisatva dengan penuh kenyataan
Bukan dijelaskan kepada kita
Kebenaran inilah yang telah dikhotbahkan
Persis seperti anak yang malang itu
Yang telah datang mendekati ayahandanya
Meskipun ia mengurus seluruh harta kekayaannya itu
Namun tiada keinginan untuk memilikinya

Demikian pula halnya dengan kita ini
Meskipun kita mengetahui harta kekayaan
Yang berupa Hukum yang diberikan Sang Buddha
Namun tidak keinginan untuk memilikinya
Seperti halnya dengan si anak yang malang

Dengan jalan mengekang hawa nafsu
Kita merasa telah mencapai kepuasan
Masalah ini hendaknya kita selesaikan
Sehingga tiada sisa lagi untuk dikerjakan

Jika kita telah mendengar
Tentang pensucian tanah-tanah Buddha
Dan penyempurnaan mahluk-mahluk hidup
Kita tidak akan merasa bahagia
Mengapa ?

Karena kita menyukai segala-galanya
Menyukai kehampaan, menyukai kelahiran
Tanpa kematian tiada yang besar
Tiada yang kecil tanpa salah dan cela
Merenungkan semuanya ini
Tiada terasa ada kebahagiaan
Meskipun hal inilah berjalan lama

Tiada merasa iri hati atau terikat
Terhadap kebijaksanaan Sang Buddha
Atau punya hasrat keinginan untukNya
Tetapi dengan memandang Hukum ini
Kita merasa telah mencapai kesempurnaan.

Kita dalam waktu yang lama
Melaksanakan hukum kehampaan ini
Memperoleh kebebasan dari Tribuana
Menderita segala macam kesengsaraan

Tinggal di tubuh yang sempurna
Di Nirvana dimana bentuknya masih ada
Karena diperintah oleh Sang Buddha
Kita merenung dan tanpa ragu lagi
Mencapai jalan itu

Karena itu kita seharusnya
Membalas kasihNya Sang Buddha
Meskipun kita demi putra-putra Buddha
Telah berkhotbah tentang Hukum Bodhisatva
Bahwa mereka harus mencari jalan Buddha

Tetapi kita dalam hubungan dengan hukum ini
Tidak pernah punya hasrat dan keinginan
Dan Guru kita melihat, membiarkan kita sendiri
Karena Dia telah menyelami pikiran kita
Sehingga pada mulanya Ia tidak membakar
Semangat kita supaya berkobar-kobar
Dengan bersabda tentang pahala yang besar

Begitu pula halnya dengan si orang tua
Yang menyadari sifat rendah diri anaknya
Dengan segala kebijaksanaannya
Ia membenarkan perasaan hati nuraninya
Untuk kemudian menyerahkan harta kekayaannya

Demikian pula halnya dengan Sang Buddha
Dalam menunjukkan keanehan-keanehannya
Mengetahui mereka masih menyukai hal-hal hina
Dan dengan kebijaksanaannya
Menujukkan perasaan mereka

Ia memerintahkan mereka dengan kebijaksanaan
Dengan menyatakan bahwa hari ini kita memperoleh
Sesuatu yang sebelumnya belum pernah kita miliki
Yang tidak pernah kita cari

Sekarang kita telah memperolehnya
Yang sebelumnya belum pernah kita duga
Seperti halnya si anak yang malang
Yang memperoleh harta kekayaan begitu banyaknya

O, Yang Maha Agung
Sekarang kita telah mendapatkan jalan
Bahkan kita telah menerima hasil pahala
Didalam Hukum yang Sempurna ini
Kita mendapatkan pandangan yang terang

Kita sudah begitu lama memelihara
Perintah suci dari Sang Buddha
Hari ini untuk pertama kalinya
Kita memperoleh buah dan pahalanya

Didalam hukum dari Raja Hukum Kesunyataan
Karena telah lama menjalankan perbuatan mulia
Sekarang kita telah mencapai kesempurnaan
Memetik buah hasil yang tiada bandingannya

Sekarang kita benar-benar sebagai pendengar
Yaitu ajaran-ajaran itu yang didengar mahluk-mahluk
Ajaran dari Jalan Sang Buddha

Kita sekarang benar-benar seorang Arahat
Yang ada diseluruh dunia yang oleh dewa-dewa
Orang-orang dan Brahma dianggap sebagai sesembahan agung

Sang Buddha dengan kasihNya yang agung
Dengan segala keanehannya mengasihi kita
Perintahnya telah menguntungkan kita

Lewat koti kalpa yang tak terhitung
Siapa yang akan mampu membalasnya
Bersujud dengan berlutut
Menyembah dengan menundukkan kepala
Atau memikulnya diatas pundaknya
Lewat kalpa bak pasir disungai Gangga
Atas pemujaannya dengan sepenuh hati

Atau dengan makanan yang lezat
Atau dengan pakaian yang mahal harganya
Dan segala bentuk dari balai-balai
Atau dengan berbagai macam hiburan
Dengan kepala lembu dari kayu cendana
Dan dengan segala macam permata

Membangun stupa dan sanggar pemujaan
Atau menilami bumi dengan kain indah
Dengan semuanya ini kita menghormatinya

Melalui kalpa ibarat pasir di Sungai Gangga
Masih tiada seorangpun dapat membalasnya

Buddha mempunyai kemujijadan yang gaib
Yang muncul bersama-sama demikian besarnya
Yang tiada batasnya, tak dapat disadari
Kekuasaannya yang sangat agung
Mereka sangat sempurna tiada cela
Sang Raja Hukum yang mampu memikirkan
Segala bentuk pikiran yang rendah

Bagi orang yang masih awam
Yang masih terikat dengan keduniawian
Harus menunggu dengan sabar

Dikhotbahkannya khotbah yang sesuai
Dengan kemampuan penganut Buddha
Untuk mencapai kekuasaan yang agung
Mengetahui seluruh mahluk hidup
Dengan beraneka ragam keinginannya
Kesenangan dan kekuasaannya
Ini sesuai dengan kemampuan mereka

Dengan mengambil banyak perumpamaan
Mereka mengkhotbahkan Hukum ini
Sesuai dengan kemampuan mahluk-mahluk hidup
Yang dahulu kala telah menanam
Akar dari perbuatan-perbuatan baik

Penganut-penganut Buddha mengetahui
Yang dewasa dan yang belum dewasa
Dan memeliharanya satu demi satu
Membedakannya dan memahaminya
Dalam satu Yana yang sesuai
Mereka berkhotbah tentang pohon itu.

Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #12 on: 01 August 2009, 02:36:04 PM »

BAB V
PERBANDINGAN DENGAN TANAMAN

Pada saat itu Yang Maha Agung menyapa Sang Maha Kasyapa dan para pengikut agung lainnya : “Baik ! Baik ! Kasyapa, Engkau telah memaklumkan dengan baik tentang jasa-jasa yang nyata dari Sang Tathagata. Memang demikianlah adanya seperti apa yang telah engkau katakan. Lagi pula Sang Tathagata mempunyai jasa-jasa yang maha besar, tak terbatas dan tak terhitung yang seandainya engkau membicarakannya selama berkoti-koti kalpa yang tak terbatas, maka tiada engkau akan bisa menyatakannya dengan sepenuh-penuhnya.

Ketahuilah, Kasyapa ! Sang Tathagata itu ialah Raja dari Hukum Kesunyataan. Apapun juga yang Beliau nyatakan itu semuanya tiada yang salah. Beliau mengajarkan semua hukum-hukum kesunyataan itu dengan arif dan penuh kebijaksanaan. Hukum Kesunyataan yang Beliau khotbahkan semuanya menjurus ke tingkat pengetahuan agung. Sang Tathagata melihat dan mengetahui apa yang baik dari semua hukum-hukum itu dan mengetahui juga apa yang sedang dilakukan oleh para mahluk jauh dalam hati mereka; Beliau dapat mengetahuinya tanpa mengalami hambatan. Lebih-lebih lagi, Beliau memiliki pengertian yang mendalam tentang semua hukum kesunyataan dan Beliau mengajarkan kepada seluruh mahluk hidup tentang kebijaksanaan dari pengetahuan agung ( ilmu supaya menjadi Maha Mengetahui).

“Kasyapa ! Bayangkanlah, jika didalam jutaan dunia sedang tumbuh tanam-tanaman, pepohonan, semak-semak, hutan-hutan dan akar-akaran dari bermacam-macam jenis dengan nama dan warna yang berbeda-beda, diatas gunung-gunung, disepanjang sungai dan tebing-tebing, dilembah-lembah dan didaratan-daratan. Awan yang tebal tersebar luas dimana-mana dan melingkupi seluruh jutaan dunia dan mencurahkan hujannya secara merata dan serentak. Kebasahannya pada umumnya menyuburkan tanam-tanaman, pepohonan, semak-semak, hutan-hutan, dan akar-akaran dengan akar-akar mereka yang kecil, batang-batang yang kecil, ranting-ranting yang kecil dan daun-daun yang kecil. Akar-akar mereka yang berukuran sedang, batang-batang yang sedang, ranting-ranting yang sedang, daun-daun yang sedang, akar-akar mereka yang besar, batang-batang yang besar, ranting-ranting yang besar, daun-daun yang besar, setiap pohon-pohonan yang besar maupun yang kecil, menurut kapasitasnya yang tinggi, tengahan ataupun yang rendah, menerima bagiannya masing-masing.

Dari hujan yang berasal dari satu awan, masing-masing menurut jenisnya sendiri yang memperoleh perkembangan alaminya, berkembang dan berbuah. Meskipun dihasilkan diatas sebidang tanah yang sama dan dibasahi dengan hujan yang sama pula, tetapi tanam-tanaman ini semuanya berbeda.

“Ketahuilah, Kasyapa ! Sang Tathagata juga seperti hal ini; Beliau muncul di dunia seperti timbulnya awan tebal itu. Secara universil, Beliau memancarkan seruan agungnya ke seluruh dunia para dewa dan manusia serta asura, seperti halnya awan tebal tadi yang dimana-mana menutupi jutaan dunia. Didalam pesamuan agung Beliau mengatakan hal-hal ini : “Aku adalah Sang Tathagata, Yang Maha Mulia, Maha Bijaksana, Yang Telah Mencapai Penerangan Agung, Yang Telah Mencapai Kebebasan Yang Sempurna, Maha Tahu Tentang Dunia, Pemimpin Yang Tiada Bandingnya, Maha Pengatur, Guru dari Para Dewa dan Manusia, Sang Buddha Yang Maha Agung. Mereka yang belum selamat, Akulah yang menyelamatkan; mereka yang belum bebas dari belenggu, Akulah yang membebaskan; dan mereka yang belum terhibur, akan terhibur; serta mereka yang belum mencapai Nirvana, akan mencapai Nirvana. Aku tahu benar keadaan dunia sekarang ini dan dunia yang mendatang seperti keadaan senyatanya.

Aku Maha Tahu, Maha Melihat, Maha Mengetahui Tentang Jalan, Pembuka Jalan itu, Pengkhotbah Jalan itu. Datanglah kepadaKu, kalian semua para dewa, manusia dan asura untuk mendengarkan Hukum Kesunyataan ini.” Pada saat itu beribu-ribu koti yang tak terhitung dari segala tingkatan mahluk mendatangi Sang Buddha untuk mendengar Hukum Kesunyataan itu. Kemudian Sang Tathagata yang mengetahui tentang kekuatan alami dari para mahluk ini, yang cerdas maupun yang bodoh, bersemangat atau tidak, maka sesuai dengan kemampuan mereka ini, Beliau mengkhotbahkan Hukum itu kepada mereka dengan cara yang bermacam-macam dan berbeda-beda, dan hal ini menyebabkan mereka sangat bergembira dan berbahagia karena memperoleh keuntungan yang besar itu. Seluruh mahluk-mahluk hidup itu, setelah mereka mendengarkan hukum ini semuanya merasa terhibur dalam hidupnya yang sekarang dan sesudahnya akan terlahir dalam keadaan gembira dalam kesunyataan dan dalam mendengarkan Hukum Kesunyataan. Sesudah mendengar tentang hukum kesunyataan itu, mereka terbebaskan dari segala halangan-halangan dan sesuai dengan kemampuan mereka dalam semua hukum-hukum itu maka lambat laun mereka memasuki Jalan Agung.

“Seperti halnya dengan awan yang tebal itu, yang menurunkan hujannya kepada segala tanaman, tumbuh-tumbuhan, semak-semak, hutan-hutan, akar-akaran dan sesuai kehendak alamiah, hujan itu dengan sempurna menyuburkan benih-benih sehingga masing-masing tumbuh dan berkembang.

Mempunyai satu corak dan satu dasar yaitu kebebasan yang sempurna, kebebasan dari segala belenggu, kemusnahan dan akhirnya pencapaian tingkat Maha Mengetahui. Seandainya ada mahluk hidup yang mendengar tentang hukum dari Sang Tathagata kemudian memelihara, membaca, menghafalkan serta menjalankannya seperti apa yang telah dikhotbahkan oleh Beliau, maka hasil-hasil usaha mereka itu tidak akan dapat membawa mereka ke suatu pemahaman tentang hakekat-hakekat mereka sendiri.

Karena betapapun juga hanyalah Sang Tathagata yang mengetahui dengan baik tentang benih, bentuk, pengejawantahan dan hakekat dari seluruh mahluk-mahluk hidup ini, hal apa yang sedang mereka bayangkan, hal-hal apa yang sedang mereka pikirkan, hal-hal apa yang sedang mereka lakukan, bagaimana mereka membayangkannya, bagaimana mereka memikirkannya, bagaimana mereka menjalankannya, dengan hukum apa mereka membayangkan, dengan hukum apa mereka memikirkan, dengan hukum apa mereka melaksanakan, dan dengan hukum apa mereka mencapainya.

Hanyalah Sang Tathagata yang benar-benar mengerti dengan jelas dan tanpa rintangan tentang tingkatan-tingkatan dimana segala mahluk hidup itu sedang berada; seperti halnya dengan tanaman-tanaman tadi, pohon-pohonan, semak-semak, hutan-hutan, akar-akaran, dan orang lain tidak mengetahui sifat-sifat mereka sendiri yang luhur, sedang atau rendah.


Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #13 on: 01 August 2009, 02:36:49 PM »
Sang Tathagata mengetahui kelompok hukum yang hakiki yaitu kebebasan yang sempurna, kebebasan dari segala ikatan, kemusnahan, nirvana akhir dari ketenangan abadi, tiada akan tumimbal lahir lagi di dunia fana ini. Sang Buddha yang mengetahui dan melihat watak dari semua mahluk-mahluk itu, maka Beliau membantu dan melindungi mereka. Karena alasan inilah maka Beliau tidak menerangkan dengan segera tentang Kebijaksanaan Agung Yang Sempurna.

Kasyapa ! dan kalian semua ! alangkah anehnya jika kalian semua dapat memahami Hukum yang dikhotbahkan oleh Sang Tathagata yang Beliau rasa sesuai dan mampu mempercayai serta menerimanya. Karena Hukum yang dikhotbahkan oleh para Buddha yang Maha Agung yang mereka anggap sesuai dengan kenyataannya adalah sulit dipercaya dan sukar dipahami.”

Pada saat itu Sang Buddha menyatakan ajaran ini kembali dalam syair:

Sang Raja Hukum Kesunyataan muncul di dunia
Menghancurkan segala bentuk perwujudan
Beliau mengkhotbahkan Hukum Kesunyataan
Dengan cara yang berbeda-beda

Beliau adalah Sang Tathagata yang maha mulia
Yang mengatasi semua kebijaksanaan
Sudah sekian lama sudah beliau merahasiakan
Kebenaran yang mutlak dan yang hakiki ini
Tidak berusaha untuk menjelaskannya segera

Bila para bijaksana mendengarnya
Dapat menyakini dan menghayatinya
Maka keraguan dan ketidak percayaan
Akan segera lenyap sirna dari hatinya

Oleh karena itu O’Kasyapa
Sesuai dengan daya kekuatan
Aku akan berkhotbah kepada mereka
Dengan berbagai cara dan metode
Untuk membawa mereka kepandangan benar

Ketahuilah O’Kasyapa
Bagaikan awan tebal di atas bumi
Meliputi alam semesta ini
Awan yang berfaedah penuh dengan kelembutan
Cahaya kilat memancar terang menyilaukan
Suara guntur menggeletar di kejauhan
Membawa kegembiraan dan ketenangan
Sinar matahari diselubungi awan
Sehingga bumi menjadi sejuk dingin
Awan kian merendah dan merata
Seakan-akan dapat diambil dan dikumpulkan
Menurunkan hujan secara merata dimana-mana
Turun disegala belahan bumi mengalir
Dan menumpahkan airnya disemua kawasan
Menyuburkan seluruh bumi pertiwi

Tumbuhlah lalu diatas pegunungan
Disepanjang tepi sungai ditebing curam
Segala tanaman, pepohonan dan tetumbuhan
Pepohonan yang besar dan yang kecil
Pohon padi yang buahnya menguning keemasan
Tanaman tebu dan anggur tumbuh subur
Disebabkan karena curahan hujan
Yang memberikan hasil melimpah

Dari air hujan yang tercurah dari awan
Tetanaman, pepohonan, semak belukar dan hutan
Semuanya menerima kebasahan menurut kebutuhan
Demikian pula seluruh pepohonan yang tinggi
Yang sedang maupun yang rendah menerima air
Sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan

Semuanya menjadi tumbuh berkembang
Akar, batang, dahan dan daun tumbuh subur
Berbunga dan berbuah dalam warna gemilang
Ini semua berkat manfaat dari air hujan
Semuanya menjadi segar dan berkilauan

Seperti halnya dengan tubuhnya
Bentuknya dan sifat-sifatnya terbagi-bagi
Dalam bentuk yang besar dan yang kecil
Demikian pula halnya dengan hujan
Yang menyuburkan padi meskipun satu dan sama
Namun membuat masing-masing berkembang

Sang Buddhapun dengan sikap serupa
Muncul di dunia ibarat awan bergumpal dilangit
Yang meliputi seluruhnya, tanpa kecualinya

Dan setelah Sang Buddha dating di dunia
Demi untuk kepentingan seluruh mahluk hidup
Mengumumkan dan memaklumkan kenyataan
Dari semua hokum kesunyataan yang ada

Sang Buddha Yang Maha Suci
Diantara para dewa dan manusia
Dan diantara seluruh mahluk lainnya
Memaklumkan Hukum ini dengan bersabda
“Aku Sang Tathagata yang maha mulia
Diantara para manusia dating kedunia ini
Bagaikan gumpalan awan yang tebal
Mencurahkan kesuburan kepada semuanya
Mahluk-mahluk yang mengalami kekeringan
Membebaskan mereka semua dari kesengsaraan
Untuk kemudian mencapai kebahagiaan dan kedamaian
Gembira didunia dan gemerlapan di Nirvana

Para dewa dan manusia dengan sepenuh hati
Semuanya mendengarkan Aku
Datanglah kalian kemari dan saksikanlah
Yang Maha Mulia yang tiada taranya
Akulah Yang Maha Agung yang tiada bandingannya
Untuk memberikan kedamaian pada seluruh mahluk
Aku dating didunia untuk mengkhotbahkan
Hukum Kesunyataan yang suci ini pada kalian
Yang bagaikan embun yang bening hening
Satu-satunya Hukum Kesunyataan yang menuntun kita
Untuk mencapai kebebasan Nirvana

Dengan suara yang tiada bandingannya
Aku umumkan hakekat dari Hukum
Kesunyataan ini
Dengan tiada henti-hentinya mengambil kendaraan besar
Sebagai pokok dari ajaran yang akan diberikan
Aku memandang seluruh mahluk hidup
Dimana-mana dengan mata yang sama
Tanpa membeda-bedakan seseorang
Tanpa menyayangi ataupun menbencinya


Offline Triyana2009

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 756
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
Re: Saddharma Pundarika Sutra (Terjemahan Indonesia Lengkap)
« Reply #14 on: 01 August 2009, 02:37:30 PM »
Karena aku tidak mempunyai kegemaran
Atau watak yang pilih kasih pada siapapun
Aku khotbahkan Hukum ini dengan adil
Begitu Aku berkhotbah untuk satu orang
Begitu Aku berkhotbah untuk banyak orang
Dengan terus continue Aku umumkan kemana-mana
Hukum Kesunyataan ini tanpa dipengaruhi
Oleh perasaan apapun yang tersirat dihatiku

Waktu pergi dan datang, duduk dan berdiri
Aku tidak pernah merasa letih dan lelah
Ibarat curahan hujan mengenangi bumi
Yang telah menyuburkan jagat raya ini

Mereka yang berwatak agung
Adalah sebagai Pemelihara Hukum Kesunyataan ini
Dan mereka yang berwatak buruk
Sebagai Perusak Hukum Kesunyataan ini
Demikian pula kepada yang cerdas dan yang bodoh
Dengan perasaan yang sama Aku mencurahkan
Hujan Hukum Kesunyataan ini tanpa merasa lelah

Seluruh mahluk-mahluk hidup
Setelah mendengar Hukum KesunyataanKu
Sesuai dengan daya pikiran mereka
Menemukan kembali kediamannya dibeberapa tempat
Sebagai hidup merana diantara para dewa
Atau diantara manusia atau para raja-raja
Pemutar Roda Dharma atau Sakra, para Brahma
Dan para raja-raja yang lainnya

Semuanya ibarat pohon obat-obatan kecil
Mereka semua memahami hokum yang sempurna ini
Yang dapat mengantarkannya sampai Nirvana
Yang dapat mengolah dan membina kemampuannya
Yang tidak dapat dilukiskan
Memperoleh tiga pandangan kesunyataan

Mereka yang tinggal dihutan sendirian
Yang selalu tekun melaksanakan Samadhi
Dan memperoleh tingkat Pratyeka Buddha
Semuanya ini ibarat seperti tanaman obat
Yang bentuknya lebih besar
Mereka yang mencari Kesempurnaan Buddha
Dengan ketetapan hati bertekad;
“Kita akan menjadi Buddha”

Mereka yang melaksanakan kegiatan dan meditasi
Diibaratkan sebagai tanaman obat yang terbesar
Mereka ini adalah putra-putra Buddha
Yang dengan tulus berjalan di jalan Sang Buddha
Senantiasa menjalankan kasih sayang
Meyakinkan diri bahwa mereka akan menjadi Buddha
Dengan pasti dan yakin tanpa ragu-ragu
Semuanya ini diibarat sebagai semak-semak
Mereka yang dengan teguh berdiam didalam kemampunannya
Yang sama sekali tidak dapat digambarkan

Yang Memutar Roda Dharma yang selalu maju
Yang menyelamatkan beratus ribu koti
Mahluk yang tiada terbatas banyaknya
Bodhisatva semacam ini diibaratkan pepohonan

Khotbah Sang Buddha yang merata tersebar
Diibaratkan sebagai hujan namun para mahluk
Sesuai dengan kemampuannya dan alaminya
Menerimanya secara berbeda-beda
Seperti halnya tetanaman dan pepohonan
Masing-masing menerimanya berbeda-beda

Sang Buddha dalam perumpamaan ini
Dengan bijaksana mengajarkannya
Dengan berbagai macam pernyataan
Memaklumkan Hukum Kesunyataan itu
Tetap dari kebijaksanaan Sang Buddha
Bagaikan satu titik didalam samudra
Aku curahkan hujan Hukum Kesunyataan

Yang mengisi seluruh alam semesta
Satu hokum yang hakiki dan mutlak
Hendaknya dilaksanakan sesuai kemampuan

Seperti halnya dengan semak-semak
Hutan-hutan, tumbuhan obat dan pepohonan
Menurut ukuran mereka masing-masing
Berkembang dengan suburnya

Hukum dari para Buddha senantiasa Esa Hakiki
Menyebabkan seluruh dunia mendapatkan
Kesejahteraan yang sempurna yang lambat laun
Berkat pengetahuannya
Seluruhnya nanti akan mencapai Jalan Kebahagiaan

Para Sravaka dan Pratyeka Buddha
Yang berdiam di hutan belantara
Semuanya dalam penitisan terakhir
Karena mendengar Hukum Kesunyataan ini
Akhirnya mereka mencapai kebahagiaan

Semuanya ini diibaratkan sebagai tetumbuhan obat
Yang masing-masing mengalami pertumbuhan
Seperti halnya dengan para Bodhisatva Yang Bijaksana
Telah dapat menembus Tribuana
Mencari kendaraan yang maha agung
Yang semuanya ini diibaratkan sebagai semak-semak
Yang pertumbuhannya semakin baik dan subur

Mereka yang menjalankan meditasi
Memperoleh kekuatan yang tak terbayangkan
Mereka yang mendengarkan ajaran tentang kehampaan
Sangat bergembira didalam hati mereka
Memancarkan cahaya-cahaya yang tak terbatas
Menyelamatkan seluruh mahluk hidup
Semuanya ini diibaratkan sebagai pepohonan
Yang pertumbuhannya semakin meningkat

Seperti inilah O’Kasyapa
Hukum yang telah dikhotbahkan Sang Buddha
Ibarat gumpalan awan tebal yang mencurahkan
Hujan yang mempunyai jenis yang sama
Memperkaya manusia dan bunga-bungaan
Sehingga masing-masing berbuah

Ketahuilah O’Kasyapa
Dengan berbagai kiasan dan perumpamaan
Aku ajarkan Jalan Sang Buddha
Inilah caraku yang penuh kebijaksanaan
Para Buddhapun pada berbuat sama
Seperti apa yang telah kukatakan pada kalian
Adalah kebenaran yang sangat sempurna

Seluruh Sravaka belum mencapai Nirvana
Jalan yang Engkau lalui Jalan Bodhisatva
Dengan mempelajarinya dengan terus-menerus
Dan mengamalkannya dengan tekun
Kalian semua akan menjadi Buddha.

 

anything