//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sutra Bakti (II)  (Read 50707 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #30 on: 05 June 2009, 10:19:03 AM »
Silahkan saja, tapi sangat disayangkan kenapa kalau ada yang asli tapi yang palsu malah lebih terkenal dan dicetak terus, sungguh menggenaskan, nanti lama2 tripitaka pun akan hilang diganti tripitaka2 palsu yang lebih poluler dengan ditambah2kan isinya ;D
yup, setuju brow..
Tp mksdnya salah kamar, seharusnya di bagian studi sutta/sutra...
Gw setuju jg kalo ini bisa menjadi informasi yang sangat penting, karena untuk memberikan penjelasan yang sebenarnya...
Ato gini aja brow, kita cetak buku tandingan bwt sutra bhakti yg beredar selama ini?
tapi susah jg, yg versi bajakan udh beredar sangat lama dan sangat banyak....
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #31 on: 05 June 2009, 10:19:45 AM »
mirip The gospel of Mary itu yah yang dimusnahkan ama K en diganti versi mereka...hihihihi...
:o :o :o di K jg ada versi beginian jg brow?
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #32 on: 05 June 2009, 10:23:40 AM »
Silahkan saja, tapi sangat disayangkan kenapa kalau ada yang asli tapi yang palsu malah lebih terkenal dan dicetak terus, sungguh menggenaskan, nanti lama2 tripitaka pun akan hilang diganti tripitaka2 palsu yang lebih poluler dengan ditambah2kan isinya ;D
yup, setuju brow..
Tp mksdnya salah kamar, seharusnya di bagian studi sutta/sutra...
Gw setuju jg kalo ini bisa menjadi informasi yang sangat penting, karena untuk memberikan penjelasan yang sebenarnya...
Ato gini aja brow, kita cetak buku tandingan bwt sutra bhakti yg beredar selama ini?
tapi susah jg, yg versi bajakan udh beredar sangat lama dan sangat banyak....
Itu maksud yang inign saya katakan, bahkan sampai ada filmnya dan itu versi bajakan lho ;D

Intinya apakan dalam buddhis di perbolehkan memberikan informasi yang tidak benar? walaupun arti kata itu tidak ada yang salah dan bertentangan tetap saja itu adalah pembenaran lho, itu pembodohan, dan orang2 yang menyalin sutra itu bukankah telah di bodohi juga?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #33 on: 05 June 2009, 10:30:22 AM »
ato yg membajak tersebut sebenernya kga tau jg kalo itu versi bajakan?
ato yg menggembar-gemborkan sutra versi bajakan tersebut lebih kga tau lg klo itu bajakan?
ato karena udh kga tau versi bajakan, umat pun pas baca sutra bajakan tersebut, cma manggut2 aja menjadi bagian dlm rantai pembajakan sutra ini?
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #34 on: 05 June 2009, 10:33:35 AM »
ato yg membajak tersebut sebenernya kga tau jg kalo itu versi bajakan?
ato yg menggembar-gemborkan sutra versi bajakan tersebut lebih kga tau lg klo itu bajakan?
ato karena udh kga tau versi bajakan, umat pun pas baca sutra bajakan tersebut, cma manggut2 aja menjadi bagian dlm rantai pembajakan sutra ini?
Ato mahayana hanya ingin memuaskan umatnya?
ato mahayana tidak mau tahu hal ini?
ato mahayana ....................
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #35 on: 05 June 2009, 10:39:45 AM »
^
^

kalau versi yang bajakan lebih bagus dari asli-nya.
gimana donk? hehehe...
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline naviscope

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.084
  • Reputasi: 48
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #36 on: 05 June 2009, 10:43:51 AM »
kalau tidak ada yang menyalin ato menyebarkan sutra
sutra itu jadi kurang dikenal orang dan terakhir alih alih dilupakan oleh orang

inti-nya itu sech
Tinggalkan masa lalu, lepaskan beban akan masa depan, tidak terikat dengan yang sekarang maka kamu akan merasakan kedamain batin.

Leave the past alone, do not worry about the future, do not cling to the present and you will achieve calm.

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #37 on: 05 June 2009, 11:08:50 AM »
Ato mahayana hanya ingin memuaskan umatnya?
ato mahayana tidak mau tahu hal ini?
ato mahayana ....................

walaupun gw kga tau, tp klo subjeknya mahayana,ini udah termasuk judgemental..
paradigma bahwa manayana begini, mahayana begitu...
padahal yg berbuat hanya "oknum"...

devadatta aja yg hidup pada masa Buddha Gotama dan mendapat bimbingan langsung aja masih bisa terjerumus ke neraka avicci...Kalo kyk gtu, yg slh ajarannya, Sang Buddha yang kga bisa bimbing, ato gmn? ;D
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #38 on: 05 June 2009, 11:15:28 AM »
Ato mahayana hanya ingin memuaskan umatnya?
ato mahayana tidak mau tahu hal ini?
ato mahayana ....................

walaupun gw kga tau, tp klo subjeknya mahayana,ini udah termasuk judgemental..
paradigma bahwa manayana begini, mahayana begitu...
padahal yg berbuat hanya "oknum"...

devadatta aja yg hidup pada masa Buddha Gotama dan mendapat bimbingan langsung aja masih bisa terjerumus ke neraka avicci...Kalo kyk gtu, yg slh ajarannya, Sang Buddha yang kga bisa bimbing, ato gmn? ;D
Karena nampak dipermukaan di mahayana lebih berkembang sutra ini, bukan di theravada keknya.

Mau tanya juga, kalau berbohong memakai nama Buddha boleh yak?

Apakah orang yang menyalin sutra ini akan mendapatkan apa yang dijanjikan oleh sutra ini, atau malah menjerumuskan kedalam neraka (karena telah meneruskan kebohongan terus)?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #39 on: 05 June 2009, 11:26:42 AM »
bajakan selalu menarik sih...
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #40 on: 05 June 2009, 11:35:46 AM »
Jika kita jujur, apakah baik Theravada maupun Mahayana dapat menjamin 100% semua sutta/sutra yang yang ada dalam kumpulan Tripitaka/Tipitaka adalah otentik. Kenyataannya usaha untuk memilah-milah mana sutra/sutta yang otentik mana yang tidak bukankah seringkali hanyalah kerja intelektual belaka.

Dalam Theravada sendiri muncul pada sebagian penganutnya pandangan yang tidak mengijinkan untuk mempertanyakan keaslian sutta-sutta dalam kumpulan Tipitaka? Bukankah pandangan ini menolak bahwa jika seorang dengan sewenang2 menggunakan logika memilah-milah sutta mana yang asli dan palsu dianggap sebagai hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan? Bukankah kemudian dianjurkan ehipassiko dan praktik sebagai sarana yang valid untuk menilai keotentikan sutta dibandingkan hanya mengandalkan logika?

Saya heran, mengapa pandangan demikian tidak bisa diterapkan juga untuk sutra-sutra dalam Mahayana? 

Dalam hal ini saya melihat Mahayanis seperti bro. Tan adalah yang cukup terbuka dengan pandangan bahwa kemungkinan adanya sutra aspal dalam Mahayana. Pemikiran ini jujur dan tidak menipu diri sendiri. Secara terbuka, bro Tan bahkan mengakui bahwa tidak masalah apakah sebuah sutra itu aspal namun isinya lebih penting daripada otentisitasnya. Ini sangat bebeda dengan orang-orang yang dalam dirinya mempertanyakan keotentikan sutra/sutta namun harus terus-menerus menepis keraguannya secara diam-diam semata-mata di lingkungannya menganut superioritas kebenaran sutra/sutta sebagai yang tertinggi. Orang yang demikian justru menipu diri sendiri dan terjebak dalam kebohongan tanpa akhir...

Paham tentang superioritas sutra yang mengatasi segala-galanya yang demikian, saya khawatir akan menyebabkan seseorang menjadi "fundamentalis kitab suci." Mereka kemudian menjadikan isi kitab suci sebagai doktrin yang tak terbantahkan dan aturan baku sebagaimana dalam ajaran-ajaran samawi. Hal demikian dapat menyebabkan seseorang melupakan bahwa hakikat dari kitab suci yang hanya merupakan petunjuk, bukan kebenaran itu sendiri.  Sebagai sebuah petunjuk, maka apa yang ditunjuk olehnya lebih penting ketimbang alat untuk menunjuk itu sendiri. Dalam hal ini, untuk meraih kebenaran Buddhadharma seseorang harus melampaui kitab suci apapun.

Oleh karena itu, saya sangat menghargai sikap bro. Tan yang berpegangan pada anggapan bahwa jika suatu kitab suci tidak bertentangan dengan hakikat Buddhadharma, maka otentik atau tidak otentik bukanlah masalah. Buddhisme hakikatnya hanya mengenal "fundamentalisme nirvana", bukan fundamentalisme kitab suci ataupun metode praktik tertentu. Menentukan otentik atau tidak otentiknya suatu karya adalah kerja ilmuwan forensik dan filologi (ilmu tetang teks kuno), bukan urusan seseorang yang berniat mempraktikkan Buddhadharma...

Demikianlah pandangan saya tentang Sutra Bakti dan pendapat Bro Tan tentangnya.
« Last Edit: 05 June 2009, 11:38:39 AM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #41 on: 05 June 2009, 11:57:28 AM »
Jika kita jujur, apakah baik Theravada maupun Mahayana dapat menjamin 100% semua sutta/sutra yang yang ada dalam kumpulan Tripitaka/Tipitaka adalah otentik. Kenyataannya usaha untuk memilah-milah mana sutra/sutta yang otentik mana yang tidak bukankah seringkali hanyalah kerja intelektual belaka.

Dalam Theravada sendiri muncul pada sebagian penganutnya pandangan yang tidak mengijinkan untuk mempertanyakan keaslian sutta-sutta dalam kumpulan Tipitaka? Bukankah pandangan ini menolak bahwa jika seorang dengan sewenang2 menggunakan logika memilah-milah sutta mana yang asli dan palsu dianggap sebagai hal yang tidak dapat dipertanggungjawabkan? Bukankah kemudian dianjurkan ehipassiko dan praktik sebagai sarana yang valid untuk menilai keotentikan sutta dibandingkan hanya mengandalkan logika?

Saya heran, mengapa pandangan demikian tidak bisa diterapkan juga untuk sutra-sutra dalam Mahayana? 

Dalam hal ini saya melihat Mahayanis seperti bro. Tan adalah yang cukup terbuka dengan pandangan bahwa kemungkinan adanya sutra aspal dalam Mahayana. Pemikiran ini jujur dan tidak menipu diri sendiri. Secara terbuka, bro Tan bahkan mengakui bahwa tidak masalah apakah sebuah sutra itu aspal namun isinya lebih penting daripada otentisitasnya. Ini sangat bebeda dengan orang-orang yang dalam dirinya mempertanyakan keotentikan sutra/sutta namun harus terus-menerus menepis keraguannya secara diam-diam semata-mata di lingkungannya menganut superioritas kebenaran sutra/sutta sebagai yang tertinggi. Orang yang demikian justru menipu diri sendiri dan terjebak dalam kebohongan tanpa akhir...

Paham tentang superioritas sutra yang mengatasi segala-galanya yang demikian, saya khawatir akan menyebabkan seseorang menjadi "fundamentalis kitab suci." Mereka kemudian menjadikan isi kitab suci sebagai doktrin yang tak terbantahkan dan aturan baku sebagaimana dalam ajaran-ajaran samawi. Hal demikian dapat menyebabkan seseorang melupakan bahwa hakikat dari kitab suci yang hanya merupakan petunjuk, bukan kebenaran itu sendiri.  Sebagai sebuah petunjuk, maka apa yang ditunjuk olehnya lebih penting ketimbang alat untuk menunjuk itu sendiri. Dalam hal ini, untuk meraih kebenaran Buddhadharma seseorang harus melampaui kitab suci apapun.

Oleh karena itu, saya sangat menghargai sikap bro. Tan yang berpegangan pada anggapan bahwa jika suatu kitab suci tidak bertentangan dengan hakikat Buddhadharma, maka otentik atau tidak otentik bukanlah masalah. Buddhisme hakikatnya hanya mengenal "fundamentalisme nirvana", bukan fundamentalisme kitab suci ataupun metode praktik tertentu. Menentukan otentik atau tidak otentiknya suatu karya adalah kerja ilmuwan forensik dan filologi (ilmu tetang teks kuno), bukan urusan seseorang yang berniat mempraktikkan Buddhadharma...

Demikianlah pandangan saya tentang Sutra Bakti dan pendapat Bro Tan tentangnya.
Berarti di kemudian hari saya membuat sutra yang di atas namakan Buddha tidak masalah ya?
Yang penting tidak bertentangan gitu?
misalnya, saya mencomot ajaran sana dan sini kemudian di satukan dan seakan2 Buddha yang berkata boleh ya?

pada akhirnya maka :
"Ada penderitaan, tapi tidak ada yang menderita,
Ada jalan, tapi tidak ada yang menempuhnya,
Ada nibbana, tapi tidak ada yang mencapainya."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #42 on: 05 June 2009, 12:18:17 PM »
Ato mahayana hanya ingin memuaskan umatnya?
ato mahayana tidak mau tahu hal ini?
ato mahayana ....................

walaupun gw kga tau, tp klo subjeknya mahayana,ini udah termasuk judgemental..
paradigma bahwa manayana begini, mahayana begitu...
padahal yg berbuat hanya "oknum"...

devadatta aja yg hidup pada masa Buddha Gotama dan mendapat bimbingan langsung aja masih bisa terjerumus ke neraka avicci...Kalo kyk gtu, yg slh ajarannya, Sang Buddha yang kga bisa bimbing, ato gmn? ;D
eh,dulu kan devadatta sebagai pertapa yang mengajarkan sang buddha sewaktu masih seorang raja mengenai dharma, sekarang devadatta jadi jahat, dan buddha nya jadi baik....apakah nanti buddha nya jadi jahat, devadatta nya jadi baik...?
bingung saya..

saudara Ryu,
memang bakalan sesuai signature saya

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #43 on: 05 June 2009, 12:22:54 PM »
RYU:

Berarti di kemudian hari saya membuat sutra yang di atas namakan Buddha tidak masalah ya?
Yang penting tidak bertentangan gitu?
misalnya, saya mencomot ajaran sana dan sini kemudian di satukan dan seakan2 Buddha yang berkata boleh ya?

TAN:

Bukan masalah boleh dan tidak boleh. Kalau memang ada orang atau beberapa orang yang mendapatkan manfaat dari "karya" comot sana comot sini Anda, mengapa saya harus melarang? Jujur saja, dalam melakukan posting kita (setidaknya saya) juga pernah comot sini dan comot sana, bukan? Dalam menulis sesuatu saya juga comot dari buku ini buku itu, Sutra ini Sutra itu, Sutta ini Sutta itu. Tetapi selama ada yang mendapatkan manfaat, mengapa harus dilarang? Begitu pula dengan Sutra2 "aspal" di atas. Di sini kita berbeda persepsi lagi. Bagi Anda itu adalah suatu "pembodohan." Bagi saya itu bukan "pembodohan," karena saya tidak merasa "dibodohi." Pembodohan dapat dianggap terjadi kalau ada yang merasa dibodohi. Nah, dalam hal ini saya tidak merasa "dibodohi." Sebagai tambahan, melarang dan memperbolehkan sesuatu jelas di luar wewenang saya (entah kalau Anda). Jadi pertanyaan boleh dan tidak boleh itu tidak dapat saya jawab (karena di luar wewenang saya).

Demikian pandangan saya.

Amiduofo,

Tan
« Last Edit: 05 June 2009, 12:26:57 PM by Tan »

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #44 on: 05 June 2009, 12:26:58 PM »
RYU:

Berarti di kemudian hari saya membuat sutra yang di atas namakan Buddha tidak masalah ya?
Yang penting tidak bertentangan gitu?
misalnya, saya mencomot ajaran sana dan sini kemudian di satukan dan seakan2 Buddha yang berkata boleh ya?

TAN:

Bukan masalah boleh dan tidak boleh. Kalau memang ada orang atau beberapa orang yang mendapatkan manfaat dari "karya" comot sana comot sini Anda, mengapa saya harus melarang? Jujur saja, dalam melakukan posting kita (setidaknya saya) juga pernah comot sini dan comot sana, bukan? Dalam menulis sesuatu saya juga comot dari buku ini buku itu, Sutra ini Sutra itu, Sutta ini Sutta itu. Tetapi selama ada yang mendapatkan manfaat, mengapa harus dilarang? Melarang dan memperbolehkan sesuatu jelas di luar wewenang saya (entah kalau Anda).

Demikian pandangan saya.

Amiduofo,

Tan
Yang mau ditekankan disini, bolehkah berbohong atas nama Buddha? ini sudah termasuk ucapan benar atau tidak?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))