//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sutra Bakti (II)  (Read 50701 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Tan

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 510
  • Reputasi: 31
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #15 on: 04 June 2009, 07:36:43 PM »
HATRED:

kalo gitu mo Komen........


Bagi i Hanya salah satu dari statement ini yg benar:

1. Bila Sutra itu benar, maka apa yg dikatakan sebelummnya mengenai Buddha adalah Tidak Benar

2. Bila apa yg dikatakan sebelumnya mengenai Buddha adalah Benar, maka Sutra itu tidak Benar..

TAN:

Coba silakan berikan uraian secara lebih terperinci mengapa Anda berpendapat demikian? Acuan yang terbaik adalah 4KM dan JMB8 yang diterima oleh aliran apapun. Jika benar terbukti ada yang bertentangan dengan 4KM dan JMB8, maka saya mengakui bahwa Sutra tersebut memang "sesat."

Amiduofo,

Tan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #16 on: 05 June 2009, 07:13:10 AM »
RYU:

Berarti menurut kepercayaan Ko Tan sutra ini asli?

TAN:

Sdr. Ryu. Sampai sejauh ini kita belum mendiskusikan asli atau palsunya. Agar tidak ke mana2 coba batasi pembicaraan pada apakah Sutra ini bertentangan dengan 4 KM dan JMB8 atau tidak? Sejauh ini, saya belum menemukan bukti yang kuat akan hal itu.

Amiduofo,

Tan
Ok kalau gitu, menurut Ko Tan Inti Sutra ini apa? dan tujuan Sutra ini apa?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #17 on: 05 June 2009, 07:56:22 AM »
Coba silakan berikan uraian secara lebih terperinci mengapa Anda berpendapat demikian? Acuan yang terbaik adalah 4KM dan JMB8 yang diterima oleh aliran apapun. Jika benar terbukti ada yang bertentangan dengan 4KM dan JMB8, maka saya mengakui bahwa Sutra tersebut memang "sesat."


kan ada ucapan benar, pandangan benar.

apa yang tertulis itu memiliki pandangan benar?
dikatakan buddha menghormat kepada Tulang, padahal orang tua sendiri buddha tidak pernah melakukan penghormatan.

Semua Buddha akan selamanya melindungi orang yang demikian itu dan dapat dengan segera menyebabkan orang-orang tua mereka lahir kembali di surga, untuk menikmati segala kebahagiaan dan meninggalkan penderitaan-penderitaan neraka.

Sang Buddha menjawab, "Wahai siswa-siswa Buddha, bila engkau ingin membalas kebaikan orang tuamu, tulislah Sutra ini untuk mereka. Kumandangkanlah Sutra ini untuk mereka. bertobatlah atas pelanggaran-pelanggaran dan kesalahan-kesalahan demi mereka. untuk kepentingan orang tua berikanlah persembahan kepada Tri Ratna. demi orang tua, patuhlah kepada perintah untuk hanya memakan makanan suci dan bersih. Demi orang tua biasakanlah berdana dan mencari keberkahan. Bila engkau dapat melakukan ini, engkau adalah anak yang berbakti. bila engkau tidak melakukannya, engkau adalah orang yang akan menuju pada alam sengsara".

apa seperti itu pandangan benar?
1.tulis sutra untuk orang tua
2.kumandankang sutra ini untuk orang tua
3.bertobatlah atas kesalahan-kesalahan demi orang tua
4.beri persembahan pada tri ratna demi orang tua
5.makan makanan bersih dan suci.
6.berdana dan cari berkah.

kalau tidak melakukannya bisa menuju alam sengsara?
jadi kalau anak kecil yg berumur 10 tahun belum tahu apa-apa....sudah langsung beli tiket gratis itu.

saya rasa ucapan benar dan pandangan benar sudah tidak begini.



Quote
Baik. Meskipun tidak sama. Tetapi umat non Mahayana jangan mengatakan bahwa apa yang tertulis di Sutra Mahayana BUKAN sabda Buddha.
Saya kira sikap menghormati masing2 pihak perlu dibina.

Amiduofo,

Tan
saudara Tan,
maksud saya, ketika sesuatu tidak tertulis dalam Tripitaka dan Tipitaka, jangan mengatakan bahwa "siapa tahu buddha tidak berkata demikian/ataupun berkata demikian,karena untuk meng-check kebenaran mesti pakai lorong waktu"

jadi apa yang tertulis yah di bahas sesuai yang tertulis....
kalau mau membahas yang tidak tertulis bisa jadi semua maybe dan maybe.

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #18 on: 05 June 2009, 08:50:28 AM »
HATRED:

kalo gitu mo Komen........


Bagi i Hanya salah satu dari statement ini yg benar:

1. Bila Sutra itu benar, maka apa yg dikatakan sebelummnya mengenai Buddha adalah Tidak Benar

2. Bila apa yg dikatakan sebelumnya mengenai Buddha adalah Benar, maka Sutra itu tidak Benar..

TAN:

Coba silakan berikan uraian secara lebih terperinci mengapa Anda berpendapat demikian? Acuan yang terbaik adalah 4KM dan JMB8 yang diterima oleh aliran apapun. Jika benar terbukti ada yang bertentangan dengan 4KM dan JMB8, maka saya mengakui bahwa Sutra tersebut memang "sesat."

Amiduofo,

Tan

1.     Pengertian Benar (sammä-ditthi)
menembus arti dari :
a.    Empat Kesunyataan Mulia
b.    Hukum Tilakkhana (Tiga Corak Umum)
c.    Hukum Paticca-Samuppäda
d.    Hukum Kamma
i'm just a mammal with troubled soul



Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #19 on: 05 June 2009, 09:33:14 AM »
Sungguh berarti sang Buddha itu bapak MLM pertama, beliau yang pertama menyuruh murid2nya untuk memperbanyak sutra ini, Btw apakah sutra ini langsung disebarkan oleh murid2nya? Apakah ditemukan sutra2 ini yang telah diperbanyak oleh murid2nya pada jaman sang Buddha?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #20 on: 05 June 2009, 09:42:33 AM »
gimana cara memperbanyak Sutra sedangkan pada zaman Sang Buddha waktu itu blm ada penulisan Sutra?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #21 on: 05 June 2009, 09:46:00 AM »
gimana cara memperbanyak Sutra sedangkan pada zaman Sang Buddha waktu itu blm ada penulisan Sutra?
itulah, sang Buddha di sutra ini sudah menyuruh muridnya untuk menulis sutra, dalam hal ini berarti sutra ini ditulis bukan atas kesadaran muridnya tapi atas suruhan Buddha.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #22 on: 05 June 2009, 09:59:56 AM »
Menurut gw, diskusi ini kaga relevan lagi...
Sudah ada 2 thread mengenai sutra bhakti ini...
Dan sutra bhakti yg dijadikan bahan diskusi bukan sutra bhakti yang bener menurut thread2 di sebelumnya...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #23 on: 05 June 2009, 10:02:19 AM »
Menurut gw, diskusi ini kaga relevan lagi...
Sudah ada 2 thread mengenai sutra bhakti ini...
Dan sutra bhakti yg dijadikan bahan diskusi bukan sutra bhakti yang bener menurut thread2 di sebelumnya...
Yang ingin didiskusikan sebenarnya apakah Sutra bakti yang beredar sekarang ini di kalangan Budhis apakah benar atau tidak dan itu merupakan kebenaran atau pembenaran. sesuai dengan ajaran Buddha atau tidak, dll deh ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #24 on: 05 June 2009, 10:06:55 AM »
owhhh...
kalo gtu, ada baiknya kita masukin jg, sutra bhakti yg aseli sesuai Taisho maupun sutta, biar diskusi berimbang..
Dan bearti thread ini sudah salah kamar, karena sutra bhakti tidak hanya berkembang di dalam mahayana aja...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #25 on: 05 June 2009, 10:08:45 AM »
Nih, tak quote sutra Bhakti yg aseli menurut thread sebelumnya..
Versi asli dalam koleksi Mahayana Tiongkok :
3. 佛說父母恩難報經 Fo Shuo Fu Mu En Nan Bao Jing
No.0684, kategori: Kumpulan Sutra.
Penerjemah: AnShiKao, masa dinasti Han

Sutra Hyang Buddha Mewejangkan Sulitnya Membalas Jasa Orang Tua
(佛說父母恩難報經 Fo Shuo Fu Mu En Nan Bao Jing)
Penerjemah sanskerta ke bahasa Tiongkok : Master Tripitaka AnShigao , Masa Dinasti Han Timur.

Demikianlah yang aku dengar.

Pada suatu ketika, Hyang Bhagava berdiam di Kota Sravasti, Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Pada saat itu, Hyang Bhagava berkata kepada para bhiksu, “Orang tua dari anak memiliki jasa yang besar. Mereka menyusui, merawat dan mendidik anak setiap saat hingga tumbuh besar. Sedangkan bila seorang anak memikul ayahnya dipundak kiri dan memikul ibunya dipundak kanan selama ribuan tahun, walau orang tua nya membuang kotoran di atas pundaknya, sang anak tetap tidak merasa marah. Meskipun [sang anak telah berbuat demikian], jasa baik orang tua tetap tidak cukup terbalaskan."

Seorang anak sepatutnya mengajarkan praktik cinta kasih kepada orang tua,  bila orang tua tidak memiliki keyakinan pada ajaran [dharma], hendaknya mengajarkannya hingga memiliki keyakinan pada ajaran [dharma], agar mereka memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka tidak memiliki sila, hendaknya mengajarkan praktik sila, agar memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka tidak pernah mendengar [dharma], hendaknya mengusahakan mereka mendengarkan [dharma], agar memperoleh kedamaian [nibbana]. Bila mereka memiliki watak serakah, hendaknya mengajarkan praktik dana, hingga mereka dapat berdana dengan sukacita, agar memperoleh kedamaian. Hendaknya mengajarkan mereka agar dapat memiliki keyakinan bahwa Tathagata telah mencapai Pencerahan sempurna, Sang Sugata, Yang telah sempurna tindak tanduknya, Pengenal segenap alam, Yang tiada bandingannya, Guru para dewa dan manusia, Yang tercerahkan, Yang maha mulia. Agar mereka memperoleh kedamaian. Hendaknya mengajarkan mereka memiliki keyakinan pada sangha suci. Dharma memiliki makna yang dalam dan halus, dengan mempraktikkannya maka pada kehidupan sekarang akan memperoleh buahnya, yang mana para bijak memahami dan menembus makna tentang praktik ini. Demikianlah Sangha suci dari Sang Tathagata yang mana tindak tanduk mereka telah suci, batin mereka lurus, hidup dalam keharmonisan, mereka telah berhasil dalam dharma, berhasil dalam sila, berhasil dalam samadhi, berhasil dalam prajna, berhasil dalam pembebasan, berhasil dalam pengetahuan pembebasan, berhasil dalam kebijaksanaan, demikianlah mereka disebut Sangha suci, yang terdiri atas 4 pasang makhluk  8 jenis makhluk ariya dalam Sangha suci Sang Tathagata yang maha mulia. Dengan memberi hormat pada perkumpulan demikian merupakan ladang kebajikan yang tiada bandingannya di dunia ini.

Ada dua jenis anak dalam diri seorang bhiksu, yakni anak kandung dan anak adopsi, demikianlah ada dua jenis anak dalam diri para bhiksu. Oleh karena itu, oh para bhiksu, hendaknya belajar seperti anak kandung dan anak adopsi yang dapat mengeluarkan cita rasa dharma dari mulut mereka. Demikianlah oh para bhiksu hendaknya belajar seperti itu.

Setelah para bhiksu mendengarkan wejangan Hyang Buddha, mereka merasa bergembira dan mempraktikkannya.

“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #26 on: 05 June 2009, 10:10:03 AM »
Kalo ini yang menurut bro Gandalf,....
Nambah ya.....

Bakti kepada orang tua juga ada dalam kitab Divyavadana (abad 2-3 M), bagian Purna Avadana. Perlu diketahui Divyadana ini ditemukan versi Sansekertanya di Nepal, dan berasal dari sekte Sarvastivada. Divyavadana ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Tionghoa.

Bhiksu An Shigao yang menterjemahkan Foshuo Fumu Ennan Baojing juga dalah Bhiksu Sarvastivada. Oleh karena itu apabila asal muasal Sutra Bakti Seorang Anak mau ditelusuri lebih jauh lagi, maka asalnya bukan Theravada, tetapi Sarvastivada.

Berikut kutipan dari Purnaavadana bagian Maudgalyayana dan ibunya:

Kemudian Arya Mahamaudgalyayana berpikir, “Di waktu yang lalu Sang Buddha berkata, ‘Bhiksu, ibu dan ayah dari seorang anak tentu adalah pelaku tugas yang berat. Mereka mengasuh dan merawat anak, mereka membesarkannya, memberinya susu dan orang tua adalah pembimbing anaknya dalam [memperkenalkan] berbagai macam keindahan dari Jambudvipa ini. Meskipun seorang anak melayani ibunya dengan setengah kekuatannya dan setengah satunya untuk melayani ayahnya selama 100 tahun penuh; meskipun ia memberikan pada mereka semua perhiasan, permata, lazuardi, ibu permata, koral, perak, emas, jamrud, batu mata harimau, batu delima dan cangkang kerang yang spiralnya berputar kea rah kanan [yang ditemukan] di bumi yang besar ini; meskipun ia membuat kedua orang tuanya berada dalam kekuasaan agung dan tahta kerajaan – bahkan setelah melakukan hal-hal sebanyak itu, anak tersebut belum dapat membalas kebaikan yang sangat besar yang diberikan oleh ibu dan ayahnya.

“Namun seorang anak yang yang mengenalkan kebajikan keyakinan [pada Dharma] pada ibu dan ayahnya yang belum berkeyakinan; anak yang menginspirasi kedua orang tua mereka dengan keyakinan, membimbing mereka dalam keyakinan dan  meneguhkan mereka dalam keyakinan; anak yang mengenalkan kebajikan berdana pada ibu dan ayahnya yang tamak dan pencemburu; anak yang mengenalkan kebajikan Dharma pada ibu dan ayahnya yang tidak memiliki pemahaman; anak yang menginspirasi kedua orang tuanya dengan kualitas-kualitas ini, membimbing mereka dalam kualitas-kualitas ini dan meneguhkan mereka di dalamnya – anak yang melakukan hal-hal ini pada ibu dan ayahnya telah membalas budi baik yang telah dilakukan oleh ibu dan ayahnya”.

"Namun aku tidak pernah menunjukkan pelayanan seperti itu pada ibuku! Sekiranya sekarang aku memusatkan pikiranku pada alam amnakah ibuku terlahir kembali.” Dan dalam memusatkan pikirannya, Maudgalyayana melihat ibunya telah terlahir kembali di alam bernama Maricika. Ia berpikir, “Siapa yang akan memberinya bimbingan Dharma?” Maka ia melihat bahwa bimbingan tersebut akan dilakukan oleh Sang Buddha. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Kita di dunia ini sangat jauh dengan alam di mana ibuku terlahirkan. Sekiranya sekarang aku memberitahu Sang Buddha tentang persoalan ini.” Dan maka ia berbicara seperti ini pada Sang Buddha: “Bhagava, pada waktu yang lalu Sang Buddha berkata, ‘Bhiksu, ibu dan ayah dari seorang anak tentu adalah pelaku tindakan yang berat!’ Ibuku telah terlahir di Alam Maricika dan ia akan mendapatkan bimbingan Dharma dari Sang Buddha. Maka dari itu, Sang Bhagava sebaiknya membimbingnya. Mohon tunjukkanlah welas asih-Mu!”

Sang Buddha berkata, “Maudgalyayana, dengan kekuatan abhijna siapakah kita akan berkelana menuju dunia itu?
“Dengan abhijnaku, Sang Bhagava.” Maka Sang Buddha dan Arya Mahamaudgalyayana menginjakkan kaki mereka di puncak Gunung Sumeru, pergi, dan dalam tujuh hari sampai du dunia Maricika.
Seorang gadis bernama Bhadrakanya melihat Arya Mahamaudgalyayana datang dari kejauhan dan, melihatnya sekali lagi, ia dengan gembira lari menuju Maudgalyayana, berkata, ‘Ah! Setelah waktu yang lama aku melihat putraku lagi!”

Setelah itu, sekumpulan besar orang memberitahu: “Tuan-tuan, orang ini adalah seorang bhiksu yang telah berumur sedangkan wanita ini masihlah gadis muda! Bagaimana bisa ia adalah ibunya?”
Jawab Arya Mahamaudgalyayana, “Tuan-tuan, elemen-elemen tubuhku berasal darinya. Maka perempuan muda ini adalah ibuku.”

Kemudian Sang Buddha, mengetahui watak Bhadrakanya yang berasal dari jejak karma lampau, karakternya dan sifatnya, memberikan wejangan Dharma menjelaskan tentang Empat kebenaran Mulia sedemikian rupa, mendengarnya, Bhadrakanya, bagaikan halilintar  pemahaman menghancurkan dua puluh empat puncak gunung pandangan salah tentang ‘aku’ (atman), mencapai tingkatan Srotapanna.

Merealisasikan Dharma, Bhadrakanya menyerukan tiga kali ungkapan kegembiraan ini: “Pertolonganmu yang penuh welas asih telah kau lakukan untukku, Bhante, tidak pernah dilakukan oleh ibuku maupun ayahku, tidak juga oleh para dewa dan para leluhurku, oleh pendeta atau petapa. Samudra darah dan tangisan telah mongering! Pegunungan kerangka telah dutaklukkan! Gerbang penderitaan telah dengan cepat tertutup! Aku telah melampai mereka yang paling sempurna di antara dewa-dewa dan amnesia!” Dan Bhadrakanya kemudian mendeklamasikan syair ini:


Melalui kekuatan spiritualmu, maka tertutuplah jalan menuju kelahiran-kelahiran rendah, sangat menakutkan, sangat penuh dengan karma buruk dan kejahatan;
Terbukalah bagiku jalan menuju Surga; telah kudapatkan jalan menuju Nirvana, penuh dengan kebajikan.
Melalui perlindunganku padamu, hari ini aku telah mencapai kebebasan dari karma buruk, memperoleh kesempurnaan, pandangan sepenuhnya terang.
Dan telah mencapai tujuan yang diinginkan yang dicapai oleh para Buddha – aku telah menyebrang ke pantai seberang dari samudra penderitaan.

O engkau yang di dunia ini dihormati oleh para dewa, manusia dan iblis, yang terbebas dari lahir, tua, sakit dan mati. Ia yang sangat jarang muncul bahkan di ribuan kelahiran – O Suciwan, melihatmu hari ini telah membuahkan buah yang agung!


“Aku telah melampaui [roda kehidupan dan kematian], Bhante, aku telah pergi ke pantai seberang! Aku, diriku ini, pergi berlindung pada Buddha, Dharma dan Sangha. Mohon terimalah aku sebagai upasika mulai hari ini sampai selama aku hidup – aku, makhluk hidup yang telah pergi berlindung dan mempunyai keyakinan yang kuat. Semoga Sang Buddha, bersama-sama dengan Mahamaudgalyayana Yang Suci, sekarang setuju untuk menerima dana dariku.” Sang Buddha mengindikasikan persetujuannya terhadap permintaan Bhadrakanya dengan tetap diam.

Kemudian, setelah memastikan bahwa Sang Buddha dan Arya Mahamaudgalyayana telah duduk dengan nyaman, dengan kedua tangannya sendiri Bhadrakanya melayani dan memuaskan mereka dengan makanan-makanan bersih yang paling lezat, baik keras maupun lembut. Ketika ia melihat Sang Buddha telah seselsai makan, telah mencuci tangannya dan telah menaruh mangkuk dana di sisinya, Bhadrakanya mengambil kursi dan duduk di hadapan Sang Buddha untuk mendengarkan Dharma. Sang Buddha kemudian membabartkan Dharma padanya. Arya Mahamaudgalyayana mendapatkan kembali mangkuk dana Sang Buddha [ yang telah dicuci] dan mengembalikannya pada sang Buddha. Kemudian Sang Buddha berkata, “Maudgalyayana, ayo kita pergi.”


 _/\_
The Siddha Wanderer
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #27 on: 05 June 2009, 10:10:49 AM »
owhhh...
kalo gtu, ada baiknya kita masukin jg, sutra bhakti yg aseli sesuai Taisho maupun sutta, biar diskusi berimbang..
Dan bearti thread ini sudah salah kamar, karena sutra bhakti tidak hanya berkembang di dalam mahayana aja...
Silahkan saja, tapi sangat disayangkan kenapa kalau ada yang asli tapi yang palsu malah lebih terkenal dan dicetak terus, sungguh menggenaskan, nanti lama2 tripitaka pun akan hilang diganti tripitaka2 palsu yang lebih poluler dengan ditambah2kan isinya ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #28 on: 05 June 2009, 10:15:10 AM »
Ini yang menurut Kanon Pali...
bagi yg kemaren kurang sreg dengan cetak / salin buku:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an02/an02.031.than.html

"Monks, I will teach you the level of a person of no integrity and the level of a person of integrity. Listen & pay close attention. I will speak."

"As you say, lord," the monks responded.

The Blessed One said: "Now what is the level of a person of no integrity? A person of no integrity is ungrateful, doesn't acknowledge the help given to him. This ingratitude, this lack of acknowledgment is second nature among rude people. It is entirely on the level of a person of no integrity.

"A person of integrity is grateful & acknowledges the help given to him. This gratitude, this acknowledgment is second nature among fine people. It is entirely on the level of a person of integrity.

{II,iv,2} "I tell you, monks, there are two people who are not easy to repay. Which two? Your mother & father. Even if you were to carry your mother on one shoulder & your father on the other shoulder for 100 years, and were to look after them by anointing, massaging, bathing, & rubbing their limbs, and they were to defecate & urinate right there [on your shoulders], you would not in that way pay or repay your parents. If you were to establish your mother & father in absolute sovereignty over this great earth, abounding in the seven treasures, you would not in that way pay or repay your parents. Why is that? Mother & father do much for their children. They care for them, they nourish them, they introduce them to this world. But anyone who rouses his unbelieving mother & father, settles & establishes them in conviction; rouses his unvirtuous mother & father, settles & establishes them in virtue; rouses his stingy mother & father, settles & establishes them in generosity; rouses his foolish mother & father, settles & establishes them in discernment: To this extent one pays & repays one's mother & father."

“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: Sutra Bakti (II)
« Reply #29 on: 05 June 2009, 10:18:17 AM »
mirip The gospel of Mary itu yah yang dimusnahkan ama K en diganti versi mereka...hihihihi...
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

 

anything