ini menurut saya lohh... ini adalah pertanyaan menyebak/bodoh, andaikan menjawab juga bodoh.. saya rasa Bro cumi juga tau itu karena Bro Cumi sangat tinggi pemahaman Tipitakanya. jadi, di dengan Bro Cumi menjelaskan pemahamannya atas topic ini, supaya saya yang bodoh ini memahami yang bisa saya pahami. Alangkah bagusnya Bro Sunya juga memahami pandangan Bro Cumi, Supaya semua berbahagia.
Ya, sudah pernah saya ilustrasikan sebelumnya. Jika saya menjawab "YA" maka akan muncul polemik, jika "TIDAK" pun akan muncul polemik.
Kasus nyatanya sudah ada, bahkan di thread ini pun terjadi (pelecehan/olok-olok terhadap salah satu tokoh Buddhist dari aliran tertentu, karena mengaku sebagai Buddha Hidup).
Jadi jika saya mengaku mencapai, akan berpotensi membuat mereka:
a. Percaya; akan memunculkan banyak pertanyaan baru seputar
5W+1H (
Who, What, Where, When, Why + How), fokus belajar dharma jadi beralih pada publisitas individu dan bukan tidak mungkin berpotensi pengkultusan serta kecemburuan dari pihak (aliran, organisasi, individu) lain.
b. Tidak percaya; akan memicu olok-olok dan pelecehan, yang akan membuat pelakunya terjerumus dalam karma yang tidak baik.
Selain kedua poin tersebut, di luar aspek percaya atau pun tidak percaya, keduanya akan mendatangkan perdebatan alot dan panjang yang sudah bisa diprediksikan tidak bermanfaat (bersifat wawancara/interogatif, bukan belajar dharma).
Di luar itu lagi (berkenaan dengan konsep Mahayana), pencapaian seputar Arahat dan Bodhisattva masih dipertanyakan kalangan umat awam tentang tingkat pembebasannya dan (maaf) mana yang lebih tinggi.
Jadi semua kalkulasi cepat sudah terjadi (sudah saya pertimbangkan dalam tempo singkat saat seseorang menanyakan pencapaian / taraf kesucian), kesimpulan dan keputusan saya: Hanya saya beberkan/sampaikan pada waktu/kondisi/individu yang tepat.
Jawaban di atas sudah pernah saya tulis pada salah satu rekan kita, Adi Lim, dan di atas saya perjelas lagi.
Semoga yang menanyakan maupun yang ingin mengetahui tapi belum bertanya, bisa memahami kondisi di atas. Waktu hidup yang terbatas di dunia, gunakan semaksimal dan seoptimal mungkin untuk belajar dharma. Jangan mencari sesuatu yang kurang bermanfaat untuk kita.
"Jangan percaya kepada sesuatu hanya karena sesuatu itu diajarkan oleh para guru dan orang-orang tua.”
"Jangan percaya kepada sesuatu hanya karena kamu hormat kepada yang mengajarkan."
"Tetapi ujilah suatu ajaran itu dengan teliti/seksama seperti halnya Anda ingin membeli emas.”http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,153.msg3937.html#msg3937Saya kira kita sependapat, bukan begitu?
Salam.