//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Dari BUDHA Hingga YESUS  (Read 220024 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: .
« Reply #90 on: 29 June 2011, 11:22:35 AM »
[at]  Indra, WAL & Upasaka: hahaha... sori baru baca. Sebetulnya sy tidak bermaksud menyindir siapa pun. Sy hanya pengen tau saja, efek junks untuk DC. Silakan lanjut aja junks-nya, toh Tuhan DC juga gak keberatan ;D

kidding juga om  :))
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Wolvie

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 805
  • Reputasi: 25
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #91 on: 27 August 2011, 11:34:33 PM »
baru nemu bukuny di gramed, 65 ribu, lumayan baca buku lawakan..

Offline sugianto budiman

  • Teman
  • **
  • Posts: 56
  • Reputasi: -3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #92 on: 28 September 2011, 10:54:47 AM »
Hello, kawan semuanya.......saya baru join dan baca thread ini, kebetulan saya mengunjungi blog Dede dan banyak perdebatan disana. Dari kalangan Buddhis kelihatan belum memberikan jawaban yang memuaskan.  Ada artikel dari Buddha Josaphat yang menurut saya menarik dan sedikit menguncang kepercayaan yang selama ini saya yakini........memang manusia banyak yang tidak sempurna, apakah hidup hanya penderitaan melulu, apakah semuanya ada karena karma? Mohon penjelasan........

Saya lampiran artikel dari Buddha Josaphat :

Apa yang dapat ditawarkan oleh ajaran Buddha dalam hidup manusia? Perbuatan baik?Semua agama memilikinya!!! Yang menjadi pertanyaan adalah “apakah perbuatan baik cukup untuk ” dapat mengatasi problem penderitaan manusia? Apakah tujuan dan arti hidup manusia dibumi ini? Apakah manusia hanya terdiri dari 5 skandha saja, setelah mati dia tidak memiliki jati dirinya lagi(anatta) ibarat lilin yang habis terbakar? Apakah manusia selama hidupnya tidak pernah berbuat salah? Apakah setelah menjadi seorang pengikut Buddha apakah hidupnya terbebas dari perbuatan yang dapat menimbulkan kamma(karma) buruk lagi? Aliran Buddha Theravada mengajarkan bahwa setiap orang bertanggungjawab atas diri sendiri, apa yang dia tabur itu yang dituainya(hukum sebab musabab kamma/ karma). Setiap orang harus berusaha sendiri untuk mencapai kebuddhaan. Sanggupkah manusia melakukan itu? Untuk mencapai kebuddhaan menurut ajaran Buddha, dia perlu dilahirkan terus-menerus. Jika ditumpukan tulang-belulang yang dihasilkan oleh lahir-mati calon buddha itu bisa setinggi gunung himalaya dan kebajikannya melebihi jumlah tetesan air samudera. Karena kemustahilan hal-hal tersebut dilakukan maka aliran Buddha Mahayana mengajarkan perlunya “Sang Juru Selamat” agar setelah manusia meninggal bisa melakukan meditasi(siu hen) pada suatu tempat yang disebut ‘sorga barat=Shi Tien, sorga tusitta) itulah yang diajarkan oleh pengikut Buddha Amitabha. Selain perlunya pertolongan dari para bodhisattva( contohnya Dewi Kwan Im atau Avalokitesvara, Maitreya, Kwang Kong= Dewa Perang dll), para pengikut aliran Mahayana juga dianjurkan untuk banyak membaca paritta-parrita( doa-doa mantera) dan memperdengarkan nama-nama Buddha. Dari aliran Buddha Mahayana inilah lahir berbagai aliran yang memakai simbol-simbol Buddha dan istilah-istilah Buddha, namun isi ajarannya sangat jauh berbeda dari ajaran Buddha Gautama. Ada aliran Buddha Maitreya( Lau Bu Nio) walaupun Bodhisatva Maitreya belum lahir jadi Buddha, namun pengikut-pengikut telah mengangkatnya menjadi Buddha, ada aliran Zen Buddha di China, Nichiren Soshu dari Jepang, Buddhisme Tibet atau Trantrayana/ Vajrayana dll. Jika kita lihat maka pemahaman ajaran Buddha terbagi menjadi dua ; 1) Tidak perlu juruselamat dan 2) perlu seorang juru selamat, mana yang mau diikuti? Terserah para pengikutnya yang menentukannya.
Namun bagi saya yang dulunya pengikut Buddha, saya harus memilih jalan yang lain.

Dibawah ini ada artikel yang pernah saya tulis, mengapa saya perlu juru selamat yang lain, yang ajarannya konsisten dan dapat dipercaya……..Judul karangan saya, “Just be Good, Everyone can go to Heaven……”
Banyak sahabat, teman bisnis yang berasal dari kalangan Buddhis yang pernah mengatakan kepada saya, “Dalam hidup ini kita cuma perlu berbuat sebanyak mungkin kebaikan, maka semua kehidupan kita akan menjadi baik dan lancar – jika kita mati, maka sorga menjadi tempat hunian kita.”
Ada yang mengatakan, ” Jika Anda pernah melakukan sesuatu yang salah, maka berbuatlah sebanyak mungkin kebajikan, ibarat satu sendok garam kejahatan TIDAK ada rasa asinnya( tidak ada artinya, no impact) didalam sebuah sungai kebajikan yang telah Anda lakukan”. Ada yang mengatakan, ” Just be good, setiap orang bisa ke sorga, Just be good, setiap orang bisa menjadi Buddha!”. ” Ooooh gitu ya, siapakah yang mengatakannya seperti itu padamu?” tanya saya. Maka sahabat baik saya itu akan menjawab dengan polos, guru spritualnya. Apakah manusia cukup baik untuk bisa ke sorga dengan segala kemampuannya dengan berbuat baik?

Saya teringat dalam kisah Ambapali seorang wanita pelacur yang tercatat dalam Therigatha sutta (sutta ini hanya terdapat dalam Tipitaka Therevada, tidak ada dalam sutta/ sutra aliran Mahayana), dimana Sang Buddha Siddharta Gotama menjelaskan kepada muridnya bahwa penyebab Ambapali terlahir sebagai pelacur karena pada zaman Buddha Sikhi, Ambapali pernah menjadi seorang bikkhuni yang pernah sekali waktu, karena dia terburu-buru datang ke wihara(cetya) untuk mendengarkan wejangan Sang Buddha Sikhi, saat dia sampai pada pintu gerbang Wihara, dia melihat ada yang meludahi didekat pintu masuk wihara, karena kesal dia bercelutuk, ” Siapakah pelacur yang telah meludahi tempat ini?” Akibat perkataan tersebut, dia dihukum dineraka dan setelah itu dia harus bertumimbal lahir/ berinkarnasi sebanyak 10.000 ( sepuluh ribu) kali kehidupan sebagai seorang wanita pelacur!!!! Dan terakhir kalinya dia terlahir sebagai pelacur pada zaman Buddha Gotama. Jika kita lihat hukum kamma/ karma yang terjadi pada Ambapali yang karena tidak menjaga mulut dan kesucian hatinya, dia yang hanya mengoceh, belum dalam bentuk tindakan nyata, dia harus mengalami penderitaan demikian hebat!!!! Bagaimana dengan orang-orang yang melakukan berbagai kejahatan, membunuh, melakukan penipuan, berkata tidak jujur, melakukan pencurian, memaki orang, mengejek, menghina dan memandang rendah sesamanya, cakap kotor, berapa kalikah penderitaan yang harus dia pikul dalam lautan samsara(penderitaan) pada setiap kehidupannya seandainya reinkarnasi itu nyata? Orang yang mengatakan, ” Jika Anda pernah melakukan sesuatu yang salah, maka berbuatlah sebanyak mungkin kebajikan, ibarat satu sendok garam kejahatan TIDAK ada rasa asinnya( tidak ada artinya, no impact) didalam sebuah sungai kebajikan yang telah Anda lakukan”. Ada yang mengatakan, ” Just be good, setiap orang bisa ke sorga, Just be good, setiap orang bisa menjadi Buddha!”. Perkataan tersebut kelihatannya menenangkan dan menyemangati hati bagi para pendengarnya. Orang yang mengatakan demikian dan mengajarkan hal tersebut sebenarnya tidak mengerti akan ajaran Buddha tentang hukum Kamma/ Karma dan tidak sesuai dengan pemaparan yang telah diajarkan oleh Buddha Gotama sendiri. Hukum Kamma/ Karma tidak mengenal siapapun Anda, apakah Anda baik, seorang bangsawan, raja/ presiden sekalipun dan banyak berbuat kebaikan, sekali Anda berbuat yang tidak baik, maka Anda akan menerima hukumannya. Hukum Kamma/ Karma adalah hukum alamiah, hukum sebab- akibat. Apa yang Anda tanam itu yang Anda tuai! Menurut saya, manusia tidak selamanya terus bisa berbuat baik, ada kalanya dia bisa kilaf/ salah. Sebaik apapun Anda melakukan ajaran Dhamma/ Dharma, Anda tidak terlepas/ terbebas dari kelemahan manusia. Meditasi memang salah satu jalan agar manusia bisa terhindar dari perbuatan yang tidak baik, namun kita tidak selamanya dapat dan tanpa hentinya bermeditasi terus. Dulu saya telah melakukan semua ajaran Buddha tanpa henti-hentinya dengan harapan saya bisa terbebas dari penderitaan hidup, terlepas dari mata rantai samsara, namun hati nurani saya mengatakan itu tidak mungkin bisa Anda lakukan! Kalo gitu siapakah yang bisa menolong saya yang celaka ini? Buddha Gotama bilang, yang bisa menolong saya adalah saya sendiri! Buddha hanya memberi petunjuk, sayalah yang menjalankannya. Haaa???? Saya???!!! Siapakah saya???? Manusia celaka yang pernah berbuat salah ini??? Akhirnya logikaku yang harus berpikir siapakah yang dapat menolong saya??? Buddha tidak, Brahma tidak, Konfusius juga bukan. Bagaimana dengan Lao Tze?. Ternyata Lao Tze memberikan secercah cahaya pengharapan. Lao tze menulis didalam kitab Tao Te Ching yang berisi 5000 huruf kanji dalam bentuk puisi, beliau mengatakan bahwa ada satu pribadi yang menciptakan alam semesta ini termasuk manusia, namun aku (Lao Tze) hanya bisa melihatnya secara samar-samar. Saya tidak tahu siapakah Dia, karena itu saya menyebut-Nya Yang Maha Kuasa. Karena saya tidak tahu nama-Nya, maka dengan terpaksa saya menyebut-Nya “TAO”(道) atau Dào. “Tao ini kelak akan datang mengunjungi manusia, dan Dia mampu mengampuni kesalahan manusia”, tulis Lao Tze(Tao Te Ching Bab 21, Bab 25, Bab 62). Setelah saya banyak membaca kitab suci dari berbagai agama, akhirnya saya menemukan didalam kitab suci orang kr****n dalam bahasa Mandarin, siapa itu TAO. Dalam Yohanes 1 : 1-3; 14 dikatakan : 太 初 有 道,道 与 神 同 在,道 就 是 神。(Taì chū yǒu dào , dào yǔ shén tóng zaì , dào jiù shì shén). Artinya : Pada mulanya adalah Tao (Firman); Tao (Firman) itu bersama-sama dengan Allah dan Tao ( Firman) itu adalah Allah. 这 道 太 初 与 神 同 在。( Zhè dào taì chū yǔ shén tóng zaì). Artinya : Ia (Tao) pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 万 物 是 借 着 他 造 的。凡 被 造 的,没 有 一 样 不 是 借 着 他 造 的。(Wàn wù shì jiè zhe tā zào de . fán beì zào de , méi yǒu yí yàng bú shì jiè zhe tā zào de). Artinya : Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 道 成 了 肉 身 住 在 我 们 中 间, 充 充 满 满 的 有 恩 典 有 真 理 。 我 们 也 见 过 他 的 荣 光, 正 是 父 独 生 子 的 荣 光。( Dào chéng le ròu shēn zhù zaì wǒ men zhōng jiān , chōng chōng mǎn mǎn de yǒu ēn diǎn yǒu zhēn lǐ . wǒ men yĕ jiàn guo tā de róng guāng , zhèng shì fù dú shēng zǐ de róng guāng). Artinya : Tao (Firman) itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa( Allah), penuh kasih karunia dan kebenaran.

Setelah saya membaca semua kitab suci didalam Injil Yohanes, maka saya mengerti bahwa Yesus yang merupakan TAO itu sendiri yang juga dibicarakan oleh Lao Tze mampu membayar segala kesalahan manusia termasuk mengampuni segala kesalahan yang pernah saya perbuat. Yesus menyebut diri-Nya sebagai TAO LU 道路 (Jalan Kebenaran), 真理 zhēnlǐ( Kebenaran itu sendiri) dan 生命 shēngmìng ( Sumber hidup) di Yohanes 14 : 6 yang bisa membebaskan manusia dari mata rantai samsara dalam kehidupan saat ini dan di masa yang akan datang. Yesuslah yang akan membimbing manusia untuk bisa sampai ke nirvana/ nibbana( sorga yang terbebas dari belenggu samsara dimana tidak ada lagi penderitaan, isak tangis karena kematian, tidak ada lagi sakit penyakit, tidak perlu lagi manusia kawin dan mengawini, tidak ada lagi haus dan kelaparan, itulah NIRVANA( Nibbana) yang mulia dan sesungguhnya!!!!!!! Anyone can go to heaven by itself? No. But with and through  we can go to heaven by accepted HIM as a Lord and Savior with faith!!

Semoga semua manusia mengerti kebenaran sesungguh dan terlepas dari belenggu dukkha……

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #93 on: 29 September 2011, 10:36:56 AM »
Saya cukup kaget pertanyaan ini tidak ada yang respon. :)

Hello, kawan semuanya.......saya baru join dan baca thread ini, kebetulan saya mengunjungi blog Dede dan banyak perdebatan disana. Dari kalangan Buddhis kelihatan belum memberikan jawaban yang memuaskan.  Ada artikel dari Buddha Josaphat yang menurut saya menarik dan sedikit menguncang kepercayaan yang selama ini saya yakini........memang manusia banyak yang tidak sempurna, apakah hidup hanya penderitaan melulu, apakah semuanya ada karena karma? Mohon penjelasan........
Penderitaan dalam Ajaran Buddha memiliki arti lebih luas dari sekadar merasakan hal-hal yang tidak enak. Secara singkat, dukkha bisa diartikan adalah 'ketidak-puasan'. Karena ketidak-puasan ini, maka timbullah keinginan, dan dari keinginan ini, timbullah rasa senang (kalau terpenuhi) dan rasa menderita (kalau tidak terpenuhi). Jadi apakah hidup ini bukan 'ketidak-puasan'? Kalau bukan, mengapa kita masih mencari harta, mencari kesenangan, mencari ini-itu, bahkan saking tidak puas dengan kenyataan manusia harus mati, selalu mencari janji-janji keabadian. Anehnya, ada yang puas hanya dengan sekadar janji.

Apakah semuanya ada karena kamma? Tidak. Kamma hanyalah salah satu dari berbagai hukum yang berlaku di dunia ini. Sementara kita semua tidak tahu bagaimana kita bisa berada dalam keadaan sekarang, banyak teori-teori yang berkembang. Hukum kamma adalah konsep tentang perbuatan yang kembali pada diri kita sendiri, jadi kondisi kita sekarang ini adalah akibat dari perbuatan kita sendiri di masa lampau. Jadi konsep ini bisa cocok di hati orang yang tidak menganut sistem 'pengkambing hitaman' sosok tertentu.

OK saya coba jawab satu-satu.

Quote
Saya lampiran artikel dari Buddha Josaphat :

Apa yang dapat ditawarkan oleh ajaran Buddha dalam hidup manusia? Perbuatan baik?Semua agama memilikinya!!! Yang menjadi pertanyaan adalah “apakah perbuatan baik cukup untuk ” dapat mengatasi problem penderitaan manusia?
Tidak cukup. Perbuatan baik hanyalah penunjang bagi mereka yang ingin mengatasi problem penderitaan. Problem itu diatasi dengan mengembangkan konsentrasi dan kebijaksanaan tentang realita apa adanya.

Kalau saya boleh tanya balik, apakah kemudian kalau perbuatan baik + iman, bisa mengatasi problem penderitaan?


Quote
Apakah tujuan dan arti hidup manusia dibumi ini?
Kalau menganut paham 'penciptaan', tentu kita berkutat pada tujuan dari sebuah ciptaan. Misalnya robot gitu, diciptakan untuk memenuhi fungsi dari si pencipta, apakah untuk melayani, membantu, atau untuk menghiburnya dengan berbagai cara.
Kalau dalam konsep Buddhisme, makhluk itu terlahir terus karena tidak menemukan jalan keluar dari kelahiran (dan kematian) itu sendiri. Jadi konsepnya adalah manusia tersesat dan tidak menemukan jalan keluar. Seorang Buddha mengajarkan jalan keluar dari kekusutan itu sendiri, tapi soal tujuan, adalah kembali ke masing-masing. 


Quote
Apakah manusia hanya terdiri dari 5 skandha saja, setelah mati dia tidak memiliki jati dirinya lagi(anatta) ibarat lilin yang habis terbakar?
Panca khanda (skandha) terus berproses dan tidak akan berhenti kecuali seseorang telah padam sepenuhnya dengan mencabut akar keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin secara total. Paham Buddhis menyebutnya 'parinibbana'.

Kalau mengenai kematian, maka proses itu terus berlangsung, kira-kira seperti api dari lilin satu pindah ke lilin lain. Anatta bukan diartikan seperti 'tidak ada karakter', namun tidak ada dari 5 khanda itu yang sifatnya tetap terus-menerus, namun mengalami perubahan.

Panca khanda secara umum bisa dipisah menjadi bathin-jasmani. Secara jasmani tentu bagi orang bodoh pun bisa melihat bahwa 'rupa' orang bisa berubah sewaktu kecil, remaja, dewasa, dan tua, semuanya tidak ada yang tetap. Entahlah ada yang cukup bodoh mengatakan jati diri adalah salah satunya.
Bathin adalah kelompok kesadaran, persepsi, ingatan, dan perasaan. Contoh perubahannya adalah ketika seseorang yang dulunya tidak bermoral, kemudian belajar Agama Buddha dan menjadi orang bermoral, maka bathinnya berproses. Caranya memandang hidup, caranya menyikapi segala hal, juga berubah. Lantas, jati dirinya sebetulnya yang mana?

Quote
Apakah manusia selama hidupnya tidak pernah berbuat salah?
Salah ini dalam ukuran apa? Kalau dalam Buddhisme, bukan masalah salah atau benar, tapi bermanfaat ataukah tidak bermanfaat. Selama seseorang masih memiliki akar keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin, ia senantiasa masih melakukan hal-hal tidak bermanfaat.

Quote
Apakah setelah menjadi seorang pengikut Buddha apakah hidupnya terbebas dari perbuatan yang dapat menimbulkan kamma(karma) buruk lagi?
Tentu saja tidak. Lantas apa gunanya jadi pengikut Buddha? Secara upacara dan ritual? Tidak ada manfaatnya.
Namun jika memang seseorang melaksanakan Ajaran Buddha, ini manfaatnya:
-Dengan menjalankan moralitas, SEANDAINYA kamma dan kelahiran kembali hanyalah omong kosong, minimal seorang dengan moralitas dapat hidup dengan tenteram di masyarakat, tidak dimusuhi, dihormati oleh orang lain.
-Dengan mengembangkan konsentrasi, SEANDAINYA kamma dan kelahiran kembali hanyalah omong kosong, minimal seseorang tersebut dapat mencapai ketenangan bathin dengan menekan pikiran-pikiran tak bermanfaat.
-Dengan mencapai kebijaksanaan, (tidak ada seandainya,) ia akan langsung memahami apa itu realita dan ilusi, dan dengan demikian, ia tidak terjebak dalam permainan pikirannya sendiri.


Quote
Aliran Buddha Theravada mengajarkan bahwa setiap orang bertanggungjawab atas diri sendiri, apa yang dia tabur itu yang dituainya(hukum sebab musabab kamma/ karma). Setiap orang harus berusaha sendiri untuk mencapai kebuddhaan. Sanggupkah manusia melakukan itu?
Jika manusia memang tidak sanggup, maka tidak akan muncul seorang Buddha seperti Gotama. Memangnya Buddha Gotama bukan manusia? ;D


Quote
Untuk mencapai kebuddhaan menurut ajaran Buddha, dia perlu dilahirkan terus-menerus. Jika ditumpukan tulang-belulang yang dihasilkan oleh lahir-mati calon buddha itu bisa setinggi gunung himalaya dan kebajikannya melebihi jumlah tetesan air samudera. Karena kemustahilan hal-hal tersebut dilakukan maka aliran Buddha Mahayana mengajarkan perlunya “Sang Juru Selamat” agar setelah manusia meninggal bisa melakukan meditasi(siu hen) pada suatu tempat yang disebut ‘sorga barat=Shi Tien, sorga tusitta) itulah yang diajarkan oleh pengikut Buddha Amitabha. Selain perlunya pertolongan dari para bodhisattva( contohnya Dewi Kwan Im atau Avalokitesvara, Maitreya, Kwang Kong= Dewa Perang dll), para pengikut aliran Mahayana juga dianjurkan untuk banyak membaca paritta-parrita( doa-doa mantera) dan memperdengarkan nama-nama Buddha. Dari aliran Buddha Mahayana inilah lahir berbagai aliran yang memakai simbol-simbol Buddha dan istilah-istilah Buddha, namun isi ajarannya sangat jauh berbeda dari ajaran Buddha Gautama. Ada aliran Buddha Maitreya( Lau Bu Nio) walaupun Bodhisatva Maitreya belum lahir jadi Buddha, namun pengikut-pengikut telah mengangkatnya menjadi Buddha, ada aliran Zen Buddha di China, Nichiren Soshu dari Jepang, Buddhisme Tibet atau Trantrayana/ Vajrayana dll. Jika kita lihat maka pemahaman ajaran Buddha terbagi menjadi dua ; 1) Tidak perlu juruselamat dan 2) perlu seorang juru selamat, mana yang mau diikuti? Terserah para pengikutnya yang menentukannya.
Karena minimnya pengetahuan tentang aliran lain, maka tidak saya komentar.


[bersambung]

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #94 on: 29 September 2011, 10:37:40 AM »
[...]
Namun bagi saya yang dulunya pengikut Buddha, saya harus memilih jalan yang lain.

Dibawah ini ada artikel yang pernah saya tulis, mengapa saya perlu juru selamat yang lain, yang ajarannya konsisten dan dapat dipercaya……..Judul karangan saya, “Just be Good, Everyone can go to Heaven……”
Banyak sahabat, teman bisnis yang berasal dari kalangan Buddhis yang pernah mengatakan kepada saya, “Dalam hidup ini kita cuma perlu berbuat sebanyak mungkin kebaikan, maka semua kehidupan kita akan menjadi baik dan lancar – jika kita mati, maka sorga menjadi tempat hunian kita.”
Ada yang mengatakan, ” Jika Anda pernah melakukan sesuatu yang salah, maka berbuatlah sebanyak mungkin kebajikan, ibarat satu sendok garam kejahatan TIDAK ada rasa asinnya( tidak ada artinya, no impact) didalam sebuah sungai kebajikan yang telah Anda lakukan”. Ada yang mengatakan, ” Just be good, setiap orang bisa ke sorga, Just be good, setiap orang bisa menjadi Buddha!”. ” Ooooh gitu ya, siapakah yang mengatakannya seperti itu padamu?” tanya saya. Maka sahabat baik saya itu akan menjawab dengan polos, guru spritualnya. Apakah manusia cukup baik untuk bisa ke sorga dengan segala kemampuannya dengan berbuat baik?
Untuk ke sorga, seseorang harus menjaga moralitasnya. Walaupun seseorang rajin berdana dan membantu orang lain, selama dia sendiri terus membunuh, mencuri, melakukan hubungan seksual dengan cara salah, berbohong, atau mabuk-mabukan, maka menurut Ajaran Buddha, ia tidak akan terlahir di alam bahagia.
Nah, kalau terlahir di sorga aja tidak bisa, boro-boro modal berbuat baik bisa jadi Buddha.


Quote
Saya teringat dalam kisah Ambapali seorang wanita pelacur yang tercatat dalam Therigatha sutta (sutta ini hanya terdapat dalam Tipitaka Therevada, tidak ada dalam sutta/ sutra aliran Mahayana), dimana Sang Buddha Siddharta Gotama menjelaskan kepada muridnya bahwa penyebab Ambapali terlahir sebagai pelacur karena pada zaman Buddha Sikhi, Ambapali pernah menjadi seorang bikkhuni yang pernah sekali waktu, karena dia terburu-buru datang ke wihara(cetya) untuk mendengarkan wejangan Sang Buddha Sikhi, saat dia sampai pada pintu gerbang Wihara, dia melihat ada yang meludahi didekat pintu masuk wihara, karena kesal dia bercelutuk, ” Siapakah pelacur yang telah meludahi tempat ini?” Akibat perkataan tersebut, dia dihukum dineraka dan setelah itu dia harus bertumimbal lahir/ berinkarnasi sebanyak 10.000 ( sepuluh ribu) kali kehidupan sebagai seorang wanita pelacur!!!! Dan terakhir kalinya dia terlahir sebagai pelacur pada zaman Buddha Gotama. Jika kita lihat hukum kamma/ karma yang terjadi pada Ambapali yang karena tidak menjaga mulut dan kesucian hatinya, dia yang hanya mengoceh, belum dalam bentuk tindakan nyata, dia harus mengalami penderitaan demikian hebat!!!! Bagaimana dengan orang-orang yang melakukan berbagai kejahatan, membunuh, melakukan penipuan, berkata tidak jujur, melakukan pencurian, memaki orang, mengejek, menghina dan memandang rendah sesamanya, cakap kotor, berapa kalikah penderitaan yang harus dia pikul dalam lautan samsara(penderitaan) pada setiap kehidupannya seandainya reinkarnasi itu nyata?
Betul, Ambapali terlahir menjadi pelacur karena perbuatan salahnya sendiri. Walaupun penderitaannya banyak, tapi tetap ketika kammanya habis, akan berakhir juga.
Saya lebih kasihan sama orang yang lahir di Sodom dan Gomorrah. Lahir di sana atas kehendak Yang Mahakuasa, bukan kesalahannya sendiri, lalu dibinasakan oleh Yang Mahakuasa sendiri, dan nyemplung ke Neraka ABADI di mana hanya terdapat ratapan dan kertak gigi. Wah, kasihan sekali nasibnya.
Lihat donk Ambapali, sudah nyemplung neraka, jadi pelacur ribuan kehidupan, tapi setelah bertemu Buddha Gotama, akhirnya bisa mencapai kesucian. Mengapakah? Sebab memang selalu ada pengharapan dalam Ajaran Buddha, jika kita mau berubah.


Quote
Orang yang mengatakan, ” Jika Anda pernah melakukan sesuatu yang salah, maka berbuatlah sebanyak mungkin kebajikan, ibarat satu sendok garam kejahatan TIDAK ada rasa asinnya( tidak ada artinya, no impact) didalam sebuah sungai kebajikan yang telah Anda lakukan”. Ada yang mengatakan, ” Just be good, setiap orang bisa ke sorga, Just be good, setiap orang bisa menjadi Buddha!”. Perkataan tersebut kelihatannya menenangkan dan menyemangati hati bagi para pendengarnya. Orang yang mengatakan demikian dan mengajarkan hal tersebut sebenarnya tidak mengerti akan ajaran Buddha tentang hukum Kamma/ Karma dan tidak sesuai dengan pemaparan yang telah diajarkan oleh Buddha Gotama sendiri. Hukum Kamma/ Karma tidak mengenal siapapun Anda, apakah Anda baik, seorang bangsawan, raja/ presiden sekalipun dan banyak berbuat kebaikan, sekali Anda berbuat yang tidak baik, maka Anda akan menerima hukumannya. Hukum Kamma/ Karma adalah hukum alamiah, hukum sebab- akibat.
Wah, pantas saja anda cari jalan lain, pengetahuan hukum kammanya setengah jalan sih. ;D
Saya beri perumpamaan. Seseorang suka mencuri, maka akibatnya ia akan kehilangan. Ketika ia kehilangan, maka ia akan mengalami kesusahan dan kesulitan.
Seseorang suka berdana, maka akibatnya ia sendiri akan memperoleh kebajikan dan kecukupan.

Seandainya kamma buruk dari seseorang yang mencuri berbuah, dia kehilangan uang dan menghadapi kesulitan dan kesusahan. Tapi kemudian kamma baiknya juga berbuah, maka ia dapat bantuan dari teman atau dapat 'proyek' untuk penghasilan tambahan, bukankah kesulitan yang dirasakan menjadi berkurang? Bukankah garam itu menjadi tidak terlalu asin jika ditambah air?


Quote
Apa yang Anda tanam itu yang Anda tuai!
Ya, mungkin begitu kalau kata Galatia 6:7 begitu. Tapi saya juga tidak melihat orang yang menyiksa dan membunuh pengikut Kristus seperti Saulus, 'menuai' penyiksaan dan pembunuhan. Malah sepertinya masuk sorga. Bukannya tadi anda cari ajaran yang konsisten?

Quote
Menurut saya, manusia tidak selamanya terus bisa berbuat baik, ada kalanya dia bisa kilaf/ salah. Sebaik apapun Anda melakukan ajaran Dhamma/ Dharma, Anda tidak terlepas/ terbebas dari kelemahan manusia. Meditasi memang salah satu jalan agar manusia bisa terhindar dari perbuatan yang tidak baik, namun kita tidak selamanya dapat dan tanpa hentinya bermeditasi terus. Dulu saya telah melakukan semua ajaran Buddha tanpa henti-hentinya dengan harapan saya bisa terbebas dari penderitaan hidup, terlepas dari mata rantai samsara, namun hati nurani saya mengatakan itu tidak mungkin bisa Anda lakukan!
Sepertinya itu bukan 'hati nurani', mungkin hanyalah bentuk opini belaka dari seorang putus asa atau patah semangat.


Quote
Kalo gitu siapakah yang bisa menolong saya yang celaka ini? Buddha Gotama bilang, yang bisa menolong saya adalah saya sendiri! Buddha hanya memberi petunjuk, sayalah yang menjalankannya. Haaa???? Saya???!!! Siapakah saya???? Manusia celaka yang pernah berbuat salah ini??? Akhirnya logikaku yang harus berpikir siapakah yang dapat menolong saya??? Buddha tidak, Brahma tidak, Konfusius juga bukan. Bagaimana dengan Lao Tze?. Ternyata Lao Tze memberikan secercah cahaya pengharapan. Lao tze menulis didalam kitab Tao Te Ching yang berisi 5000 huruf kanji dalam bentuk puisi, beliau mengatakan bahwa ada satu pribadi yang menciptakan alam semesta ini termasuk manusia, namun aku (Lao Tze) hanya bisa melihatnya secara samar-samar. Saya tidak tahu siapakah Dia, karena itu saya menyebut-Nya Yang Maha Kuasa. Karena saya tidak tahu nama-Nya, maka dengan terpaksa saya menyebut-Nya “TAO”(道) atau Dào. “Tao ini kelak akan datang mengunjungi manusia, dan Dia mampu mengampuni kesalahan manusia”, tulis Lao Tze(Tao Te Ching Bab 21, Bab 25, Bab 62). Setelah saya banyak membaca kitab suci dari berbagai agama, akhirnya saya menemukan didalam kitab suci orang kr****n dalam bahasa Mandarin, siapa itu TAO. Dalam Yohanes 1 : 1-3; 14 dikatakan : 太 初 有 道,道 与 神 同 在,道 就 是 神。(Taì chū yǒu dào , dào yǔ shén tóng zaì , dào jiù shì shén). Artinya : Pada mulanya adalah Tao (Firman); Tao (Firman) itu bersama-sama dengan Allah dan Tao ( Firman) itu adalah Allah. 这 道 太 初 与 神 同 在。( Zhè dào taì chū yǔ shén tóng zaì). Artinya : Ia (Tao) pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 万 物 是 借 着 他 造 的。凡 被 造 的,没 有 一 样 不 是 借 着 他 造 的。(Wàn wù shì jiè zhe tā zào de . fán beì zào de , méi yǒu yí yàng bú shì jiè zhe tā zào de). Artinya : Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 道 成 了 肉 身 住 在 我 们 中 间, 充 充 满 满 的 有 恩 典 有 真 理 。 我 们 也 见 过 他 的 荣 光, 正 是 父 独 生 子 的 荣 光。( Dào chéng le ròu shēn zhù zaì wǒ men zhōng jiān , chōng chōng mǎn mǎn de yǒu ēn diǎn yǒu zhēn lǐ . wǒ men yĕ jiàn guo tā de róng guāng , zhèng shì fù dú shēng zǐ de róng guāng). Artinya : Tao (Firman) itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa( Allah), penuh kasih karunia dan kebenaran.

Setelah saya membaca semua kitab suci didalam Injil Yohanes, maka saya mengerti bahwa Yesus yang merupakan TAO itu sendiri yang juga dibicarakan oleh Lao Tze mampu membayar segala kesalahan manusia termasuk mengampuni segala kesalahan yang pernah saya perbuat. Yesus menyebut diri-Nya sebagai TAO LU 道路 (Jalan Kebenaran), 真理 zhēnlǐ( Kebenaran itu sendiri) dan 生命 shēngmìng ( Sumber hidup) di Yohanes 14 : 6 yang bisa membebaskan manusia dari mata rantai samsara dalam kehidupan saat ini dan di masa yang akan datang. Yesuslah yang akan membimbing manusia untuk bisa sampai ke nirvana/ nibbana( sorga yang terbebas dari belenggu samsara dimana tidak ada lagi penderitaan, isak tangis karena kematian, tidak ada lagi sakit penyakit, tidak perlu lagi manusia kawin dan mengawini, tidak ada lagi haus dan kelaparan, itulah NIRVANA( Nibbana) yang mulia dan sesungguhnya!!!!!!! Anyone can go to heaven by itself? No. But with and through  we can go to heaven by accepted HIM as a Lord and Savior with faith!!

Semoga semua manusia mengerti kebenaran sesungguh dan terlepas dari belenggu dukkha……
Ya, itu 'kan "KATANYA" buku dan tidak bisa dibuktikan. Tolong donk, yang lebih konkret manfaatnya. Misalnya adakah satu kualitas baik yang hanya bisa ditemukan pada umat yang punya juru selamat, yang TIDAK dapat ditemukan dalam pengikut Buddha?
« Last Edit: 29 September 2011, 10:39:14 AM by Kainyn_Kutho »

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #95 on: 29 September 2011, 10:59:52 AM »
Saya cukup kaget pertanyaan ini tidak ada yang respon. :)
panjang, capek, perlu makan vitamin...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #96 on: 29 September 2011, 11:06:55 AM »
panjang, capek, perlu makan vitamin...
Kalau sebagian saja?

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #97 on: 29 September 2011, 11:16:57 AM »
Saya teringat dalam kisah Ambapali seorang wanita pelacur yang tercatat dalam Therigatha sutta (sutta ini hanya terdapat dalam Tipitaka Therevada, tidak ada dalam sutta/ sutra aliran Mahayana), dimana Sang Buddha Siddharta Gotama menjelaskan kepada muridnya bahwa penyebab Ambapali terlahir sebagai pelacur karena pada zaman Buddha Sikhi, Ambapali pernah menjadi seorang bikkhuni yang pernah sekali waktu, karena dia terburu-buru datang ke wihara(cetya) untuk mendengarkan wejangan Sang Buddha Sikhi, saat dia sampai pada pintu gerbang Wihara, dia melihat ada yang meludahi didekat pintu masuk wihara, karena kesal dia bercelutuk, ” Siapakah pelacur yang telah meludahi tempat ini?” Akibat perkataan tersebut, dia dihukum dineraka dan setelah itu dia harus bertumimbal lahir/ berinkarnasi sebanyak 10.000 ( sepuluh ribu) kali kehidupan sebagai seorang wanita pelacur!!!! Dan terakhir kalinya dia terlahir sebagai pelacur pada zaman Buddha Gotama. Jika kita lihat hukum kamma/ karma yang terjadi pada Ambapali yang karena tidak menjaga mulut dan kesucian hatinya, dia yang hanya mengoceh, belum dalam bentuk tindakan nyata, dia harus mengalami penderitaan demikian hebat!!!! Bagaimana dengan orang-orang yang melakukan berbagai kejahatan, membunuh, melakukan penipuan, berkata tidak jujur, melakukan pencurian, memaki orang, mengejek, menghina dan memandang rendah sesamanya, cakap kotor, berapa kalikah penderitaan yang harus dia pikul dalam lautan samsara(penderitaan) pada setiap kehidupannya seandainya reinkarnasi itu nyata?

Ludah tersebut adalah ludah dari seorang Bhikkhuni yang telah mencapai tingkat kesucian Arahat. Jadi di sini, Ambhapali menghina seorang arahat, sehingga karma buruknya pun besar.

Kita tidak tau bagaimana persisnya karma bekerja, berapa kali atau berapa berat penderitaan yang akan dialami, dst. Tapi saya setuju bahwa akibat dari perbuatan baik/buruk yang kita lakukan ke orang biasa, adalah berbeda dibandingkan bila perbuatan baik/buruk itu dilakukan ke seorang mulia.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #98 on: 29 September 2011, 11:24:39 AM »
Ludah tersebut adalah ludah dari seorang Bhikkhuni yang telah mencapai tingkat kesucian Arahat. Jadi di sini, Ambhapali menghina seorang arahat, sehingga karma buruknya pun besar.

Kita tidak tau bagaimana persisnya karma bekerja, berapa kali atau berapa berat penderitaan yang akan dialami, dst. Tapi saya setuju bahwa akibat dari perbuatan baik/buruk yang kita lakukan ke orang biasa, adalah berbeda dibandingkan bila perbuatan baik/buruk itu dilakukan ke seorang mulia.
Sekadar menambahkan, kalau dalam ilustrasi lain:
Menghujat manusia: OK
Menghujat Yesus: OK
Menghujat Roh Kudus: Eternal Damnation! (Markus 3:29; Lukas 12:10)

Bayangkan, hanya menghujat saja bisa kena hukuman abadi.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #99 on: 29 September 2011, 11:44:55 AM »
" Maka Aku berkata kepadamu, jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan sorga". (Matius 5:20)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #100 on: 29 September 2011, 12:33:12 PM »
Ludah tersebut adalah ludah dari seorang Bhikkhuni yang telah mencapai tingkat kesucian Arahat. Jadi di sini, Ambhapali menghina seorang arahat, sehingga karma buruknya pun besar.

Kita tidak tau bagaimana persisnya karma bekerja, berapa kali atau berapa berat penderitaan yang akan dialami, dst. Tapi saya setuju bahwa akibat dari perbuatan baik/buruk yang kita lakukan ke orang biasa, adalah berbeda dibandingkan bila perbuatan baik/buruk itu dilakukan ke seorang mulia.

cetana yang muncul kan tidak kepada bhikkhuni yg arahat tersebut.
i'm just a mammal with troubled soul



Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #101 on: 29 September 2011, 01:08:40 PM »
^ ^ ^ Ambhapali memang tidak tau bahwa ludah itu adalah ludah bhikkhuni-arahat. Tapi pikiran dan ucapan kebenciannya ditujukan untuk "pemilik" ludah itu.

Kalau ada yang mau menambahkan, atau punya jawaban yang lebih baik dari saya, silakan. Karena terus terang, pengetahuan saya tentang karma sangat minim.

Offline sugianto budiman

  • Teman
  • **
  • Posts: 56
  • Reputasi: -3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #102 on: 29 September 2011, 01:15:47 PM »
Waduuuh!!!! Bingung juga, saya harus nulis darimana, soalnya saya cuma bertanya, malahan aku yang kurang terpelajar ditanyain balik, gua jadi susah?  :'(  . Pendapat Kainyn_Kutho dan Mayvise belum menemukan titik terangnya, dan masih ada kontradiksinya tentang "jalannya karma/kamma".  Saya cuma perlu kejujuran aja dech........Saya yakin Anda berdua telah lama mengikuti ajaran Buddha, apakah  Anda berdua tidak pernah berbuat hal yang "tidak berguna" itu?????? Apakah dalam hal "berbohong" itu bisa dikategorikan sebagai "karma buruk atau karma tidak baik itu?

Apakah Anda berdua yakin, bisa terlepas dari samsara dalam kehidupan ini???? Jika bisa, bolehkah Anda bagikan kepada saya caranya seperti apa dan bagaimana? Jika tidak, kenapa harus mengambil resiko untuk mempercayainya??? Maaf, jika ada kalimat yang salah,  saya cuma pakai logika berbicara agar saya semakin dicerahkan dan terlepas dari kegelapan pikiran.....

Apakah seseorang yang melakukan zinah atau jual diri(prostitusi) bisa dikategorikan sebagai tindakan/ kegiatan yang tidak berguna, bisa disebut sebagai akusala dan dapat menimbulkan kamma/ karma buruk????

Apakah seseorang umat perumah tangga melakukan tindakan akusala( hal yang tidak baik itu) terhadap seseorang yang dianggap lebih suci( karena dia bikkhu/ bikkhuni) maka hukumannya jauh lebih berat dibandingkan dengan umat awam, bagaimana kalo sebaliknya?? Apakah itu tidak diskriminasi namanya seperti yang Buddha Josaphat katakan didalam diskusi di blog Dede itu????

Apakah seorang yang ngakunya telah mencapai kesucian arahat, bisa meludahi tempat sembarang(apalagi dekat vihara/ cetya???) dan menyebabkan Ambapali kena karma buruk, kenapa bisa seperti itu ya karakter seorang arahat???

Manusia seperti Buddha Gotama bisa sempurna seperti itu, bagaimana dengan pengikut-pengikutnya, bisa sempurna seperti Buddha????  ;) Atau cerita tentang kesempurnaan Buddha hanya bersifat mitos/ legenda saja???

Mengenai ajaran anatta juga membingungkan, memang, wajah manusia berubah, dari mudah menjadi tua, tapi orang itu tetap dikenalinkan, itu namanya Ogut, teman sekelas saya di SD, sekarang udah jadi konglomerat.....tetap jati dirinya dikenal "Ogut" namanya. Kalau udah mati, jadi abu atau tulang, tetap namanya Ogut......Kalau nanti terlahir jadi hantu kelaparan, namanya khan tetap Ogut, nggak mungkin namanya jadi "Ananda" ???;D

Salam Metta;





Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #103 on: 29 September 2011, 02:28:44 PM »
Waduuuh!!!! Bingung juga, saya harus nulis darimana, soalnya saya cuma bertanya, malahan aku yang kurang terpelajar ditanyain balik, gua jadi susah?  :'(  . Pendapat Kainyn_Kutho dan Mayvise belum menemukan titik terangnya, dan masih ada kontradiksinya tentang "jalannya karma/kamma".  Saya cuma perlu kejujuran aja dech........Saya yakin Anda berdua telah lama mengikuti ajaran Buddha, apakah  Anda berdua tidak pernah berbuat hal yang "tidak berguna" itu?????? Apakah dalam hal "berbohong" itu bisa dikategorikan sebagai "karma buruk atau karma tidak baik itu?
Tentang jalannya kamma secara pasti, memang orang tidak bisa mengetahuinya. Tapi apa yang kontradiktif antara pertanyaan saya dan Mayvise? Bisa ditunjukkan?
Mengikuti Ajaran Buddha? Saya baru sekitar 5 tahun. Kalau saya sih, bukan pernah lagi, bahkan sering melakukan perbuatan 'tak bermanfaat' itu.

Quote
Apakah Anda berdua yakin, bisa terlepas dari samsara dalam kehidupan ini???? Jika bisa, bolehkah Anda bagikan kepada saya caranya seperti apa dan bagaimana? Jika tidak, kenapa harus mengambil resiko untuk mempercayainya??? Maaf, jika ada kalimat yang salah,  saya cuma pakai logika berbicara agar saya semakin dicerahkan dan terlepas dari kegelapan pikiran.....
Saya? Bahkan secara teori pun saya tidak akan terlepas dari samsara dalam kehidupan ini.
Kenapa harus mengambil risiko? Saya tidak mengambil risiko. Dengan berusaha mengikis keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin, bahkan dalam kehidupan sekarang pun akan menghasilkan manfaat langsung.

Tidak masalah, tanya saja apapun yang anda ingin tanyakan.


Quote
Apakah seseorang yang melakukan zinah atau jual diri(prostitusi) bisa dikategorikan sebagai tindakan/ kegiatan yang tidak berguna, bisa disebut sebagai akusala dan dapat menimbulkan kamma/ karma buruk????
Seorang melakukan zinah berarti mengingkari komitmennya pada hubungan, ini jelas adalah perbuatan yang tidak baik. Perbuatan tidak baik, tentu akan berbuah tidak baik.
Prostitusi melibatkan pembahasan yang lebih luas. Secara umum saya melihat kalau orang harus jual diri demi hidup, adalah akibat dari kamma buruk, namun belum tentu dia sendiri sedang menanam kamma buruk. Yang pasti profesi itu kurang mendukung untuk latihan menjauhi diri dari nafsu.


Quote
Apakah seseorang umat perumah tangga melakukan tindakan akusala( hal yang tidak baik itu) terhadap seseorang yang dianggap lebih suci( karena dia bikkhu/ bikkhuni) maka hukumannya jauh lebih berat dibandingkan dengan umat awam, bagaimana kalo sebaliknya?? Apakah itu tidak diskriminasi namanya seperti yang Buddha Josaphat katakan didalam diskusi di blog Dede itu????
Buah dari kamma itu tergantung dari si pelaku dan juga objek penderita. Makin mulia si objek penderita, maka kamma yang ditanam pun akan lebih 'berbuah', ini berlaku baik kamma baik maupun kamma buruk. Menjadi seorang bhikkhu/bhikkhuni TIDAK otomatis menjadikan orang itu seorang yang mulia. Seorang mulia adalah yang memiliki moralitas dan kebijaksanaan.

Ini pun bukan 'diskriminasi', namun hukum alam yang logis. Sekarang andaikan anda sedang iseng, lalu punya niat gangguin hewan dengan cara melempari batu. Nah, coba saja ke kucing dan ke harimau, nanti lihat akibatnya bagaimana. Kalau berbeda akibat, bisakah dibilang diskriminasi?


Quote
Apakah seorang yang ngakunya telah mencapai kesucian arahat, bisa meludahi tempat sembarang(apalagi dekat vihara/ cetya???) dan menyebabkan Ambapali kena karma buruk, kenapa bisa seperti itu ya karakter seorang arahat???
Sebab kebijaksanaan duniawi dan kebijaksanaan adi-duniawi adalah berbeda. Seorang Arahat telah mengikis habis keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathinnya, namun belum tentu semua Arahat mengetahui tata cara yang berlaku di masyarakat, juga kadang masih ada kebiasaan buruk yang masih terbawa. Namun semua itu tidak lagi dilakukan berdasarkan 3 akar tak bermanfaat tersebut.


Quote
Manusia seperti Buddha Gotama bisa sempurna seperti itu, bagaimana dengan pengikut-pengikutnya, bisa sempurna seperti Buddha????  ;) Atau cerita tentang kesempurnaan Buddha hanya bersifat mitos/ legenda saja???
Kalau dari teorinya, yang sempurna bukan hanya Buddha Gotama, tapi di masa lalu telah ada juga yang sempurna demikian, dan di masa depan juga akan ada yang sempurna demikian. Jika kita berlatih dan berjuang untuk mencapainya, mengapa beranggapan tidak akan bisa?

Tapi sekarang Buddha juga tidak ada, buktinya tidak bisa kita lihat, jadi tidak perlu diterima mentah-mentah bahwa Buddha memang dulu begini-begitu. Boleh saja dianggap sebagai mitos. Manfaat dari Ajaran Buddha bisa diperoleh terlepas dari benar atau tidaknya "mitos"-2 tersebut.


Quote
Mengenai ajaran anatta juga membingungkan, memang, wajah manusia berubah, dari mudah menjadi tua, tapi orang itu tetap dikenalinkan, itu namanya Ogut, teman sekelas saya di SD, sekarang udah jadi konglomerat.....tetap jati dirinya dikenal "Ogut" namanya. Kalau udah mati, jadi abu atau tulang, tetap namanya Ogut......Kalau nanti terlahir jadi hantu kelaparan, namanya khan tetap Ogut, nggak mungkin namanya jadi "Ananda" ???;D
Kalau soal 'dikenali', memang secara kesepakatan bersama ada yang disebut sebagai 'aku' atau 'diri'. Bahkan dalam menceritakan kehidupan lampau sendiri Buddha juga berkata 'dirinya' di masa lampau adalah begini-begitu. Namun kesemuanya itu hanyalah kumpulan khanda yang berproses saja, tidak ada suatu 'inti diri' yang kekal, yang tidak berubah di sana.

Nah, kalau anda bilang ada sebuah jati diri, saya justru mau tanya. Si Ogut ini dulu miskin, jelek, dan jahat. Lalu kebetulan dapat rejeki dan bertobat. Dia lalu operasi plastik jadi super ganteng.
Yang saya mau tanya: jati diri si Ogut itu yang miskin, jelek, jahat, atau yang kaya, ganteng, baik?

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: Dari BUDHA Hingga YESUS
« Reply #104 on: 29 September 2011, 02:55:01 PM »
Waduuuh!!!! Bingung juga, saya harus nulis darimana, soalnya saya cuma bertanya, malahan aku yang kurang terpelajar ditanyain balik, gua jadi susah?  :'(  . Pendapat Kainyn_Kutho dan Mayvise belum menemukan titik terangnya, dan masih ada kontradiksinya tentang "jalannya karma/kamma".  Saya cuma perlu kejujuran aja dech........Saya yakin Anda berdua telah lama mengikuti ajaran Buddha, apakah  Anda berdua tidak pernah berbuat hal yang "tidak berguna" itu?????? Apakah dalam hal "berbohong" itu bisa dikategorikan sebagai "karma buruk atau karma tidak baik itu?

Apakah Anda berdua yakin, bisa terlepas dari samsara dalam kehidupan ini???? Jika bisa, bolehkah Anda bagikan kepada saya caranya seperti apa dan bagaimana? Jika tidak, kenapa harus mengambil resiko untuk mempercayainya??? Maaf, jika ada kalimat yang salah,  saya cuma pakai logika berbicara agar saya semakin dicerahkan dan terlepas dari kegelapan pikiran.....

Apakah seseorang yang melakukan zinah atau jual diri(prostitusi) bisa dikategorikan sebagai tindakan/ kegiatan yang tidak berguna, bisa disebut sebagai akusala dan dapat menimbulkan kamma/ karma buruk????

Apakah seseorang umat perumah tangga melakukan tindakan akusala( hal yang tidak baik itu) terhadap seseorang yang dianggap lebih suci( karena dia bikkhu/ bikkhuni) maka hukumannya jauh lebih berat dibandingkan dengan umat awam, bagaimana kalo sebaliknya?? Apakah itu tidak diskriminasi namanya seperti yang Buddha Josaphat katakan didalam diskusi di blog Dede itu????

Apakah seorang yang ngakunya telah mencapai kesucian arahat, bisa meludahi tempat sembarang(apalagi dekat vihara/ cetya???) dan menyebabkan Ambapali kena karma buruk, kenapa bisa seperti itu ya karakter seorang arahat???

Manusia seperti Buddha Gotama bisa sempurna seperti itu, bagaimana dengan pengikut-pengikutnya, bisa sempurna seperti Buddha????  ;) Atau cerita tentang kesempurnaan Buddha hanya bersifat mitos/ legenda saja???

Mengenai ajaran anatta juga membingungkan, memang, wajah manusia berubah, dari mudah menjadi tua, tapi orang itu tetap dikenalinkan, itu namanya Ogut, teman sekelas saya di SD, sekarang udah jadi konglomerat.....tetap jati dirinya dikenal "Ogut" namanya. Kalau udah mati, jadi abu atau tulang, tetap namanya Ogut......Kalau nanti terlahir jadi hantu kelaparan, namanya khan tetap Ogut, nggak mungkin namanya jadi "Ananda" ???;D

Salam Metta;


Saya coba menambahkan pendapat saya yg belum tentu cocok dengan apa yg anda cari tp mgkn bisa memberikan masukan.

1. Masalah berbohong tentu saja adalah hal yg tidak baik... tidak perlu dikaitkan dengan kamma pun berbohong tentu akan membuat orang tidak percaya sama kita.... biasanya berbohong pasti krn ada maksud dibelakangnya.

2. masalah berbuat "berbuat hal tidak berguna tsb", seperti penjelasan bro kaynin, selama bathin ini belum terbebas dari keserakahan, kebencian, dan kebodohan, tentu kita masih bisa melakukan "perbuatan yng tidak berguna tsb". Cuma kalo kita mempunyai "kesadaran" yang baik setiap kali mau berbuat sesuatu kita renungkan dulu, hal ini tentu akan dpt banyak mengurangi jumlah "perbuatan yang tidak berguna tsb"...

3.Masalah terbebas dari alam samsara dalam kehidupan ini?.... semua ini tergantung pada usaha kita sendiri untuk merealisasikan..dengan tekad dan usaha dan juga parami yang mendukung tentu bisa merealisasikan pencerahan dalam kehidupan ini... tetapi masalah bukan pada bisa atai tidaknya tetapi pada tekad dan usaha dalam mengembangkan SILA, SAMMADHI, PANNA...... Kalo pun tidak merealisasikan pencerahan didalam kehidupan ini, setidaknya sudah hidup dengan bathin yang tenang dengan mengembangkan SILA, SAMMADHI, PANNA ini... dan bisa dirasakan saat ini jg tanpa perlu tunggu mati dulu... jd tidak sia-sia melakukan hal tsb...

4. Berat tidaknya kamma tergantung pada besar dan kemulian obyek... tentu membunuh semut beda kammanya dg membunuh seekor gajah... Kalo yg suci melakukan kamma buruk??.. kalo sudah suci tentu tidak akan memperkosa ato berzinah lagi atau melakukan kamma buruk lagi.....

5. Kesempurnaan BUddha juga tidak capai dalam sekejap atau satu kehidupan tetapi berkalpa-kalpa lamanya.... Buddha menyempurnakan 10 parami dalam wkt yang sangat sangat lama (asenkeyyakappa)....jika semua pengikut Buddha menjalankan apa yang diajarkan oleh Buddha tentu bisa menjadi Buddha.... setiap makhluk punya potensi yang sama kalo dalam pandangan Ajaran Buddha..

6. Nama orang hanyalah nama...cuma untuk memudahkan komunikasi.... Nama hanya pemberian dari orang lain.. ketika lahir kita dinamakan A oleh orang tua kita.... dan nama ini juga bisa berubah kalo kita inginkan... jd ini tidak dpt disebut sbg jati diri yg sebenarnya.....