Siapakah yang masih pake topeng
Kok masih bertanya begitu, apa masih belum nangkap juga apa pelajarannya???
Tidak perlu mempermasalahkan siapa yg memakai topeng. Mungkin saya, mungkin anda, dan juga mungkin semua peserta di milis ini. Buat apa menunjuk hidung orang lain???
Intinya saya cuman ingin kembali memunculkan 'cermin' itu
buat orang banyak, dan menambahi komentar anda di awal yaitu menyampaikan bermudita citta bila ada orang yg berusaha untuk tidak munapik. Karena hal itu benar2 indah. Itu merupakan suatu awal langkah yg bagus.
Jadi, bukan untuk menyindir anda, walaupun kemungkinan tersebut saya sadari tak terelakkan. Tapi itu langkah saya utk membuka dialog ini dengan mempertimbankan reaksi2 yg mungkin muncul. Yaitu : bahwa kalau anda tersinggung, anda tidak perlu mencari kambing hitam. Mengapa Buddhist tampaknya khawatir sekali bila penampilannya tampak tersinggung? Menurut saya tersinggung adalah hal yg wajar2 saja. Dan itu bisa dikomunikasikan dengan bicara baik2 toh?
Tapi bukan kemudian mencari dalih-dalih pembenaran diri (bahkan kadang2 dengan ayat2 sutta) atau lebih parah lagi bersandiwara-alim padahal menggigit. Itulah pesan dari foto karikatural yg saya buat.
Mencoba utk tidak munafik adalah hal yang bagus. Tetapi setelah itu, jangan kaget melihat kenyataan yang ada. Itulah wajah asli kita.
Jangan kemudian
"Buruk muka cermin dibelah", atau menjadi marah kemudian menyalahkan orang/pihak lain dengan dalih yang macam-macam bahkan kemudian karena kesal melakukan "Melempar batu sembunyi tangan" sekedar utk melemparkan kesalahan pada orang/pihak lain.
Di forum ini, banyak saya lihat, orang (A) yang menyindir secara halus, tapi manakala sindirannya itu dipatahkan oleh si B dan dieksplisitkan 'wajah aslinya', mereka jadi tersinggung dan kemudian malah menyalahkan si B seakan-akan sebagai si pembuat keonaran.
Kemudian ada juga kejadian dimana si A sebagai penggugat menantang untuk beradu teori. Manakala dia pada akhirnya tidak berkutik menghadapi si B (defender), si A kemudian menjadi marah dan menggunakan penyerangan pribadi, atau sindiran-sindiran atau menyalahkan si B sebagai orang yang egonya kuat (egois) dsb. Ini konyol sekali. Salah atau kalah berargumentasi ya akui saja secara jantan, dan artinya harus belajar lagi. Dan berterimakasihlah kepada yg sudah bersabar utk menjelaskan.
Kita belajar Buddhism kan
bukan untuk adu tampil alim-aliman bukan? Tapi untuk belajar. So, gunakanlah setiap event utk belajar. Dan itu perlu sikap
sportif dan jantan.