Intinya, sila ke-6 itu adalah menghindari makan di waktu yang salah, dalam hal ini diartikan sebagai "setelah tengah hari".
Kenapa disebut sebagai "waktu yang salah"? kalau saya baca di Majjhima Nikaya 66 (http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_66:_La%E1%B9%ADukikopama_Sutta), malam hari disebut sebagai waktu yang salah bagi seorang bhikkhu yang mengembara untuk menerima dana makanan karena:
1. “Pernah terjadi, Yang Mulia, para bhikkhu itu mengembara untuk menerima dana di malam hari yang gelap gulita telah terperosok ke lubang kakus, jatuh ke saluran air kotor, menabrak semak berduri, dan menabrak sapi yang sedang tertidur;
2. mereka telah bertemu dengan para penjahat yang telah melakukan kejahatan dan yang sedang merencanakan kejahatan,
3. mereka digoda secara seksual oleh perempuan-perempuan.
4. Suatu ketika, Yang Mulia, aku sedang berjalan untuk menerima dana makanan di malam yang gelap gulita. Seorang perempuan yang sedang mencuci panci melihatku dengan cahaya kilat halilintar dan ia berteriak ketakutan: ‘Kasihanilah aku, setan telah datang padaku!’ aku memberitahunya: ‘Saudari, aku bukan setan, aku adalah seorang bhikkhu [449] yang sedang mengumpulkan dana makanan.’ – ‘Maka, engkau adalah seorang bhikkhu yang ibu dan ayahnya telah mati! Lebih baik, bhikkhu, engkau membelah perutmu dengan pisau daging yang tajam daripada berkeliaran mencari dana makanan demi perutmu di malam yang gelap gulita ini!’
dan yang terakhir (di sutta sebetulnya disebut pertama kali):
5. Kemudian ada suatu kejadian ketika Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut: ‘Para bhikkhu, tinggalkanlah makan di malam hari, yang adalah di luar waktu yang selayaknya.’ Yang Mulia, aku kecewa dan sedih, dengan pikiran: ‘Sang Bhagavā memberitahukan kami untuk meninggalkan makanan yang lebih mewah dari dua kali makan kami, Yang Sempurna memberitahukan kami agar meninggalkannya.’ Suatu ketika, Yang Mulia, seseorang telah memperoleh sup pada siang hari dan ia berkata: ‘Sisihkanlah itu dan kita akan memakannya bersama pada malam hari.’ [Hampir] semua makanan dipersiapkan pada malam hari, sedikit pada siang hari. Demi cinta kasih dan penghormatan kepada Sang Bhagava, dan karena malu dan takut akan pelanggaran, kami meninggalkan makan di malam hari, yang di luar waktu selayaknya.
yang warna ungu ini saya kurang paham. Mungkin maksudnya tentang kesederhanaan 'makan secukupnya'?
note: link MN 66: http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17773.msg290598.html#msg290598,
__________________________
Berdasarkan sutta itu, hal-hal yang menjadikan malam hari sebagai "waktu yang salah" (nomor 1-4), tidak berlaku bagi umat awam yang sebenarnya tidak mengembara mencari dana makanan.
Tapi IMHO, poin ke-lima yang menjadikan atthasila (tidak makan setelah tengah hari) berlaku bagi umat awam. CMIIW.
Tapi kalo seperti itu, memang jadinya lebih relatif sih. Kadar "secukupnya" bagi setiap orang itu beda-beda. Dan waktunya juga tidak harus sebelum tengah hari..
___________________________
Atau sila ke-6 adalah tentang "meniru para arahat"? Karena malam hari adalah waktu yang salah bagi Arahat yang notabene adalah bhikkhu yang mengembara mencari dana makanan di malam hari. Jadi walaupun umat awam, tapi kita meniru para Arahat sehingga kita tidak makan di "waktu yang salah bagi para bhikkhu".
soal meniru arahant, ada jg di http://dhammacitta.org/dcpedia/Uposatha#Uposatha_lengkap_dengan_delapan_faktor (http://dhammacitta.org/dcpedia/Uposatha#Uposatha_lengkap_dengan_delapan_faktor)iye tp apa gunany dunk? knp kalo nyeker ga ditiru?? ::)
iye tp apa gunany dunk? knp kalo nyeker ga ditiru?? ::)apa gunanya??..ada di sini ..silakan baca..
apa gunanya??..ada di sini ..silakan baca..uda baca ttp isiny cuman ikut2an doang
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24471.msg453241.html#msg453241 (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,24471.msg453241.html#msg453241)
iye tp apa gunany dunk? knp kalo nyeker ga ditiru?? ::)good point...
halo semua member dc mohon bantu saya untuk mendapat pencerahan.balik ke inti pertanyaan, apakah salah? salah benar itu sebenarnya relatif. jika tidak ada aturan maka tentu tidak salah. Jika mengambil aturan yg melarang yah tentu salah. Jika menurut bidang lain misalnya, kesehatan, estetika (maksa), hukum atau lainnya tentu masing2 memiliki rule masing2. Tiap "bidang" punya alasan masing2 mengapa dikatakan salah/benar.
dalam sila keenam dikatakan tidak makan setelah lewat waktu tengah hari.
dan dikatakan juga tidak makan di waktu yang salah.
pertanyaan saya apakah yang di maksud waktu yang salah?
apakah kita sebagai manusia salah untuk makan di sore hari atau malam hari?
jadi pada inti nya tidak ada yang salah juga tidak selalu benarcuma tambahan aja, sepertinya kalau hanya sekadar disiplin sih terlalu simple imo. Mungkin kita harus mempertimbangkan lingkungan sosial masyarakat dan teknologi juga ketersediaan sumber daya pada waktu itu.
saya rasa para arhat dan sesepuh zaman dulu melakukan ini karena disiplin dalam menjalankan kehidupan mereka seharu hari.
baik lah dengan ini saya mengerti dan kasus ini bisa berhenti disini.
terima kasih atas pencerahan para member dc semua.
kalo ane blm ngerti jd msh trus yah drpd bikin trit baru...yah kalau mau lanjut silahken saja sih.
cuma mo jwbn aja arahat knp milih mkn jem sgitu?? apa manfaatny?
cuma tambahan aja, sepertinya kalau hanya sekadar disiplin sih terlalu simple imo. Mungkin kita harus mempertimbangkan lingkungan sosial masyarakat dan teknologi juga ketersediaan sumber daya pada waktu itu.
yah kalau mau lanjut silahken saja sih.
seperti sebelumnya tadi, kenapa milih jam segitu harusnya ada hubungan sama keadaan sosial masyarakat saat itu.
kalo ane blm ngerti jd msh trus yah drpd bikin trit baru...
cuma mo jwbn aja arahat knp milih mkn jem sgitu?? apa manfaatny?
Baca postingan saya, postingan yang kedua di thread ini.. sebelum komentar, baca dulu..uda baca kk sami mawon
mgkn krn tradisi ye? tp dimana2 budhis ngakunya ga ikut tradisi...
Oleh karena itu, warga suku Kalama, janganlah percaya begitu saja berita yang disampaikan kepadamu, atau oleh karena sesuatu yang sudah merupakan tradisi, atau sesuatu yang didesas-desuskan. Janganlah percaya begitu saja apa yang tertulis di dalam kitab-kitab suci; juga apa yang dikatakan sesuai dengan logika atau kesimpulan belaka; juga apa yang katanya telah direnungkan dengan seksama; juga apa yang kelihatannya cocok dengan pandanganmu; atau karena ingin menghormat seorang pertapa yang menjadi gurumu.
binun... ::)
Sebaiknya tidak memotong satu paragraf kalimat asli dari Kalama Sutta. Kebiasaan orang suka memotong-potong kalimat dari Kalama Sutta. Di sana sebenarnya ada terusannya:iya kk drtd ane tanya gunany apa makan sblm tgh hr? tercelany gmana kalo stlh tgh hr? kalo buddha bilang ga bole mkn ikan tongkol hny krn buddha dianggep bijaksana lantes diikutin aje??
......Tetapi, warga suku Kalama, kalau setelah diselidiki sendiri, kamu mengetahui, ‘Hal ini tidak berguna, hal ini tercela, hal ini tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, hal ini kalau terus dilakukan akan mengakibatkan kerugian dan penderitaan, maka sudah selayaknya kamu menolak hal-hal tersebut.”
Jadi mengikuti tradisi bukannya tidak boleh sama sekali tapi harus ditelaah dulu apakah berguna, tercela, tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, mengakibatkan kerugian dan penderitaan.
Kalama Sutta bukan mengajarkan agar menjadi antipati dengan berita, kitab, ajaran, tradisi, dll.
iya kk drtd ane tanya gunany apa makan sblm tgh hr? tercelany gmana kalo stlh tgh hr? kalo buddha bilang ga bole mkn ikan tongkol hny krn buddha dianggep bijaksana lantes diikutin aje??
iye bearti sama kea monyet yg nggebugin temen yg naek tangga dunk??
:o jdny buddha ga jelasin ni manfaatny?? smua tgantung msg2 org mrenungkan?
Setelah monyet, saya juga jadi ingat kucing. (http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,22337.msg398080.html#msg398080) Kehadiran kucing dalam meditasi tidak diketahui secara pasti alasannya, namun karena sudah menjadi kebiasaan, maka dibuatlah cocologi tentang pentingnya kehadiran kucing dalam meditasi. Kisah lengkapnya bisa dibaca di sini (http://paulocoelhoblog.com/2012/09/05/cat-in-meditation-3/).
The sixth of the eight Precepts and ten Precepts is Vikala bhojana vermani sikkhapadam samadhiami, I take the precept not to eat at the wrong time. 'Wrong time' (vikala) has long been interpreted to mean after noon or midday, although I know of no place in the suttas where this is specifically stated. The overall purpose of this rule is clear enough – to encourage moderation in eating (Sn.707) and to keep drowsiness due to a full stomach at bay. But the part about not eating after midday is less clear. The origin story in the Vinaya explaining this rule is unconvincing and obviously a later invention. According to this story, a monk was standing at someone's door late at night. As the woman of the house approached the door a sudden flash of lightening illuminated him, frightening the woman half to death, and to prevent this from happening again the Buddha instituted the rule. The only justification the Buddha gives for this rule is that it is good for the health and he does not mention what the 'wrong time' is other than to say the 'evening' or 'night' (ratti). He said, 'I do not eat in the evening and thus I am free from illness and affliction and enjoy health, strength and ease' (M.I,473). But I can see not reason why eating only in the morning should be any more or less healthy than eating only in the afternoon.
I suspect that the rule has its origins in two things. That eating before noon was already a well-established convention amongst wandering ascetics and the Buddha simply asked his monks and nuns to follow this convention. And the reason why this convention evolved in the first place was probably because, then as now, Indian peasant women cooked all the day's food early in the morning and the main meal of the day was in the morning. In other words, the most convenient time to go for alms gathering (pindapata) was in the morning. Noon was probably used as the cut-off point for not eating because it could be known exactly. Its also pretty certain also that monks and nuns only eat one meal a day because, not doing hard physical labour, they did not need that much food. So it is important to understand that noon is not some magical time, after which consuming food becomes a moral failing. It is just a convenient, and at that time a practical, way of dividing the day.
http://sdhammika.blogspot.com/2009/04/commandments-and-precepts_30.html
Pendapat Bhikkhu S. Dhammika tentang sila ke-6 ini:tp kalo di sutta buddha ada umpamain bhikhu yg ga makan stlh lewat tgh hr yg mewarisi dhamma ntu...
Sepertinya sila ini ditetapkan untuk mengikuti tradisi kebiasaan orang India kuno saat itu. Hmmm.... :-?
tp kalo di sutta buddha ada umpamain bhikhu yg ga makan stlh lewat tgh hr yg mewarisi dhamma ntu...Ini nih ngeyel ato ngetest sihhh...udah deh cucu kalo ga mau ikutan kagak ada yang maksa juga kok...
mustiny gpp kan makan sisaan krn telat dtg?? ~X(
Ini nih ngeyel ato ngetest sihhh...udah deh cucu kalo ga mau ikutan kagak ada yang maksa juga kok...iih... sapa jg mo ikutan?? ane ga ky oma yg member cult buddha mo ngomong ape di ikutin aje
Memang sang Buddha menerapkan peraturan dilarang makan diwaktu yang salah demikian untuk meningkatkan kesadaran, dikarenakan tujuan meditasi adalah meningkatkan kesadaran, efek dari jika makan malam hari akan meningkatkan kemalasan, kelambanan (thinamiddha) membuat para bhikkhu jadi kesulitan meningkatkan kosentrasinya karena mengantuk (krn perut kenyang setelah makan mengakibatkan mengantuk). Kita memerlukan tenaga untuk kegiatan di pagi hingga sore hari sehingga kita butuh asupan energi yang didapat dari makan, sedangkan malam kita sudah tidak melakukan kegiatan apa2 jadi tidak membutuhkan asupan energi dari makan lagi, dan akan membantu tubuh untuk membuang racun dalam tubuh dg mengistirahatkan pencernaan, dengan cara puasa tidak makan malam hari adalah juga salah satu cara membuang racun dalam tubuh.
tp kalo di sutta buddha ada umpamain bhikhu yg ga makan stlh lewat tgh hr yg mewarisi dhamma ntu...
mustiny gpp kan makan sisaan krn telat dtg?? ~X(
Sebenarnya kalo baca suttanya secara lengkap (MN 3 Dhammadayada Sutta (http://dhammacitta.org/dcpedia/MN_3:_Dhammad%C4%81y%C4%81da_Sutta)), Sang Buddha di sana memberikan pilihan: menjadi pewaris materi (dalam hal ini makan makananan yang tersisa dan tidak kelaparan) atau menjadi pewaris Dhamma (dengan tidak makan makanan sisa dan kelaparan, namun bisa meningkatkan spiritualnya). Bhikkhu yang baik tentunya memilih untuk menjadi pewaris Dhamma....
jdny gini kk...
klo ikut bhikhu dhamika jdny yg ga mkn ntu mewarisi tradisi bkn dhamma... tp klo ikut suttany mk bhikhu dhamika yg blg cuman tradisi ngak pas... gmana donk?? ::)