Bro Markos,
Cerita mengenai Raja Bimbisara saya rangkum dari buku Kronologi Hidup Buddha karya Bhikkhu Kusaladhamma, terbitan Karaniya dan Ehipassiko Foundation.
Pada Bab 27 (Bimbisara Raja Penyantun Yang Pertama) hal 201-203, dikisahkan Sang Buddha mengunjungi kota Rajagaha, ibukota Magadha untuk memenuhi janjiNya pada Raja Bimbisara. Ketika mendengar kabar gembira mengenai kedatangan Yang Terberkahi, dengan diiringi seratus duapuluh ribu brahmin perumah tangga di Magadha, Raja Bimbisara segera pergi menemui Yang Terberkahi. dst
Tatkala para brahmin perumah tangga tersebut melihat Yang Terberkahi dan Bhikkhu Uruvela Kassapa, mereka menjadi bingung karena tahu bahwa Uruvela Kassapa selama ini dikenal sebagai guru yang hebat. Namun mereka juga mendengar bahwa nama harum Bhikkhu Gotama belakangan telah menyebar. Karena itu mereka bertanya-tanya: "Apakah Bhikkhu Gotama menjalani hidup suci di bawah bimbingan Bhikkhu Uruvela Kassapa ataukah Bhikkhu Uruvela Kassapa menjalani kehidupan suci di bawah bimbingan Bhikkhu Gotama?"
Akan tetapi, Yang Terberkahi mengetahui pikiran mereka, lalu bertanya kepada Bhikkhu Uruvela Kassap: "O Kassapa, apa yang menyebabkan Anda meninggalkan pemujaan api?"
Bhikkhu Uruvela Kassapa menjawab: "Setelah melihat noda dalam kelima kesenangan indrawi, serta para wanita yang dijanjikan sebagai imbalan untuk pemujaan api, saya menjadi sadar bahwa pemujaan dan pengorbanan itu tidak lagi membawa kebahagiaan bagi saya. Karena itu, O Bhante, saya meninggalkan praktik pemujaan api."
"Akan tetapi, Kassapa, jika Anda tidak berbahagia dengan semua ini, lalu apa yang membahagiakan hati Anda di dunia para dewa dan manusia?" tanya Yang Terberkahi.
"Saya telah menyadari kedamaian Nibbana, yang bebas dari kotoran bathin, yang hanya dapat dicapai seseorang melalui Jalan Kesucian, yang tidak mengalami perubahan, yang bebas dari nafsu atau kemelekatan terhadap kehidupan. Setelah menyadari Dhamma yang halus ini, O Bhante, saya tinggalkan praktik pemujaan api," jawab Bhikkhu Uruvela Kassapa.
Setelah itu, Bhikkhu Uruvela Kassapa bangkit dari duduknya, menata jubahnya pada satu bahu, dan bersujud dengan kepala menyentuh kaki Yang Terberkahi, sambil mengucapkan pengakuan: "Bhante, Yang Terberkahi adalah guru saya; saya adalah siswaNya."
Dengan pengakuan pribadi dari Bhikkhu Uruvela Kassapa tersebut lenyaplah kebingungan para brahmin. Mereka menjadi yakin bahwa Bhikkhu Uruvela Kassapa menjalani kehidupan suci di bawah bimbingan Bhikkhu Gotama. Dan ketika bathin mereka terbebas dari keraguan dan siap menerima bimbingan, Yang Terberkahi memberikan khotbah ajaran bertahap dan Empat Kebenaran Mulia. Setelah mendengarkan Dhamma tersebut, batin mereka menjadi bebas dari rintangan. Pada akhir pembabaran, dengan batin yang murni dan bahagia, keseratus sepuluh ribu brahmin yang dipimpin oleh Raja Bimbisara itu mencapai tataran kesucian pertama; sepuluh ribu brahmin lainnya menjadi umat awam yang bernaung kepada Tiga Pernaungan.
Kemudian, Raja Bimbisara yang juga telah menembus Dhamma dan menjadi Sotapanna berkata kepada Yang terberkahi, dst
Lalu pada Bab 66 (Ambapali, Wanita Penghibur Yang Menjadi Araha), hal 591 dikisahkan tentang pertemuan Raja Bimbisara dengan Ambapali dan dari hubungan ini melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Vimala Kondanna.
Juga dikisahkan pertemuan Ambapali dengan Sang Buddha.
Setelah dewasa diceritakan juga bahwa Vimala Kondanna, putra dari Ambapali dan Raja Bimbisara juga bertemu dengan Yang Terberkahi dan terkesan dengan keagunganNya. Ia lalu memasuki Persamuhan dan mencapai tataran Arahatta tak lama sesudahnya.
Bro markos, mohon maaf saya tidak bisa mengetik ulang secara lengkap. Saya juga sedang mencari referensi lain untuk mengetahui seberapa kronologis antara beberapa kejadian tersebut.
Kalau hubungan Raja Bimbisara terjadi sebelum beliau mencapai Sotapanna maka permasalahannya menjadi jelas, tapi kalau terjadi sesudahnya maka hal itu yang masih membuat saya agak bingung (walau penjelasan bro sebelumnya cukup dapat saya terima ).