saya dapat mengatakan kata menghina dan kata mencela adalah berbeda arti dan tidak sama dan anda pasti akan mencari celah untuk menjawab pernyataan saya karena kata menghina dan mencela adalah relatif, tergantung konteks dan ujung ujungnya akan menjadi debat kusir.
Jika hanya bermain kata kata dan tidak melihat konteks yang dibicarakan maka diskusi ini tidak akan berakhir karena arti kata dapat dibengkokkan dan ujung2nya yang menjadi perdebatan akhirnya adalah arti kata menurut versi anda dan menurut versi saya
seperti mencuri, seseorang pria mencuri hati seorang wanita
anda hanya berusaha membawa konteks keluar dari yang dibicarakan.
sedangkan dalam konteks seseorang yang melakukan perbuatan tsbt , semua dikembalikan pada niat seseorang dalam melakukan perbuatan.
Terhina atau tidaknya seseorang dilihat dari niat seseorang dalam melakukan suatu perbuatan dan tidak ditentukan dari suatu kata.
jadi akibatnya ditentukan dari niat dan pikiran seseorang dalam melakukan suatu perbuatan
aye hanya ingin membandingkan saja, di sutta lain disebutkan (walau berbeda aliran)
1.5. ‘Para bhikkhu, jika seseorang menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, [3] kalian tidak boleh marah, tersinggung, atau terganggu akan hal itu. Jika kalian marah atau tidak senang akan penghinaan itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Karena jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, dan kalian marah atau tidak senang, dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka katakan itu benar atau salah?’ ‘Tidak, Bhagavā.’ ‘Jika orang lain menghina-Ku, Dhamma, atau Sangha, maka kalian harus menjelaskan apa yang tidak benar sebagai tidak benar, dengan mengatakan: “Itu tidak benar, itu salah, itu bukan jalan kami,[4] itu tidak ada pada kami.”’
1.6. Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian tidak boleh gembira, bahagia, atau senang akan hal itu. Jika kalian gembira, bahagia, atau senang akan pujian itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Jika orang lain memuji-Ku, Dhamma, atau Sangha, kalian harus mengakui kebenaran sebagai kebenaran, dengan mengatakan: “Itu benar, itu tepat sekali, itu adalah jalan kami, itu ada pada kami.”’
http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_1:_Brahmaj%C4%81la_Sutta