Apa yang saya katakan adalah pendapat para pakar Tipitaka ...
Mungkin bisa Pak Hud lampirkan disini pendapat 'ahli Tipitaka' yg mengatakan bahwa JMB-8 bukan dari mulut Sang Buddha?
Dalam menggunakan kitab suci, kita perlu meninjau sampai di mana keabsahannya. Ini sesuai dengan ajaran Sang Buddha agar bersikap kritis terhadap ajaran apa pun. ... Kalau Anda memperlakukan Tipitaka Pali dari A sampai Z dengan keabsahan yang sama ("semuanya berasal dari Sang Buddha"), lalu Anda mau menggunakan SELURUH isi Tipitaka itu untuk menuntun praktik spiritual Anda, silakan. ... Itu salah satu perbedaan penting antara pemahaman Anda dan pemahaman saya.
Dalam praktik, memang kita menggunakan beberapa bagian dari Tipitaka sebagai tuntunan dan tidak perlu mempelajari keseluruhan tipitaka. Dan sejauh ini, sy tidak melihat keanehan dari tipitaka yg menyangkut masalah praktik. Sejauh menyangkut tuntunan praktik, sy melihat tipitaka masih aman2 saja.
Lain halnya dalam berdiskusi, tidak pada tempatnya kita mencomot satu bagian dari tipitaka untuk dijadikan referensi, namun ketika orang lain mencomot bagian lain dari tipitaka, kita katakan yg dicomot tsb bukan dari mulut Sang Buddha langsung.
Andalah yang menggunakan kata "PALSU" di sini. Saya sama sekali tidak mengatakan bagian-bagian yang lebih muda dalam Tipitaka Pali itu "PALSU".
Pak Hud mengatakan "
Jalan Mulia Beruas 8 diragukan kebenarannya dari mulut Sang Buddha langsung, mungkin ditambahkan belakangan" bukankah kalimat tsb
sama saja dengan mengatakan "
Jalan Mulia Beruas 8 kemungkinan Palsu".
BTW, Kalau Bapak tidak mengatakan Palsu, berarti Bapak berpendapat JMB-8 benar2 ASLI dari mulut Sang Buddha?
Menurut Anda "Dhammacakkapavattana-sutta"? ... Itu sutta yang relatif baru disusunnya, banyak penambahan-penambahan. Aslinya tidak seperti itu. ...
'Asli'nya seperti apa Pak?
Aslinya tidak seorang pun tahu. ...
Karena tidak tau aslinya, bagaimana bisa mengatakan itu 'tidak asli'?
Jika berdasarkan ehipassiko, saya pribadi meyakini JMB 8 benar2 tokcer. Demikian juga, beberapa Bapak-bapak lain tidak ada yg memprotes JMB 8, misalnya: Mahasi Sayadaw, Pa Auw Sayadaw, U Ba Khin, Nanamoli, Bodhi, Achan Chah, Achan Sumedho, Achan Brahmavamso....
Bagi orang-orang tsb, JMB 8 memang benar Sabda Sang Buddha.
Yang jelas bagi saya, tidak mungkin secara aktual Sang Buddha berkhotbah seperti yang kita baca dalam 'Dhammacakkasutta' itu. ... Mendengar khotbah kata demi kata seperti yang tercantum itu, lengkap dengan pengulangan-pengulangannya, barangkali kelima pertapa itu sudah tertidur. ...
Diperlukan virya Pak.... dan memang tidak gampang untuk mengikis LDM, perlu usaha yg tekun.
Juga, kita tidak bisa berspekulasi ke lima pertapa tidur / tidak ketika mendengar Sabda Sang Buddha. Tidak Relevan membandingkan petapa yg bertahun2 menyepi di hutan dengan kita yg sibuk di metropolitan. Kita mungkin tertidur, mereka mungkin bisa tahan 5 hari tidak tidur...
Salam,
willi
::