//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Poll

apakah praktik MMD sesuai dengan Buddhisme Theravada?

Sesuai
22 (52.4%)
Tidak sesuai
20 (47.6%)

Total Members Voted: 41

Voting closed: 11 August 2008, 12:01:45 AM

Author Topic: MMD [pool]  (Read 209110 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD [pool]
« Reply #405 on: 09 August 2008, 07:19:27 AM »
bukan bapak koq, saya menghormati bapak, cuma ada oknum saja yang memusuhi saya keknya yah maklum lah pak setan khan dibenci orang :))

O, oknum to, jadi bukan "pihak MMD", ya. :) ...
Jangan salah paham, ya, saya senang sama setan Ryu, kok.  :))

Salam hangat,
hudoyo

:)) entar aye dikira lagi nyogok nich ama bapak :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD [pool]
« Reply #406 on: 09 August 2008, 07:22:53 AM »
apakah berbuat baik dulu baru pencerahan atau pencerahan dulu baru berbuat baik?
Sang Buddha ketika sudah mencapai pencerahan toh tidak diam saja, dia berbuat baik khan pak dengan mengajarkan Dhamma :)

Betul. Bahkan orang yang tercerahkan bisa berkarya jauh lebih hebat daripada seorang puthujjana, orang lain sudah kehabisan stamina, seorang tercerahkan tetap cerah dan segar bekerja terus ...

Apakah Sang Buddha "berbuat baik" dengan mengajarkan Dhamma? ... Yang mengatakan itu "baik" kan kita-kita yang puthujjana ini. ... Sang Buddha sendiri tidak pernah merasa dirinya menjadi "orang baik", lho ... beliau sudah tidak punya aku lagi.

Salam,
hudoyo

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD [pool]
« Reply #407 on: 09 August 2008, 07:41:55 AM »
Quote
Kisah Angulimala Thera ( XIII:7 )

Angulimala adalah putra seorang kepala pendeta di istana Raja Pasenadi dari Kosala. Nama aslinya adalah Ahimsaka. Ketika dia sudah cukup umur, ia dikirim ke Taxila, sebuah universitas besar yang terkenal. Ahimsaka sangat pandai dan juga patuh kepada gurunya. Oleh karena itu ia di senangi oleh guru maupun isteri gurunya. Murid-murid yang lain menjadi iri hati kepadanya. Mereka pergi kepada gurunya dan dengan berbohong melaporkan bahwa Ahimsaka terlibat hubungan gelap dengan isteri gurunya. Mulanya, sang guru tidak mempercayai mereka, tetapi setelah di sampaikan beberapa kali dia mempercayai mereka. Dia bersumpah untuk mengenyahkan Ahimsaka. Untuk melenyapkan anak tersebut harus dengan cara yang sangat kejam, sehingga dia memikirkan sebuah rencana yang lebih buruk daripada pembunuhan. Dia mengajarkan Ahimsaka untuk membunuh seribu orang lelaki maupun wanita dan setelah kembali dia berjanji untuk memberikan kepada Ahimsaka pengetahuan yang tak ternilai. Anak itu ingin memiliki pengetahuan ini, tetapi sangat segan untuk membunuh. Terpaksa dia menyetujui untuk melaksanakan apa yang telah diajarkan kepadanya.

Ahimsaka melakukan pembunuhan manusia, dan tidak pernah lalai menghitung. Dia merangkai setiap jari dari setiap orang yang dibunuhnya. Oleh karena itu dia terkenal dengan nama Angulimala, dan menjadi pengacau daerah itu. Raja mendengar perihal perbuatan Angulimala, dan ia membuat persiapan untuk menangkapnya. Mantani, ibu dari Angulimala, mendengar maksud raja. Karena cinta pada anaknya, ia memasuki hutan, dan berusaha untuk menyelamatkan anaknya. Pada waktu itu, kalung jari di leher Angulimala telah mencapai sembilan ratus sembilan puluh sembilan jari, dan tinggal satu jari akan menjadi seribu.

Pagi-pagi sekali pada hari itu, Sang Buddha mellihat Angulimala dalam penglihatan-Nya, dan berpikir bahwa jika Beliau tidak menghalangi Angulimala, yang sedang menunggu orang terakhir untuk memperoleh seribu jari, akan melihat ibunya dan bisa membunuhnya. Karena itu, Angulimala akan menderita di alam neraka (niraya) yang tiada akhirnya. Dengan perasaan cinta kasih, Sang Buddha menuju hutan di mana Angulimala berada.

Angulimala, setelah lama tidak tidur siang dan malam, sangat letih dan lelah. Pada saat yang sama, dia sangat cemas untuk membunuh orang terakhir agar jumlah seribu jari terpenuhi, dan menyempurnakan tugasnya. Dia memutuskan untuk membunuh orang pertama yang dijumpainya. Ketika sedang menunggu, tiba-tiba dia melihat Sang Buddha dan mengejar-Nya dengan pedang terhunus. Tetapi Sang Buddha tidak dapat dikejar sehingga dirinya sangat lelah.

Sambil memperhatikan Sang Buddha, dia menangis, "O bhikkhu, berhenti, berhenti!"

Dan Sang Buddha menjawab, "Aku telah berhenti, kamulah yang belum berhenti".

Angulimala tidak mengerti arti kata-kata Sang Buddha, sehingga dia bertanya, "O bhikkhu! Mengapa engkau berkata bahwa engkau telah berhenti dan saya belum berhenti?"

Kemudian Sang Buddha berkata kepadanya, "Aku berkata bahwa aku telah berhenti, karena aku telah berhenti membunuh semua makhluk, aku telah berhenti menyiksa semua makhluk, dan karena aku telah mengembangkan diriku dalam cinta kasih yang universal, kesabaran, dan pengetahuan yang tanpa cela. Tetapi, kamu belum berhenti membunuh atau menyiksa makhluk lain dan kamu belum mengembangkan dirimu dalam cinta kasih yang universal dan kesabaran. Karena itu, kamulah orang yang belum berhenti".


Begitu mendengar kata-kata ini dari mulut Sang Buddha, Angulimala berpikir, "Ini adalah kata-kata orang yang bijaksana. Bhikkhu ini amat sangat bijaksana dan amat sangat berani, dia pasti adalah pemimpin para bhikkhu. Tentu, dia pasti adalah Sang Buddha sendiri! Dia pasti datang kemari khusus untuk membuat saya menjadi sadar".

Dengan berpikir demikian, dia melemparkan senjatanya dan memohon kepada Sang Buddha untuk diterima menjadi bhikkhu. Kemudian di tempat itu juga, Sang Buddha menerimanya menjadi seorang bhikkhu.

Ibu Angulimala mencari anaknya di dalam hutan dengan menyebut-nyebut namanya, tetapi gagal menemukannya. Ia kembali ke rumah. Ketika raja dan para prajuritnya datang untuk menangkap Angulimala, mereka menemukannya di vihara Sang Buddha. Mengetahui bahwa Angulimala telah menghentikan perbuatan jahatnya dan menjadi seorang bhikkhu, raja dan para prajuritnya kembali pulang. Selama tinggal di vihara, Angulimala dengan rajin dan tekun melatih meditasi, dalam waktu yang singkat dia mencapai tingkat kesucian arahat.

Pada suatu hari ketika Angulimala sedang berjalan untuk menerima dana makanan, dia melewati suatu tempat di mana terjadi pertengkaran antara sekumpulan orang. Ketika mereka saling melemparkan batu-batu, beberapa batu mengenai kepala Angulimala dan melukainya.

Dia berjalan pulang menemui Sang Buddha, dan Sang Buddha berkata kepadanya, "Angulimala anakKu! Kamu telah melepaskan perbuatan jahat. Bersabarlah. Saat ini kamu sedang menerima akibat perbuatan-perbuatan jahat yang telah kamu lakukan. Perbuatan-perbuatan jahat itu bisa menyebabkan penderitaan yang tak terkira lamanya dalam alam neraka (niraya)".

Segera setelah itu, Angulimala meninggal dunia dengan tenang, dia telah merealisasi "Kebebasan Akhir" (parinibbana).

Para bhikkhu yang lain bertanya kepada Sang Buddha dimanakah Angulimala akan bertumimbal lahir, Sang Buddha menjawab, "Anak-Ku telah merealisasi kebebasan akhir (parinibbana)".

Mereka hampir tidak mempercayainya. Sehingga mereka bertanya lagi kepada Sang Buddha apakah mungkin seseorang yang sudah begitu banyak membunuh manusia dapat mencapai parinibbana.

Terhadap pertanyaan ini, Sang Buddha menjawab, "Para bhikkhu, Angulimala telah banyak melakukan perbuatan jahat karena dia tidak memiliki teman-teman yang baik. Tetapi kemudian, dia menemukan teman-teman yang baik dan dengan bantuan mereka serta nasehat yang baik dia telah dengan mantap dan penuh perhatian melaksanakan Dhamma. Oleh karena itu, perbuatan-perbuatan jahatnya telah disingkirkan oleh kebaikan (arahatta magga)".

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 173 berikut:

Barangsiapa meninggalkan perbuatan jahat yang pernah dilakukan dengan jalan berbuat kebajikan, maka ia akan menerangi dunia ini bagai bulan yang bebas dari awan.

Kalau melihat cerita diatas saya melihat sang Buddha menyuruh Angulimala untuk berhenti berbuat jahat lho pak , bukan mengarah me Meditasi :)

Dan juga mengenai Perbuatan Baik sang Buddha sering khan berkhotbah tentang itu :)
« Last Edit: 09 August 2008, 07:47:01 AM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: MMD [pool]
« Reply #408 on: 09 August 2008, 08:47:15 AM »
Yang dimaksud Pak Hudoyo, Jalan Mulia Berunsur 8 adalah tidak relevan dalam meditasi, tetapi bukan JMB 8 itu adalah tidak benar...
Kalau tidak salah sih kata bang hudoyo itu semua tidak perlu dan relevan. Itu semua eksklusif milik Buddhis dan bang Hudoyo menolak jalan mulia berfaktor delapan itu di perlu untuk pencerahan, baca di postingan yang lain kalau tidak salah. bener kan bang hudoyo?
Kalo itu, masalahnya adalah pada pribadi Pak Hudoyo, bukan pada MMD-nya. Setiap orang (baik praktisi MMD atau bukan) boleh menerima atau menolak JMB 8. :)


Quote
Maksudnya g sih, bang hudoyo ambil dua sutta lalu tidak menganggap sutta-lainnya yang menjelaskan dibutuhkannya komponen dalam jalan mulia berfaktor delapan untuk pencerahan.

Sekilas sih g sepandangan sama bang kaynin. perlu jalan mulia berfaktor delapan.

Kalau menurut saya, memang diperlukan. Tetapi tidak selalu dalam format JMB 8. Bisa saja di ajaran lain punya format 5, 7, 10 dst, tetapi juga bersesuaian dengan JMB 8, bisa mencapai pencerahan. JMB 8 itu sendiri, formatnya memang milik Buddhisme ekslusif, tetapi isinya adalah hal-hal umum yang bisa dijalankan semua orang, baik beragama ataupun tidak beragama (tanpa format ajaran). Bukan milik siapapun atau ajaran apapun. Itu hanya kebenaran apa adanya.


« Last Edit: 09 August 2008, 09:21:28 AM by Kainyn_Kutho »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD [pool]
« Reply #409 on: 09 August 2008, 09:10:24 AM »
Quote
Kisah Angulimala Thera ( XIII:7 )
...
Kemudian Sang Buddha berkata kepadanya, "Aku berkata bahwa aku telah berhenti, karena aku telah berhenti membunuh semua makhluk, aku telah berhenti menyiksa semua makhluk, dan karena aku telah mengembangkan diriku dalam cinta kasih yang universal, kesabaran, dan pengetahuan yang tanpa cela. Tetapi, kamu belum berhenti membunuh atau menyiksa makhluk lain dan kamu belum mengembangkan dirimu dalam cinta kasih yang universal dan kesabaran. Karena itu, kamulah orang yang belum berhenti".[/b]
... Selama tinggal di vihara, Angulimala dengan rajin dan tekun melatih meditasi, dalam waktu yang singkat dia mencapai tingkat kesucian arahat.
Kalau melihat cerita diatas saya melihat sang Buddha menyuruh Angulimala untuk berhenti berbuat jahat lho pak , bukan mengarah me Meditasi :)
Dan juga mengenai Perbuatan Baik sang Buddha sering khan berkhotbah tentang itu :)

Sang Buddha sering berkhotbah tentang perbuatan baik; begitu pula guru-guru spiritual lain sering berkhotbah tentang perbuatan baik ... Kalau cuma itu, maka Sang Buddha tidak lebih dari guru-guru spiritual lain. ... Tetapi Sang Buddha mengajarkan sesuatu yang lebih 'tinggi' lagi dari sekadar perbuatan baik ... Lebih 'dalam' atau lebih 'tinggi' daripada perbuatan baik adalah meditasi ... Lihat bagian cerita Angulimala di atas yang saya bold merah ...

Lalu dalam saduran di atas--itu saduran, bukan cerita asli--ada istilah yang dibold hijau "cinta kasih yang universal". ... Apa itu "cinta kasih universal"? ... Itu cuma TEORI! ... Selama orang masih punya aku yang tidak universal, tidak mungkin ia mengalami "cinta kasih universal" ... Sedehana sekali.

*****

Pendapat saya tentang kaitan antara 'perbuatan baik' dan 'pencerahan/pembebasan' telah saya sampaikan dalam tanggapan saya kepada Rekan Kainyn_Kutho: "Apakah berbuat baik merupakan pendukung untuk mencapai pencerahan? ... Mula-mula tampaknya begitu ... Orang yang berbuat baik hatinya lebih tenang dibandingkan orang yang perbuatannya tidak baik ... Tapi lama-kelamaan perbuatan baik akan menghasilkan kelekatan yang sangat halus, dan oleh karena halus maka tidak terlihat, dan orang tidak mungkin tercerahkan/bebas tanpa melihat kelekatannya kepada perbuatan baik ..."

Bisakah Anda melihat bahwa saya tidak mengatakan "jangan berbuat baik"? Atau "perbuatan baik tidak perlu"? ... Yang saya katakan ialah "perbuatan baik tidak membebaskan" ... itu fakta. Beda, kan?

Quote
Terhadap pertanyaan ini, Sang Buddha menjawab, "Para bhikkhu, Angulimala telah banyak melakukan perbuatan jahat karena dia tidak memiliki teman-teman yang baik. Tetapi kemudian, dia menemukan teman-teman yang baik dan dengan bantuan mereka serta nasehat yang baik dia telah dengan mantap dan penuh perhatian melaksanakan Dhamma. Oleh karena itu, perbuatan-perbuatan jahatnya telah disingkirkan oleh kebaikan (arahatta magga)".

Terhadap kalimat yang dibold biru ini saya punya sedikit keraguan ... Tapi ini memang saduran, bukan cerita asli; dan mungkin disadur oleh orang yang awam terhadap meditasi. ... Bagaimana bunyi cerita aslinya?

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 09 August 2008, 09:17:40 AM by hudoyo »

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: MMD [pool]
« Reply #410 on: 09 August 2008, 09:14:42 AM »
...
Mengenai perbuatan baik dan pencerahan, menurut pendapat saya, semata-mata berbuat baik (yang bermanfaat) tanpa pengertian tidaklah membawa orang pada pencerahan, tetapi berbuat baik (yang bermanfaat) merupakan salah satu kondisi pendukung untuk mencapai pencerahan...

Apakah berbuat baik merupakan pendukung untuk mencapai pencerahan? ... Mula-mula tampaknya begitu ... Orang yang berbuat baik hatinya lebih tenang dibandingkan orang yang perbuatannya tidak baik ... Tapi lama-kelamaan perbuatan baik akan menghasilkan kelekatan yang sangat halus, dan oleh karena halus maka tidak terlihat, dan orang tidak mungkin tercerahkan/bebas tanpa melihat kelekatannya kepada perbuatan baik ...

Begitu pula dengan pengertian "debu" ... "debu" ini mudah dipahami kalau muncul sebagai hal-hal yang negatif ... tapi sangat sukar dipahami, dan oleh karena itu sangat sukar runtuh, kalau muncul sebagai hal-hal yang menyenangkan dan memuaskan si aku. ...

Begitu pula dengan pengertian "dana", "sila" dsb dsb. ... selama ada aku yang merasa melakukannya, tidak akan pernah tercapai anatta.

Ya, memang maksudnya begitu. Seperti saya katakan, dana dan sila sebanyak apapun, tanpa samadhi, tidak akan membuat orang mencapai kesucian. Tapi bagi saya, walaupun sama2 ada "aku", dana dan sila yang benar lebih mendukung Samma Samadhi ketimbang tanpa dana dan tanpa sila.

Seperti contoh Pak Hudoyo sendiri, orang sering berbuat baik akan lebih "tenang". Ketenangan ini tentu saja lebih mendukung meditasi. "Aku" yang tenang lebih mudah disadari ketimbang "Aku" yang bergejolak.

Begitu juga misalnya berdana, orang yang suka berdana (dengan benar, bukan demi dilihat orang), akan jauh lebih gampang memahami "bukan milikku" ketimbang orang yang sangat kikir, yang sampai matipun tetap mengatakan "itu milikku" (dan biasanya akan terlahir di alam yang kurang bahagia karena "miliknya" tsb). Orang suka berdana (dengan benar) itu mengembangkan sikap "melepas", dan orang (kikir) tak suka berdana itu mengembangkan sikap "menggenggam". "Aku" yang melepas lebih mudah disadari ketimbang "Aku" yang menggenggam, walaupun keduanya memang masih ada "Aku".   :)


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: MMD [pool]
« Reply #411 on: 09 August 2008, 09:20:19 AM »
Quote
Kisah Angulimala Thera ( XIII:7 )
...
Kemudian Sang Buddha berkata kepadanya, "Aku berkata bahwa aku telah berhenti, karena aku telah berhenti membunuh semua makhluk, aku telah berhenti menyiksa semua makhluk, dan karena aku telah mengembangkan diriku dalam cinta kasih yang universal, kesabaran, dan pengetahuan yang tanpa cela. Tetapi, kamu belum berhenti membunuh atau menyiksa makhluk lain dan kamu belum mengembangkan dirimu dalam cinta kasih yang universal dan kesabaran. Karena itu, kamulah orang yang belum berhenti".[/b]
... Selama tinggal di vihara, Angulimala dengan rajin dan tekun melatih meditasi, dalam waktu yang singkat dia mencapai tingkat kesucian arahat.
Kalau melihat cerita diatas saya melihat sang Buddha menyuruh Angulimala untuk berhenti berbuat jahat lho pak , bukan mengarah me Meditasi :)
Dan juga mengenai Perbuatan Baik sang Buddha sering khan berkhotbah tentang itu :)

Sang Buddha sering berkhotbah tentang perbuatan baik; begitu pula guru-guru spiritual lain sering berkhotbah tentang perbuatan baik ... Kalau cuma itu, maka Sang Buddha tidak lebih dari guru-guru spiritual lain. ... Tetapi Sang Buddha mengajarkan sesuatu yang lebih 'tinggi' lagi dari sekadar perbuatan baik ... Lebih 'dalam' atau lebih 'tinggi' daripada perbuatan baik adalah meditasi ... Lihat bagian cerita Angulimala di atas yang saya bold merah ...

Lalu dalam saduran di atas--itu saduran, bukan cerita asli--ada istilah yang dibold hijau "cinta kasih yang universal". ... Apa itu "cinta kasih universal"? ... Itu cuma TEORI! ... Selama orang masih punya aku yang tidak universal, tidak mungkin ia mengalami "cinta kasih universal" ... Sedehana sekali.

*****

Pendapat saya tentang kaitan antara 'perbuatan baik' dan 'pencerahan/pembebasan' telah saya sampaikan dalam tanggapan saya kepada Rekan Kainyn_Kutho: "Apakah berbuat baik merupakan pendukung untuk mencapai pencerahan? ... Mula-mula tampaknya begitu ... Orang yang berbuat baik hatinya lebih tenang dibandingkan orang yang perbuatannya tidak baik ... Tapi lama-kelamaan perbuatan baik akan menghasilkan kelekatan yang sangat halus, dan oleh karena halus maka tidak terlihat, dan orang tidak mungkin tercerahkan/bebas tanpa melihat kelekatannya kepada perbuatan baik ..."

Bisakah Anda melihat bahwa saya tidak mengatakan "jangan berbuat baik"? Atau "perbuatan baik tidak perlu"? ... Yang saya katakan ialah "perbuatan baik tidak membebaskan" ... itu fakta. Beda, kan?

Quote
Terhadap pertanyaan ini, Sang Buddha menjawab, "Para bhikkhu, Angulimala telah banyak melakukan perbuatan jahat karena dia tidak memiliki teman-teman yang baik. Tetapi kemudian, dia menemukan teman-teman yang baik dan dengan bantuan mereka serta nasehat yang baik dia telah dengan mantap dan penuh perhatian melaksanakan Dhamma. Oleh karena itu, perbuatan-perbuatan jahatnya telah disingkirkan oleh kebaikan (arahatta magga)".

Terhadap kalimat yang dibold biru ini saya punya sedikit keraguan ... Tapi ini memang saduran, bukan cerita asli; dan mungkin disadur oleh orang yang awam terhadap meditasi. ... Bagaimana bunyi cerita aslinya?

Salam,
hudoyo
mana saya tau pak aslinya, lha wong kebetulan aja saya baru nemu di google.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD [pool]
« Reply #412 on: 09 August 2008, 09:23:22 AM »
..."Aku" yang melepas lebih mudah disadari ketimbang "Aku" yang menggenggam, walaupun keduanya memang masih ada "Aku".   :)

hehe ... hati-hati dengan logika. ... :) ... Dalam meditasi, Anda justru akan melihat sebaliknya: bahwa aku yang merasa melepas (merasa menjadi 'lebih baik', menjadi 'lebih bersih') justru akan menghadapi kelekatan yang jauh lebih halus daripada aku yang kasar, dan karena jauh lebih halus, maka jauh lebih sukar dilihat, jauh lebih sukar disadari. ... Ini pengalaman setiap pemeditasi vipassana ...

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 09 August 2008, 09:25:13 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: MMD [pool]
« Reply #413 on: 09 August 2008, 09:24:28 AM »
mana saya tau pak aslinya, lha wong kebetulan aja saya baru nemu di google.

Saya nanya sama Tuhan Medho, kok. :))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: MMD [pool]
« Reply #414 on: 09 August 2008, 09:31:21 AM »
kayaknya cerita itu dari dhammapada atthakatha, pak...
versi suttanya gak menyebutkan komentar di atas:
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.086.than.html
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: MMD [pool]
« Reply #415 on: 09 August 2008, 09:34:53 AM »
..."Aku" yang melepas lebih mudah disadari ketimbang "Aku" yang menggenggam, walaupun keduanya memang masih ada "Aku".   :)

hehe ... hati-hati dengan logika. ... :) ... Dalam meditasi, Anda justru akan melihat sebaliknya: bahwa aku yang merasa melepas (merasa menjadi 'lebih baik', menjadi 'lebih bersih') justru akan menghadapi kelekatan yang jauh lebih halus daripada aku yang kasar, dan karena jauh lebih halus, maka jauh lebih sukar dilihat, jauh lebih sukar disadari. ... Ini pengalaman setiap pemeditasi vipassana ...


Perihal "tipuan2" si "Aku" dalam meditasi, memang sudah beda hal lagi. Selama ada pikiran "pendana"/"kikir" ataupun "moral"/"immoral", itu sama saja masih "melekat", bukan samadhi. Yang saya maksud adalah kondisi bathin dari orang yang menjalankan dana/sila, lebih mudah mencapai samadhi. Dalam Samadhi, tentu sudah tidak ada logika dana/sila.

Ya, "peng-identifikasian diri" itu memang adalah kendala yang sangat umum dalam vipassana.


Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: MMD [pool]
« Reply #416 on: 09 August 2008, 09:38:50 AM »
..."Aku" yang melepas lebih mudah disadari ketimbang "Aku" yang menggenggam, walaupun keduanya memang masih ada "Aku".   :)

hehe ... hati-hati dengan logika. ... :) ... Dalam meditasi, Anda justru akan melihat sebaliknya: bahwa aku yang merasa melepas (merasa menjadi 'lebih baik', menjadi 'lebih bersih') justru akan menghadapi kelekatan yang jauh lebih halus daripada aku yang kasar, dan karena jauh lebih halus, maka jauh lebih sukar dilihat, jauh lebih sukar disadari. ... Ini pengalaman setiap pemeditasi vipassana ...

Salam,
hudoyo

Yup. Seperti pernah saya katakan di thread sebelum ini (Abhidhamma dan Vipassana) bahwa seorang guru meditasi yg baik, memiliki kemampuan untuk menekan satu 'tombol' saja dalam diri sang murid hingga dia meledak kemarahannya. Kala menyadari apa yang terjadi, biasanya si murid mulai bisa memebedakan secara jelas antara mana yg konsep dan mana yang realita.
Dengan kata lain, hendak saya katakan bahwa, emosi yang kuat (spt kemarahan) justru bisa memacu pada kesadaran (asal tahu cara 'menghadapinya', yaitu dengan : pasrah, pasif , ikhlas, berserah,etc).

Sebaliknya bila seseorang itu marah/ jengkel, kemudian dia berpikir,"Oh, ini akusala citta,...oh ini tidak baik...oh aku tidak boleh marah.....oh aku harus mengembangkan cinta kasih". Pada lanjutnya ia mulai merekayasa 'cinta kasih' tersebut dan kemudian menekan kemarahannya (padahal tidak hilang! Hanya tertutupi oleh rekayasa cinta kasih tsb). Kemudian pikirannya mulai mencari-cari cara bagaimana untuk menunjukkan 'cinta kasih' tersebut dalam kata-kata/ ucapan dan perbuatan. Karena sifatnya adalah artifisial, maka muncul ketegangan, pemaksaan, ketidak-naturalan. Orang yg sensitif (tidak harus selalu Buddhis) sering bisa merasakan perbuatan itu spt dibuat-buat. Ia bisa melihat kemarahan dibalik perbuatan luarnya yg di-indah-indahkan. Di psychology hal itu dikenal dengan gejala ego-defense yg disebut sublimation. http://en.wikipedia.org/wiki/Sublimation_%28psychology%29
(Ada baiknya juga anda googling tentang gejala psychology spt : transference, rationalization, projection, repression, scapegoating, dsb untuk mengenali liku-liku batin kita mengubah diri)

Bagi si pelaku sendiri, manakala ia berhasil memainkan sandiwara itu, maka muncul rasa puas. Berpikir, "oh aku sudah berhasil mengatasi kemarahanku. Aku seorang Buddhis yang baik. Aku menjalankan sila. Aku mengikuti petunjuk sang Buddha".............dst dst.

Nah, dari proses licinnya pikiran / ego ini beralih rupa, maka tentu hal ini menjadi penghambat bagi seorang pemeditasi tingkat advanced. Lebih baik adalah dengan 'memotret' kemarahan itu apa adanya. Disadari. Bila disadari maka kekuatannya bisa berkurang. Dan daya ilusifnya berhenti merekayasa pemikiran konseptual lainnya. ........dst dst.
« Last Edit: 09 August 2008, 10:30:34 AM by Suchamda »
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: MMD [pool]
« Reply #417 on: 09 August 2008, 09:46:45 AM »
_/\_ Rekan andry, terima kasih atas penjelasannya. Rekan Ryu, terima kasih sambutan yang begitu baik. Rekan Suchamda, saya hanya bertanya. Kalau memang disarankan untuk diam berarti forum ini memang kurang sesuai untuk saya yang ingin belajar dan bertukar pikiran dengan rekan-rekan lainnya.


Rekan CKRA,

Tidak perlu bingung dan kecewa melihat segala kesimpang siuran disini.
Ini dinamika diskusi dan -yang pasti- semua peserta diskusi disini belum ada satupun yg terbebas dari EGO-nya. Dan sy-lah yg paling parah..... :) Jadi dimohon maklumnya dan sabar2 aja yah melihat kami begini ;D

Tidak usah pikirin anekdot teman2, silahkan posting apa yg dirasa perlu....

Selamat bergabung di Forum Buddhist Dhammacitta yg tercinta :jempol:

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: MMD [pool]
« Reply #418 on: 09 August 2008, 09:56:40 AM »
Dah keduluan om morph. Sudah bolak balik baca.... tidak ketemu bagian yang itu koq di sutta nya.
There is no place like 127.0.0.1

Offline Suchamda

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 556
  • Reputasi: 14
Re: MMD [pool]
« Reply #419 on: 09 August 2008, 10:08:26 AM »
Silakan rekan2 membaca Opini di Kompas hari ini (9 Agustus 2008) berjudul "Ibunya Cinta, Ayahnya Keikhlasan" karya Gede Prama.

Saya sangat setuju dengan pendapatnya.

Menurut saya, seorang tercerahkan, ia bisa bermanifestasi dalam wujud apa saja karena sudah tidak adanya konsep diri. Ia bisa mewujud sebagai seorang yg lemah lembut, ataupun ditempat lain dimana ada kekacauan  muncul dalam manifestasi murka. Hal spt ini disimbolkan dalam figur bodhisattva dalam Mahayana. Ia tidak peduli untuk dicaci maki atau dikatakan orang sebagai bertangan besi ataupun pemberontak, tapi misinya jelas untuk menolong manusia. Yang jelas, ia tidak bisa diprediksi, atau dinilai dari rumusan2 kaku.
Masalahnya, manusia biasa tidak pernah bisa memahami apa yang dilakukannya, karena pikiran manusia terpatok pada dikotomi baik-buruk yang kaku, yang tiada lain muncul dari pandangan konseptual tertentu. Manusia dikatakan tidak bebas karena keterpatokannya itu.

Manakala seorang insan menjadi terbebaskan, maka batasan-batasan duniawi itu sudah bukan merupakan hal yang absolut lagi. Ia bagaikan seorang maestro yang memainkan kartu-kartu mana yang perlu dimainkan. Ia tidak akan takut berkarya, sekalipun karyanya tersebut ditentang oleh orang sepenjuru dunia. Ia bukan seorang pemasuk arus, tapi penentang arus. Kebajikannya bukanlah pola-pola yang sudah kita kenal. Kebajikannya muncul secara spontan dari sesuatu yang Unknown. Disitulah maka ia dikatakan menjadi sangat alami.
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho