justru banyak sekali sutta yang mengajarkan tentang aturan-aturan moralitas Buddhis, jika anda juga membaca sutta anda pasti mengetahuinya, saya tidak mungkin sudi memposting semuanya, karena itu tentu sangat melelahkan.
Sabar, sy juga Tidak Menyuruh memPost semuanya. Sy juga tahu itu. Maksud sy, Jika ada sutta yg diPost harus secara utuh memotongnya Jelas yg masih bersangkutan Hingga artinya tidak simpangsiur, disalahartikan..
seorang yg memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh", tidak dapat disebut tafsir, melainkan seseorang yg memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh kecuali ", inilah yg menafsirkan.
Baik, anda mengatakan dengan menggunakan Kata TIDAK disini, BILA diLihat dari TerJemahan Bahasa Pali ke Indonesia. Apakah di Tulis dengan awalan Kata “Tidak“. Menurut anda, kata “Tidak” dengan kata “Aku Bertekad Melatih diri untuk ….”, Sama artinya atau Penekanan katanya sama?
Sy Tidak ada maksud untuk Meminta terTulis disana kata sperti ini
"tidak membunuh kecuali " mengatakan ada kata Kecuali disana. Karna di Ke- 5 Sila tersebut memang semuanya Tidak ada Kata "KECUALI" dlm terjmahannya Pun tidak ada, Sy hanya bertanya saja. Diawal memang sy menulis secara Singkat dengan Kata Kecuali/Pengecualian agar mudah Saja. Tetapi ternyata tidak ada Titik temu. Dan akhirnya sy menJelaskan pernyataan yg sebetulnya adalah..Kondisi /Keadaan yang Tidak Bisa Menghindar dari Membunuh (Kondisi/keadaan disini bisa bermacam-macam).
Silahkan anda lihat perbedaannya disana. Kata Kecuali Sangat
Frontal sekali Jika Ditempatkan pada sebuat kalimat Aturan. BerTolak belakang secara Langsung, Disatu sisi mengatakan Tidak, diSisi lain YA/boleh, Sedangkan Kondisi/Situasi ini bukan hal yg
Bertolak belakang secara Penuh/Langsung (Bukan Berarti “DiBolehKan” ) Dan Bukan berarti Sy juga minta ditunjukan dalam Sila itu
ada Tertulis kata Kondisi sperti itu. Yg sy minta adalah sutta2 lain yang mendukung, menguatkan, meneguhkan sutta yang berisi sila2 tersebut.
Mungkin anda lebih Pintar dari sy dalam hal pemahaman arti sebuah kata, Jika ada yg salah silahkan anda Luruskan
again, memahami "tidak membunuh" sebagai "tidak membunuh kecuali kalau TIDAK AMAN", inilah yg disebut penafsiran, bahkan dapat disebut "penafsiran seenak jidat".
TerNyata memang ada Yang Lain disini…!!!! tentu saja kita sedang berdiskusi di sini, emangnya ada hal lain yg bisa kita lakukan di sini? Walaupun siapa benar dan siapa salah tetap akan terungkap di akhir diskusi ini tanpa kita mencarinya.
"penafsiran seenak jidat".
Tapi sudahLah, Lupakan saja…
Masalah Nyawa Bukan Hal yang Sepele. bukan Pula MenafsirKan dengan asal2an untuk pembenaran. Jadi jgn anda Potong Kalimat2 selanjutnya ini :
tidak Terjadi Perseteruan/membahayakan diantara Mahluk satu dgn yang lain. Misalnya sperti memotong ayam untuk dimakan, Menembak Burung hanya untuk Kesenangan semata, memburu Harimau dihutan TAPI Bukan dalam ARTIAN maksudnya Memburu/membunuh Harimau Liar yang masuk Kedesa/pemukiman penduduk, membunuh burung/ayam karna Terjangkit Virus H5N1.
Hal yang lumrah terjadi, seseorang bisa mempunyai Tafsir/pemahaman yg berbeda dan salah terhadapat isi yang terkandung dalam sebuah ayat. Apa lagi dalam kitab Suci yang artinya Tidak Sembarangan Dengan ASAL mengartikan, "Memutuskan oh ini begini, oh ini begitu"
Kecuali orang yang memang sudah Mumpuni dalam hal tersebut. Yang terpenting adalah menemukan KeSepahaman yang paling mendekati maksud yang terkadung dalam kalimat2 ayat tersebut.
“Untuk Kata Kecuali Sudah sy Jelaskan Pengunaan Kata Tersebut untuk
Penekanannya”
Karna Sila adalah aturan Jika disana ada kata Kecuali namanya Bukan aturan olehKarna itu tidak Lazim kata (Kecuali) itu disematkan kalimat tersebut. Toh dari ke- 5 Sila itu semua Tidak ada penggunaan Kata Kecuali tetapi tetap ada penjabaran/penjelasaannya masing2.
untuk sila ke-3 itu tentu saja juga cukup jelas disana, tapi saya menolak membahas sila ke-3 ini sebelum kita menuntaskan sila ke-1 agar diskusi ini menjadi lebih rapi dan tidak melebar ke mana2.
Hmmm….!!!!
Anda bisa mengatakan dengan ringan Bahwasannya
Cukup JeLas disana. sekaliPun disana TIDAK pula ada Kata "Kecuali "(Lebih tepatNya Kondisi tertentu)
Tetapi Mempunyai Pemahaman Lain, bahwa Suami-Istri yang SAH (Konsisi/keadaan sudah Menikah) tidak termasuk dalam Pelanggaran Sila Ke- 3. Sedang Pada Sila ke- 1, sama tidak diTulis Disana kata "kecuali" (Lebih tepatNya Kondisi tertentu) bahkan tidak secara Jelas diTulis Mahluk tersebut dalam keadaan sperti apa (bandingkan dgn keterangan untk Sila Ke- 3 yg diBold itu). TETAPI Ketika sesorang mempunyai pemahaman lain pada Sila Ke-1 ini, ketika Ingin mengetahui lebih Jauh lagi atau Menganalisa, dengan Ringan PULA anda mengatakan
tidak membunuh Sebagai (atau “YA”) Tidak Membunuh. Hmmm…. BegituKah maksud anda dalam memahami nya ?? Klo ini,
"penafsiran seenak jidat" BUKAN Ya….
Yang Satu Boleh memiliki pemahaman/penafsiran atau setidaknya ada analisa, Tetapi Yang Satu TIDAK BOLEH sama Sekali ada pemahaman atau ditafsirkan Lain… Sungguh hebat kau ini …
YA benar, tidak ada maksud Melebar dari Hal Sila ke- 1 ini.
Sila Ke –Tiga itu sy Utarakan hanya agar memudahKan saja, agar Tidak terjadi Salah Pengertian. Jelas ada Korelasi Jika diLihat dari Sebuah Kata disana
Dan sudah sy Tulis Pula sebelumnya ini :
Bagian Kedua yang sy Bold, Kita BerkuTat Dengan Tulisan yg DiTulis ayat
Maksud sy apakah hanya karna disana tidak ada Kata2 Tertulis
"Kecuali" terus Pemahaman atau penafsiran DiHaramkan/Tidak diBolehkan.
Ada hubungannya dengan Koment yg pertama sy diAtas :Jika keterangan yang diBold dibawah ini, Kita sepakat Sudah Cukup Jelas. Tidak akan ada Pemahaman, tafsir Yang Simpangsiur, menimbulkan perbedaan pemahaman atau Bercabang.
Dan bagaimanakah, para perumah tangga, tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik? Di sini seseorang, dengan meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, ia menghindari pembunuhan makhluk hidup, dengan tongkat dan senjata disingkirkan, lembut dan baik hati, ia berdiam dengan berbelas kasihan kepada semua makhluk hidup. Dengan meninggalkan perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan, ia menghindari perbuatan mengambil apa yang tidak diberikan; ia tidak mengambil harta dan kekayaan orang lain di desa atau hutan dengan cara mencuri. Dengan meninggalkan perbuatan salah dalam kenikmatan indria, ia menghindari perbuatan salah dalam kenikmatan indria; ia tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan-perempuan yang dilindungi oleh ibu, ayah, ibu dan ayah, saudara laki-laki, saudara perempuan, atau sanak saudara mereka, yang memiliki suami, yang dilindungi oleh hukum, atau dengan mereka yang mengenakan kalung bunga sebagai tanda pertunangan. Itu adalah tiga jenis perilaku jasmani yang sesuai dengan Dhamma, perilaku yang baik. [288]
MAKA,
Silahkan anda Post Sutta2 Lain Yang anda Ketahui untuk Sila Pertama. Yang Jelas terang benerang sperti Sutta diatas yg diBold itu Hingga tidak Terjadi Kesimpangsiuran dalam memahaminya setidaknya Ketemu kesepahaman.
SeandaiNya Bila memang benar2 TIDAK ada,(atau mungkin belum menemukan) Minimal dari yg sebelumnya sy Tulis ini :
Sekalipun hanya sedikit referensi sutta2 tentang hal tersebut, Mungkin bisa juga diTunjukan oleh murid2nya yg lain Sebagai Pendukung/penguat sperti Maha Kassapa, Ananda, sariputta atauPun tokoh2 Besar Buddhist sperti Bhante Nagarjuna, Nagasena, Asvagosha dll.. Atau Dalam aliran Theravada, Mahayana, Tantrayana bahwasanya Tidak ada Pengecualian/dgn alasan apaPun sekalipun itu untuk kebaikan, membeladiri, menolong mahluk hidup lain Dst...
Atau anda Pernah Baca atau dengar Sutta yang MIRIP seperti ini, Sangat Jelas Dan Gamblang. seperti : Sabda Buddha "O, sarriputta, ketika seorang ank melihat orang tuanya/sdra2nya dalam keadaan bahaya hendak diBunuh oleh org lain. HendakLah ank itu Berdiam Diri jika bisa hindari dan tinggalKan. Tidak ada Perlu Rasa Khawatir, Gelisah, sedih. Demikian Pula Jika ada seseorang Yang menanyakan orang Dirmh kalian dengan maksud akan Menganiyaya bahkan membunuhnya, JanganLah mereka Tidak BerKata Jujur KataKanLah yang Sebenar-benarnya Bahwa Orang yg diCarinya tersebut ada Di dalam Rumah dan BiarKanLah apa yang dilakukan orang itu terjadi, Jika Perlu TinggalKan Pergi saja Tidak Perlu Merasa khawatir, Cemas apa lagi meNolongnya...
Dibawah ini adalah sedikit contoh saja yg sy berikan diKomentar-komentar sebelumnya dgn Kawan yg lain disini.
Maka sy Tunggu Juga jawaban anda atas koment2 yg sy Tulis dibawah ini, bagaimana pendapat anda
Ini berhubungan dgn Sila ke- 1, dalam artian ada membunuh :
Mungkin jika ada ibu kamu atau ayah kamu mau diTikam sama Berandalan Juga, Kamu tidak akan peduli karna klo menghardik/memukul org berandalan itu Akan melukai org tersebut apa lagi klo sampai org Banyak Tahu pasti DiGebuki sampai mati Org Berandalan tersebut... Dan anda akan berkata AKhh sudah karmanya kali diTikam sampai mati Ortu Ku sama org Berandalan tersebut...
Binatang saja akan melindungi ank2 klo diserang sama bintang Lain bahkan sampai membunuhnya, Sedang anda berdiam diri... Lebih berharga mna Binatang sama anda?
Lihat Kasus yg Terjadi DiNorwegia dimna seseorang menembaki orang lain yg sedang berlibur sampai puluhan orang atau di amerika seorang mahasiswa Korea menembaki Kawan2nya.... Mungkin anda juga akan Berdiam diri tidak melakukan apa2 Ya,, Sedang kamu sebenarnya bisa menghentikan tidakan org biadab tersebut Melukainya atau membunuhnya.. (Mugkin anda akan menjawab dgn perasaan, Khan Pembunuh itu Juga Manusia Ingin Hidup... )
Itu Contoh Lain, karna memang benar terjadi ada ank bayi diMalaysia Diterkam mati oleh seekor kera... Jika ada seseorang melihat ada Bayi Diterkam atau diCabik2 sama Monyet Masa tidak ada pemikiran untuk menolong Bayi tersebut toh.. Jika setiap Orang acuh Tak acuh akan hal itu..
Sudah Pada tahap tingkat Bathin berapa orang tersebut...
Masalah Cetana,, Ketika seorang Penodong melihat ank sekolah sedang jalan sendiri dan memaninkan Handphone. Kemudian BerNiat Merampas handphone tersebut Ketika sudah mendapatkannya kemudian Ia lari dan diKejar oleh ank sklh tersebut. Karna korban melawan kemudian penodong ini mengeluarkan senjata untuk melukainya Saja bukan untuk membunuhnya, agar si Korban takut. Tetapi ketika terjadi Perseteruan ank sklh itu Sekarat masuk Rm. Sakit dan mati oleh karna Tertusuk oleh Penodong Tersebut.. Ini benar2 Terjadi diJkt..
Menurut Anda bagaimna Jika Karma itu adalah Cetana (Niat) Dalam hal ini Karma membunuh, Si Penodong ini Tidak ada Niat membunuhnya sama sekali,hanya ingin handphonenya sama melukainya saja agar ank sklh itu Takut dan tidak mengejarnya lagi??
Sebaliknya Jika ada seseorang BerNiat Baik menolong atau Menyelamatkan sesuatu tetapi tidak Kesampaian bahkan Tidak Jadi Dilaksanakan NIAT baik Tersebut, apakah akan tetep Berbuah karma Baik??
Yang Satu Tidak ada Niat Tapi TerJadi, sedang Yg Kedua Ada Niat Tapi Tidak Terjadi....