//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - melody

Pages: [1] 2 3
1
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 18 March 2014, 02:50:34 PM »

2
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 17 March 2014, 09:52:17 PM »
Seharus-nya sikap kepada semua makhluk harus-nya sama... tidak hanya kepada orang terdekat, orang yang berhubungan darah atau kekerabatan. Jadi yah kalau tidak takut mati, gak usah kasih tahu...

Selain jujur, maka harus juga bijak... Jadi kalau-pun misalnya kita tahu persembunyiaan orang yang dicari-cari, kita bisa saja tetap jujur dengan ngomong begini : "Saya tahu, tetapi saya tidak akan memberitahu anda. Mungkin anda mau memberitahu masalah-nya, dan mungkin saya bisa memberikan masukkan kepada anda supaya ada solusi-nya."

Untuk orang waras mungkin bisa menerima jawaban itu, tapi semoga saja orang tersebut bukan psycopat.

Pernah dengar cerita ayam dan bebek?

Quote
Terdengar lagi suara "Kuek! Kuek!" sebelum si cowo mengatakan sesuatu yang sebaiknya tak dikatakannya.

Si cewe sudah hampir mengangis, "Tetapi itu ayam…"
 
Si cowo melihat air mata yang mengambak di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya, teringat kenapa dia menikahinya. Wajahnya melembut dan katanya dengan mesra, " Maafkan aku, Sayang. Kurasa kamu benar. Itu memang suara ayam kok."
 
"Terima Kasih, Sayang," kata si cewe sambil menggenggam tangan cowonya.
 
"Kuek! Kuek!" terdengar lagi suara di hutan, mengiringi mereka berjalan bersama dalam cinta.
 
Maksud dari cerita bahwa si cowo akhirnya sadar : siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek? Yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan pada malam yang indah itu.
Berapa banyak hubungan pacaran atau pernikahan yang hancur hanya gara-gara persoalan yang sepele? Berapa banyak perceraian terjadi karena hal-hal "ayam atau bebek?"
 
Ketika kita memahami cerita tersebut, kita akan ingat apa yang menjadi prioritas kita. hubungan pacaran atau Pernikahan jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar tentang apakah itu ayam atau bebek.

Suaminya terpaksa berbohong tapi niatnya baik. kadang juga seperti ada orang menunjuk jalan tapi kita malah fokus pada jari telunjuknya?
 

3
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 15 March 2014, 08:56:21 PM »
Kalau tidak takut mati, diam aja... Dan "SIAL-nya" para orang suci biasa-nya tidak takut mati, tetapi menghindari utk melakukan perbuatan/perkataan/pikiran yang ber-asosiasi dengan Lobha, Dosa dan Moha...

Jadi kalau saya sudah masuk ke tahapan kualitas bathin seperti itu, yah mungkin saja akan berlaku seperti itu... Kalau masih belum, mis : takut mati, mungkin aja kasih tahu...

kasih tahu tempat persembunyiannya? kalau orang pertama itu adalah orang terdekat yang om sayangi, apa om tega kasih tahu? Apakah dengan pikiran "lebih baik saya mengorbankan orang lain demi prinsip saya berkata jujur" termasuk perbuatan yang berlandaskan welas asih dan bijaksana menurut om?

Dan menurut TS, tindakan sadar dan sengaja terhadap makhluk yg hasilnya adalah kematian makhluk tersebut disebut pembunuhan.

Dalam teori Buddhis, melakukan hal dengan sadar dan sengaja terhadap makhluk yang hasilnya adalah kematian makhluk tersebut disebut membunuh, terlepas dari motivasi dan situasi yang melatar-belakanginya
.

Berarti kalau kita jujur juga termasuk membunuh. Apakah om setuju?

4
Kafe Jongkok / Re: [case] Bila kalian menemukan dompet?
« on: 14 March 2014, 10:45:45 AM »
satpamnya seperti mau menangkap wa tapi ragu ragu karena badan wa lebih besar.oke, wa coba ambil napas dulu dalam dalam dan mulai menjelaskan permasalahannya.

5
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 14 March 2014, 10:20:00 AM »
Kalau bisa lari : lari...

Kalau tidak bisa lari :
- Kalau tidak takut mati, yah pasrah saja... bisa saja dibunuh atau bisa juga tidak dibunuh
- Kalau takut mati, bisa juga ngaku dan nunjuk arah-nya (bisa juga kemudian dibunuh atau bisa tidak dibunuh), atau bohongi orang-nya...

Inti-nya kembali ke citta masing-masing sewaktu kejadian tersebut berlangsung... Mana yang salah dan benar ? Terlalu debatable (dapat diperdebatkan) kalau mengenai salah dan benar-nya, tetapi setiap tindakan ada konsekuensi-nya.

misalnya orang pertama ngumpet di dekat tempat kita, dan orang kedua berkata heh tau ga di mana orang itu, saya mau bunuh dia sudah menipu saya. Kita sudah menyarankan agar lepaskan orang pertama saja tapi tidak berhasil, sehingga hanya ada opsi.
opsi 1: Saya tidak boleh berbohong nanti dapat karma buruk. Saya terpaksa harus memberitahu orang ini, itu adalah karmanya sendiri menipu orang bukan urusan saya.

opsi 2: Saya harus berbohong bila tidak akan terjadi pembunuhan.

opsi3: lari seribu langkah (smoga tidak membuat ia curiga dan mengejar)

opsi 4: diam seribu bahasa (mungkin akan membuat ia emosi, slh2 pisaunya melayang)

Menurut om dilbert opsi manakah yg terbaik?


6
Ulasan Buku, Majalah, Musik atau Film / By Your Side
« on: 12 March 2014, 05:29:09 PM »

7
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 12 March 2014, 11:45:56 AM »
Dhammapada, V:6. Kisah Tiga Puluh Bhikkhu Dari Paveyyakab

Dalam perjalanan dari Uruvela ke Benares, pada suatu hari Sang Buddha tiba di perkebunan kapas dan beristirahat di bawah sebatang pohon yang rindang. Tidak jauh dari tempat itu, tiga puluh orang pemuda sedang bermain-main yang diberi nama Bhaddavaggiya. Dua puluh sembilan orang sudah menikah, hanya seorang belum. Ia rnembawa seorang pelacur. Selagi mereka sedang bermain-main dengan asyik, pelacur tersebut menghilang dengan membawa pergi perhiasan yang mereka letakkan di satu tempat tertentu.

Setelah tahu apa yang terjadi, mereka mencari pelacur tersebut. Melihat Sang Buddha duduk di bawah pohon, mereka menanyakan, apakah Sang Buddha melihat seorang wanita lewat di dekat situ. Atas pertanyaan Sang Buddha, mereka menceritakan apa yang telah terjadi.

Kemudian Sang Buddha berkata, “Oh, Anak-anak muda, cobalah pikir, yang mana yang lebih penting. Menemukan dirimu sendiri atau menemukan seorang pelacur?” Setelah mereka menjawab bahwa lebih penting menemukan diri mereka sendiri, maka Sang Buddha kemudian berkhotbah tentang Anupubbikatha dan Empat Kesunyataan Mulia. Mereka semua memperoleh Mata Dhamma dan mohon ditahbiskan menjadi bhikkhu. Setelah ditahbiskan, mereka dikirim ke tempat-tempat jauh untuk mengajarkan Dhamma.

Tidak ada pangeran Licchali dan penyanyi di atas. Kalau ada orang bawa pisau bertanya pada om dilbert apakah om bakal menjawab manakah yang lebih penting, mencari orang itu atau dirimu sendiri? Kalau dimarahi "jangan bertele2, jawab sekarang atau kubunuh" gimana?

8
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 12 March 2014, 09:42:45 AM »
Gimana jawaban Buddha ketika ketemu Pangeran Lichavi yang mencari-cari seorang penyanyi yang telah mencuri perhiasan mereka ?

Tidak tahu, knp?

9
Mahayana / Re: Tinjauan tentang makan daging dalam Mahayana
« on: 12 March 2014, 09:36:54 AM »
*bukankah ini namanya mereka-reka masa lalu?

** iya, memiliki 'ego lebih suci' dari yang makan daging.

* saya hanya mengutip isi bacaan di atas. Di tulis bukan mereka-reka tapi ditulis sudah tau atau sadar. Mungkin ada sebagian yang merasa sudah tau sebagian pura2 tidak tahu.

* saya juga hanya mengutip dari Dcpedia tulisan Bhikkhu Dhammika. Bhikkhu Dhammika juga tidak memaksakan harus vegetarian, jadi mengapa harus saling menyudutkan pandangan orang lain..

10
Mahayana / Re: Tinjauan tentang makan daging dalam Mahayana
« on: 11 March 2014, 12:04:22 PM »
Artikel yang bagus, wajib dibaca oleh anti-vegetarian-extreme sebagai info. 

Namun, jika kita renungkan secara mendalam, meski tidak sepenuhnya tidak boleh makan daging, tapi apakah ketentuan tiga daging murni ini mudah diterapkan? Bagi seorang praktisi yang berpijak pada pemahaman konvensional, ini akan dianggap sebagai ketentuan yang sangat sepele. Lantas bagaimanakah karakteristik dari pemahaman konvensional itu – pemahaman dari orang yang hanya menjalankan suatu instruksi secara apa adanya tanpa pertimbangan kebijaksanaan?

Dengan demikian orang tersebut akan dapat mudah menyantap daging tanpa mempertimbangkan asal usulnya. Sejauh dia tidak mendengar, melihat dan mengetahui bahwa makhluk tersebut berasal dari rangkaian proses suatu tragedi (pembunuhan yang disertai rasa takut dan jeritan kesakitan), maka dia boleh menyantapnya.

Dari pemahaman ini, kita tiba pada satu pertanyaan yang cukup menggelitik. Bila para anggota Sangha memperoleh daging murni dari hasil pindapata, maka bagaimana dengan umat awam? Dari manakah mereka bisa memperoleh daging murni?

Apakah benar daging di pasar tergolong tiga daging murni? Dalam pandangan yang lebih ekstrem, bisa dikatakan pada saat melihat sajian daging di atas meja, pikiran kita sudah tahu apa yang telah terjadi. Meskipun mata fisik tidak melihat, namun proses visual pembunuhan yang mengerikan itu tidak bisa menutupi mata batin kita. Meskipun telinga fisik tidak mendengar, namun telinga batin kita dapat merasakan suara itu.

Terlepas dari basis mana yang dipilih, terlepas dari motivasi apa yang dianut, setahap demi setahap pola hidup sehat vegetarian (tidak makan daging) telah berkembang luas ke seluruh penjuru dunia. Para praktisi Jalan Bodhisattva tidak sendirian, dan tentu saja, sebagai praktisi Jalan Bodhisattva harus menyambut baik adanya Hari Vegetarian Se-Dunia yang ditetapkan pada tanggal 1 Oktober setiap tahunnya.

Tambahan:
Tetapi menurut sudut pandang Buddhis, apakah orang yang memiliki hati yang baik dan vegetarian lebih baik dibandingkan orang yang memiliki hati yang baik tetapi pemakan daging?
Jika tujuan dari seorang vegetarian yang baik hati menghindari makan daging dikarenakan perhatiannya pada hewan-hewan dan tidak ingin terlibat dalam kekejaman industri peternakan modern, maka ia tentunya telah mengembangkan welas kasihnya dan perhatiannya pada makhluk lain lebih tinggi tingkatnya dibandingkan dengan pemakan daging. Banyak orang menyadari bahwa sementara mereka mengembangkan Dhamma, mereka memiliki kecenderungan untuk menjadi vegetarian.

11
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 11 March 2014, 11:48:14 AM »
Bagi saya pribadi, memang sebuah perbuatan disebut 'membunuh' tidak bisa ditentukan secara sederhana seperti penerapan 5 kriteria mutlak. Tapi itu 'kan opini pribadi saya.

Dalam teori Buddhis, melakukan hal dengan sadar dan sengaja terhadap makhluk yang hasilnya adalah kematian makhluk tersebut disebut membunuh, terlepas dari motivasi dan situasi yang melatar-belakanginya. Dan benar, jika saya memilih dokter kandungan yang kebetulan Buddhis, saya akan tanyakan mengenai ini. Karena jika dalam kasus komplikasi harus memilih mengorbankan salah satu, misalnya ibu/anak, atau anak1/anak2 (dalam kasus kembar {siam}), takutnya si dokter ternyata Sotapanna dan membiarkan kamma saja yang bekerja.
mis prajurit tsb juga mengancam, jika tidak memilih, maka semua mati. Maka bila pasturnya tidK memilih berarti dia membunuh juga? karena ia sadar bila ia tidak memilih hasilnya adalah kematian makhluk yang lebih bnyak. Gimana kalo gt?

Quote
Memang perhitungan yang absurd. IMO, "penyalahan" cenderung oversimplify dan "pembenaran" cenderung overcomplicate. Saya pribadi tidak cocok keduanya.

Dan kembali lagi, di sini saya hanya mau tahu pemahaman masing-masing orang di sini terhadap definisi pembunuhan, jadi bukan mau "menetapkan" mana benar dan salah, mana kusala dan akusala. Sangat wajar bahwa kusala menurut satu orang adalah akusala bagi orang lain.
Kalau menurut saya Bodhisatva tersebut melakukan akusala dengan membunuh makanya masuk neraka tapi juga ada kusalanya dari niatnya menyelamatkan orang. n saya tidak paham tentang kusala akusala yang mengacu pada opini orang tapi acuan saya menurut teori Buddhis.

"Jika kamu sedang duduk ditaman dan ada seseorang yang lari ketakutan dan kemudian beberapa menit kemudian ada seseorang yang membawa pisau dan menghampiri kamu dan bertanya kearah mana orang yang tadi pergi, kamu akan katakan yang sebenarnya atau membohonginya?
Jika saya memiliki alasan yang kuat untuk curiga bahwa orang yang kedua itu akan melakukan hal buruk pada orang yang pertama saya akan, sebagai seorang Buddhis yang cerdas dan perhatian, saya tidak akan ragu untuk berdusta. Telah kita katakan sebelumnya bahwa salah satu faktor yang menentukan apakah itu perbuatan baik atau buruk adalah niatnya. Niatnya untuk menyelamatkan jiwa adalah berkali-kali lipat lebih positif dibandingkan mengatakan sebuah kebohongan dalam kasus seperti ini. Jika berbohong, minum minuman keras atau bahkan mencuri tapi dapat menyelamatkan jiwa, saya akan melakukannya. Saya selalu dapat memperbaiki kesalahan karena melanggar Sila tetapi saya tidak akan pernah mengembalikan kehidupan setelah hilang. Meskipun demikian, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, mohon jangan menganggap ini sebagai ijin untuk melanggar Sila. Sila harus dipraktekkan dengan penuh perhatian dan hanya dilanggar dalam kasus-kasus ekstrim saja."

12
Diskusi Umum / Re: Tentang Membunuh
« on: 08 March 2014, 12:45:10 PM »
Iya, mirip tapi sebetulnya sangat berbeda.
Jadi dibanding kasus ikan, kesamaannya adalah:
1. Sama-sama mengetahui dan sadar bahwa perbuatannya menyebabkan kematian makhluk
2. Perbuatan dilakukan

Perbedaannya adalah dalam kasus ikan, tujuannya adalah ikan mati dan disantap, sedangkan dalam kasus si pastor tujuannya adalah sebagian mati agar sebagian lain hidup. Apakah hal ini yang menyebab satunya disebut pembunuhan dan satunya lagi bukan pembunuhan?

Mengenai "tunjuk atau tidak, tetap akan ada yang dibunuh" ini tidaklah relevan sebab kita tidak mengetahui masa depan. Bisa saja si prajurit Nazinya cuma bercanda, atau 5 detik kemudian kalau si pastor ga milih, langsung sakit jantung dan mati. Ikannya juga mungkin aja waktu mau dibunuh lompat ke selokan dan ngabur, berarti karena dipilih, malah jadi ter-fang-sheng.

kasusnya hampir sama dengan dokter yang menyuruh suami harus memilih antara ibu atau anak yang diselamatkan, tapi menurut saya pastur tersebut memilih bukan berarti berniat membunuh tapi diancam n tindakan memilih bukan berarti ada usaha untuk menjalankan niat membunuh karena bisa saja ia berharap prajuritnya cuma menggertak.

Berarti pasti akusala dan harus dihindari, bukan?
-------
Ada yah sutra-nya? Saya sering dengar ceritanya tapi tidak tau kalau itu dari sutra, kirain kisah-kisah tradisi seperti cerita inspirasi senar oleh pemusik lewat saat bodhisatta menjelang pencerahan.

Kalau pakai konsep akuntansi begini juga jadi lebih pelik lagi. Bagaimana kalau ternyata orang-orang yang akan dibunuh itu akan membunuh lebih banyak orang lagi. Jadi bunuh 1 menyelamatkan 99, tapi 99 masing-masing akan membunuh 100 orang. Akhirnya 99 terselamatkan, tapi 9900 + 1 orang jadi mati. Bukankah bodhisattva jadi penyebab bencana? Tidak juga, siapa tahu 9900 itu akan membunuh masing-masing 100 orang lagi ... <ad infinitum>
Tidak ada habisnya. Mending bom nuklir aja satu dunia.

Itu 'kan kalo bodhisattvanya jagoan atau sakti, di sini pastornya tidak berdaya juga (tidak seperti Priest Class di MMORPG) jadi pilihannya terbatas.



jadi kalo mis ketemu ada orang mo bom bunuh diri lebih baik diam pasrah aja ya? Tidak harus membunuh tapi kalau ada yang menyelamatkan sekumpulan orang dr bom itu, apakah nanti dihitung bagaimana kalo kumpulan orang yang diselamatkan ternyata mau membunuh juga? Sepertinya tidak harus dihitung sampai begitu.

13
Tuhan bs buat format tulisan disesuaikan dengan jenis hp krn kecil sekali tulisannya mesti di scroll kanan kiri trus.. thank u

14
Kesehatan / Penyakit Pikun
« on: 26 November 2013, 10:24:06 AM »
Mau tanya bedanya penyakit parkinson, alzheimer, dan demensia? apakah bisa diobati serta ada pencegahan gak?

Gejala: Suka mengingau hal yang aneh seperti ada orang berdiri padahal gak ada orang, bilang ada perampok, terus kalau ngomong tidak nyambung, dan tidak dapat berpikir jelas termasuk kategori mana ya?

Terima kasih.

15
Jurnal Pribadi / Re: Just My Little Thought
« on: 18 November 2013, 07:32:43 PM »
cinta bisa pudar. yang disebut orang sebagai cinta kebanyakan adalah cinta diri. di saat diri tidak lagi memperoleh keuntungan apalagi mengalami penderitaan, cintapun hilang. derita itu bisa derita mental, bisa derita fisik, dimana kedua2nya bisa bersumber dari masalah uang.

sori kalo ngomongnya pahit ;D

Cinta bisa pudar kalau kurang komitmen. Masalah uang tidak terlalu penting dibanding dengan komitmen kesetiaan, kejujuran n tanggung jawab menurut saya.

Pages: [1] 2 3
anything