//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"  (Read 199646 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #480 on: 28 December 2012, 11:30:49 AM »
dapat tulang dan kulit, berarti masih ada (eksis)
jangan2 memang kosong melompong ! :))
Ingatlah, "Kosong = isi, isi = kosong". Kosong melompong bisa berarti terisi penuh. ;D

Jadi tahu isi dan tahu pong yah sama aja.

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #481 on: 28 December 2012, 11:48:05 AM »
tolong bro cumi tanya yang berkompeten,
dukkha + anicca = ... ?
dukkha + anatta = ... ?
dukkha + anicca + anatta = ... ?

KIIK aja belum selesai bro Adi,... cumi juga udah kewalahan dgn licinnya belut2.. apa lagi tanya yg lebih rumit lagi.... tapi setelah main2 ke thread yg sarankan... cumi udah dpt pencerahan koq... otak cumi masih encer koq.....

tapi master belut telah memberikan contoh yg bagus, bagaimana menjelaskan sebuah topik dgn tidak bagus.  thx utk hal tsb...

------------------
terima kasih bro ariyakumara telah menjelaskan sunyata lebih baik, serta ada referensinya... begitu juga bro kelana...
« Last Edit: 28 December 2012, 11:50:09 AM by cumi polos »
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #482 on: 28 December 2012, 11:49:32 AM »
IMO, kalau anda ikuti diskusi di sebelah, anda bisa mendapatkan penjelasan lebih jelas ketimbang dari pembicaraan 'khusus meditator' di sini.

Kalau merujuk pada Samyutta Nikaya, Salayatana Samyutta, Channavaggo, Suññataloka sutta, "kosong" yang dimaksud di sini bukan merujuk pada hal lain, namun kepada ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi.

Seperti sudah dijelaskan rekan Kelana di sebelah, bahwa "kosong = isi; isi = kosong" tampaknya adalah kesalahan penerjemahan yang sudah terimprovisasi jauh, namun sudah mendarah daging dipercaya secara buta oleh banyak orang. Sebetulnya sutra tersebut membahas hal yang hampir mirip dengan sutta dari Samyutta Nikaya, hanya saja dari sudut panca skandha -sementara SN bahas dari sudut Salayatana.

Bukan begitu. Doktrin "pemutaran roda ke dua" ini adalah ajaran dari Mahayana India, bukan di China. Tetapi memang aliran-aliran Mahayana ini yang kemudian menyebar ke China, sehingga ketika invasi Is1am menghabisi seluruh aliran Buddhis, tersisa hanya aliran2 Mahayana di China dan Tamraparniya (salah satu aliran Vibhajjavada yang dibawa & berkembang di Srilanka, kemudian dikenal sebagai Theravada).

Sekedar bertanya, apakah dengan mendengar penjelasan orang bisa mengerti sepenuhnya sunyata? Bukankah semua pemahaman harus dijalani dan dipraktekkan baru merasakan sendiri seperti apa yang dijelaskan? Kalau ada yang bisa jamin bahwa ada penjelasan yang cocok dan sempurna untuk setiap makhluk, saya ingin mendengar dan membacanya. :)

Ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi. Ini adalah penjelasan tentang anatta dan paticcasamuppada. Ini tidak menjelaskan tentang kondisi lain di luar "aku", seperti tentang kejadian alam, perang, pergolakan politik/ekonomi/sosial, percintaan (asmara), keberuntungan dan kemalangan, serta hal lainnya yang bersifat eksternal.

Maka dari itu semua hal bersifat eksternal selalu dilimpahkan pada "hukum alam" (niyama), yang kemudian (di level awam) melahirkan lagi pertanyaan, siapa yang menciptakan hukum alam (termasuk sebab-akibat), surga-neraka, dsb. Hal ini tidak bisa dijawab lewat penjelasan Panca Niyama, Hukum Karma, Paticcasamuppada, ataupun Tilakkhana.

Karena itu (dalam taraf tertentu) maka diajarkan bahwa di balik semua keberadaan tersebut (tanpa kecuali), ada satu hukum yang tersamar (tersembunyi) dari para makhluk belum tercerahkan, yaitu Sunyata. Ini menjelaskan segalanya, termasuk pencapaian nibbana, segala faktor mental, rupa/wujud, keberadaan pikiran.

Jadi kebenaran mutlak dalam aliran/sekte tertentu, sebenarnya masih ada satu kebenaran lebih substansial di belakangnya, yakni: SUNYATA (kekosongan dari segala fenomena).

Tentang tudingan salah terjemahan, improvisasi doktrin, mempercayai secara buta, sepertinya ini sudah bersifat vonis ya? Atau masih ada pintu diskusi?  :)

Tentang sejarah awal Mahayana dari India, saya sependapat. Lebih jelasnya dapat dilihat disini: id.wikipedia.org/wiki/Mahāyāna

Oke, salam sejahtera untuk Anda. Semoga berbahagia.  _/\_

Offline sl99

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 409
  • Reputasi: 33
  • Gender: Male
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #483 on: 28 December 2012, 11:52:00 AM »
Kefanatikan dan kemelekatan adalah salah satu penghalang besar untuk memahami ajaran mulia dari Guru Agung Buddha Gautama. Kenapa saya menolak menjelaskan selama pikiran belum bisa 'open-minded', karena dengan kemelekatan besar serta saddha yang keliru (keyakinan membuta), maka pikiran secara otomatis menolak faham-faham yang dianggapnya salah (tidak sesuai yang dipahaminya dari aliran/sekte dia bernaung dan belajar), tidak ada di buku panduannya (teks/sutra/kitab suci), tidak diajarkan selama ini oleh orang-orang yang mengajarinya (walau mereka bukan Tercerahkan/Buddha).

Jadi, selama cangkir sudah penuh, siapa yang mau mengisinya? Biarlah begitu (diisi juga akan meluber, seperti bisa dilihat disini).

Oke, salam dharma dan semoga semua berbahagia. :)

Maaf nimbrung,

Menurut om sunya, apakah om sunya seorang yang open minded terhadap segala sesuatu yang diluar yang sudah dicapai/dipahami om sunya?
Menurut om sunya, apakah om sunya fanatik atau tidak terhadap hasil penembusan meditasi om sunya?
Menurut om sunya, sudah sampai dimana tingkat ketidakmelekatan om sunya?
Menurut om sunya, cangkir om sunya sudah kosong atau belum?
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #484 on: 28 December 2012, 11:53:21 AM »
Sekedar bertanya, apakah dengan mendengar penjelasan orang bisa mengerti sepenuhnya sunyata? Bukankah semua pemahaman harus dijalani dan dipraktekkan baru merasakan sendiri seperti apa yang dijelaskan? Kalau ada yang bisa jamin bahwa ada penjelasan yang cocok dan sempurna untuk setiap makhluk, saya ingin mendengar dan membacanya. :)

Ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi. Ini adalah penjelasan tentang anatta dan paticcasamuppada. Ini tidak menjelaskan tentang kondisi lain di luar "aku", seperti tentang kejadian alam, perang, pergolakan politik/ekonomi/sosial, percintaan (asmara), keberuntungan dan kemalangan, serta hal lainnya yang bersifat eksternal.

Maka dari itu semua hal bersifat eksternal selalu dilimpahkan pada "hukum alam" (niyama), yang kemudian (di level awam) melahirkan lagi pertanyaan, siapa yang menciptakan hukum alam (termasuk sebab-akibat), surga-neraka, dsb. Hal ini tidak bisa dijawab lewat penjelasan Panca Niyama, Hukum Karma, Paticcasamuppada, ataupun Tilakkhana.

Karena itu (dalam taraf tertentu) maka diajarkan bahwa di balik semua keberadaan tersebut (tanpa kecuali), ada satu hukum yang tersamar (tersembunyi) dari para makhluk belum tercerahkan, yaitu Sunyata. Ini menjelaskan segalanya, termasuk pencapaian nibbana, segala faktor mental, rupa/wujud, keberadaan pikiran.

Jadi kebenaran mutlak dalam aliran/sekte tertentu, sebenarnya masih ada satu kebenaran lebih substansial di belakangnya, yakni: SUNYATA (kekosongan dari segala fenomena).

Tentang tudingan salah terjemahan, improvisasi doktrin, mempercayai secara buta, sepertinya ini sudah bersifat vonis ya? Atau masih ada pintu diskusi?  :)

Tentang sejarah awal Mahayana dari India, saya sependapat. Lebih jelasnya dapat dilihat disini: id.wikipedia.org/wiki/Mahāyāna

Oke, salam sejahtera untuk Anda. Semoga berbahagia.  _/\_

maksudnya Buddha Gautama kelupaan tidak mengajarkan SUNYATA yg menurut master belut ITU lebih lengkap dan lebih baik ? mohon transparansinya....


Buddah Gautama lupa mengajarkan yg ini ? :
Quote
satu hukum yang tersamar (tersembunyi) dari para makhluk belum tercerahkan, yaitu Sunyata.
koq bisa ya ?
« Last Edit: 28 December 2012, 11:56:56 AM by cumi polos »
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #485 on: 28 December 2012, 12:01:05 PM »
Sebagai informasi, aliran Yogacara yang sangat menekankan pemahaman eksistensi lewat praktik (yoga & meditasi), juga mengembangkan dan menjelaskan filosofi shunya-nya secara terperinci dan tidak berkelit dengan alasan 'hanya bisa dilihat dalam meditasi'.

Jadi cumi kalau mau dapat informasi, coba pilih-pilih, nanti capek-capek kejar belut, ternyata cuma dapat tulang & kulit saja.

Sebagai informasi, saya bukan beraliran Yogacara.
Penjelasan shunya sudah saya jelaskan dengan rinci sesuai dengan yang saya pahami dan alami (praktekkan).
Jika Anda memiliki penjelasan yang lebih baik menurut Anda, silakan (tidak ada yang melarang Anda menulis pengalaman spiritual dan pemahaman Anda tentang dharma Sang Buddha).
Tentang 'hanya bisa dilihat dalam meditasi', mungkin Anda belum cukup pengalaman. Sekarang bagaimana menjelaskan suatu fenomena batin tanpa seorang itu melihat dan merasakannya? Penjelasan tekstual/teori/literatur memang perlu, tapi praktek/realisasi juga sangat perlu (kecuali jika tentunya Anda hanya belajar dharma secara teoritis dan akademis).

Betul, memilih informasi memang harus teliti. Kurang teliti bahkan bukan hanya mendapat kulit dan tulang, malah tidak dapat apa-apa.

Oke, salam pencerahan dan damai-sentosa untuk Anda. Semoga berbahagia.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #486 on: 28 December 2012, 12:05:20 PM »
Ingatlah, "Kosong = isi, isi = kosong". Kosong melompong bisa berarti terisi penuh. ;D

Jadi tahu isi dan tahu pong yah sama aja.

Ini adalah kebodohan (ketidaktahuan). Apakah jahat=baik, apakah kotoran=emas?

Anda sedang bermain dengan ketidaktahuan Anda, membuat komparasi antara kebenaran mutlak dengan konvensional, tapi keliru.

Yang Anda bandingkan di atas adalah dualitas (kebenaran kondisional), tentu saja dalam taraf konvensional hal itu adalah dua kutub yang berbeda. Mana mungkin jahat=baik, mana mungkin kotor/sampah=bersih/berharga? Ini hanya orang (maaf) pandir yang membuat kesimpulan demikian atas Dharma Agung Sang Bhagava.  _/\_

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #487 on: 28 December 2012, 12:09:05 PM »
Sekedar bertanya, apakah dengan mendengar penjelasan orang bisa mengerti sepenuhnya sunyata? Bukankah semua pemahaman harus dijalani dan dipraktekkan baru merasakan sendiri seperti apa yang dijelaskan? Kalau ada yang bisa jamin bahwa ada penjelasan yang cocok dan sempurna untuk setiap makhluk, saya ingin mendengar dan membacanya. :)
Bagi orang yang berakal sehat, suatu praktik dijalani karena dimengerti. Setelah praktik terjalani dengan baik, maka apa yang dimengerti itu direalisasi. Jika seseorang tidak mengerti, namun menjalani, apa bedanya dengan kepercayaan buta?

Apakah ada satu penjelasan yang cocok untuk setiap makhluk? Saya rasa tidak ada. Karena makhluk punya kecenderungan masing-masing, juga masing-masing punya batas kemampuan berbeda.


Quote
Ketiadaan satu elemen apapun yang tetap, yang bisa ditunjuk atau dilekati sebagai "diri/atta". Apakah itu objek dari mata, telinga, ... , pikiran, semuanya adalah muncul bergantungan bersama kondisi, dan lenyap pula bersama lenyapnya kondisi. Ini adalah penjelasan tentang anatta dan paticcasamuppada. Ini tidak menjelaskan tentang kondisi lain di luar "aku", seperti tentang kejadian alam, perang, pergolakan politik/ekonomi/sosial, percintaan (asmara), keberuntungan dan kemalangan, serta hal lainnya yang bersifat eksternal.
;D Jadi maksudnya kejadian alam, perang, pergolakan, dll, itu tidak dipersepsi oleh indera kita?


Quote
Maka dari itu semua hal bersifat eksternal selalu dilimpahkan pada "hukum alam" (niyama), yang kemudian (di level awam) melahirkan lagi pertanyaan, siapa yang menciptakan hukum alam (termasuk sebab-akibat), surga-neraka, dsb. Hal ini tidak bisa dijawab lewat penjelasan Panca Niyama, Hukum Karma, Paticcasamuppada, ataupun Tilakkhana.

Karena itu (dalam taraf tertentu) maka diajarkan bahwa di balik semua keberadaan tersebut (tanpa kecuali), ada satu hukum yang tersamar (tersembunyi) dari para makhluk belum tercerahkan, yaitu Sunyata. Ini menjelaskan segalanya, termasuk pencapaian nibbana, segala faktor mental, rupa/wujud, keberadaan pikiran.
Jadi maksudnya hal yang tidak bisa dijawab doktrin Panca Niyama, Hukum Karma, dll, bisa dijawab dengan doktrin Shunyata? Sungguh menarik.
1. Anda punya kesimpulan itu berdasarkan ajaran mana? Boleh minta referensi?
2. Saya punya pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh doktrin-doktrin yang anda sebutkan di atas, yaitu bagaimana mekanisme orang berbuat kejahatan berat (akusala garuka kamma) bisa ditelan bumi? Coba dijelaskan dengan doktrin Shunyata yang anda katakan bisa menjelaskan semuanya itu.

Quote
Jadi kebenaran mutlak dalam aliran/sekte tertentu, sebenarnya masih ada satu kebenaran lebih substansial di belakangnya, yakni: SUNYATA (kekosongan dari segala fenomena).

Tentang tudingan salah terjemahan, improvisasi doktrin, mempercayai secara buta, sepertinya ini sudah bersifat vonis ya? Atau masih ada pintu diskusi?  :)
Oh, selalu terbuka pintu diskusi. Silahkan, berikan argumentasi anda.



Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #488 on: 28 December 2012, 12:09:18 PM »
Ini adalah kebodohan (ketidaktahuan). Apakah jahat=baik, apakah kotoran=emas?

Anda sedang bermain dengan ketidaktahuan Anda, membuat komparasi antara kebenaran mutlak dengan konvensional, tapi keliru.

Yang Anda bandingkan di atas adalah dualitas (kebenaran kondisional), tentu saja dalam taraf konvensional hal itu adalah dua kutub yang berbeda. Mana mungkin jahat=baik, mana mungkin kotor/sampah=bersih/berharga? Ini hanya orang (maaf) pandir yang membuat kesimpulan demikian atas Dharma Agung Sang Bhagava.  _/\_
kebodohan dan ketidaktahuan ada pada master belut, yg belum dapat membawakan thread ini dgn baik, menjelaskan dgn indah, menarik, mudah dimengerti, dan bermanfaat...

 :P :P
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #489 on: 28 December 2012, 12:11:13 PM »
Ini adalah kebodohan (ketidaktahuan). Apakah jahat=baik, apakah kotoran=emas?

Anda sedang bermain dengan ketidaktahuan Anda, membuat komparasi antara kebenaran mutlak dengan konvensional, tapi keliru.

Yang Anda bandingkan di atas adalah dualitas (kebenaran kondisional), tentu saja dalam taraf konvensional hal itu adalah dua kutub yang berbeda. Mana mungkin jahat=baik, mana mungkin kotor/sampah=bersih/berharga? Ini hanya orang (maaf) pandir yang membuat kesimpulan demikian atas Dharma Agung Sang Bhagava.  _/\_
Kalau hanya bilang orang tidak berpengetahuan, masih dualitas, itu sih sangat gampang.

Coba donk beri penjelasan, bagaimana kebenaran mutlak dan konvensional, dan batasannya bagaimana, dualitasnya bagaimana.

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #490 on: 28 December 2012, 12:11:42 PM »
Bila sunyata ini sangat penting dan lebih lengkap,
   kenapa Buddha Gautama tidak mengajarkan nya ?

kenapa master sunya.... ?
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #491 on: 28 December 2012, 12:13:38 PM »
Bila sunyata ini sangat penting dan lebih lengkap,
   kenapa Buddha Gautama tidak mengajarkan nya ?

kenapa master sunya.... ?
Tidak mengajarkan menurut siapa, bro cumi?
Kalau dari Kanon Pali, Sunnata dijelaskan kok, cukup terperinci pula.

Kalau dari aliran Buddhis belakangan, yang percaya pada pemutaran roda dharma ganda, hal ini diajarkan oleh Buddha Gautama langsung yang begitu mengejutkan sampai para Sravaka sebagian mati kaget karena dibohongi oleh gurunya.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #492 on: 28 December 2012, 12:20:50 PM »
Maaf nimbrung,

Menurut om sunya, apakah om sunya seorang yang open minded terhadap segala sesuatu yang diluar yang sudah dicapai/dipahami om sunya?
Menurut om sunya, apakah om sunya fanatik atau tidak terhadap hasil penembusan meditasi om sunya?
Menurut om sunya, sudah sampai dimana tingkat ketidakmelekatan om sunya?
Menurut om sunya, cangkir om sunya sudah kosong atau belum?

Baik, ijinkan saya menjawab satu persatu.
1. Tentu, jika tidak open-minded, bagaimana saya bisa melangsungkan diskusi ini. Saya kerap menulis; silakan berbagi pemikiran Anda, silakan menjelaskan apa yang Anda pahami, dan apa yang saya jelaskan juga tidak harus diterima sebagai kebenaran (sebelum Anda membuktikannya dulu sendiri).
2. Fanatik itu tolok ukur (parameter)-nya apa? Meditasi sesuatu yang hanya dialami diri sendiri, bagaimana membandingkannya dengan orang lain?
3. Sama dengan di atas. Tapi saya punya sesuatu untuk direnungkan; jika Anda seorang Buddhist yang menjunjung tinggi prinsip ehipassiko (membuktikan sendiri), lalu Anda sudah membuktikan dan melihat sendiri (ibaratnya Anda sudah melihat piramida seperti yang dulu Anda dengar dari orang lain), apakah Anda masih meragukan penglihatan Anda sendiri?
4. Sama dengan di atas (dengan tambahan), jika Anda sudah melihat kebenaran (walau bisa saja keliru/salah), apakah Anda masih bisa disebut sebuah cangkir kosong?
Ketika Buddha menemukan kebenaran (mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi), apakah Beliau masih bisa disebut cangkir kosong? Apakah Beliau perlu skeptis (meragukan kebenaran) tentang apa yang dilihat-Nya?

Jika Anda bicara dalam konteks diskusi harus seperti cangkir kosong, saya sangat sependapat (dan itu yang saya lakukan terhadap para anggota forum yang berpartisipasi). Kita harus mempersilakan siapapun berbagi pemikiran maupun pengalamannya disini, tanpa harus yang satu merasa lebih benar dari yang lain.

Oke, cukup jelas 'kan? Semoga Anda bahagia.  _/\_

Offline cumi polos

  • Sebelumnya: Teko
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.130
  • Reputasi: 82
  • Gender: Male
  • mohon transparansinya
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #493 on: 28 December 2012, 12:22:01 PM »
Tidak mengajarkan menurut siapa, bro cumi?
Kalau dari Kanon Pali, Sunnata dijelaskan kok, cukup terperinci pula.

Kalau dari aliran Buddhis belakangan, yang percaya pada pemutaran roda dharma ganda, hal ini diajarkan oleh Buddha Gautama langsung yang begitu mengejutkan sampai para Sravaka sebagian mati kaget karena dibohongi oleh gurunya.

kalau sunyata telah dijelaskan dlm kanon pali, maka topik (thread) yg menarik adalah membandingkan sunyata dlm kanon pali dgn diamond sutta oleh Nāgārjuna.

bagaimana pengertian dari dua pandangan tsb bisa lebih bermanfaat bagi umat budhist...
bukan thread kosongisiisikosong gitulahhhh... sampai mendptkan gelat master belut...

cumi pikir sunyata produk baru...(seakan akan dikumandangkan oleh master sunya)...yg GRESSS
merryXmas n happyNewYYYY 2018

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: "Kosong = Isi, Isi = Kosong"
« Reply #494 on: 28 December 2012, 12:26:37 PM »
kalau sunyata telah dijelaskan dlm kanon pali, maka topik (thread) yg menarik adalah membandingkan sunyata dlm kanon pali dgn diamond sutta oleh Nāgārjuna.

bagaimana pengertian dari dua pandangan tsb bisa lebih bermanfaat bagi umat budhist...
bukan thread kosongisiisikosong gitulahhhh... sampai mendptkan gelat master belut...

cumi pikir sunyata produk baru...(seakan akan dikumandangkan oleh master sunya)...yg GRESSS

Bukan, itu sama sekali bukan produk baru. Tapi memang belakangan dikembangkan sampai ke mana2 tuh doktrinnya. Jadi tergantung kitanya aja mau pakai yang awal atau versi improvisasi.