Sepuluh macam Palibodha
Palibodha berarti gangguan dalam meditasi yang menyebabkan batin gelisah dan tidak mampu memusatkan pikiran pada obyek.
1. Avasa ( Tempat tinggal )
2. Kula ( pembantu dan orang yang bertanggung jawab )
3. Labha ( Keuntungan )
4. Gana ( murid dan teman )
5. Kamma ( pekerjaan )
6. Addhana ( perjalanan )
7. Nati ( orang tua, keluarga, saudara )
8. Abadha ( penyakit )
9. Gantha ( pelajaran )
10. Iddhi ( Kekuatan gaib )
Dalam melaksanakan meditasi umumnya orang yang bermeditasi sering juga mendapat gangguan yang disebut palibodha. Ia merasakan khawatir akan tempat tinggalnya, terikat dengan rumahnya, ia merasa khawatir dengan pembantu dan orang yang bertanggung jawab atas harta bendanya. Ia merasa khawatir akan persoalannya, apakah meditasi ini akan membawa keuntungan baginya. Ia merasa khawatir akan murid dan teman – temannya, Ia merasa khawatir akan pekerjaan yang belum selesai. Ia merasa khawatir akan perjalanan jauh yang harus ditempuhnya, Ia merasa khawatir akan orang tuanya, keluarganya dan saudaranya. Ia merasa khawatir akan kemungkinan timbulnya penyakit. Ia merasa khawatir akan pelajaran yang di tinggalkannya. Ia merasa khawatir akan bermacam – macam kekuatan magis yang dipertunjukan, takut akan kemerosotan kekuatan magisnya.
Palibodha ini harus dibasmi agar orang dapat memusatkan pikiran dengan baik.
Tiga Macam Nimitta
Nimitta berarti suatu pertanda atau gambaran yang ada hubungannya dengan perkembangan obyek meditasi. NImitta ini ada tiga macam yaitu :
1. Parikamma Nimitta ( gambaran batin permulaan )
Mengenai Parikamma Nimitta, gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi, seperti patung Buddha, mula – mula dilihat dengan mata, kemudian dibayangkan dalam pikiran. Jadi Parikamma Nimitta merupakan gambaran atau bentuk dari obyek dalam keadaan yang sebenarnya. Semua obyek ( 40 macam obyek meditasi ) dapat menghasilkan Parikamma Nimitta.
2. Uggaha Nimitta ( gambaran batin mencapai )
Mengenai Uggaha Nimitta, gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi dilihat dengan batin, hingga obyek itu melekat dalam pikiran. Jadi Uggaha Nimitta merupakan gambaran obyek didalam batin yang sama dengan bentuk obyek yang dipakai, walaupun mata telah dipejamkan. Untuk mencapai Uggaha Nimitta, semua obyek meditasi dapat dipakai dalam melaksanakan samatha bhavana.
3. Patibhaga Nimitta ( gambaran batin berlawanan )
Mengenai Patibhaga Nimitta, gambaran suatu obyek yang diambil dalam meditasi yang telah melekat pada pikiran, terpeta dengan nyata, tetap jernih, jelas, terbebas dari gangguan dan gambaran obyek tersebut dapat dibesarkan dan dikecilkan menurut kemauan. Jadi Patibhaga Nimitta merupakan gambaran pantulan dari obyek yang dipakai, yang bentuk gambaran itu berubah menjadi sinar terang didalam batinnya. Untuk mencapai Patibhaga Nimitta maka obyek yang harus diambil dalam melaksanakan samatha bhavana ialah sepuluh kasina, sepuluh asubha, satu kayagatasati dan satu anapanasati.
Pengertian Jhana
Jhana berarti kesadaran / pikiran yang memusat dan melekat kuat pada obyek kammatthana / meditasi, yaitu kesadaran atau pikiran terkonsentrasi pada obyek dengan kekuatan appana samadhi ( konsentrasi yang mantap ) yaitu kesadaran / pikiran terkonsentrasi pada obyek dengan kuat ).
Jhana merupakan keadaan batin yang sudah diluar aktivitas panca indera. Keadaan ini hanya dapat dicapai dengan usaha yang ulet dan tekun. Dalam keadaan ini, aktivitas panca indera berhenti, tidak muncul kesan – kesan penglihatan maupun pendengaran, pun tidak muncul perasaan badan jasmani. Walaupun kesan – kesan dari luar telah berhenti , batin masih tetap aktif dan berjaga secara sempurna serta sadar sepenuhnya.
Jhana hanya mampu menekan atau mengendapkan kekotoran batin untuk sementara waktu. Ia tidak dapat melenyapkan kekotoran batin. Sewaktu – waktu Jhana dapat merosot karena Jhana tidak kekal.
Enam Macam Abhinna :
Abhinna berarti kemampuan atau kekuatan batin yang luar biasa atau tenaga batin.
Abhinna akan timbul dalam diri orang yang telah mencapai Jhana- Jhana, dimana Jhana tingkat keempat ( Catuttha Jhana ) merupakan dasar untuk timbulnya Abhinna ini. Namun hal ini juga tergantung pada Kusala Kamma ( Perbuatan baik ) dari kehidupan yang lampau. Mengenai obyek meditasi yang dapat menimbulkan Abhinna ialah hanya sepuluh kasina.
Abhinna itu ada enam macam dan dapat dibagi atas dua kelompok besar yaitu Abhinna yang duniawi atau lokiya dan Abhinna yang diatas duniawi atau lokuttara.
Abhinna yang duniawi ( lokiya abhinna ) terdiri atas lima macam yaitu :
1. Iddhividhanana sering disebut sebagai kekuatan gaib atau kekuatan magis atau kesaktian. Ini terbagi lagi atas beberapa macam yaitu :
a. Adhitthana iddhi ialah kemampuan untuk mengubah diri dari satu menjadi banyak atau dari banyak menjadi satu
b. Vikubbana iddhi ialah kemampuan untuk merubah bentuk, seperti menjadi anak kecil, raksasa, ular atau membuat diri menjadi tidak tampak.
c. Manomaya iddhi ialah kemampuan mencipta dengan menggunakan pikiran, seperti menciptakan istana, gunung, sungai, harimau, wanita cantik dan lain – lain.
d. Nanavipphara idhi ialah kemampuan untuk menembus ajaran melalui pengetahuan.
e. Samadhivipphara iddhi ialah kemampuan memencarkan melalui konsentrasi, yaitu :
- kemampuan menembus dinding, pagar, gunung dan lain – lain.
- kemampuan menyelam ke dalam bumi bagaikan menyelam ke dalam air.
- kemampuan berjalan diatas air bagaikan berjalan diatas tanah yang padat.
- kemampuan terbang di angkasa seperti burung.
- kemampuan melawan api.
- kemampuan menyentuh bulan dan matahari dengan tangannya.
- kemampuan memanjat puncak dunia sampai ke Alam Brahma.
2. Dibbasotanana ( Telinga Dewa ) ialah kemampuan untuk mendengar suara -suara dari alam lain, yang jauh mauun yang dekat.
3. Cetopariyanana ialah kemampuan untuk membaca pikiran makhluk lain.
4. Dibbacakkhunana ( Mata Dewa ) ialah kemampuan untuk melihat alam – alam halus dan muncul lenyapnya makhluk- makhluk yang bertumimbal lahir sesuai dengan karmanya masing – masing.
5. Pubbenivasanussatinana ialah kemapuan untuk mengingat tumimbal lahir yang lampau dari diri sendiri dan orang lain.
Abhinna yang diatas duniawi ( lokuttara abhinna ) hanya ada satu macam yaitu Asavakkhayanana ialah kemampuan untuk memusnahkan kekotoran batin. Pemusnahan kekotoran batin ini akan membimbing ke arah kesucian tertinggi atau arahat.
Perlu diingat bahwa tujuan umat Buddha bukanlah untuk mendapatkan kegaiban dan mukzizat yang aneh – aneh dan luar biasa. Sang Buddha tidak membenarkan siswa – siswaNya melakukan sesuatu yang ajaib dan Mujizat, karena perbuatan demikian itu tidak akan mempertinggi martabat mereka di mata orang lain. Lagipula kegaiban itu bukanlah merupakan hal yang penting dalam mencari kebebasan ( Nibbana ).