5. Biksu Suci dan Gempa Bumi (dari buku ke 110)
Laporan wartawan media massa selalu suka mencari sensasi. Ada sebuah
tulisan media massa yang mengatakan bahwa tempat di mana seorang biksu suci
tinggal akan bebas dari segala bencana dan malapetaka.
Ketika si wartawan media massa meminta penjelasan dari Maha Biksu Hsuan
Hua tentang mengapa bisa terjadi gempa bumi dahsyat di Chicago, Maha Bhiksu
Hsuan Hua mengatakan, "Gempa bumi dahsyat di Chicago bisa terjadi karena ia pulang
ke Taiwan."
Pada tanggal 17 Januari 1994, terjadi gempa bumi besar di Los Angeles
(Amerika Serikat). Menurut berita, ada lima jalan tol yang terputus; 30 korban
meninggal, rumah yang hancur atau retak jumlahnya banyak sekali; kebakaran terjadi di
mana-mana; kerugian mencapai 8 milyar dollar AS, dan lain sebagainya.
Ini membuat saya teringat akan "Godfather" (bapak dedengkot) di kalangan
Buddhis kita, Maha Biksu XY. Ia pasti sedang tidak berada di Vihara Si Lai. Karena
bila ia sedang ada di vihara Si Lai (Los Angeles), bukankah tidak mungkin bisa ada
gempa bumi di Los Angeles?
Namun, dalam beberapa hari ini, di Hua Lien (Taiwan) pun terjadi gempa bumi
hebat. Kokh bisa yah terjadi gempa bumi di Hua Lien? Bukankah Hua Lien merupakan
tempat tinggalnya Biksuni Cen Yen yang tersohor itu? Bagaimana mungkin bumi bisa
bergoncang di sana? Apa salah tempat?
Laporan di luar mengatakan bahwa di Amerika Serikat ada tiga biksu suci
imigran. Pertama, Maha Biksu XY di Los Angelas. Kedua, Maha Biksu Hsuan Hua di
Chicago. Dan ketiga, saya sendiri, si bocah ingusan, Maha Acarya Lien Shen.
Karena Chicago, Los Angeles, dan Hua Lien sudah mengalami gempa bumi,
sekarang tinggal Seattle yang belum berjoget. Begitu saya memeriksa data geologi,
keringat dingin saya langsung bercucuran. Ternyata Seattle termasuk daerah rawan
gempa, bahkan pernah mengalami gempa bumi yang maha dahsyat. Wah, bagaimana
nih?
Mungkin itulah salah satu sebab yang membuat saya cepat mengundurkan diri
(dari segala kegiatan penyelenggaraan upacara besar). Kalau saya sudah
mengundurkan diri, kan gempa bumi tidak lagi ada kaitannya dengan saya.
=============================================================
6. Gempa Susulan "Biksu Suci dan Gempa Bumi" (dari buku ke 110)
Setelah "Koran Satyabuddha" memuat artikel "Biksu Suci dan Gempa Bumi",
reaksi para pembaca adalah tersenyum dan geli karena humornya.
Gempa bumi di Chicago berhadapan dengan Biksu Tu Luen (Hsuan Hua);
gempa bumi di Los Angeles berhadapan dengan Biksu XY; dan gempa bumi di Hua
Lien (Taiwan) berhadapan dengan Biksuni Cen Yen.
Sekarang tinggal Seattle yang tidak mengalami gempa bumi padahal Seattle
berada di daerah rawan gempa. Tentu saja saya mengharapkan tidak terjadi gempa
bumi. Jika pun terjadi, buatlah saya secara ajaib sedang pergi ke luar negeri sehingga
tidak ada di lokasi gempa. Dengan demikian saya kan jadi bisa menepuk dada. Tuh
saya tidak menongkrongi Seattle maka berakibat gempa bumi disana. Kalau begitu kan
saya dapat menandingi Biksu Tu Luen (Hsuan Hua). (Wah, karena terlalu kuatir akan
gempa bumi, setiap kali saya berdoa kepada para Buddha, Bodhisattva, dan
Dharmapala, selalu saya tambahkan, mohon Dewa Bumi mengampuni saya, kecuali
Seattle, tempat lain terserah kepada Anda.)
Sebetulnya, dalam Dharma Budha, ada satu istilah: "karma bersama".
Penjelasan nya sederhana saja. Hal hal seperti peperangan, epidemi, bencana alam,
gempa bumi, dan sebagainya semuanya muncul karena karma bersama.
Pada jaman Sakyamuni Buddha masih hidup secara tubuh fisik, ada seorang
raja menyerang suku Sakya. Suku Sakya adalah suku asal Buddha Sakyamuni. Sang
Buddha dan kesepuluh siswa utama nya memiliki kekuatan gaib, tetapi tetap tidak
mampu menahan musnahnya suku Sakya. Semua sanak keluarga Buddha Sakyamuni
habis terbunuh.
Ketika siswa Buddha menanyakan hal ini, jawaban Sang Buddha adalah karma
bersama. Lalu, sang Buddha menceritakan sebab musababnya dari kelahiran lampau
yaitu adanya permusuhan antara suku Sakya dan raja itu. Kekuatan gaib sebesar apa
pun tak mampu melenyapkan karma bersama.
Jadi ini menjelaskan bahwa jika kelak Seattle mengalami gempa bumi, itu tidak
ada hubungannya dengan saya (Maha Acarya Lien Shen).