Dalam salah satu Kathina puja Bhante Pannavaro memberikan dhamma desana tentang apa bedanya Moral dan Sila.
Sepertinya kita sudah sering mendengar "Jangan dekat2 dia, karena bejad moralnya" atau instruksi dari sang Buddha agar "Umat selalu menjaga Sila". Tetapi sebenarnya apa sih perbedaan Moral dengan Sila ?
Kalo dalam diskusi tentunya akan lebih hidup bila diberi pancingan dulu, tetapi ini sekarang saya hanya ingin sharing aja (**mungkin karena saya sedang dalam kondisi kurang enak badan, maaf ya).
Dalam dhammadesana tsb Bhante Panna menjelaskan bahwa :
Sebagai Umat Buddhist perumah tangga kita diwajibkan untuk menjalankan Panca Sila, apabila kita melanggar SILA maka kita pasti akan terlahir ke alam menderita. Tentang kelak kita terlahir kemana ini hanya dapat dimengerti oleh umat Buddhist saja, tetapi dalam tataran masyarakat umum SILA disini adalah BIASA, sehingga bila kita melanggar sila ato biasa ini maka kita menjadi TIDAK BIASA, karena tidak biasa maka melanggar, bagi pelanggaran pasti ada hukuman. Dalam masyarakat apabila terjadi pembunuhan maka kita akan diajukan dalam persidangan pidana, untuk pencurian juga akan sama pula dalam tuntutan pidana, pelanggaran sexual bila salah satu ato masing2 telah memiliki pasangan maka dpt dituntut pidana pula, penipuan juga tindakan pidana, narkoba pun tindakan pidana. Sehingga semuanya pelanggaran ini ada akibatnya dalam tataran masyarakat yaitu jalur hukum. Sehingga kita dapat melihat semua pelanggaran sila ini adalah pelanggaran biasa yang menjadikan kita tidak biasa, sehingga dapat dihukum, oleh karena itu agar jangan salah mengerti bahwa pengertian Sila adalah BIASA.
Selanjutnya MORAL dalam pengertian moral ini umat Buddhist agar memahami arti moral adalah sikap mental kita, selama kita hidup bagaimana sikap mental kita, apabila kita lebih mendengarkan keinginan bersenang2 dalam indera duniawi, maka kitapun sudah tahu akan kemana kita terlahir. Namun dalam tataran masayarakat moral adalah sikap mental kita dalam bermasyarakat, bila kita lebih menggunakan kekuatan kita spt di hutan sapa yang kuat dia yang menang, maka kita tidak memiliki kemanusiaan lagi, tidak manusiawi lagi maka kitapun menjadi spt hewan, binatang. Semasa hidup dalam masyarakat kita sudah tidak manusiawi lagi maka setelah matipun kita terlahir menjadi binatang, sehingga sikap mental kita didalam masyarakatpun harus manusiawi agar kelak kita terlahir menjadi manusia kembali. Akan lebih baik selama hidup kita telah mendevakan moral kita, sikap mental kita, sehingga kelak kita bisa terlahir sebagai deva. Dimana kita harus menimbun parami sebanyak2nya agar bisa kelak terlahir kealam deva tentunya dengan didukung menjaga sila pula. Jadi apabila ada yang berkata "jangan dekat2 dia karena bejad moralnya" itu adalah bukan silanya tapi sikap mentalnya.
Semoga sharing sedikit saya ini ada manfaatnya.
(***maafkan saya tidak bisa menulis panjang karena selama Dhammadesana saya hanya memakai ingatan saja, tidak mencatat, sehingga point2 penting saja yang saya ingat).