This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.
61
Pengembangan DhammaCitta / Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« on: 01 September 2008, 04:53:39 PM »[at] Willi
Anda juga pernah kan.
sama pak saya juga pernah
dalam mengendalikan diri, tentu kadang kita lepas kendali.
yang penting kita jujur sharing bahwa 'pengendalian diri' itu sangat penting bagi kita semua.
pembuat panah meluruskan anak panah
pandai besi menempa besi
orang bijaksana mengendalikan pikirannya
::
Anda yang sibuk mengendalikan diri, pernah kelepasan,
Saya yang santai menyadari pikiran, juga pernah kelepasan.
namaste
saya yang "tidak sibuk mengendalikan diri" juga "tidak santai menyadari pikiran" juga pernah kelepasan dan lebih sering lagi keceplosan, maaf ya
Jadi daripada kelepasan (karena tidak terkendali) lebih baik lepaskan aja deh, kionghie
sukhi hotu
Andi
62
Pengembangan DhammaCitta / Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« on: 01 September 2008, 04:38:39 PM »
Debat antara saya dan Fabian tentang vipassana sudah saya kumpulkan dalam 8 file dan tayangkan di milis-milis Buddhis. ... Ibu Lily bisa mengikutinya di thread "Abhidhamma & Vipassana" dan thread ini, tapi tersebar di banyak posting, sehingga sukar membacanya dengan santai, harus mencari posting-posting yang saling bersambungan. ... sebentar lagi ke delapan file itu saya upload di box.net. Nanti URL-nya saya tayangkan di sini, dan Anda bisa download sendiri.
Salam,
hudoyo
namaste
Bukan cuma ibu Lily yang menanti kehadiran URL ini, aku juga ingin men-dowmload-nya,
trims
sukhi hotu
Andi
63
Pengembangan DhammaCitta / Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« on: 01 September 2008, 04:32:46 PM »
Apa yang Anda share itu sudah saya pelajari 40 tahun lalu. ... Dan sudah sepuluh tahun terakhir ini saya lepaskan.
namaste
Pernyataan anda di atas bahwa: "yang sudah saya pelajari 40 tahun lalu.....dan sudah sepuluh tahun terakhir ini saya lepaskan" membuat saya malu karena saya masih belum mampu melepaskan apa-apa yang saya pernah pelajari.
Namun apabila anda sudah melepaskan yang anda pelajari "sekarang" tolong informasikan kepada saya, sehingga saya gak usah belajar yang mirip dengan apa yang anda telah pelajari itu.
Semoga kita bisa saling berbagi
sukhi hotu
Andi
64
Pengembangan DhammaCitta / Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« on: 01 September 2008, 11:42:04 AM »
Vox major vox Dei: Suara yang lebih banyak adalah suara Tuhan.
Namaste,
Bro Kainyn, thanx ya atas penjelasannya.
Agar kebenaran menjadi suara tuhan, rupanya perlu cari pembenaran dari orang banyak (baca: pengikut), hehehehe
Kebenaran adalah kebenaran, jadi sesungguhnya tidak perlu pembenaran dari orang banyak
Semoga saja kita juga tidak merasa benar sendiri, sehingga orang lain pasti keliru (idam eva saccam mogham aññan’ti)
Sukhi hotu
Andi
65
Pengembangan DhammaCitta / Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« on: 01 September 2008, 10:56:11 AM »
Jadi inget sejarah... ada orang bilang bumi mengelilingi matahari walaupun otoritas dan mayoritas orang waktu itu mengatakan bumi dikelilingi matahari. Alhasil, orang itu digoreng.
"Voxpopulimajor vox Dei"
namaste
"Vox
trims
Sukhi hotu
Andi
66
Pengembangan DhammaCitta / Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« on: 31 August 2008, 07:13:41 PM »Sy waktu itu sebenarnya sudah heran, karena Pak Hud yg dalam berdiskusi selalu menyebut2 'padamnya AKU' tapi bertindak sebaliknya (mau perang debat dgn kalimat2 yg cukup pedas).
Namaste
Ketika seseorang menyebut "padamnya aku" maka hal itu tidak berarti bahwa "aku" nya memang sudah padam, wong cuma ngomong aja
Semoga "aku"-ku padam sebelum aku sendiri padam
Sukhi hotu
Andi
67
Meditasi / Re: Logika tubuh melayang dalam meditasi
« on: 31 August 2008, 06:36:18 PM »Belum ada pesulap yang benar-benar melayang. Mereka hanya menggunakan alat-alat canggih bahkan zat-zat kimia yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya untuk trik-trik mereka. Bahkan salah satu trik mereka menggunakan bahan yang digunakan juga sebagai bahan pembuat popok maupun pembalut wanita
namaste
Aku pernah bisa melayang ketika bermeditasi, ketika bangun aku memang gak menapak bumi, melayang di angkasa
percaya atau gak, percaya aja deh
Sukhi hotu
Andi
68
Meditasi / Re: Cara memilih Guru Pembimbing Yang Baik
« on: 31 August 2008, 06:32:12 PM »
namaste
aku pilih cici Lily sebagai guru aja
semoga berkenan
sukhi hotu
Andi
aku pilih cici Lily sebagai guru aja
semoga berkenan
sukhi hotu
Andi
69
Sutta Vinaya / Re: Kontraversi pandangan tentang sutta
« on: 31 August 2008, 06:25:38 PM »Hmm, maen sindir2an yah disini kakakak
Namaste
Bukan sindir2an cuma saling mengingatkan bahwa:
Seseorang yang rajin belajar Dhamma sering berpendapat keliru bahwa dia sudah dekat dengan Dhamma, padahal dia cuma sibuk belajar.
Begitu juga seorang yang rajin mengajar Dhamma sering berpendapat berpendapat bahwa dia sudah dekat dengan Dhamma, padahal dia cuma sibuk mengajar.
Begitu juga seorang yang rajin bermeditasi juga bisa berpikir keliru bahwa dia sudah dekat dengan Dhamma, tapi sesungguhnya dia cuma sibuk bermeditasi, dst
Semoga kita menjadi cerah dan tercerahkan
Sukhi hotu
Andi
70
Pengembangan DhammaCitta / Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« on: 31 August 2008, 05:54:37 PM »Wah, Rekan Bond, apakah Anda tidak membaca teliti pikiran puthujjana yang selalu muncul: "etam mama, eso hamasmi, eso me atta" ("ini milikku, ini aku, ini atta-ku") dalam ratusan sutta? ... Jelas sekali kok, Sang Buddha selalu berkata dalam batin puthujjana selalu ada pikiran 'ini diri/atta-ku'. ..
Dalam Mulapariyaya-sutta, ketika Sang Buddha menjelaskan proses terjadinya pikiran, sebagai berikut:
(1) mula-mula ada persepsi murni (sa~njanati);
(2) lalu ada konseptualisai (ma~n~nati) di mana terjadi pengenalan, pelabelan dsb;
(3) muncul aku ("berpikir di dalam obyek");
(4) aku terpisah dari obyek ("berpikir dari obyek");
(5) aku berhubungan dengan obyek: ("berpikir obyek untukku");
(6) aku "bersenang hati dengan obyek".
Munculnya subyek (aku, diri, atta) ini muncul mulai langkah #3 sampai dengan #6.
Mulapariyaya-sutta ini lebih menjelaskan proses terjadinya pikiran yang menciptakan diri/aku/atta.
Pahamkah?
Salam,
hudoyo
[/quote]
Namaste
Aku cuma mau melengkapi aja, semoga bermanfaat
Dengan ini aku kutip suttanya:
Majjhimanikāyo; Mûlapaņņāsapāļi; 1. Mûlapariyāyavaggo; 1. Mûlapariyāyasuttaŋ
2. “Idha, bhikkhave, assutavā puthujjano ariyānaŋ adassāvī ariyadhammassa akovido ariyadhamme avinīto, sappurisānaŋ adassāvī sappurisadhammassa akovido sappurisadhamme avinīto–
Pathaviŋ pathavito sañjānāti; pathaviŋ pathavito saññatvā pathaviŋ maññati, pathaviyā maññati, pathavito maññati, pathaviŋ meti maññati, pathaviŋ abhinandati.
Taŋ kissa hetu? ‘Apariññātaŋ tassā’ti vadāmi.
2. Di sini o para bhikkhu, orang awam yang tidak belajar pada para Ariya, yang tidak melihat Dhamma para Ariya, tidak mengetahui Dhamma para Ariya, tidak terlatih pada Dhamma para Ariya, tidak melihat Dhamma orang suci, tidak terlatih pada Dhamma para orang suci.
Dia mengetahui “pathavi (tanah/unsur padat) sebagai pathavi”, setelah mengetahui “pathavi” sebagai pathavi” kemudian dia berpikir tentang pathavi, dia berpikir bersama dengan pathavi, dia berpikir dari pathavi, dia berpikir a pathavi sebagai “milik-ku”, dia bergembira dalam pathavi.
Mengapa begitu?. Aku nyatakan bahwa dia tidak mengerti dengan baik.
Sukhi hotu
Andi
71
Sutta Vinaya / Re: SN1.1 Oghatarana Sutta - Menyeberangi Sungai
« on: 31 August 2008, 04:56:37 PM »[at] Bond
Semua tulisan adalah produk dari pikiran, jadi bersifat konseptual. Pikiran maupun tulisan tidak pernah bisa mendeskripsikan secara lengkap & utuh suatu keadaan batin di mana pikiran berhenti (keadaan batin transendental). ... Tapi pikiran maupun tulisan tetap perlu untuk berkomunikasi. ... Tapi bagi para pejalan vipassana atau pejalan spiritual lain yang menuju pembebasan dari pikiran/aku, bila berbicara tentang hal-hal transendental, keterbatasan pikiran di atas perlu disadari. Jadi diskusi tidak akan kebablasan. ... Di sini kita kembali kepada perumpamaan 'telunjuk' dan 'rembulan': 'telunjuk' tetap perlu untuk menunjuk 'rembulan', terutama di antara para pejalan spiritual. 'Telunjuk' hendaknya menyadari peran & tugasnya sebagi 'telunjuk', tetapi tidak boleh mengusurpasi (mengambil alih) kenyataan dari 'rembulan'.
Salam,
hudoyo
Namaste
Cuma sekedar mengingatkan, "telunjuk yang kita lihat" bukanlah "telunjuk asli" dan "rembulan yang kita lihat" juga bukan "rembulan sebenarnya". Bayangkan aja apabila telunjuk masuk ke mata hehehehehe, namanya kecolok
Jadi jangan terikat dengan apa yang dilihat.
Semoga kita semua cerah dan tercerahkan
sukhi hotu
Andi
72
Pengembangan DhammaCitta / Re: Perubahan aturan umum dan sehubungan pelaporan tentang MMD
« on: 30 August 2008, 12:21:41 PM »
Rekan Fabian,
Sang Buddha menegaskan, dalam diri Anda dan saya (puthujjana) selalu ada pikiran "ini diri/atta-ku" ... dalam diri seorang yang bebas tidak ada lagi pikiran "ini diri/atta-ku".
Puaskah?
Salam,
hudoyo
namaste
pak Hud yang arif,
Sebagai pemula sebenarnya saya bingung membaca perdebatan yang muncul dari perselisihan paham berkepanjangan seperti ini , sebenarnya kehadiran saya di forum ingin mendengarkan Dhamma dari para praktisi Dhamma , tapi yang saya dapat malah perang mulut tapi masih bagus bukan perang beneran.
Sebagaimana yang anda utarakan di atas "dalam diri Anda dan saya (puthujjana) selalu ada pikiran "ini diri/atta-ku" , maka "Atta" sangat mudah dilihat ketika muncul sebagai agregat, "Inilah aku!", tapi kita tak pernah mau menyadari "atta apa adanya", sesungguhnya kita masih melekat kuat pada pandangan tentang adanya "aku dan milikku", oleh karenanya tidaklah heran apabila kita akan terusik ketika ada yang menyerang kita melalui: protes, kritik bahkan makian.
Maka sebagai meditator mari kita berbenah diri kembali, menyendiri dalam keheningan agar bisa mawas diri, sehingga terbebas dari "paham aku dan milikku" yang masih kuat berakar dalam sanubari kita.
Semoga bermanfaat bagi kita semua
Sukhi hotu
Andi
73
Mahayana / Mohon Informasi kisah nenek menjual rambut
« on: 30 August 2008, 11:09:12 AM »
namaste
Bro n sis
Apakah ada yang tahu kisah seorang nenek yang menjual rambut yang kemudian menukarkan dengan secanting minyak karena beliau ingin mendengarkan Dharma?
pls dong ah kasih tahu ya
sukhi hotu
Andi
Bro n sis
Apakah ada yang tahu kisah seorang nenek yang menjual rambut yang kemudian menukarkan dengan secanting minyak karena beliau ingin mendengarkan Dharma?
pls dong ah kasih tahu ya
sukhi hotu
Andi
74
Sutta Vinaya / Kontraversi pandangan tentang sutta
« on: 30 August 2008, 11:03:59 AM »
Namaste
Informasi tentang Dhamma bagi kita sekarang jauh lebih mudah diperoleh ketimbang dengan pendahulu kita. Sekarang kita tinggal tanya saja pada Mr. Google maka dengan cepat beliau melayani keinginan kita, tapi bagi pendahulu kita serpihan Dhamma sekecil apapun menjadi pusaka yang luar biasa bagaikan seorang arkeolog yang menemukan serpihan tulang Dino atau benda purbakala lainnya.
Serpihan tadi menjadi daya tarik untuk penyelidikan lebih lanjut, hal ini membuat mereka lebih arif.
Namun yang kita temukan sekarang adalah Gunung Dhamma sehingga serpihan kecil Dhamma seringkali terlupakan, padahal kita hanya memandang gunung (baca Dhamma) yang menjulang tinggi dari kejauhan tanpa melihat krikil kecil yang menghalangi jalan kita.
Kita terpukau dengan keindahan gunung (versi kita) sehingga kita banyak cerita tentang gunung padahal kita belum pernah mendaki gunung, bahkan kita tidak punya pengetahuan tentang gunung yang baik namun kita sering kali terjebak pada debat kusir soal gunung.
Pengalaman orang mendaki gunung berbeda satu sama lain, karena waktu yang berbeda, musim yang berbeda, sisi pendakian yang berbeda, kondisi pribadi (kesehatan dsb) yang berbeda dan lain sebagainya. Seorang pendaki gunung yang baik selalu berbicara sesuai pengalamannya sehingga dia juga mampu membimbing orang lain untuk mendaki gunung tersebut dengan aman, bukan malah terjebak pada perdebatan yang berkepanjangan.
Kitab suci Tipitaka tidak ditulis, dicetak atau diterbitkan oleh Buddha, Tipitaka adalah hasil kompilasi para Bhikkhu setelah Buddha parinibbāna, Tipitaka dikumpulkan dan kemudian disusun setelah terlebih dahulu dicocokkan melalui pengulangan secara lisan oleh para bhikkhu berdasarkan daya ingat mereka (tradisi pengulangan sabda Buddha masih kuat dilaksanakan oleh para Bhikkhu secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya).
Anehnya ketika orang membaca sutta maka dengan cepat dia menyatakan bahwa sutta ini sahih sedangkan yang lainnya tidak sahih, mungkin lebih arif apabila seseorang menyatakan sutta ini lebih cocok baginya ketimbang yang lain, dengan demikian nuansa kosombongan tidak akan muncul dalam batin orang tersebut.
Seringkali kita lupa bahwasanya Buddha membabarkan Dhamma dengan pelbagai cara yang arif (upāyakosalla) pada orang yang berbeda tingkat batinnya.
Pada orang bijak Buddha menerangkan Dhamma secara singkat, pada yang lainnya mungkin panjang lebar, sedangkan pada yang lainnya mungkin disertai contoh atau perumpamaan dsb.
Semoga hal ini menjadi bahan renungan bagi kita semua
Sukhi hotu
Andi
Informasi tentang Dhamma bagi kita sekarang jauh lebih mudah diperoleh ketimbang dengan pendahulu kita. Sekarang kita tinggal tanya saja pada Mr. Google maka dengan cepat beliau melayani keinginan kita, tapi bagi pendahulu kita serpihan Dhamma sekecil apapun menjadi pusaka yang luar biasa bagaikan seorang arkeolog yang menemukan serpihan tulang Dino atau benda purbakala lainnya.
Serpihan tadi menjadi daya tarik untuk penyelidikan lebih lanjut, hal ini membuat mereka lebih arif.
Namun yang kita temukan sekarang adalah Gunung Dhamma sehingga serpihan kecil Dhamma seringkali terlupakan, padahal kita hanya memandang gunung (baca Dhamma) yang menjulang tinggi dari kejauhan tanpa melihat krikil kecil yang menghalangi jalan kita.
Kita terpukau dengan keindahan gunung (versi kita) sehingga kita banyak cerita tentang gunung padahal kita belum pernah mendaki gunung, bahkan kita tidak punya pengetahuan tentang gunung yang baik namun kita sering kali terjebak pada debat kusir soal gunung.
Pengalaman orang mendaki gunung berbeda satu sama lain, karena waktu yang berbeda, musim yang berbeda, sisi pendakian yang berbeda, kondisi pribadi (kesehatan dsb) yang berbeda dan lain sebagainya. Seorang pendaki gunung yang baik selalu berbicara sesuai pengalamannya sehingga dia juga mampu membimbing orang lain untuk mendaki gunung tersebut dengan aman, bukan malah terjebak pada perdebatan yang berkepanjangan.
Kitab suci Tipitaka tidak ditulis, dicetak atau diterbitkan oleh Buddha, Tipitaka adalah hasil kompilasi para Bhikkhu setelah Buddha parinibbāna, Tipitaka dikumpulkan dan kemudian disusun setelah terlebih dahulu dicocokkan melalui pengulangan secara lisan oleh para bhikkhu berdasarkan daya ingat mereka (tradisi pengulangan sabda Buddha masih kuat dilaksanakan oleh para Bhikkhu secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya).
Anehnya ketika orang membaca sutta maka dengan cepat dia menyatakan bahwa sutta ini sahih sedangkan yang lainnya tidak sahih, mungkin lebih arif apabila seseorang menyatakan sutta ini lebih cocok baginya ketimbang yang lain, dengan demikian nuansa kosombongan tidak akan muncul dalam batin orang tersebut.
Seringkali kita lupa bahwasanya Buddha membabarkan Dhamma dengan pelbagai cara yang arif (upāyakosalla) pada orang yang berbeda tingkat batinnya.
Pada orang bijak Buddha menerangkan Dhamma secara singkat, pada yang lainnya mungkin panjang lebar, sedangkan pada yang lainnya mungkin disertai contoh atau perumpamaan dsb.
Semoga hal ini menjadi bahan renungan bagi kita semua
Sukhi hotu
Andi
75
Theravada / Re: PA-AUK SAYADAW: Untuk mencapai Nibbana harus mampu melihat kehidupan lampau?
« on: 29 August 2008, 10:14:06 PM »Oh ya Pak Hud kebetulan ada referensi lagi tentang vipasana jhana dari Sayadaw U Pandita murid Mahasi Sayadaw http://en.wikipedia.org/wiki/Vipassana_jhanas
Ya, vipassana-jhana ini diajarkan oleh Sayadaw U Pandita, murid Mahasi Sayadaw.
Dari apa yang saya baca, ternyata vipassana-jhana ini hanya uraian lain yang paralel dengan vipassana-nyana. Vipassana-jhana ke-4 itu identik dengan 'bhanga-nyana'.
Jadi vipassana-jhana bukan jhana yang dicapai pada samatha-bhavana.
Membicarakan jhana & vipassana ini sangat rumit. Bhante Gunaratana bicara tentang lokiya-jhana dan lokuttara-jhana (ketika orang mencapai magga-phala). ... Saya tidak hafal lagi. ... Lagi pula, untuk apa terlalu banyak dipikirkan ... jangan-jangan malah tidak jadi bermeditasi.
Salam,
hudoyo
namaste
daripada banyak dipikirkan lebih baik duduk hening, jalan hening, bobo hening
semoga terheningkan
sukhi hotu
andi