berikut ini penjelasan yg saya pahami dari salah seorang guru junjungan saya.. semoga membantu.
penjelasan dari sudut pandang paticcasamuppāda:
Mata rantai pertama avijjā, atau ketidaktahuan, yaitu faktor mental yg mempertahankan batin kita dlm kegelapan. Bisa berupa ketidakmengertian, bisa berupa kesalahmengertian, atas hakekat fenomena dan diri. Dlm Abhidhamma disebut Moha cetasika (faktor mental kebodohan batin). Avijjā mengarahkan kita utk berprilaku sedemikian rupa sehingga kita menciptakan mata rantai kedua.
Mata rantai kedua saṅkhāra, atau karma pembentuk, yaitu faktor mental niat. Pada titik tertentu, karma ini berubah dari kondisi mental menjadi jejak karma, yg tertanam/terbawa dalam arus kesadaran, yaitu mata rantai ketiga.
Mata rantai ketiga viññāṇa, atau kesadaran, yg dimaksud di sini adl kesadaran mental (ada 6 jenis kesadaran terkait 6 pintu indera).
Ketiga mata rantai ini disebut sbg mata rantai yg memproyeksikan, atau sebab yg memproyeksikan kelahiran yg akan datang. Karena merupakan sebab maka menghasilkan akibat, yaitu mata rantai keempat.
Mata rantai keempat nāmarūpa, yaitu 1 materi dan 4 mental penyusun kehidupan berikutnya. Dalam proses perkembangan rūpa, di dalamnya terbentuklah mata rantai kelima.
Mata rantai kelima saḷāyatana, atau pintu indera. Ketika landasan indera berhubungan dg objeknya, terbentuklah mata rantai keenam.
Mata rantai keenam phassa, atau kontak, yaitu ketika sebuah objek, sebuah indera, dan sebuah kesadaran hadir bersamaan sehingga mampu menangkap objek. Proses ini selalu diiringi oleh mata rantai ketujuh.
Mata rantai ketujuh vedanā, atau perasaan, yaitu faktor mental yg selalu hadir mengiringi kesadaran, yg memberi kesan menyenangkan, tidak menyenangkan, netral terhadap suatu objek. Dari sini apabila batin masih diliputi pandangan salah tentang "Aku", muncullah mata rantai kedelapan.
Mata rantai kedelapan taṇhā, atau hasrat/nafsu, bisa berupa keinginan terhadap sensasi menyenangkan, keinginan berpisah dari sensasi yg menyakitkan, dan keinginan utk mempertahankan perasaan netral. Ketika hasrat ini semakin kuat, ia berwujud sbg mata rantai kesembilan.
Mata rantai kesembilan upādāna, atau kemelekatan. Pada saat proses kematian, hasrat dan kemelekatan akan mengaktifasi/mematangkan jejak karma sehingga kita terlempar kembali ke samsara, mata rantai kesepuluh, bhava.
Sampai di sini terlihat posisi taṇhā dan avijjā. Taṇhā adalah sebab langsung/terdekat yg bertanggung jawab atas kelahiran kembali dalam lingkaran samsara, yg artinya kembali memiliki keberadaan samsarik. Kondisi ini tdk lain merupakan sankhara-dukkha, dasar dari kedua jenis dukkha yg lebih kasar (dukkha-dukkha dan viparinama-dukkha). Kenapa bukan upādāna, mata rantai tepat sebelum bhava? Karena upādāna adl bentuk lanjutan dari taṇhā jadi tidak diberi titik berat di sana. Taṇhā itu sendiri muncul dari sebab2, salah satunya adalah kesalahmengertian tentang "Aku" yg merupakan bagian dari avijjā.
Cheers