//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan  (Read 588130 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #360 on: 18 January 2010, 02:01:41 PM »
ask bagusan jadi bikkhu atau ikut retret meditasi untuk pengembangan batin ?>????

Menjadi bhikkhu adalah pilihan hidup, begitu pula ikut retret meditasi. Keduanya hanyalah salah satu variable yang bisa mendukung perkembangan bathin, namun relatif tergantung pribadi yang menjalani.

Ada orang yang menjadi bhikkhu untuk status, pelarian, atau hal lain yang bukan bertujuan untuk mengembangkan bathin. Dengan begitu, menjadi bhikkhu belum tentu lebih baik daripada tidak menjadi bhikkhu.
Ada orang yang ikut retret meditasi, mengalami fenomena yang belum dirasakan sebelumnya, malah menjadi angkuh, merasa hebat, dan sebagainya yang juga bukan mengarah pada perkembangan bathin. Jadi ikut retret meditasi juga belum tentu bagus.

Yang paling baik adalah dalam menjalani hidup, keputusan apa pun yang kita pilih, jalan apa pun yang kita tempuh, berusaha selalu sadar atas apa yang kita lakukan, apakah baik atau buruk. Jika sudah baik, dibuat lebih baik atau setidaknya dipertahankan. Jika ada yang buruk, dikurangi atau setidaknya dijaga agar tidak bertambah buruk.


Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #361 on: 18 January 2010, 07:31:49 PM »
Om kainy mau tanya lg..
Om Pasti kenal Albert Einstein dunk?
IMO.Kenapa sy merasa beberapa umat buddha sepertinya "ingin" membuddhis-kan Einstein,
contohnya perpustakaan di vihara banyak berjejer buku2,beberapa buku mengangkat topik tentang teori Einstein yg selaras dgn teori buddhism,bahkan ada cover buku yg mengdekripsikan *ralat,menggambarkan einstein mengunakan jubah putih lengkap dgn simbol dan bendera buddhis
bagaimana tanggapan om kainyt?

Menurut saya, itulah kebodohan manusia.
Albert Einstein adalah salah satu orang terpandai abad 20 yang tentu saja "keagamaannya" menjadi rebutan semua umat. Ada beredar kisah Albert Einstein bilang teori Buddhisme yang paling selaras dengan perkembangan zaman, ada juga cerita Albert Einstein yang masih mahasiswa "mempermalukan" dosen atheis, tetapi saya tidak menemukan sumber resmi yang menyatakan hal tersebut. Jadi sepertinya hanya "iklan-iklan" murahan saja dengan "Albert Einstein" sebagai modelnya. Di kalangan orang-orang yang tidak peduli, "bintang iklan" adalah segalanya.

Sekarang kita coba pikirkan seandainya semua orang hebat beragama Buddha, apakah itu membuat perbedaan dalam Agama Buddha itu sendiri? Apakah kalau misalnya rata-rata IQ manusia Buddhis naik 10%, otomatis Agama Buddha jadi lebih mudah dicerna ataukah lebih terbukti kebenarannya? Tidak, bukan?!
Nah, jika Agama Buddhanya saja tidak berubah, bagaimana mungkin pengaruh Agama Buddha tersebut ke diri sendiri juga berubah?

Sikap itu sebetulnya hanya kemelekatan saja karena menganggap "agama milikku", "umat milikku", "aku bagian dari umat", dan sebagainya. Karena tidak menyadari kemelekatan tersebut, jika ada idola masuk agama yang sama, kita senang. Jika kemudian idola tersebut nikah dengan kepercayaan berbeda dan pindah agama, maka kita jadi tidak senang. Inilah dukkha.



thank atas komentarnya om _/\_
« Last Edit: 18 January 2010, 07:33:42 PM by Mr.Jhonz »
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #362 on: 18 January 2010, 07:43:12 PM »
komentarnya bro kainyn cukup menarik..
sering kali kita mengidolakan seseorang sebagai landasan dalam beragama.. hal ini memang akan berakibat fatal apabila seseorang itu bertindak di luar yang kita mau.. dari bentuk idola.. lahirlah kemelekatan baru.. hendaknya suatu idola juga dianggap sebagai manusia yang masih berbuat salah sehingga ketika bertindak di luar kemauan kita, kita bisa dengan tenang melihat ini sebagai fenomena dukkha.

contoh kasus : umat agama I, yang biasanya ibu2 dulunya sangat mengagumi sosok seorang. Dan ketika seseorang tersebut menikahi perempuan yang lebih muda dan lebih cantik padahal sudah beristri.. maka timbul kekecewaan yang mendalam.. Akibatnya juga dirasakan.. adanya kontra sehingga membuat seseorang tersebut yang awalnya kerap muncul di TV sekarang kian tenggelam dan kurang terdengar lagi.
 

Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline platinumbyakko

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 31
  • Reputasi: 1
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #363 on: 18 January 2010, 09:44:27 PM »
ask bagusan jadi bikkhu atau ikut retret meditasi untuk pengembangan batin ?>????

Menjadi bhikkhu adalah pilihan hidup, begitu pula ikut retret meditasi. Keduanya hanyalah salah satu variable yang bisa mendukung perkembangan bathin, namun relatif tergantung pribadi yang menjalani.

Ada orang yang menjadi bhikkhu untuk status, pelarian, atau hal lain yang bukan bertujuan untuk mengembangkan bathin. Dengan begitu, menjadi bhikkhu belum tentu lebih baik daripada tidak menjadi bhikkhu.
Ada orang yang ikut retret meditasi, mengalami fenomena yang belum dirasakan sebelumnya, malah menjadi angkuh, merasa hebat, dan sebagainya yang juga bukan mengarah pada perkembangan bathin. Jadi ikut retret meditasi juga belum tentu bagus.

Yang paling baik adalah dalam menjalani hidup, keputusan apa pun yang kita pilih, jalan apa pun yang kita tempuh, berusaha selalu sadar atas apa yang kita lakukan, apakah baik atau buruk. Jika sudah baik, dibuat lebih baik atau setidaknya dipertahankan. Jika ada yang buruk, dikurangi atau setidaknya dijaga agar tidak bertambah buruk.



terima kasih saran sesepuh namaste

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #364 on: 19 January 2010, 10:03:07 AM »
thank atas komentarnya om _/\_

Sama2, Mr.Jhonz!
 _/\_





terima kasih saran sesepuh namaste
Sama2, tetapi saya bukan sesepuh dan itu hanya pendapat pribadi, BELUM TENTU benar.
 _/\_



Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #365 on: 19 January 2010, 10:03:18 AM »
komentarnya bro kainyn cukup menarik..
sering kali kita mengidolakan seseorang sebagai landasan dalam beragama.. hal ini memang akan berakibat fatal apabila seseorang itu bertindak di luar yang kita mau.. dari bentuk idola.. lahirlah kemelekatan baru.. hendaknya suatu idola juga dianggap sebagai manusia yang masih berbuat salah sehingga ketika bertindak di luar kemauan kita, kita bisa dengan tenang melihat ini sebagai fenomena dukkha.

contoh kasus : umat agama I, yang biasanya ibu2 dulunya sangat mengagumi sosok seorang. Dan ketika seseorang tersebut menikahi perempuan yang lebih muda dan lebih cantik padahal sudah beristri.. maka timbul kekecewaan yang mendalam.. Akibatnya juga dirasakan.. adanya kontra sehingga membuat seseorang tersebut yang awalnya kerap muncul di TV sekarang kian tenggelam dan kurang terdengar lagi.

Ya, ini seringkali diabaikan orang-orang. Seperti saya pernah beri perumpamaan orang yang kecanduan rokok, tidak mampu berhenti walaupun tahu rokok itu merugikan, ketika memberi orang lain nasihat agar jangan merokok, maka orang cenderung mencibir, "Lu sendiri ngerokok!" Padahal pribadi yang menyampaikan ajaran dan ajaran itu sendiri adalah 2 hal yang berbeda.
Seperti tokoh yang disinggung Bro Forte, saya memang tidak setuju poligami, tetapi menurut saya keputusannya untuk berpoligami tidak mengurangi kualitas kebenaran yang ia sampaikan. Saya pun akan tetap senang mendengarkan dakwahnya, namun sayang memang tiba-tiba hilang dari media.


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #366 on: 19 January 2010, 10:46:51 AM »
komentarnya bro kainyn cukup menarik..
sering kali kita mengidolakan seseorang sebagai landasan dalam beragama.. hal ini memang akan berakibat fatal apabila seseorang itu bertindak di luar yang kita mau.. dari bentuk idola.. lahirlah kemelekatan baru.. hendaknya suatu idola juga dianggap sebagai manusia yang masih berbuat salah sehingga ketika bertindak di luar kemauan kita, kita bisa dengan tenang melihat ini sebagai fenomena dukkha.

contoh kasus : umat agama I, yang biasanya ibu2 dulunya sangat mengagumi sosok seorang. Dan ketika seseorang tersebut menikahi perempuan yang lebih muda dan lebih cantik padahal sudah beristri.. maka timbul kekecewaan yang mendalam.. Akibatnya juga dirasakan.. adanya kontra sehingga membuat seseorang tersebut yang awalnya kerap muncul di TV sekarang kian tenggelam dan kurang terdengar lagi.

Ya, ini seringkali diabaikan orang-orang. Seperti saya pernah beri perumpamaan orang yang kecanduan rokok, tidak mampu berhenti walaupun tahu rokok itu merugikan, ketika memberi orang lain nasihat agar jangan merokok, maka orang cenderung mencibir, "Lu sendiri ngerokok!" Padahal pribadi yang menyampaikan ajaran dan ajaran itu sendiri adalah 2 hal yang berbeda.
Seperti tokoh yang disinggung Bro Forte, saya memang tidak setuju poligami, tetapi menurut saya keputusannya untuk berpoligami tidak mengurangi kualitas kebenaran yang ia sampaikan. Saya pun akan tetap senang mendengarkan dakwahnya, namun sayang memang tiba-tiba hilang dari media.


kalau menurut pandangan saya, tetap saja kualitas seorang Guru tetap dibutuhkan, teori dan praktek harus bisa selaras, apabila ada yang timpang salah satunya maka orang itu tidak pantas disebut guru yang baik, apakah dia disebut pakar praktek atau pakar teori baru boleh lah timpang salah satu.

sama seperti umat buddhist yang bertisarana, dia berlindung pada Buddha dan melihat Buddha sebagai sosok sempurna yang mengajarkan dhamma, berlindung pada sangha sebagai orang yang menjalankan ajaran Buddha, dan berlindung pada dhamma sebagai pegangan ajaran Buddha untuk di praktekan, apabila ada yang cacad maka orang tidak akan mungkin mau berlindung dong pada 3 itu.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #367 on: 19 January 2010, 07:26:40 PM »
masing2 ada benarnya seh.. bro kainyn lebih melihat ke sisi objek yang disampaikan.. sedangkan bro ryu berpegangan pada prinsip "tak kenal maka tak sayang" :D
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline Mr.Jhonz

  • Sebelumnya: Chikennn
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.164
  • Reputasi: 148
  • Gender: Male
  • simple life
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #368 on: 19 January 2010, 07:47:18 PM »
komentarnya bro kainyn cukup menarik..
sering kali kita mengidolakan seseorang sebagai landasan dalam beragama.. hal ini memang akan berakibat fatal apabila seseorang itu bertindak di luar yang kita mau.. dari bentuk idola.. lahirlah kemelekatan baru.. hendaknya suatu idola juga dianggap sebagai manusia yang masih berbuat salah sehingga ketika bertindak di luar kemauan kita, kita bisa dengan tenang melihat ini sebagai fenomena dukkha.

contoh kasus : umat agama I, yang biasanya ibu2 dulunya sangat mengagumi sosok seorang. Dan ketika seseorang tersebut menikahi perempuan yang lebih muda dan lebih cantik padahal sudah beristri.. maka timbul kekecewaan yang mendalam.. Akibatnya juga dirasakan.. adanya kontra sehingga membuat seseorang tersebut yang awalnya kerap muncul di TV sekarang kian tenggelam dan kurang terdengar lagi.

Ya, ini seringkali diabaikan orang-orang. Seperti saya pernah beri perumpamaan orang yang kecanduan rokok, tidak mampu berhenti walaupun tahu rokok itu merugikan, ketika memberi orang lain nasihat agar jangan merokok, maka orang cenderung mencibir, "Lu sendiri ngerokok!" Padahal pribadi yang menyampaikan ajaran dan ajaran itu sendiri adalah 2 hal yang berbeda.
Seperti tokoh yang disinggung Bro Forte, saya memang tidak setuju poligami, tetapi menurut saya keputusannya untuk berpoligami tidak mengurangi kualitas kebenaran yang ia sampaikan. Saya pun akan tetap senang mendengarkan dakwahnya, namun sayang memang tiba-tiba hilang dari media.


yg om bold itu benar2 nendang gw banget :'(

dulu sy begitu mengagguminya karena dakwahnya yg universal,tapi stlah ada kabar beliau berpoligami,langsung terjadi penolakan dlm diri..

Akan sy renungkan postingan om. ;D
buddha; "berjuanglah dengan tekun dan perhatian murni"

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #369 on: 19 January 2010, 08:01:44 PM »
postingan terakhir kainyn hilang ya..
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #370 on: 20 January 2010, 08:33:08 AM »
kalau menurut pandangan saya, tetap saja kualitas seorang Guru tetap dibutuhkan, teori dan praktek harus bisa selaras, apabila ada yang timpang salah satunya maka orang itu tidak pantas disebut guru yang baik, apakah dia disebut pakar praktek atau pakar teori baru boleh lah timpang salah satu.

sama seperti umat buddhist yang bertisarana, dia berlindung pada Buddha dan melihat Buddha sebagai sosok sempurna yang mengajarkan dhamma, berlindung pada sangha sebagai orang yang menjalankan ajaran Buddha, dan berlindung pada dhamma sebagai pegangan ajaran Buddha untuk di praktekan, apabila ada yang cacad maka orang tidak akan mungkin mau berlindung dong pada 3 itu.

Kualitas guru BUKAN tidak diperlukan, tetapi merupakan 2 hal yang berbeda. Jika seorang guru selain mampu mengajar dengan baik, juga memiliki tingkah laku yang baik juga, maka ia selain memberikan pengetahuan, juga memberikan teladan yang bisa ditiru.

Jadi intinya secara garis besar dibagi begini:
Bagi orang yang tidak objektif, ajaran baik/buruk diabaikan, lebih cenderung pada "pengkultusan" si guru.
Jadi jika ajarannya memang baik tapi tampilan si guru kurang meyakinkan, maka ia akan melewatkan kebaikan ajaran tersebut. Jika guru meyakinkan tapi ajarannya bejad, terjerumuslah dia.

Bagi orang objektif,
-Jika ajaran baik tapi tingkah laku guru buruk, maka dia bisa mengambil manfaat dari ajaran, tetapi tidak ikut2an keburukan guru
-Jika ajaran baik dan tingkah laku guru juga baik, maka dia bisa mengambil manfaat dari ajaran, dan juga teladan dari guru

Saya berusaha dan menganjurkan agar kita menjadi yang objektif karena lebih berpotensi melihat manfaat.


Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #371 on: 20 January 2010, 08:41:01 AM »
Bila ada guru yang kelakuannya buruk tapi ajarannya baik tetap aye tinggalkan, bisa cari guru yg lain yg lebih baik khan ;D
tambahan, bila ada guru yang kelakuannya buruk itu tetap akan berpengaruh terhadap perkembangan muridnya malah bisa jadi pembenaran atas kelakuan gurunya dan di contoh oleh muridnya seperti kasus poligami :P
« Last Edit: 20 January 2010, 08:44:45 AM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #372 on: 20 January 2010, 09:02:47 AM »
postingan terakhir kainyn hilang ya..

Saya paste lagi:

Melanjutkan tentang orang terkenal dan agama, ada kisah yang sangat menarik dari Upali Sutta (Majjhima Nikaya 56).
Kisahnya tentang Upali Gahapati, seorang perumahtangga pendukung aliran Nigantha yang mendengar kehadiran Buddha Gotama di kotanya, Nalanda. Sebagai pengikut setia Nigantha, maka ia mau membuktikan Ajaran Buddha itu salah, maka ia berdebat tentang perbuatan manakah yang paling berpengaruh, apakah pikiran, ucapan, atau jasmani, karena memang Nigantha menganut perbuatan jasmani yang paling berpengaruh, sedangkan dalam Ajaran Buddha, tentu saja pikiranlah sebagai pelopor.

Setelah berkali-kali diberikan perumpamaan yang tidak mungkin ditolak oleh orang berakal, Upali ini mengaku sejak perumpamaan pertama sudah mengerti, namun masih ingin melihat kehebatan Buddha membabarkan dhamma, maka sengaja bersikeras bahwa perbuatan jasmani yang paling berpengaruh. Kemudian ia menyatakan berlindung pada Buddha. Nah, inilah bagian yang menarik. Ketika ia menyatakan berlindung, Buddha mengatakan, "Perumahtangga, selidikilah dahulu sebelum bertindak. Orang terkenal sepertimu harus berpikir hati-hati sebelum bertindak!" Mendengar hal ini, keyakinan Upali justru membesar. Ia mengatakan, "Kalau sekte lain memberikan perlindungan kepadaku, maka mereka akan membawa saya keliling Nalanda dan menyerukan bahwa bahwa saya telah menerima perlindungan dari mereka. Sekarang Bhagava malah menyuruh saya menyelidiki lagi." Maka ia mengatakan untuk kedua kalinya berlindung kepada Buddha. Lalu Buddha mengatakan bahwa Upali sudah lama menjadi penyokong aliran Nigantha, maka sebaiknya terus menyokong mereka. Mendengar ini, Upali tambah yakin lagi pada Buddha karena biasanya aliran lain justru melarang memberikan dana makanan pada petapa aliran berbeda. Karena itu, ia menyatakan perlindungan untuk ke tiga kali. 

Dari contoh yang mudah ini kita bisa melihat bahwa Umat Buddha yang menggembar-gemborkan si "idola" yang mendukung atau masuk Agama Buddha, sebetulnya sedang mengamalkan sikap "sekte lain" dalam cerita ini. Sama sekali tidak mencerminkan teladan dari Buddha.


Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #373 on: 20 January 2010, 09:03:02 AM »
Bila ada guru yang kelakuannya buruk tapi ajarannya baik tetap aye tinggalkan, bisa cari guru yg lain yg lebih baik khan ;D
tambahan, bila ada guru yang kelakuannya buruk itu tetap akan berpengaruh terhadap perkembangan muridnya malah bisa jadi pembenaran atas kelakuan gurunya dan di contoh oleh muridnya seperti kasus poligami :P

Guru yg baik tsb (pinter ngajar) itu sebaiknya dibuat menjadi cartoon......
dan sih cartoon tidak berpoligami,.. sehingga muridnya gak bisa nyontoh....


apakah konsep Buddha ? apa bedanya dgn PANDANGAN TERANG dlm (8 jalan) ?

trims sebelumnya
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Merespon Pertanyaan Rekan-rekan
« Reply #374 on: 20 January 2010, 09:18:47 AM »
Bila ada guru yang kelakuannya buruk tapi ajarannya baik tetap aye tinggalkan, bisa cari guru yg lain yg lebih baik khan ;D
tambahan, bila ada guru yang kelakuannya buruk itu tetap akan berpengaruh terhadap perkembangan muridnya malah bisa jadi pembenaran atas kelakuan gurunya dan di contoh oleh muridnya seperti kasus poligami :P

Begitu ya? Kalau saya sih merasa sayang lho.
Saya cerita dikit, dulu saya belajar bela diri kebanyakan ilmu kuno, orangnya sudah tua-tua. Mereka juga galak-galak. Karena mereka sudah tua, maka sedikit yang bisa mereka perlihatkan karena keterbatasan tubuhnya. Jadi saya sering diomeli "salah, bukan gitu!" tapi saya sendiri ga tahu yang bener itu persisnya seperti apa, karena hanya mendengar lewat kata-kata saja. Tapi lama kelamaan saya mulai paham apa yang dimaksud dan mendapatkan banyak manfaat.

Nah, dari situ saya sadar bahwa kadang orang tidak bisa memberi contoh karena keterbatasan dirinya, tetapi bukan berarti karena keterbatasan itu, orang tersebut tidak bisa memberikan kontribusi apa-apa. Dan sekadar info, saya mengenal Buddhisme dari orang yang menurut saya kurang baik untuk diteladani. Jika saya dulu langsung menolak referensinya ketika dikenalkan, maka mungkin sampai sekarang saya tidak kenal Ajaran Buddha.