//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!  (Read 73192 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Toni

  • Sebelumnya: medan_kia
  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 334
  • Reputasi: 3
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #120 on: 31 January 2009, 07:01:44 PM »
Kok dinamakan bunuh diri? Pemahaman yang pendek sekali. ck ck ck

Offline GandalfTheElder

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.480
  • Reputasi: 75
  • Gender: Male
  • Exactly who we are is just enough (C. Underwood)
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #121 on: 31 January 2009, 09:45:08 PM »
Lankavatara Sutra diterjemahkan sebanyak 4 kali ke dalam bahasa Tionghoa. Penerjemahan kedua dilakukan oleh Gunabhadra pada tahun 443 M. Penerjemahan kedua ini memasukkan bab "Mamsa-bhaksana" yaitu "Tentang Makan Daging". Penerjemahan pertama dilakukan pada tahun 412-433 M oleh Dharmaraksha. Maka dari itu selang waktu antara penerjemahan pertama dan kedua tidak jauh berbeda. Alasan untuk mengakui bab "Mamsa-bhaksana" sebagai tambahan yang belakangan adaalh karena isinya tidak bersesuaian dengan keseluruhan sutra. Namun nyatanya bab Mamsa-bhaksana ada pada terjemahan Lankavatara Sutra yang awal.

Demikian juga, para Buddhis India yaitu Bhavaviveka dan Shantideva pun mengetahui adanya bab "Mamsa-bhaksana:

Maka dari itu ia harus menyokong dirinya dengan makanan yang selalu berguna, namun kemudian bukan dengan ikan maupun daging, karena hal tersebut dilarang dalam Lankavatara Sutra.
(Shiksa-samuccaya)

Shantideva juga mengutip isi Lankavatara:
Dalam Hastikakshya, Nirvana [Sutra], Angulimàlika [Sutra], dan Lankavatara Sutra, Aku telah melarang pangambilan daging sebagai makanan.
(Shiksa-samuccaya)

Bhavaviveka dalam karyanya, Tarkajvala juga menyebutkan sutra-sutra yang melarang pemakanan daging yaitu Hastikaksya-sutra, Mahamegha Sutra, Lankavatara Sutra dan Angulimaliya Sutra.

Para pandita Buddhis di India telah mengetahui keberadaan bab "Mamsa-bhaksana" dari Lankavatara Sutra.

Versi panjang dan versi pendek adalah alasan sederhana. Bisa saja yang pendek belum lengkap bukan?

Bahkan ada juga kasus penerjemahan sutra di Tiongkok, di mana satu sutra bisa diterjemahkan berkali-kali. Ada yang cuma menterjemahkan sebagian, ada yang menterjemahkan seluruhnya.

Sang Buddha pernah bersabda bahwa sangat sulit untuk menemukan makhluk yang tidak pernah menjadi orang tua kita di masa lampau. Maka dari itu, dalam sutra-sutra Mahayana, kita melihat bahwa Sang Buddha melarang makan daging. Ini dilakukan agar kita dapat mengembangkan Bodhicitta.

Tentu seorang anak yang normal dan berbakti tidak mungkin memakan daging orang tuanya sendiri bukan? Meskipun orang tua tersebut terlahir kembali di alam hewan, apa seorang anak tega untuk memakan dagingnya? Walaupun daging adalah objek netral, tapi kalau itu adalah daging makhluk yang merupakan kelahiran kembali orang tua kita, apakah kita sanggup memakannya?

Poin yang ingin ditekankan Sang Buddha adalah ini, bukan apakah apabila kita vegetarian, nanti makhluk hidup yang dibunuh akan berkurang. Yang Sang Buddha tekankan adalah pengembangan Bodhicitta.

Untuk melatih Bodhicitta, maka Sang Buddha mengajarkan ajaran tentang vegetarian. Dan tentu motivasi Sang Buddha mengajarkan vegetarian berbeda dengan Devadatta dan Petapa Telanjang. Baik dalam Sutra Mahayana pun, Sang Buddha masih mengizinkan 5 syarat daging murni untuk dimakan.

Saya mengulang lagi posting saya:

Dengan ini, 3 (tiga) jenis daging murni diizinkan dari sudut pandang yang berbeda dan 10 (sepuluh) jenis daging dilarang dari sudut pandang yang berbeda. Dari sudut pandang yang berbeda [pula], semua [jenis daging] dilarang, sampai ajal seseorang tiba."
(Mahayana Mahaparinirvana Sutra)

Sang Buddha sendiri mengajarkan bahwa Beliau memang mengajarkan baik aturan 3 daging murni, 10 daging yang tak boleh dimakan, maupun vegetarian. Semua ini diajarkan Beliau menurut sudut pandang tertentu atas kondisi tertentu.

Kasyapa berkata lagi: "Mengapa Anda awalnya mengizinkan para bhiksu untuk memakan tiga jenis daging suci?"
[Sang Buddha:]"O Kasyapa! Tiga jenis daging suci ini diberikan [diberlakukan] mengikuti kebutuhan pada saat [keadaan] itu."

(Mahayana Mahaparinirvana Sutra)

Sang Buddha berkata dalam Shurangama Sutra [salah satu Sutra Mahayana]:
"Ananda, aku mengizinkan untuk para Bhiksu memakan 5 jenis daging murni. Daging ini sebenarnya adalah perwujudan transformasi dari kekuatan spiritual-Ku. Daging tersebut tidak memiliki kehidupan. Engkau para Brahmana hidup di iklim yang sangat panas dan lembab, dan pada daerah yang berpasir dan berbatu, di mana sayur-sayuran tidak akan tumbuh; maka dari itu, Aku akan membantumu dengan abhijna dan cinta kasih. Karena besarnya kebaikan dan welas asih ini, maka apa yang engkau makan yang rasanya seperti daging hanya disebut sebagai daging; namun sebenarnya, [daging yang engkau makan] bukanlah daging."

Apa itu 5 jenis daging murni?
1. Daging dari hewan yang tidak kita lihat ketika dibunuh
2. Daging dari hewan yang tidak kita dengar ketika dibunuh
3. Daging dari hewan yang tidak kita curigai dibunuh untuk kita
4. Daging hewan yang telah mati dengan sendirinya
5. Daging sisa dari hewan yang telah menjadi makanan burung bangkai

"Dengan tujuan menyelamatkan para makhluk, Ia [Bodhisattva] menunjukkan bahwa ia memakan daging. meskipun ia tampaknya memakan daging, tapi sebenarnya Ia tidak."
(Mahayana Mahaparinirvana Sutra)

Nah apabila kita melihat Mahaparnirvana Sutra, maka sebenarnya Bodhisattva juga memakan daging, tetapi daging apakah itu? Daging tersebut adalah daging yang memenuhi 5 syarat daging murni atau 3 syarat daging murni.

Daging yang masuk dalam 5 syarat daging murni dianggap "bukan daging".

YA Bhavaviveka juga tidak melarang seseorang untuk memakan daging, namun dengan syarat harus memenuhi 3 aturan daging murni:
Dalam Madhyamika-hrdaya, Bhavaviveka mengatakan:
"Apabila daging [tersebut] bebas dari tiga kondisi [yaitu bebas karena tidak dilihat, tidak didengar, tidak mengetahui ketika seekor hewan dibunuh], memakannya bukanlah tindakan yang tidak bajik. Hal tersebut dapat meningkatkan kejernihan pikiranmu...Jika engkau tidak menerimanya oleh sebab keserakahan, maka [daging] adalah seperti makanan lainnya yang diberikan oleh orang lain."

 _/\_
The Siddha Wanderer
« Last Edit: 31 January 2009, 09:47:58 PM by GandalfTheElder »
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Offline Prabhasvara

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 5
  • Reputasi: 2
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #122 on: 01 February 2009, 12:15:47 AM »
(Quote from GandalfTheElder)
"Dengan tujuan menyelamatkan para makhluk, Ia [Bodhisattva] menunjukkan bahwa ia memakan daging. meskipun ia tampaknya memakan daging, tapi sebenarnya Ia tidak."
(Mahayana Mahaparinirvana Sutra)

Nah apabila kita melihat Mahaparnirvana Sutra, maka sebenarnya Bodhisattva juga memakan daging, tetapi daging apakah itu? Daging tersebut adalah daging yang memenuhi 5 syarat daging murni atau 3 syarat daging murni.

Menarik sekali,

Bagaimanakah agar dapat terinspirasi, termotivasi mengembangkan Keboddhisattvaan mengikuti jejak Pendahulu?
Apakah manfaat dengan mengembangkan Boddhicitta bagi kehidupan?
Adakah hal-hal yang mempengaruhi Boddhicitta?

jika memang pertanyaan di luar konteks vege/daging ini tidak dijawab, tidak apa-apa
terima kasih banyak :)

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #123 on: 01 February 2009, 05:07:54 PM »
Quote
Tentu seorang anak yang normal dan berbakti tidak mungkin memakan daging orang tuanya sendiri bukan? Meskipun orang tua tersebut terlahir kembali di alam hewan, apa seorang anak tega untuk memakan dagingnya? Walaupun daging adalah objek netral, tapi kalau itu adalah daging makhluk yang merupakan kelahiran kembali orang tua kita, apakah kita sanggup memakannya?

Tentu seorang anak yang normal dan berbakti tidak mungkin merusak / merebut tempat tinggal orang tuanya sendiri bukan? Meskipun orang tua tersebut terlahir kembali di alam hewan, apa seorang anak tega untuk merusak / merebut tempat tinggalnya? Walaupun baju, celana, kolor, kaus kaki, sepatu, sandal, obat2an, sayuran adalah objek netral, tapi kalau itu adalah berasal dari tumbuhan yang merupakan tempat tinggal (hutan) dari kelahiran kembali orang tua kita, apakah kita sanggup merusaknya?

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #124 on: 01 February 2009, 06:13:42 PM »
Sang Buddha berkata : "Pelimpahan jasa yang engkau berikan, akan diketahui dan diterima oleh sanak-keluargamu di Alam Peta."

"Lalu bagaimana bila kami tidak memiliki sanak-keluarga di Alam Peta?"

Sang Buddha kembali berkata : "Itu tidak mungkin. Jumlah kelahiran semua makhluk di Samsara ini tidak dapat dihitung. Dan karenanya semua makhluk di Samsara ini pasti pernah menjadi sanak-keluarga kita".


Memakan daging bukanlah membunuh makhluk hidup. Mengkonsumsi daging dengan memenuhi 3 persyaratan yang disebutkan Sang Buddha adalah bijak. Bukan berarti jika Sang Buddha menyatakan bahwa memakan daging adalah tidak dilarang, lantas Umat Buddha dapat mengkonsumsi daging sekonyong-konyongnya.

Bila masih melekat pada label jasad suatu makhluk, maka tidak akan bisa melepaskan ikatan Samsara ini.

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #125 on: 28 April 2009, 01:33:32 AM »
              Ya,klo menurut saya sih vegetarian itu baik
ada argumen2 dr theravada yg terdengar mnentang vegetarian tp menurut sya bukan menetang tetapi menyatakan bahwa vegetarian bukanlah syarat mutlak n sebagai sanggahan karena pevegetarian sering pengkritik berlebihan pd yg bukan vegetarian.
               Ini adalah beda jalan sebenarnya,jalan boddhisatva n jalan savaka
n menurut saya tujuan saya bervegetarian adalah sebagai manifestasi mettabhavana n bukan sebagai sila dasar yg ketat,banyak umat mahayana yg melekat sekali pd soal vegetarian ini sehingga menjadi penghambat untuk pengembangan spiritualnya makanya ada cerita ci kung.n lg pula vegetarian saya adalh makan sayur saja tidak boleh makan daging palsu karena itu munafik n menipu diri sendiri.berikut akan saya posting argumen mengenai makan daging

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #126 on: 28 April 2009, 01:37:02 AM »
Bhikkhu Dhammavuddho Mahathera


NAMO TASSA BHAGAVATO ARAHATO SAMMASAMBUDDHASSA


PENDAHULUAN

Makan daging merupakan topik yang sangat sensitif. Ada beragam pandangan tentang makan daging dan setiap pandangan mungkin benar pada batas tertentu, tetapi pandangan-pandangan tersebut mungkin saja tidak bijaksana. Dalam hal ini, kita harus mengesampingkan pandangan pribadi kita dan bersikap lebih terbuka untuk melihat pandangan Sang Buddha. Hal ini penting sekali karena Beliau adalah Tathagata yang mengetahui dan melihat.

Sutta dan Vinaya akan menjadi sumber referensi kita karena di AN 4.180, Sang Buddha berkata bahwa jika bhikkhu tertentu mengatakan sesuatu, yang diklaim sebagai sabda Sang Buddha, maka perkataan tersebut haruslah dibandingkan dengan Sutta (kumpulan khotbah) dan Vinaya (disiplin kebhikkhuan). Jika perkataan tersebut sesuai dengan Sutta dan Vinaya, maka kita dapat menerimanya sebagai sabda Sang Buddha.

Pertimbangan selanjutnya adalah Sutta dan Vinaya mana yang menjadi acuan kita? Walaupun berbagai mazhab Buddhis mempunyai penafsiran yang berbeda tentang ajaran Sang Buddha, umumnya semua setuju bahwa empat Nikaya (Kumpulan-kumpulan), yaitu, Digha Nikaya, Majjhima Nikaya, Samyutta Nikaya, dan Anguttara Nikaya, dan beberapa buku dari Khuddhaka Nikaya, adalah khotbah-khotbah tertua otentik Sang Buddha. Lebih lanjut, buku-buku kumpulan tertua ini konsisten secara keseluruhannya, mengandung rasa pembebasan, sementara buku-buku belakangan terkadang berisikan ajaran yang kontradiktif.

Buku-buku Vinaya dari berbagai mazhab Buddhis semuanya cukup serupa dengan Vinaya Theravada. Untuk alasan ini, Sutta-sutta kumpulan tertua dan Vinaya Theravada akan menjadi sumber referensi kita.


REFERENSI SUTTA


Majjhima Nikaya 55
Khotbah ini penting sekali karena disini Sang Buddha menyatakan dengan jelas pendapat Beliau tentang makan daging.

Tabib Raja, Jivaka Komarabhacca, datang mengunjungi Sang Buddha. Setelah memberi penghormatan, dia berkata: “Yang Mulia, saya telah mendengar hal ini: ‘Mereka menyembelih makhluk hidup untuk Samana Gotama (yaitu Sang Buddha); Samana Gotama dengan sadar memakan daging yang dipersiapkan kepadanya dari binatang yang dibunuh untuk dirinya’…”; dan bertanya apakah hal ini memang benar.

Sang Buddha menyangkal hal ini, menambahkan “Jivaka, saya nyatakan bahwa dalam tiga hal daging tidak diijinkankan untuk dimakan: apabila dilihat, didengar atau dicurigai (bahwa makhluk hidup tersebut telah secara khusus disembelih untuk dirinya) … Saya nyatakan bahwa dalam tiga hal daging diijinkan untuk dimakan: ketika tidak dilihat, didengar, atau dicurigai (bahwa makhluk hidup tersebut telah secara khusus disembelih untuk dirinya) ….”

Lebih lanjut, Sang Buddha menambahkan: “Jika seseorang menyembelih suatu makhluk hidup untuk Tathagata (yaitu Sang Buddha) atau para siswanya, dia menimbun banyak kamma buruk dalam lima hal … (i) Ketika dia berkata: ‘Pergi dan giring makhluk hidup itu’ ... (ii) Ketika makhluk hidup itu menderita kesakitan dan kesedihan ketika dijerat dengan lehernya yang terikat … (iii) Ketika dia berkata: ‘Pergi dan sembelihlah makhluk hidup itu’ … (iv) Ketika makhluk hidup itu mengalami kesakitan dan kesedihan karena disembelih … (v) Ketika dia mempersembahkan kepada Tathagata atau para siswanya dengan makanan yang tidak diijinkan …. ”

Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa Sang Buddha membedakan antara daging yang diijinkan1 dengan tiga kondisi dan daging yang tidak diijinkan. Ini adalah kriteria yang paling penting sehubungan dengan makan daging.


Anguttara Nikaya 8.12
Jendral Siha, seorang pengikut Nigantha, beralih ke ajaran Buddha setelah dia belajar Dhamma dari Sang Buddha.

Dia mengundang Sang Buddha dan rombongan bhikkhu ke rumahnya hari berikutnya untuk bersantap, dan menyediakan daging dan makanan lainnya. Para Nigantha, yang cemburu karena seorang umat awam yang terkemuka dan berpengaruh telah pergi ke perkemahan Buddha, menyebarkan rumor bahwa Jendral Siha telah membunuh seekor binatang besar dan memasaknya
untuk samana Gotama, “… dan samana Gotama akan memakan daging tersebut, mengetahui bahwa daging itu memang dimaksudkan untuk dirinya, perbuatan itu dilakukan untuk kepentingannya.’

Ketika berita ini sampai ke telinga Jendral, dia menolak tuduhan mereka, berkata: “ … Sudah lama tuan–tuan yang terhormat ini (Nigantha) sudah berniat untuk meremehkan Buddha … Dhamma… Sangha: tetapi mereka tidak dapat mengganggu Yang Terberkahi dengan fitnahan kejam, kosong, bohong, yang tak benar. Tidaklah demi menopang hidup, kita dengan sengaja merampas hidup makhluk manapun.

Ini adalah salah satu khotbah yang dengan jelas menunjukkan bahwa Sang Buddha dan bhikkhunya makan daging. Juga, kita lihat bahwa daging dari binatang yang sudah mati ketika dibeli, diijinkan untuk dimakan, tetapi tidak diijinkan apabila binatangnya masih hidup.


Anguttara Nikaya 5.44
Ini tentang seorang umat awam, Ugga, yang mempersembahkan beberapa pilihan makanan yang baik untuk Sang Buddha: di antaranya adalah daging babi yang dimasak dengan buah jujube yang diterima oleh Sang Buddha.

Sekali lagi, ini jelas bahwa Sang Buddha dan para siswanya makan daging.


Sutta Nipata 2.2
Disini Sang Buddha mengingat kembali suatu peristiwa pada kehidupannya yang lampau pada masa Buddha Kassapa. Buddha Kassapa adalah gurunya saat itu.

Pada suatu ketika saat seorang petapa sekte luar bertemu dengan Buddha Kassapa dan mencacinya karena makan daging, yang dikatakannya sebagai noda dibandingkan dengan konsumsi makanan vegetarian.

Buddha Kassapa membalas: “Membunuh … melukai …. mencuri, berbohong, menipu … berzinah; inilah noda. Bukan makan daging.
… Mereka yang kasar, sombong, memfitnah, curang, jahat … kikir … inilah noda. Bukan makan daging.
… Kemarahan, keangkuhan, sifat keras kepala, kebencian, penipuan, keirihatian, pembualan… inilah noda. Bukan makan daging.
… Mereka yang bermoral buruk, …. dengki … congkak … menjadi orang yang paling keji, melakukan perbuatan demikian, inilah noda. Bukan makan daging.”


REFERENSI VINAYA


Patimokkha: Pacittiya 39
Dalam disiplin kebhikkhuan, seorang bhikkhu tidak diijinkan untuk meminta makanan khusus tertentu. Tetapi, sebuah pengecualian diijinkan di Patimokkha (peraturan kebhikkhuan) ketika bhikkhu itu sakit. Dalam keadaan ini, bhikkhu diijinkan untuk meminta produk dari susu, minyak makan, madu, gula, ikan, daging … Dengan jelas, ikan dan daging diijinkan untuk para bhikkhu.


Buku Kedisiplinan: Buku Keempat2
Dalam Mahavagga, sepuluh jenis daging dilarang bagi para bhikkhu: manusia, gajah, kuda, anjing, hyena, ular, beruang, singa, harimau, dan macan tutul. Kita dapat menyimpulkan dari sini bahwa daging dari binatang lain diijinkan, dengan terpenuhinya tiga kondisi untuk ‘daging yang diijinkan’, misalnya daging babi, daging sapi, ayam, dan lain sebagainya.


Buku Kedisiplinan : Buku Keempat3
Sup daging yang jernih diijinkan bagi bhikhhu yang sakit.


Buku Kedisiplinan : Buku Pertama4
Beberapa bhikkhu menuruni lereng dari Puncak Burung Nasar. Mereka melihat sisa hewan yang mati terbunuh oleh singa, menyuruh umat memasaknya dan memakannya. Di lain waktu, bhikkhu yang lain melihat sisa hewan yang mati terbunuh oleh harimau … sisa hewan yang mati terbunuh oleh macan tutul … dan lain sebagainya … menyuruh umat memasaknya dan memakannya.

Kemudian para bhikkhu ragu apakah itu sudah termasuk mencuri. Sang Buddha memberikan pengecualian kepada mereka dengan mengatakan tidak ada pelanggaran dalam mengambil apa yang menjadi milik binatang. Sekali lagi, di sini kita melihat bahwa para bhikkhu makan daging dan Sang Buddha tidak mengkritik atau melarang hal itu.


Buku Kedisiplinan : Buku Kedua5
Ini adalah kejadian ketika Arahat bhikkhuni Uppalavanna ditawarkan sebagian daging matang. Keesokan paginya, setelah mempersiapkan daging di biara wanita, dia pergi ketempat dimana Sang Buddha sedang tinggal untuk mempersembahkan kepadanya. Seorang bhikkhu, mewakili Sang Buddha, menerima persembahan itu dan mengatakan bahwa Uppalavanna telah menyenangkan Sang Buddha.

Jelaslah bahwa Sang Buddha memakan daging; apabila tidak, Arahat bhikkhuni Uppalavanna tidak akan mempersembahkannya.


Buku Kedisiplinan : Buku Kelima6
Bhikkhu Devadatta merencanakan untuk memecah-belah komunitas para bhikkhu dengan meminta Sang Buddha untuk menetapkan lima aturan, salah satunya adalah para bhikkhu tidak diijinkan makan ikan dan daging.

Sang Buddha menolak, dengan berkata : “Ikan dan daging sepenuhnya murni berdasarkan tiga hal: jika tidak dilihat, didengar atau dicurigai (telah dibunuh secara khusus untuk seseorang).”

Sang Buddha bersabda bahwa seorang bhikkhu harus mudah disokong. Jika seorang bhikkhu menolak untuk memakan jenis makanan tertentu (baik daging maupun sayuran) maka dia tidak mudah disokong.



Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #127 on: 28 April 2009, 01:37:43 AM »
BERBAGAI ALASAN SANG BUDDHA MENGIJINKAN MAKAN DAGING


Tidak Ada Kamma Langsung dari Pembunuhan
Sang Buddha berkata: “Ikan dan daging sepenuhnya murni (parisuddha) ….”7 artinya tidak ada kamma langsung8 (perbuatan yang disertai kehendak) dari pembunuhan jika binatang itu tidak dilihat, didengar atau dicurigai telah dibunuh secara khusus untuk seseorang.

Tanpa tiga kondisi ini, ada unsur kamma tak bajik dan, oleh karenanya, daging jenis itu tidak diijinkan.

Walaupun Sang Buddha mengijinkan makan daging, Beliau berkata di AN 4.261 bahwa kita menciptakan kamma tak bajik jika kita secara langsung mendorong terjadinya pembunuhan, menyetujui dan berbicara dengan bangga akan hal itu. Karena itu di AN 5.177 Sang Buddha berkata bahwa seorang umat awam tidak boleh berdagang daging, yang dijelaskan di kitab komentar sebagai pengembangbiakan dan menjual babi, ternak, ayam dan lain sebagainya untuk disembelih. Demikian pula, tidak diijinkan untuk memesan, misalnya sepuluh ekor ayam untuk keesokan harinya jika sejumlah binatang tersebut dimaksudkan disembelih untuk seseorang.


Vegetarian Tidak Cocok dengan Cara Hidup Para Bhikkhu Buddhis
Seorang bhikkhu seyogianya pergi meminta sedekah (mengemis) untuk makanannya kecuali dia (i) diundang untuk bersantap, (ii) makanan itu dibawa ke Vihara, atau (iii) makanan itu dimasak di Vihara. Dia tidak diijinkan untuk memasak makanan, menyimpan makanan untuk keesokan harinya, atau melibatkan diri dalam kegiatan bercocok tanam untuk menyokong dirinya sendiri. Dengan begitu, mengemis adalah salah satu dari dasar/landasan dari cara hidup para bhikkhu Buddhis.

Hal ini dapat dilihat di suatu negara Buddhis (misalnya Thailand) dimana seorang bhikkhu mempunyai kebebasan dan dukungan untuk sepenuhnya berlatih sesuai dengan ajaran Sang Buddha. Di sana kita melihat bukan hanya para bhikkhu tradisi kehutanan yang pergi meminta sedekah tetapi juga para bhikkhu dari kota kecil dan besar mengemis makanan setiap hari.

Karena seorang pengemis tidak pantas memilih-milih, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, vegetarianisme tidak cocok dengan cara hidup para bhikkhu Buddhis - - yang mungkin merupakan alasan lain mengapa Sang Buddha menolak permintaan Devadatta seperti yang disebutkan sebelumnya.


Argumentasi Permintaan dan Penyediaan
Beberapa orang beragumen bahwa walaupun dengan tiga kondisi yang disebutkan sebelumnya, seseorang pantas dicela karena makan daging menyebabkan adanya permintaan yang harus diimbangi dengan penyediaan dengan pembunuhan binatang. Dengan kata lain, makan daging dalam keadaan apapun mendorong pembunuhan binatang.

Kita harus paham bahwa ada dua jenis sebab dan akibat : (i) sebab dan akibat duniawi, di mana kehendak tidak dilibatkan, dan (ii) kamma-vipaka Buddhis, atau tindakan yang disertai kehendak/kesengajaan dan akibatnya. Makan daging yang diijinkan dengan tiga kondisi melibatkan hanya sebab dan akibat duniawi, dan tidak ada kamma dari membunuh. Makan daging yang tidak diijinkan melibatkan kamma tak bajik dan, karenanya, juga vipakanya. Oleh karena itu, makan daging harus dibagi dengan jelas menjadi dua bagian.

Argumentasi permintaan dan penyediaan tidaklah berlaku. Di bumi ini, sejumlah besar manusia9 dan binatang-binatang yang tidak terhitung jumlahnya terbunuh oleh kendaraan bermotor setiap hari. Hanya dengan mengendarai kendaraan atau bahkan duduk di atasnya, kita mendorong industri motor untuk membuat lebih banyak kendaraan bermotor. Jika kita menggunakan argumentasi permintaan dan penyediaan, maka hanya dengan menggunakan kendaraan bermotor kita mendukung pembunuhan binatang-binatang yang tak terhitung jumlahnya dan sejumlah besar manusia di jalanan setiap hari - - yang lebih buruk daripada makan daging!

Memang benar bahwa kita secara tidak langsung terlibat dalam pembunuhan binatang-binatang tetapi, seperti yang dijelaskan sebelumnya, tidak ada kamma-vipaka dari membunuh. Keterlibatan tidak langsung dalam pembunuhan adalah benar, jika kita makan daging maupun tidak, dan merupakan sesuatu yang tidak terelakkan. Kita akan mendiskusikannya di bawah.


Vegetarianisme juga Mendorong Pembunuhan
Kita mendorong pembunuhan walau sekalipun kita berpola makan vegetarian. Setiap hari monyet, tupai, rubah, kumbang, dan hama perusak lainnya dibunuh karena mereka makan dari pohon buah yang ditanam petani. Petani sayuran juga membunuh ulat bulu, keong, cacing, belalang, semut, dan serangga lainnya, dll.. Seperti di Australia contohnya, kangguru dan kelinci dibunuh setiap hari karena mereka memakan hasil panen.

Banyak barang yang umumnya dimanfaatkan setiap orang dengan mengorbankan nyawa berbagai makhluk hidup. Sebagai contoh, sutera dibuat dengan pengorbanan ulat sutera yang tidak terhitung jumlahnya, dan lapisan lak putih10 dari serangga lak yang tidak terhitung jumlahnya.

Kosmetik mengandung sejumlah besar unsur pokok hewani. Banyak zat tambahan makanan, seperti: pewarna, penyedap, pemanis, juga menggunakan unsur pokok hewani. Produk keju menggunakan dadih susu yang diekstrak dari perut anak sapi untuk mengentalkan susu.

Produk kulit dan bulu tentunya terbuat dari kulit binatang yang dibunuh untuk tujuan ini. Film fotografis menggunakan gelatin yang diperoleh dengan mendidihkan kulit, urat daging dan tulang dari binatang.

Bahkan pupuk untuk sayur-sayuran dan pohon buah sering menggunakan tulang ikan kering yang digiling, dan sisa potongan ikan lainnya. Penggunaan susu sapi dan madu juga melibatkan banyak kekejaman terhadap binatang dan serangga terkait.

Semua ini menunjukkan bahwa sungguh sulit untuk tidak terlibat dalam satu cara atau yang lain dalam kekejaman yang terjadi pada binatang-binatang.

Jadi seandainya seseorang menjadi vegetarian, seseorang hendaknya merenungi hal di atas dan menghindari kritik yang berlebihan terhadap mereka yang makan daging.


Binatang Tetaplah Dibunuh Walaupun Semua Manusia Menjadi Vegetarian Walaupun semua manusia menjadi vegetarian, binatang masih saja akan dibunuh. Ini karena binatang berkembang biak sangat cepat daripada manusia sehingga mereka dengan mudah menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup manusia.

Sebagai contoh beberapa tahun yang lalu, dibeberapa daerah Afrika, gajah adalah binatang yang dilindungi. Akan tetapi, sekarang mereka telah berkembang-biak dengan cepat dan menjadi ancaman, dan hukum perlindungan harus dilonggarkan untuk mengurangi jumlah mereka.

Di beberapa negara, anjing yang tidak terdaftar dibunuh agar tidak menjadi rabies dan menyerang manusia. Bahkan kelompok perlindungan terhadap kekejaman binatang membunuh jutaan anjing dan kucing dalam kandang setiap tahun karena akomodasi yang tidak memadai. – di Amerika Serikat, setiap tahunnya 14 juta dibinasakan dalam waktu seminggu setelah diselamatkan oleh kelompok kemanusiaan.

Pada akhirnya, pendapat bahwa vegetarianisme mencegah pembunuhan binatang adalah tidak benar. Meskipun demikian, adalah terpuji untuk berlatih vegetarianisme atas belas kasih, tetapi tidak sampai menjadi ekstrim akan hal itu.


Setiap Orang secara Tidak Langsung Terlibat dalam Pembunuhan Binatang
Apakah kita vegetarian atau sebaliknya, kita semua secara tidak langsung terlibat dalam pembunuhan binatang.

Area hutan yang luas harus digunduli untuk perumahan karena kita ingin tinggal di dalam rumah. Ini mengakibatkan kematian sejumlah besar binatang. Karena kita ingin menggunakan peralatan rumah tangga dan peralatan serba canggih lainnya, lagi, area hutan yang luas digunduli untuk lokasi-lokasi pabrik dan industri. Karena kita ingin menggunakan listrik, sungai-sungai dibendung untuk pemanfaatan listrik tenaga air. Ini mengakibatkan banjir di area hutan yang luas dengan mengorbankan hidup binatang.

Karena kita mengendarai kendaraan bermotor, binatang yang tak terhitung jumlahnya dan sejumlah besar manusia terbunuh di jalanan setiap harinya.

Lagi, demi keselamatan kita, anjing liar dibunuh agar tidak menjadi rabies. Dalam produksi berbagai produk yang kita gunakan setiap hari, seperti: makanan, obat-obatan, sutera, kosmetik, film, dan lain sebagainya., unsur pokok hewani digunakan dengan mengorbankan hidup binatang.

Jika kita menggunakan argumentasi permintaan dan penyediaan seperti yang dijelaskan sebelumnya maka kita tidak seharusnya tinggal dalam rumah, atau menggunakan barang-barang rumah tangga yang diproduksi pabrik, atau menggunakan tenaga listrik, atau mengendarai mobil, dsbnya.


Perumpamaan Pembunuhan Berseri
Andaikan ada kasus pembunuhan berseri di suatu kota, dengan adanya sejumlah wanita yang telah diperkosa kemudian dibunuh sehingga tidak ada wanita yang berani mengambil resiko keluar malam. Seisi kota gempar dan penduduk menuntut agar pihak berwenang menjalankan tugas mereka dan menangkap pembunuhnya. Jadi polisi, setelah beberapa bulan berusaha keras, akhirnya menangkap dalangnya. Setelah pemeriksaan panjang, hakim menjatuhkan hukuman mati pada dirinya. Pada hari yang ditentukan, pembunuh dibawa ke ruang eksekusi dimana petugas eksekusi menarik pengungkil untuk menghabisi nyawa si pembunuh.

Cerita ini menimbulkan pertanyaan: “Siapa yang terlibat dalam kamma buruk dari pembunuhan manusia (yakni si pembunuh berseri)?” Menurut hukum kamma-vipaka, petugas eksekusi melakukan pelanggaran yang paling berat karena dia secara sengaja melakukan pembunuhan. Berikutnya adalah hakim yang mengumumkan hukuman mati. Kedua orang ini secara langsung terlibat dalam kamma pembunuhan atas eksekusi dari pembunuh berseri. Polisi hanya terlibat secara tidak langsung dan tidak bertanggung jawab atas eksekusinya. Bagaimana dengan penduduk? Pada dasarnya pembunuh berseri dieksekusi untuk melindungi penduduk, yakni dieksekusi atas kebaikan penduduk, atau dengan kata lain, penduduk adalah orang-orang yang diuntungkan atas eksekusi tersebut. Jadi apakah penduduk bertanggung jawab atas keterlibatan kamma pembunuhan? Tidak, karena mereka tidak meminta eksekusi atas pembunuh berseri. Tetapi mereka turut terlibat apabila mereka meminta si pembunuh untuk dieksekusi.

Skenario di atas serupa dengan penyembelihan binatang untuk makanan. Orang yang menyembelih binatang tersebut menanggung kamma pembunuhan yang paling berat. Orang yang membiakkan binatang untuk disembelih juga terlibat dalam kamma pembunuhan. Mereka serupa dengan hakim yang menjatuhkan hukuman pada orang tersebut untuk dieksekusi. Tetapi orang yang membeli daging dari binatang yang sudah disembelih tidak terlibat dalam kamma pembunuhan walaupun, serupa dengan penduduk kota diatas, mereka adalah orang-orang yang diuntungkan. Akan tetapi jika seseorang memesan daging dari binatang yang hidup untuk disembelih, maka ada keterlibatan dalam pembunuhan.


’Chi Zhai’, bukan ’Chi Su’持斋 而不 吃素
Banyak umat Buddhis Tionghoa beranggapan salah bahwa Buddhisme Mahayana mengajari praktik vegetarian, dan bingung akan ’Chi Su’ (Vegetarianisme) dengan ’Chi Zai’ (tidak makan setelah petang hari sampai keesokan subuh). Dalam Sutta kumpulan tertua, ’Chi Su’ disebutkan sebagai praktek petapa sekte luar yang tidak bermanfaat. ’Chi Su’ dijalankan oleh Han Chuan (Buddhisme Tionghoa), bukan Bei Chuan (Buddhisme Mahayana), karena Buddhisme di Tibet dan di Jepang bukan vegetarian. Kaisar Liang Wu Di memerintahkan bhikshu dan bhikshuni Buddhis untuk berpola makan vegetarian.

Kata ’Zhai’ berarti tidak makan pada jam-jam tertentu, yakni berpuasa. Itu sebabnya bulan puasa umat Muslim disebut ’Kai Zhai’开斋. Sang Buddha mengajari muridnya untuk ’Chi Zhai’, yakni tidak makan (dengan pengecualian obat-obatan) setelah petang sampai keesokan subuh (jam 1 siang sampai 7 pagi di Malaysia). Di Han Chuan, makna dari ’Chi Zhai’ ini menjadi sinonim dengan ’Chi Su’.


KESIMPULAN

Sang Buddha tidak mendorong kita untuk makan daging atau menjadi vegetarian. Pilihan ini sepenuhnya tergantung kepada kita. Pokok pentingnya adalah memperhatikan dengan baik petunjuk dari Sang Buddha dalam MN 55 atas tiga kondisi untuk daging yang tidak diijinkan dan yang diijinkan.

Seorang Bhikkhu tidak diijinkan untuk memasak dan harus sepenuhnya tergantung pada persembahan dari para penyokong (umat awam). Bhikkhu juga diharuskan agar mudah disokong dan dirawat. Karena bhikkhu tidak diijinkan untuk meminta makanan tertentu (kecuali selama ia sakit), maka bhikkhu tidak dapat memilih makanannya. Dia harus menerima apapun yang dipersembahkan.

Umat awam mempunyai lebih banyak kebebasan untuk memilih makanan mereka, dan untuk umat awam adalah sepenuhnya tergantung pada pilihan pribadi masing-masing untuk makan daging atau menjadi vegetarian. Untuk alasan-alasan yang sudah dijelaskan sebelumnya, adalah penting untuk tidak terlalu kritis terhadap orang lain terkait dengan apapun yang menjadi pilihan kita.

Cara yang paling efektif untuk mengurangi pembunuhan dan kekejaman di dunia adalah pemahaman akan ajaran Sang Buddha. Pada akhirnya, penderitaan (dukkha) adalah karateristik dari kehidupan, dan cara untuk mengakhiri penderitaan adalah dengan melatih Jalan Mulia Berunsur Delapan ajaran Sang Buddha untuk keluar dari lingkaran kelahiran kembali.

SELESAI
« Last Edit: 28 April 2009, 01:44:34 AM by savana_zhang »

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #128 on: 28 April 2009, 01:45:29 AM »
           diatas adalah dukutip dari pernyataan bhikku bukan saya
silahkan sanggahan dan pendapatnya tp kecaman jgn diarahkan ke saya OK

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #129 on: 28 April 2009, 10:18:25 PM »
Secara sudah dibahas berulang-ulang. Masing-masing punya contekan masing-masing. Theravada ada di Vinaya dan Sutta yang memperlihatkan bahwa Sang Buddha makan daging, dan ada Vinaya yang memperbolehkan Bhikkhu makan daging.
Mahayana punya Lankavatara Sutra dan Sutra-Sutra Mahayana lain yang menyatakan bahwa Boddhisattva tidak seharusnya makan daging karena alasan lain, menganulir yang pernah dinyatakan sebelumnya.
Secara menghargai keyakinan pihak lain itu bagus, tetapi bukan berarti kita harus campur aduk atau meyakini yang kita rasa tidak tepat.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline savana_zhang

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 253
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
  • om mani padme hum
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #130 on: 29 April 2009, 03:55:32 PM »
               tp ya aneh lo
isi sutra lavankara yg ini terdengar memakai bahasa kr****n atau aliran maitreya

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #131 on: 30 April 2009, 10:25:36 AM »
buddha mengajarkan untuk melatih pikiran, dan kesucian adalah pikiran
bukan di latih lewat lidah/leher.

salam metta.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline Johsun

  • Sebelumnya Jhonson
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.503
  • Reputasi: -3
  • Gender: Male
  • ??
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #132 on: 30 April 2009, 12:04:18 PM »
Akan lebih baik melatih lidah / leher sekalian juga melatih pikiran.
Daging berasal dari binatang dan binatang sifatnya moha.
Dan daging dimasukkan kedalam perutmu, dan moha nya sedikit demi sedikit menyusup ke pikiran.
CMIIW.FMIIW.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #133 on: 30 April 2009, 12:12:18 PM »
Akan lebih baik melatih lidah / leher sekalian juga melatih pikiran.
Daging berasal dari binatang dan binatang sifatnya moha.
Dan daging dimasukkan kedalam perutmu, dan moha nya sedikit demi sedikit menyusup ke pikiran.


Kalau gitu makan olang pinter aja...
Nanti IQ kita meningkat yah...
Olang makan olang... ;D

Offline J.W

  • Sebelumnya: Jinaraga, JW. Jinaraga
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.864
  • Reputasi: 103
  • Gender: Male
Re: Sutra Sang Buddha Tentang Vegetarian, Menarik!! Buktikan!!
« Reply #134 on: 30 April 2009, 12:16:11 PM »
Akan lebih baik melatih lidah / leher sekalian juga melatih pikiran.
Daging berasal dari binatang dan binatang sifatnya moha.
Dan daging dimasukkan kedalam perutmu, dan moha nya sedikit demi sedikit menyusup ke pikiran.


Berarti anda harus melatih pantat anda juga donkk...  ;D tuh kolor yg anda pake untuk membungkus pantat anda berasal dari rumah orang tua anda... Anak kurang ajar..anak durhaka.. Rumah orang tua dirusakin hny buat membungkus pantat