Mengkonsumsi daging dengan menyembelih hewan untuk dikonsumsi itu sangat berbeda... Harap dipahami terlebih dahulu...
Sang Buddha dan para bhikkhu bukanlah orang-orang yang mementingkan perihal makan-memakan dalam menjalani hidupnya. Sang Buddha sudah menjelaskan; lihatlah dengan bijaksana, bahwa pakaian itu fungsinya untuk menutupi aurat dan melindungi tubuh dari lingkungan dan suhu, maka kenakanlah pakaian sewajarnya (tidak berlebihan / terlalu fashionable atau mewah). Lihatlah dengan bijaksana, bahwa makanan itu fungsinya untuk memberi asupan gizi dan tenaga dalam menjalani hidup, maka makanlah dengan sewajarnya (tidak dengan landasan pemuasan nafsu atau memilih-milih). Sang Buddha dan para bhikkhu itu tidak pernah memasak atau mengolah sesuatu untuk dikonsumsinya sendiri. Jadi apapun yang dimakan dan dikonsumsinya, adalah suatu pemberian (dana) atau ketersediaan makanan itu sendiri (buah yang jatuh dari pohon). Sudah jelas rasanya, bahwa Sang Buddha dan para bhikkhu sama sekali tidak terlibat dalam kasus pembunuhan hewan. Orang yang ingin mempersembahkan daging hasil sembelihannya kepada para bhikkhu itu sudah lain cerita. Di satu sisi orang itu melakukan kebajikan (berdana pada bhikkhu), namun Sang Budda juga menekankan perbuatan buruknya yaitu membunuh makhluk hidup. Itu saja...
Kalau penganut vegetarianisme menganggap bahwa memakan daging itu lebih bersalah daripada memakan sayuran (yang notabene juga dalam prosesnya mengakibatkan petaka bagi makhluk-makhluk kecil lainya, misalnya hama), itu dikarenakan pandangannya dilihat secara generalisasi. Daging itu terlihat jelas, dihasilkan dari jasad makhluk hidup, yang disajikan melalui proses pembunuhan yang kejam. Oleh karena itu mereka menolak daging dengan alasan mencegah pembunuhan. Sedangkan sayuran meski disajikan juga melalui proses yang menyebabkan kematian hama-hama, mereka tidak melihat 'kekejaman' yang sepadan pada hewan ternak. Ini sudah merupakan kesalahan sudut pandang.
Dalam Lankavatara Sutra, memang seolah Sang Buddha menganjurkan untuk bervegetarian. Namun Beliau sendiri tidak bervegetarian. Apakah maksudnya Sang Buddha itu plin-plan dan tidak konsisten?
Dan satu lagi... Kalau benar ingin menjalani kehidupan bervegetarian dan sunggun ingin menghindari pembunuhan, seharusnya seseorang jangan lagi merebus air. Ingat, Sang Buddha saja sudah menyatakan bahwa dalam secawan air saja terhadap makhluk hidup yang tidak terhitung jumlahnya. Para ilmuwan dan Ahli Biologi juga menyetujui pernyataan Sang Buddha, bahwa di dalam air bersih saja terdapat mikroorganisme seperti bakteri, plankton maupun ganggang yang tak terhitung jumlahnya dan hidup di sana. Lantas kalau ingin mengkonsumsi air panas, mungkin haruskah kita pergi ke mata air panas di alam bebas untuk mengambilnya?