//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Vinaya Pitaka - Bhikkhu Vibhaṅga  (Read 10480 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 3
« Reply #15 on: 14 September 2022, 01:14:28 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Pengusiran

Pārājika 3. Aturan Latihan Ketiga tentang Pengusiran

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī. Pada saat itu Sang Buddha berbicara kepada para bhikkhu dalam berbagai cara tentang ketidakmenarikan—;Beliau berbicara memuji ketidakmenarikan, memuji pengembangan pikiran dalam ketidakmenarikan, dan memuji pencapaian ketidakmenarikan.

Kemudian Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu: "Para bhikkhu, Aku hendak memasuki pengasingan diri selama setengah bulan. Tidak seorang pun boleh mengunjungi Aku kecuali ia yang membawakan makanan untukKu."

"Baik, Yang Mulia."

Tidak lama kemudian para bhikkhu merefleksikan bahwa Sang Buddha telah memuji ketidakmenarikan dalam berbagai cara, dan mereka tekun mengembangkan pikiran dalam ketidakmenarikan dalam banyak aspek berbedanya. Sebagai konsekuensinya, mereka menjadi terganggu dengan tubuh mereka sendiri, malu dan jijik dengan tubuh mereka sendiri. Seperti halnya seorang perempuan atau laki-laki muda—;seorang yang menyukai perhiasan, dengan rambut yang baru dicuci—;akan malu, muak, dan jijik jika mayat seekor ular, anjing, atau orang digantungkan di leher mereka, demikian pula para bhikkhu itu terganggu dengan tubuh mereka sendiri. Mereka membunuh diri mereka sendiri, membunuh orang lain, dan mereka mendatangi Migalaṇḍika, seorang yang menyerupai monastik, dan berkata, "Mohon bunuhlah kami. Engkau akan mendapatkan mangkuk dan jubah kami." Dan dibayar dengan sebuah mangkuk dan jubah, Migalaṇḍika membunuh sejumlah bhikkhu. Kemudian ia membawa pisaunya yang berlumuran darah ke sungai Vaggumudā.
Sewaktu mencucinya, ia menjadi gelisah dan menyesal, dengan berpikir, "Apakah yang telah kulakukan? Aku telah melakukan banyak keburukan dengan membunuh para bhikkhu yang baik."

Kemudian sesosok dewa dari alam Raja Kematian, datang menyeberangi sungai, dan berkata kepada Migalaṇḍika, "Bagus sekali, manusia unggul, engkau sungguh beruntung. Engkau telah melakukan banyak jasa dengan membantu menyeberangkan mereka yang belum menyeberang."

Migalaṇḍika berpikir, "Tampaknya aku beruntung, bahwa aku telah melakukan banyak jasa!" Kemudian ia berjalan dari satu kediaman menuju kediaman lain, dari satu wilayah ke wilayah lain, dan berkata, "Siapakah yang belum menyeberang? Siapakah yang ingin kubantu menyeberang?" Para bhikkhu yang masih memiliki kemelekatan duniawi menjadi ketakutan, dengan tubuh merinding. Hanya mereka yang terbebas dari kemelekatan duniawi yang tidak terpengaruh.
Maka, hanya dalam satu hari, Migalaṇḍika membunuh satu bhikkhu, dua bhikkhu, tiga, empat, lima, sepuluh, dua puluh, tiga puluh, empat puluh, lima puluh, bahkan enam puluh bhikkhu.

Di akhir setengah bulan itu, ketika Sang Buddha keluar dari keterasingan, Ia berkata kepada Yang Mulia Ānanda, "Ānanda, mengapakah Sangha para bhikkhu begitu berkurang?"
Ānanda memberitahukan apa yang telah terjadi, dengan menambahkan, "Sudilah memberikan ajaran lain, Yang Mulia, agar Sangha para bhikkhu dapat tegak dalam pandangan terang sempurna."

"Baiklah, Ānanda, kumpulkan di aula pertemuan semua bhikkhu yang hidup dengan disokong oleh Vesālī." "Baik." Ketika ia telah melakukan itu, ia mendatangi Sang Buddha dan berkata, "Yang Mulia, Sangha para bhikkhu telah berkumpul. Silakan lakukan apa yang Engkau anggap baik."
Sang Buddha memasuki aula pertemuan, duduk di tempat yang telah dipersiapkan, dan berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, ketika keheningan melalui perhatian pada pernafasan dikembangkan dan dilatih, itu adalah keadaan kebahagiaan yang damai dan luhur, dan memuaskan. Dan itu melenyapkan kualitas-kualitas buruk dan tidak bermanfaat di tempat itu juga, kapanpun munculnya. Seperti halnya badai besar yang tidak pada musimnya pada bulan terakhir musim panas melenyapkan debu dan kotoran dari udara, demikian pula, ketika keheningan melalui perhatian pada pernafasan dikembangkan dan dilatih, itu adalah keadaan kebahagiaan yang damai dan luhur, dan itu melenyapkan kualitas-kualitas buruk dan tidak bermanfaat di tempat itu juga, kapanpun munculnya.

Dan bagaimanakah keheningan melalui perhatian pada pernafasan dikembangkan dan dilatih dalam cara ini?
Seorang bhikkhu duduk di hutan, di bawah pohon, atau di gubuk kosong. Ia bersila, meluruskan tubuhnya, dan menegakkan perhatian di depannya. Dengan penuh perhatian, ia menarik napas; dengan penuh perhatian, ia mengembuskan napas.
Ketika ia menarik napas panjang, ia mengetahuinya; dan ketika ia mengembuskan napas panjang, ia mengetahuinya. Ketika ia menarik napas pendek, ia mengetahuinya; dan ketika ia mengembuskan napas pendek, ia mengetahuinya.

Ketika menarik napas, ia berlatih dengan sepenuhnya mengalami napas; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dengan sepenuhnya mengalami napas. Ketika menarik napas, ia berlatih menenangkan aktivitas-aktivitas jasmani; ketika mengembuskan napas, ia berlatih menenangkan aktivitas-aktivitas jasmani.

Ketika menarik napas, ia berlatih dalam mengalami kegembiraan; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam mengalami kegembiraan. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam mengalami kebahagiaan; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam mengalami kebahagiaan. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam mengalami aktivitas-aktivitas pikiran; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam mengalami aktivitas-aktivitas pikiran. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam menenangkan aktivitas-aktivitas pikiran; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam menenangkan aktivitas-aktivitas pikiran.

Ketika menarik napas, ia berlatih dalam mengalami pikiran; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam mengalami pikiran. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam menggembirakan pikiran; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam menggembirakan pikiran. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam mengheningkan pikiran; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam mengheningkan pikiran. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam membebaskan pikiran; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam membebaskan pikiran.

Ketika menarik napas, ia berlatih dalam merenungkan ketidakkekalan; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam merenungkan ketidakkekalan. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam merenungkan peluruhan; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam merenungkan peluruhan. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam merenungkan berakhirnya; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam merenungkan berakhirnya. Ketika menarik napas, ia berlatih dalam merenungkan pelepasan; ketika mengembuskan napas, ia berlatih dalam merenungkan pelepasan.

Para bhikkhu, ketika keheningan melalui perhatian pada pernafasan dikembangkan dan dilatih, itu adalah keadaan kebahagiaan yang damai dan luhur, dan memuaskan. Dan itu melenyapkan kualitas-kualitas buruk dan tidak bermanfaat di tempat itu juga, kapanpun munculnya."

Sang Buddha kemudian mengumpulkan Sangha dan menanyai para bhikkhu: "Benarkah, para bhikkhu, bahwa ada para bhikkhu yang bunuh diri, yang saling membunuh satu sama lain, dan yang berkata kepada Migalaṇḍika, 'Mohon bunuhlah kami. Engkau akan mendapatkan mangkuk dan jubah kami.'?"
"Benar, Yang Mulia."
Sang Buddha menegur mereka, "Para bhikkhu, tidaklah sepantasnya bagi para bhikkhu ini, tidaklah benar, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin para bhikkhu ini melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ..." ...; "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu dengan sengaja membunuh seorang manusia atau mencari alat kematian untuk mereka, ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas'

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Pada suatu ketika seorang umat awam jatuh sakit. Ia memiliki seorang istri yang cantik dan menarik, yang para bhikkhu dari kelompok enam jatuh cinta kepadanya. Mereka berkata satu sama lain, "Jika umat awam ini sembuh, kita tidak akan mendapatkannya. Ayo, mari kita memuji kematian kepadanya."
Kemudian mereka mendatangi umat awam itu dan berkata, "Engkau telah melakukan apa yang baik dan bermanfaat; engkau telah membuat naungan dari ketakutan. Engkau tidak pernah melakukan apapun yang buruk; engkau tidak serakah atau tidak bermoral. Oleh karena itu mengapa melanjutkan kehidupan yang menyengsarakan dan sulit ini? Kematian adalah lebih baik untukmu. Ketika engkau meninggal dunia, engkau akan terlahir kembali di alam bahagia. Di sana engkau akan dapat menikmati kebahagiaan surgawi."
Umat awam itu berpikir, "Para mulia ini berkata benar, karena aku telah melakukan apa yang baik dan menghindari apa yang buruk, dan setelah kematian aku akan terlahir kembali di alam bahagia."
Sejak saat itu ia memakan berbagai jenis makanan berbahaya dan meminum minuman berbahaya, dan sebagai konsekuensinya, ia menjadi sangat sakit dan meninggal dunia.
Tetapi istrinya mengeluhkan dan mengkritik para bhikkhu itu, "Para monastik Sakya ini tidak tahu malu dan pembohong tidak bermoral. Mereka mengaku memiliki integritas, hidup selibat dan berperilaku baik, jujur, bermoral, dan baik. Tetapi mereka tidak memiliki karakter baik seorang monastik atau brahmana. Mereka telah tersesat! Mereka memuji kematian kepada suamiku, dan sebagai akibatnya suamiku meninggal dunia."
Dan orang-orang lain juga mengeluhkan dan mengkritik mereka dengan cara yang sama.
Para bhikkhu mendengar kritik dari orang-orang itu. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan dan yang memiliki nurani, yang merasa puas, takut pada perbuatan salah, dan menyukai latihan, mengeluh dan mengkritik para bhikkhu itu, "Bagaimana mungkin mereka memuji kematian kepada umat awam itu?"
Setelah menegur para bhikkhu itu dalam berbagai cara, mereka memberitahu Sang Buddha ...;
"Benarkah, para bhikkhu, bahwa kalian melakukan hal ini?"
"Benar, Yang Mulia."
Sang Buddha menegur mereka, "Orang-orang dungu, tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin kalian dapat melakukan hal ini? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ..." ...; "Dan karena itu, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu dengan sengaja membunuh manusia atau mencari alat kematian untuknya atau memuji kematian atau menghasut seseorang untuk mati, dengan berkata, "Temanku, apalah gunanya kehidupan yang menyengsarakan dan sulit ini? Kematian adalah lebih baik bagimu daripada kehidupan!"—;berpikir dan berniat demikian, jika ia memuji kematian dalam banyak cara atau menghasut seseorang untuk mati—;ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Definisi

Seorang:

Siapapun ...;

Bhikkhu:

...; Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dengan sengaja:

Mengetahui, menganggap, memiliki niat, telah memutuskan, ia melanggar.

Seorang manusia:

Dari kemunculan pertama batin di dalam rahim ibu, dari manifestasi pertama kesadaran, hingga saat kematian: di antara ini—;disebut "seorang manusia".

Membunuh:

Memotong indria kehidupan, mengakhirinya, memutuskan keberlanjutannya.

Atau mencari alat kematian untuknya:

Sebilah pedang, sebilah belati, anak panah, tongkat pemukul, batu, pisau, racun, atau seutas tali.

Atau memuji kematian:

Ia menunjukkan kerugian dalam kehidupan dan memuji kematian.

Atau menghasut seseorang untuk mati:

Ia berkata, "Bunuhlah dirimu dengan pisau," "Minumlah racun," "Matilah dengan menggantung dirimu dengan tali."

Temanku:

Ini adalah satu bentuk sapaan.

Apalah gunanya kehidupan yang menyengsarakan dan sulit ini:

Kehidupan yang menyengsarakan: kehidupan orang miskin adalah menyengsarakan dibandingkan dengan kehidupan orang kaya; kehidupan orang melarat adalah menyengsarakan dibandingkan dengan kehidupan orang berada; kehidupan manusia adalah menyengsarakan dibandingkan dengan kehidupan para dewa.

Kehidupan yang sulit:

Kehidupan dari seorang yang tangannya terpotong, yang kakinya terpotong, yang tangan dan kakinya terpotong, yang telinganya terpotong, yang hidungnya terpotong, yang telinga dan hidungnya terpotong. Karena jenis-jenis kehidupan yang menyengsarakan dan sulit ini, ia berkata, "Kematian adalah lebih baik bagimu daripada kehidupan!"

Berpikir:

Pikiran dan pemikiran adalah sama.

Berniat:

Mempersepsikan kematian, meniatkan kematian, bertujuan pada kematian.

Dalam banyak cara:

Dalam berbagai cara.

Ia memuji kematian:

Ia menunjukkan kerugian dalam kehidupan dan memuji kematian, dengan berkata, "Ketika engkau meninggal dunia, engkau akan terlahir kembali di alam tujuan yang bahagia, di alam surga. Di sana engkau akan dapat menikmati kebahagiaan surgawi."

Atau menghasut seseorang untuk mati:

Ia berkata, "Bunuhlah dirimu dengan pisau," "Minumlah racun," "Matilah dengan menggantung dirimu dengan tali," "Melompatlah ke dalam jurang," "Lompatlah ke dalam lubang," "Melompatlah dari tebing."

Ia juga:

Ini dikatakan dengan merujuk pada pelanggaran sebelumnya yang mengharuskan pengusiran.

Diusir:

Seperti halnya sebutir batu biasa yang telah pecah menjadi dua tidak dapat disambung kembali menjadi satu, demikian pula seorang bhikkhu yang telah dengan sengaja membunuh seorang manusia bukanlah seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Oleh karena itu dikatakan, "ia diusir."

Dikeluarkan dari komunitas:

Komunitas: prosedur legal bersama, pembacaan bersama, latihan yang sama—;ini disebut "komunitas". Ia tidak berpartisipasi di dalam hal-hal ini—;oleh karena itu dikatakan "dikeluarkan dari komunitas".

Permutasi

Ringkasan

Diri sendiri, setelah memutuskan, melalui utusan, melalui serangkaian utusan, melalui seorang utusan yang tidak mengikuti instruksi, melalui seorang utusan yang pergi dan kembali lagi.
Tidak secara rahasia, tetapi menganggapnya sebagai secara rahasia. Secara rahasia, tetapi menganggapnya sebagai tidak secara rahasia. Tidak secara rahasia, tetapi menganggapnya sebagai tidak secara rahasia. Secara rahasia, dan menganggapnya sebagai secara rahasia.
Ia memujikan melalui jasmani. Ia memujikan melalui ucapan. Ia memujikan melalui jasmani dan ucapan. Ia memujikan melalui utusan. Ia memujikan melalui tulisan.
Sebuah lubang, sebuah perabot, meletakkan di dekat, tonik, mengatur pemandangan, mengatur suara, mengatur bau-bauan, mengatur rasa kecapan, mengatur sentuhan, mengatur suatu kualitas mental, informasi, instruksi, bertindak dengan penunjukan, membuat isyarat.

Penjelasan

Diri sendiri:

Diri sendiri membunuh dengan jasmani atau dengan sesuatu yang terhubung dengan jasmani atau dengan sesuatu yang dilepaskan.

Setelah memutuskan:

Setelah memutuskan, ia memberitahu seseorang, "Pukul demikian, serang demikian, bunuh demikian."

Melalui utusan:

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah dia," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua membunuh orang itu, dengan berpikir bahwa ia adalah orang yang ia disuruh untuk membunuh, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.
Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah dia," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua membunuh orang yang lain, dengan berpikir bahwa ia adalah orang yang ia disuruh untuk membunuh, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pembunuh.
Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah dia," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua membunuh orang itu, dengan berpikir bahwa ia adalah orang lain yang bukan ia disuruh untuk membunuh, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.
Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah dia," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua membunuh orang yang lain, dengan berpikir bahwa ia adalah orang lain yang bukan ia disuruh untuk membunuh, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pembunuh.

Melalui serangkaian utusan:

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Beritahu orang ini untuk memberitahu orang ini untuk membunuh orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Dalam memberitahu orang berikutnya, terjadi pelanggaran perbuatan salah. Jika calon pembunuh menyetujui, maka terjadi pelanggaran serius untuk si penghasut. Jika ia membunuh orang itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk mereka semua.

Melalui seorang utusan yang tidak mengikuti instruksi:

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Beritahu orang ini untuk memberitahu orang ini untuk membunuh orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu lain itu memberitahu orang lain lagi yang bukan orang yang ia disuruh untuk memberitahukan, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika si calon pembunuh menyetujui, maka terjadi pelanggaran perbuatan salah. Jika ia membunuh orang itu, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si utusan dan si pembunuh.

Melalui seorang utusan yang pergi dan kembali lagi:

Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Ia pergi, namun kembali lagi, dengan berkata, "Aku tidak mampu membunuhnya." Jika bhikkhu pertama memberitahunya lagi, "Ketika engkau mampu, bunuhlah ia," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika bhikkhu kedua membunuh orang itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.
Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Kemudian ia menyesal, tetapi tidak mengatakan, "Jangan membunuhnya." Jika kemudian bhikkhu kedua membunuh orang itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya.
Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Kemudian ia menyesal dan mengatakan, "Jangan membunuhnya." Jika bhikkhu kedua menjawab, "Aku telah disuruh olehmu untuk membunuh orang itu," dan kemudian ia membunuh orang itu, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pembunuh.
Jika seorang bhikkhu memberitahu bhikkhu kedua, "Bunuhlah orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Kemudian ia menyesal dan mengatakan, "Jangan membunuhnya." Jika bhikkhu kedua menjawab, "Baiklah," dan berhenti, maka tidak ada pelanggaran untuk keduanya.
« Last Edit: 16 September 2022, 08:45:22 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 3
« Reply #16 on: 14 September 2022, 01:15:17 PM »
Tidak secara rahasia, tetapi menganggapnya sebagai secara rahasia:

Jika ia mengucapkan keras-keras, "Aku menginginkan orang itu mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Secara rahasia, tetapi menganggapnya sebagai tidak secara rahasia:

Jika ia mengucapkan keras-keras, "Aku menginginkan orang itu mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Tidak secara rahasia, tetapi menganggapnya sebagai tidak secara rahasia:

Jika ia mengucapkan keras-keras, "Aku menginginkan orang itu mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Secara rahasia, dan menganggapnya sebagai secara rahasia:

Jika ia mengucapkan keras-keras, "Aku menginginkan orang itu mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah.

Ia memujikan melalui jasmani:

Jika seorang bhikkhu membuat isyarat melalui jasmani, yang menunjukkan, "Siapa pun yang mati demikian, menerima kekayaan," atau "Siapa pun yang mati demikian, menjadi terkenal," atau "Siapa pun yang mati demikian, pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, karena pujian itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan ia melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Ia memujikan melalui ucapan:

Jika seorang bhikkhu berkata, "Siapa pun yang mati demikian, menerima kekayaan," atau "Siapa pun yang mati demikian, menjadi terkenal," atau "Siapa pun yang mati demikian, pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, karena pujian itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan ia melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Ia memujikan melalui jasmani dan ucapan:

Jika seorang bhikkhu membuat isyarat melalui jasmani dan mengatakan, "Siapa pun yang mati demikian, menerima kekayaan," atau "Siapa pun yang mati demikian, menjadi terkenal," atau "Siapa pun yang mati demikian, pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, karena pujian itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan ia melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Ia memujikan melalui utusan:

Jika seorang bhikkhu memberikan instruksi melalui seorang utusan, dengan mengatakan, "Siapa pun yang mati demikian, menerima kekayaan," atau "Siapa pun yang mati demikian, menjadi terkenal," atau "Siapa pun yang mati demikian, pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, setelah mendengar instruksi dari utusan itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan ia melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Ia memujikan melalui tulisan:

Jika seorang bhikkhu menuliskan, "Siapa pun yang mati demikian, menerima kekayaan," atau "Siapa pun yang mati demikian, menjadi terkenal," atau "Siapa pun yang mati demikian, pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah untuk setiap huruf yang ia tulis. Jika, setelah membaca tulisan itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan ia melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Sebuah lubang:

Seorang bhikkhu menggali lubang untuk seorang manusia, dengan berpikir, "Dengan terjatuh ke dalamnya, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mengalami kesakitan setelah jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Jika seorang bhikkhu menggali sebuah lubang tanpa ditujukan kepada orang tertentu, dengan berpikir, "Apa pun yang jatuh ke dalamnya, akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika seseorang jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika mereka mengalami kesakitan setelah jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika mereka mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika sesosok makhluk halus, sesosok hantu, atau binatang dalam wujud manusia jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika makhluk itu mengalami kesakitan setelah jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika makhluk itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika seekor binatang jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika binatang itu mengalami kesakitan setelah jatuh ke dalamnya, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika binatang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan penebusan.

Sebuah perabot:

Jika seorang bhikkhu meletakkan sebilah belati dalam sebuah perabot, melumuri perabot dengan racun, atau membuatnya goyah, atau jika ia meletakkannya di dekat danau, lubang, atau tebing, dengan berpikir, "Dengan terjatuh, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mengalami kesakitan karena belati, racun, atau terjatuh, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Meletakkan di dekat:

Jika seorang bhikkhu meletakkan sebilah pisau, belati, anak panah, pentungan, batu, pedang, racun, atau tali di dekat seseorang, dengan berpikir, "Dengan menggunakan ini, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju berpikir, "Dengan menggunakan itu, aku akan mati," dan ia melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Tonik:

Jika seorang bhikkhu memberikan kepada seseorang ghee, mentega, minyak, madu, atau sirup, dengan berpikir, "Setelah mengecap ini, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mengecapnya dan merasakan kesakitan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mengatur pemandangan:

Jika seorang bhikkhu mengatur sebuah pemandangan yang menakutkan dan mengerikan, dengan berpikir, "Dengan melihat ini dan menjadi ketakutan, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju melihatnya dan menjadi ketakutan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu mengatur sebuah pemandangan indah, dengan berpikir, "Dengan melihat ini dan kemudian karena tidak mampu memegangnya, mereka akan merana dan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju melihatnya dan kemudian menjadi merana karena tidak mampu memegangnya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mengatur suara:

Jika seorang bhikkhu mengatur suatu suara yang menakutkan dan mengerikan, dengan berpikir, "Dengan mendengar ini dan menjadi ketakutan, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mendengarnya dan menjadi ketakutan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu mengatur suatu suara yang indah dan menggugah hati, dengan berpikir, "Dengan mendengar ini dan kemudian karena tidak mampu memegangnya, mereka akan merana dan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mendengarnya dan kemudian menjadi merana karena tidak mampu memegangnya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mengatur bau-bauan:

Jika seorang bhikkhu mengatur suatu bau-bauan yang memuakkan dan menjijikkan, dengan berpikir, "Dengan mencium ini, mereka akan mati karena muak dan jijik," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju menciumnya dan mengalami penderitaan karena muak dan jijik, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu mengatur suatu aroma harum, dengan berpikir, "Dengan mencium ini dan kemudian karena tidak mampu memegangnya, mereka akan merana dan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju menciumnya dan kemudian menjadi merana karena tidak mampu memegangnya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mengatur rasa kecapan:

Jika seorang bhikkhu mengatur suatu rasa kecapan yang memuakkan dan menjijikkan, dengan berpikir, "Dengan mengecap, mereka akan mati karena muak dan jijik," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mengecapnya dan mengalami penderitaan karena muak dan jijik, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu mengatur suatu rasa kecapan yang lezat, dengan berpikir, "Dengan mengecap ini dan kemudian karena tidak mampu memegangnya, mereka akan merana dan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mengecapnya dan kemudian menjadi merana karena tidak mampu memegangnya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mengatur sentuhan:

Jika seorang bhikkhu mengatur sebuah sentuhan fisik yang menyakitkan dan kasar, dengan berpikir, "Dengan tersentuh oleh ini, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju menyentuhnya dan mengalami kesakitan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu mengatur sebuah sentuhan fisik yang lembut dan menyenangkan, dengan berpikir, "Dengan tersentuh oleh ini dan kemudian karena tidak mampu memegangnya, mereka akan merana dan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju menyentuhnya dan kemudian menjadi merana karena tidak mampu memegangnya, maka ia melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mengatur suatu kualitas mental:

Jika seorang bhikkhu menceritakan tentang neraka kepada seseorang yang mengarah menuju neraka, dengan berpikir, "Dengan mendengar ini dan menjadi ketakutan, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mendengarnya dan menjadi ketakutan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran. Jika seorang bhikkhu menceritakan tentang surga kepada seorang yang berperilaku baik, dengan berpikir, "Dengan mendengar dan tertarik padanya, mereka akan mati," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang yang dituju mendengarnya, menjadi tertarik padanya, dan berpikir, "Aku harus mati," dan mereka melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Informasi:

Jika, karena ditanya, seorang bhikkhu berkata, "Matilah seperti ini. Siapa pun yang melakukannya akan menerima kekayaan," atau "Matilah seperti ini. Siapa pun yang melakukannya akan terkenal," atau "Matilah seperti ini. Siapa pun yang melakukannya akan pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, karena informasi itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan mereka melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Instruksi:

Jika, tanpa ditanya, seorang bhikkhu berkata, "Matilah seperti ini. Siapa pun yang melakukannya akan menerima kekayaan," atau "Matilah seperti ini. Siapa pun yang melakukannya akan terkenal," atau "Matilah seperti ini. Siapa pun yang melakukannya akan pergi ke alam surga," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, karena instruksi itu, orang yang dituju berpikir, "Aku harus mati," dan mereka melakukan sesuatu yang menyakitkan, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran serius. Jika orang itu mati, maka bhikkhu itu melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Bertindak dengan penunjukan:

Jika seorang bhikkhu melakukan penunjukan untuk sebelum makan atau untuk sesudah makan, untuk malam itu atau untuk siang itu, memberitahu orang lain, "Bunuhlah orang itu menurut penunjukan ini," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika orang lain itu membunuh orang itu menurut penunjukan itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya. Jika ia membunuhnya sebelum atau sesudah waktu yang ditentukan, tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pembunuh.

Membuat isyarat:

Seorang bhikkhu membuat tanda. Jika ia mengatakan kepada orang lain, "Ketika aku berkedip, pada isyarat itu bunuhlah orang itu," atau, "Ketika aku mengangkat alis, pada isyarat itu bunuhlah orang itu," atau, "Ketika aku mengangguk, pada isyarat itu bunuhlah orang itu," maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah. Jika, pada isyarat itu, ia membunuh orang itu, maka terjadi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk keduanya. Jika ia membunuh orang itu sebelum atau sesudah isyarat itu, maka tidak ada pelanggaran untuk si penghasut, tetapi pelanggaran yang mengharuskan pengusiran untuk si pembunuh.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika tidak disengaja; jika ia tidak mengetahui; jika ia tidak bertujuan kematian; jika ia gila; jika ia adalah pelaku pertama.

Bagian pembacaan pertama tentang pengusiran sehubungan dengan manusia selesai

Syair rangkuman untuk studi kasus
"Memuji, duduk,
Dan dengan alu, dengan lesung;
Meninggalkan keduniawian setelah tua, mengalir ke luar,
Pertama, racun percobaan.
Dan tiga dengan membuat situs,
Tiga lainnya dengan bata;
Dan juga golok, dan kasau.
Sebuah panggung tinggi, turun, jatuh.
Berkeringat, dan perawatan hidung, pijat,
Dengan mandi, dan dengan melumuri;
Membangunkan, membaringkan,
Kematian melalui makanan, kematian melalui minuman.
Anak oleh kekasih, dan istri-istri;
Ibu, anak, ia membunuh keduanya,
Ia tidak membunuh keduanya; menghancurkan,
Memanaskan, mandul, subur.
Menggelitik, dalam memegang, makhluk halus,
Dan makhluk-makhluk buas, mengutus;
Menganggapnya adalah mereka, ia memukul,
Dalam membicarakan tentang alam surga, dan tentang neraka.
Tiga pohon di Āḷavī,
Tiga lainnya bersama hutan;
Jangan menyiksa, aku tidak bisa,
Dadih, dan pencahar asin."

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 3
« Reply #17 on: 14 September 2022, 01:18:37 PM »
Studi kasus

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Demi belas kasihan, para bhikkhu memujikan kematian kepadanya. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah dan berkata, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah kita telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Mereka memberitahu Sang Buddha. "Kalian telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pengumpul dana makanan duduk di atas bangku, menindih seorang anak yang tertutup oleh kain bekas. Anak itu mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah dan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahu Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.
Tetapi engkau tidak boleh duduk di atas bangku tanpa memeriksanya terlebih dulu. Jika engkau melakukan itu, maka engkau melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang mempersiapkan tempat duduk di ruang makan di sebuah wilayah berpenghuni. Ketika ia mengangkat tinggi sebatang alu, alu kedua jatuh, menimpa seorang anak, yang kemudian meninggal dunia. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu?"
"Aku tidak meniatkannya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran jika tidak disengaja."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang mempersiapkan tempat duduk di ruang makan di sebuah wilayah berpenghuni. Ia menginjak perlengkapan lesung. Perlengkapan itu jatuh dan menimpa seorang anak, yang kemudian meninggal dunia. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika tidak disengaja."

Pada suatu ketika seorang ayah dan anaknya telah meninggalkan keduniawian bersama dengan para bhikkhu. Ketika waktunya diumumkan untuk suatu acara tertentu, sang anak berkata kepada ayahnya, "Pergilah, ayah, Sangha sedang menunggumu," dan dengan menangkap punggungnya, ia mendorongnya. Sang ayah terjatuh dan meninggal dunia. Si anak menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu?"
"Aku tidak berniat untuk membunuhnya, Yang mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang ayah dan anaknya telah meninggalkan keduniawian bersama dengan para bhikkhu. Ketika waktunya diumumkan untuk suatu acara tertentu, sang anak berkata kepada ayahnya, "Pergilah, ayah, Sangha sedang menunggumu," dan dengan menangkap punggungnya, ia mendorongnya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Sang ayah terjatuh dan meninggal dunia. Si anak menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang ayah dan anaknya telah meninggalkan keduniawian bersama dengan para bhikkhu. Ketika waktunya diumumkan untuk suatu acara tertentu, sang anak berkata kepada ayahnya, "Pergilah, ayah, Sangha sedang menunggumu," dan dengan menangkap punggungnya, ia mendorongnya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Sang ayah terjatuh, tetapi tidak meninggal dunia. Si anak menjadi gelisah ...; "Engkau tidak melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tersedak di tenggorokannya sewaktu sedang makan. Bhikkhu kedua menepuk lehernya. Daging itu keluar bersama dengan darah, dan bhikkhu itu meninggal dunia. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tersedak di tenggorokannya sewaktu sedang makan. Bhikkhu kedua menepuk lehernya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Daging itu keluar bersama dengan darah, dan bhikkhu itu meninggal dunia. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tersedak di tenggorokannya sewaktu sedang makan. Bhikkhu kedua menepuk lehernya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Daging itu keluar bersama dengan darah, tetapi bhikkhu itu tidak meninggal dunia. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pengumpul dana makanan menerima makanan beracun. Ia membawanya kembali dan memberikan porsi pertama kepada para bhikkhu lain. Mereka tewas. Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak mengetahuinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak mengetahui."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memberikan racun kepada bhikkhu kedua dengan tujuan untuk menyelidikinya. Bhikkhu itu tewas. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Tujuanku adalah ingin menyelidikinya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang mempersiapkan sebuah situs untuk sebuah kediaman ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah batu kepada bhikkhu lain di atasnya. Karena bhikkhu kedua tidak memegangnya dengan benar, batu itu jatuh dan menimpa kepala seorang bhikkhu di bawah, yang kemudian tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika tidak disengaja."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang mempersiapkan sebuah situs untuk sebuah kediaman ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah batu kepada bhikkhu lain di atasnya. Bhikkhu kedua menjatuhkan batu ke kepalanya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia tewas ...; Ia tidak tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang membangun dinding untuk sebuah kediaman ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah bata kepada bhikkhu lain di atasnya. Karena bhikkhu kedua tidak memegangnya dengan benar, bata itu jatuh dan menimpa kepala seorang bhikkhu di bawah, yang kemudian tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika tidak disengaja."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang membangun dinding untuk sebuah kediaman ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah bata kepada bhikkhu lain di atasnya. Bhikkhu kedua menjatuhkan bata ke kepalanya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia tewas ...; Ia tidak tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang melakukan pekerjaan pembangunan ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah golok kepada bhikkhu lain di atasnya. Karena bhikkhu kedua tidak memegangnya dengan benar, golok itu jatuh dan menimpa kepala seorang bhikkhu di bawah, yang kemudian tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika tidak disengaja."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang melakukan pekerjaan pembangunan ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah golok kepada bhikkhu lain di atasnya. Bhikkhu kedua menjatuhkan golok ke kepalanya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia tewas ...; Ia tidak tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang melakukan pekerjaan pembangunan ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah kasau kepada bhikkhu lain di atasnya. Karena bhikkhu kedua tidak memegangnya dengan benar, kasau itu jatuh dan menimpa kepala seorang bhikkhu di bawah, yang kemudian tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran jika tidak disengaja."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang melakukan pekerjaan pembangunan ketika seorang bhikkhu mengangsurkan sebuah kasau kepada bhikkhu lain di atasnya. Bhikkhu kedua menjatuhkan kasau ke kepalanya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia tewas ...; Ia tidak tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang merakit sebuah panggung tinggi sewaktu sedang melakukan pekerjaan pembangunan. Seorang bhikkhu berkata kepada bhikkhu lainnya, "Rakitlah sambil berdiri di sini." Ia melakukan itu, dan ia terjatuh dan tewas. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak bermaksud membunuhnya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika para bhikkhu di Āḷavī sedang merakit sebuah panggung tinggi sewaktu sedang melakukan pekerjaan pembangunan. Seorang bhikkhu berkata kepada bhikkhu lainnya, "Rakitlah sambil berdiri di sini," dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia melakukan itu, dan ia terjatuh dan tewas ...; ia terjatuh, tetapi tidak tewas. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang turun setelah melakukan pekerjaan atap. Bhikkhu kedua berkata, "Turunlah di sini." Ia melakukannya, dan ia terjatuh dan tewas. Bhikkhu kedua menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seseorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang turun setelah melakukan pekerjaan atap. Bhikkhu kedua berkata, "Turunlah di sini," dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia melakukannya, dan ia terjatuh dan tewas ...; ia terjatuh, tetapi tidak tewas. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu yang sedang diserang oleh nafsu mendaki Puncak Hering, melompati tebing, dan mengenai seorang pembuat keranjang. Si pembuat keranjang tewas, dan bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.
Tetapi, para bhikkhu, kalian tidak boleh melompati apapun. Jika kalian melakukannya, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu dari kelompok enam mendaki Puncak Hering dan melempar batu untuk bermain-main. Batu itu mengenai seorang gembala sapi, yang kemudian tewas. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.
Tetapi, para bhikkhu, kalian tidak boleh melempar batu untuk bermain-main. Jika kalian melakukannya, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 3
« Reply #18 on: 14 September 2022, 01:19:51 PM »
Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu membuatnya berkeringat dengan cara membuatnya kepanasan. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu membuatnya berkeringat dengan cara membuatnya kepanasan, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ...; Ia tidak meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengalami sakit kepala berat. Para bhikkhu memberinya perawatan medis melalui hidung. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengalami sakit kepala berat. Para bhikkhu memberinya perawatan medis melalui hidung, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memijatnya. Ia meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memijatnya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memandikannya. Ia meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memandikannya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu melumurinya dengan minyak. Ia meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu melumurinya dengan minyak, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu membuatnya bangkit. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu membuatnya bangkit, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu membaringkannya. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu membaringkannya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memberinya makan. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memberinya makan, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memberinya minum. Ia meninggal dunia. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu tertentu sedang sakit. Para bhikkhu memberinya minum, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia meninggal dunia ... Ia tidak meninggal dunia. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang perempuan yang suaminya menetap jauh dari rumah menjadi hamil oleh seorang kekasih. Ia berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Yang Mulia, tolonglah aku melakukan aborsi." "Baiklah," ia berkata, dan membantunya melakukan aborsi. Anak itu mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang laki-laki tertentu memiliki dua istri, satu mandul dan yang satu lagi subur. Yang mandul berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Jika istri yang lain melahirkan seorang putra, Yang Mulia, maka ia akan menjadi istri utama. Sudilah membuatnya melakukan aborsi." "Baiklah," ia berkata, dan melakukannya. Anak itu mati, tetapi si ibu tidak mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang laki-laki tertentu memiliki dua istri, satu mandul dan yang satu lagi subur. Yang mandul berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Jika istri yang lain melahirkan seorang putra, Yang Mulia, maka ia akan menjadi istri utama. Sudilah membuatnya melakukan aborsi." "Baiklah," ia berkata, dan melakukannya. Si ibu mati, tetapi anak itu tidak mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang laki-laki tertentu memiliki dua istri, satu mandul dan yang satu lagi subur. Yang mandul berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Jika istri yang lain melahirkan seorang putra, Yang Mulia, maka ia akan menjadi istri utama. Sudilah membuatnya melakukan aborsi." "Baiklah," ia berkata, dan melakukannya. Keduanya mati ...; keduanya tidak mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang perempuan yang sedang hamil berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Yang Mulia, tolonglah aku melakukan aborsi." "Baiklah, hancurkanlah" ia berkata. Ia menghancurkannya dan mengalami aborsi. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang perempuan yang sedang hamil berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Yang Mulia, tolonglah aku melakukan aborsi." "Baiklah, panaskanlah tubuhmu" ia berkata. Ia memanaskan tubuhnya dan mengalami aborsi. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang perempuan mandul berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Sudilah memberiku obat, Yang Mulia, untuk membantu agar aku hamil." "Baiklah," ia berkata, dan ia memberikannya obat. Ia mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang perempuan subur berkata kepada seorang bhikkhu yang berhubungan dengan keluarganya, "Sudilah memberiku obat, Yang Mulia, untuk membantu agar aku tidak hamil." "Baiklah," ia berkata ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika para bhikkhu dari kelompok enam menggelitik seorang bhikkhu dari kelompok tujuh belas untuk membuatnya tertawa. Karena tidak dapat bernapas, ia mati. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika para bhikkhu dari kelompok tujuh belas mengalahkan seorang bhikkhu dari kelompok enam, dengan niat untuk melakukan prosedur legal melawannya. Ia mati. Mereka menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu pengusir makhluk halus membunuh sesosok makhluk halus. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengutus bhikkhu kedua ke sebuah tempat kediaman yang dihuni oleh makhluk halus buas. Makhluk halus itu membunuhnya. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengutus bhikkhu kedua ke sebuah tempat kediaman yang dihuni oleh makhluk halus buas, dengan tujuan untuk membunuhnya. Makhluk halus itu membunuhnya ...; Makhluk halus itu tidak membunuhnya. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengutus bhikkhu kedua ke hutan belantara yang didiami oleh binatang buas. Binatang itu membunuhnya. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengutus bhikkhu kedua ke hutan belantara yang didiami oleh binatang buas, dengan tujuan untuk membunuhnya. Binatang itu membunuhnya ...; Binatang itu tidak membunuhnya. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengutus bhikkhu kedua ke hutan belantara yang didiami oleh kriminal. Kriminal itu membunuhnya. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengutus bhikkhu kedua ke hutan belantara yang didiami oleh kriminal, dengan tujuan untuk membunuhnya. Kriminal itu membunuhnya ...; Kriminal itu tidak membunuhnya. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membunuh seseorang, dengan menganggapnya sebagai mereka ...; membunuh orang lainnya, dengan menganggapnya sebagai mereka ...; membunuh seseorang, dengan berpikir bahwa mereka adalah yang lain ...; memnbunuh seorang lainnya, dengan berpikir bahwa mereka adalah yang lain. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu dirasuki oleh makhluk halus. Bhikkhu lainnya memukulnya. Ia tewas. Bhikkhu lain itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu dirasuki oleh makhluk halus. Bhikkhu lainnya memukulnya, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia tewas ...; Ia tidak tewas. Bhikkhu kedua itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membabarkan khotbah tentang surga kepada seorang yang berperilaku baik. Ia menjadi tertarik dan mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membabarkan khotbah tentang surga kepada seorang yang berperilaku baik, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia menjadi tertarik dan mati ...; Ia menjadi tertarik, tetapi tidak mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membabarkan khotbah tentang neraka kepada seorang yang mengarah menuju neraka. Ia menjadi ketakutan dan mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membabarkan khotbah tentang neraka kepada seorang yang mengarah menuju neraka, dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia menjadi ketakutan dan mati ...; Ia menjadi ketakutan, tetapi tidak mati. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu dari Āḷavī menebang sebatang pohon sewaktu melakukan pekerjaan pembangunan. Seorang bhikkhu berkata kepada bhikkhu kedua, "Tebanglah sambil berdiri di sini." Ia melakukannya. Pohon itu jatuh menimpanya, dan ia tewas. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika para bhikkhu dari Āḷavī menebang sebatang pohon sewaktu melakukan pekerjaan pembangunan. Seorang bhikkhu berkata kepada bhikkhu kedua, "Tebanglah sambil berdiri di sini," dengan tujuan untuk membunuhnya. Ia melakukannya. Pohon itu jatuh menimpanya, dan ia tewas ...; Pohon itu jatuh menimpanya, tetapi ia tidak tewas. Bhikkhu pertama menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika para bhikkhu dari kelompok enam membakar sebuah hutan. Orang-orang terbakar dan mati. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak bertujuan pada kematian."

Pada suatu ketika para bhikkhu dari kelompok enam membakar sebuah hutan, bertujuan menyebabkan kematian. Orang-orang terbakar dan mati ...; Orang-orang terbakar, tetapi tidak mati. Para bhikkhu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi tempat eksekusi, dan berkata kepada si algojo, "Jangan menyiksanya. Bunuhlah dengan satu pukulan." "Baiklah, Yang Mulia," ia berkata, dan ia membunuhnya dengan satu pukulan. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mendatangi tempat eksekusi, dan berkata kepada si algojo, "Jangan menyiksanya. Bunuhlah dengan satu pukulan." Dengan berkata, "Tidak, saya tidak bisa," ia mengeksekusinya. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi ada pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seseorang yang tangan dan kakinya telah terpotong berada di rumah sanak saudaranya, dikelilingi oleh sanak-saudaranya. Seorang bhikkhu berkata kepada orang-orang itu, "Apakah kalian ingin membiarkannya meninggal dunia?"
"Ya, Yang Mulia."
"Berilah ia dadih."
Mereka memberinya dadih dan ia meninggal dunia. Bhikkhu itu menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seseorang yang tangan dan kakinya telah terpotong berada di rumah sanak saudaranya, dikelilingi oleh sanak-saudaranya. Seorang bhikkhunī berkata kepada orang-orang itu, "Apakah kalian ingin membiarkannya meninggal dunia?"
"Ya, Yang Mulia."
"Berilah ia pencahar asin."

Mereka memberinya pencahar asin dan ia meninggal dunia. Bhikkhunī itu menjadi gelisah ...; Kemudian ia memberitahu para bhikkhunī, yang kemudian memberitahu para bhikkhu, yang kemudian memberitahu Sang Buddha.  "Para bhikkhu, bhikkhunī itu telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pelanggaran ketiga yang mengharuskan pengusiran selesai

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 4
« Reply #19 on: 14 September 2022, 01:43:37 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Pengusiran

Pārājika 4. Aturan Latihan Keempat tentang Pengusiran


Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada saat itu ketika Sang Buddha sedang menetap di aula beratap lancip di Hutan Besar di dekat Vesālī, sejumlah bhikkhu bersahabat telah memasuki masa keberdiaman musim hujan di tepi sungai Vaggumudā. Pada saat itu Vajjī sedang kekurangan makanan dan dilanda kelaparan, dengan panen-panen yang diserang hama keputihan dan berubah menjadi jerami. Tidaklah mudah untuk bertahan hidup dari mengumpulkan dana makanan.

Para bhikkhu mempertimbangkan sulitnya situasi itu, dan mereka berpikir, "Bagaimanakah kami dapat menjalani masa keberdiaman musim hujan dengan nyaman dan harmonis, tanpa kesulitan memperoleh dana makanan?"

Beberapa orang berkata, "Kita dapat bekerja untuk para perumah tangga, dan mereka akan menyokong kita sebagai imbalan."

Yang lainnya berkata, "Tidak perlu bekerja untuk para perumah tangga. Mari kita menyampaikan pesan untuk mereka, dan mereka akan menyokong kita sebagai imbalan."

Yang lainnya lagi berkata, "Tidak perlu bekerja atau menyampaikan pesan untuk mereka. Mari kita saling membicarakan kualitas-kualitas melampaui manusia kepada para perumah tangga: 'Bhikkhu itu memiliki penyerapan pertama, bhikkhu itu memiliki penyerapan kedua, bhikkhu itu memiliki penyerapan ketiga, bhikkhu itu memiliki penyerapan keempat; bhikkhu itu adalah seorang pemasuk-arus, bhikkhu itu adalah seorang yang-kembali-sekali, bhikkhu itu adalah seorang yang-tidak-kembali, bhikkhu itu adalah seorang yang-sempurna; bhikkhu itu memiliki tiga pandangan terang sejati, dan bhikkhu itu memiliki enam pengetahuan langsung.' Maka mereka akan menyokong kita. Dengan cara ini kita akan hidup bersama dalam kerukunan, memiliki keberdiaman musim hujan yang nyaman, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan. Inilah yang harus kita lakukan."

Maka para bhikkhu itu melakukan demikian. Dan orang-orang di sana berpikir, "Kita sungguh beruntung bahwa para bhikkhu demikian telah mendatangi kita untuk menjalani keberdiaman musim hujan. Para bhikkhu baik dan bermoral demikian belum pernah sebelumnya memasuki masa keberdiaman musim hujan bersama kita." Dan mereka mempersembahkan makanan dan minuman kepada para bhikkhu itu yang bahkan mereka sendiri tidak memakan dan meminumnya, atau mempersembahkan untuk orangtua mereka, untuk anak-anak dan istri-istri mereka, untuk para budak, pelayan, dan pekerja mereka, untuk teman-teman dan rekan-rekan mereka, atau untuk sanak-saudara mereka. Segera para bhikkhu itu memiliki wajah cerah dan berwarna indah, kulit yang bersih, dan indria-indria yang tajam.

Pada saat itu adalah kebiasaan bagi para bhikkhu yang telah meyelesaikan masa keberdiaman musim hujan untuk pergi mengunjungi Sang Buddha. Dan oleh karena itu, ketika tiga bulan telah berlalu dan mereka telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan, para bhikkhu itu merapikan tempat kediaman mereka, membawa mangkuk dan jubah mereka, dan melakukan perjalanan menuju Vesālī. Ketika akhirnya mereka tiba di sana, mereka mendatangi aula beratap lancip di Hutan Besar. Di sana mereka mendekati Sang Buddha, bersujud, dan duduk.

Pada saat itu para bhikkhu yang telah menyelesaikan masa keberdiaman musim hujan di wilayah itu kurus, kuyu, dan pucat, dengan urat-urat menonjol di sekujur tubuh mereka. Namun para bhikkhu dari tepi Vaggumudā memiliki wajah cerah dan berwarna indah, kulit yang bersih, dan indria-indria yang tajam. Karena adalah kebiasaan para Buddha untuk menyapa para bhikkhu yang baru tiba, maka Sang Buddha berkata kepada mereka, "Aku harap kalian baik-baik saja, para bhikkhu, Aku harap kalian dapat bertahan. Aku harap kalian menjalani musim hujan yang nyaman dan rukun, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan."

"Kami baik-baik saja, Yang Mulia, kami dapat bertahan. Kami menjalani musim hujan yang nyaman dan rukun, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan." Jika Para Buddha mengetahui apa yang sedang terjadi, kadang-kadang Mereka bertanya dan kadang-kadang tidak. Mereka mengetahui waktu yang tepat untuk bertanya dan kapan tidak bertanya. Para Buddha bertanya jika itu bermanfaat, jika tidak bermanfaat maka Mereka tidak bertanya, karena para Buddha tidak mampu melakukan apa yang tidak bermanfaat. Para Buddha menanyai para bhikkhu untuk dua alasan: untuk membabarkan ajaran atau untuk menetapkan aturan latihan.

Dan Sang Buddha berkata kepada para bhikkhu, "Dengan cara bagaimanakah, para bhikkhu, kalian menjalani musim hujan yang nyaman dan rukun, dan memperoleh dana makanan tanpa kesulitan?"

Mereka memberitahukan kepada Beliau.

"Tetapi apakah kalian benar-benar memiliki kualitas-kualitas melampaui manusia?"

"Tidak, Yang Mulia."

Sang Buddha menegur mereka, "Tidaklah benar, orang-orang dungu, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin kalian, demi perut kalian, saling membicarakan kualitas-kualitas melampaui manusia kepada para perumah tangga? Adalah lebih baik perut kalian dibelah dengan pisau penjagal yang tajam daripada kalian saling membicarakan kualitas-kualitas melampaui manusia kepada para perumah tangga. Mengapakah? Karena walaupun itu dapat menyebabkan kematian atau penderitaan mematikan, tetapi itu tidak akan menyebabkan kalian terlahir kembali di alam tujuan yang buruk. Tetapi yang ini dapat. Ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ...;" Setelah menegur mereka dan membabarkan ajaran, Beliau berkata kepada para bhikkhu:

"Para bhikkhu, ada lima penjahat yang terkenal jahat di dunia ini. Apakah lima ini? Ada penjahat terkenal yang berpikir seperti ini: 'Kapankah aku akan berjalan-jalan di pedesaan, pemukiman-pemukiman, dan ibukota-ibukota kerajaan, bersama dengan seratus atau seribu orang pengikut, membunuh, menghancurkan, dan menyiksa?' Kemudian setelah beberapa lama, ia melakukan hal itu. Demikian pula, para bhikkhu, seorang bhikkhu jahat berpikir seperti ini: 'Kapankah aku akan berjalan-jalan di pedesaan, pemukiman-pemukiman, dan ibukota-ibukota kerajaan, bersama dengan seratus atau seribu orang pengikut, dihormati, dihargai, dan disembah oleh orang-orang awam maupun mereka yang telah meninggalkan keduniawian, mendapatkan jubah, makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan?' Kemudian setelah beberapa lama, ia melakukan hal itu. Ini adalah penjahat pertama yang ada di dunia ini.

Atau seorang bhikkhu jahat mempelajari jalan spiritual yang dibabarkan oleh Sang Buddha dan menganggapnya sebagai miliknya. Ini adalah penjahat kedua terkenal yang ada di dunia ini.

Atau seorang bhikkhu jahat menuduh seorang yang menjalani kehidupan spiritual yang murni, telah melakukan pelanggaran seksual. Ini adalah penjahat ketiga terkenal yang ada di dunia ini.

Atau seorang bhikkhu jahat mengambil barang-barang dan benda-benda kebutuhan dari Sangha—;sebuah vihara, lahan vihara, tempat kediaman, lahan tempat kediaman, tempat tidur, bangku, alas tidur, bantal, panci logam, kendi logam, ember logam, mangkuk logam, golok, kapak, sekop, pahat, tanaman rambat, bambu, buluh, rumput, lempung, benda-benda kayu, benda-benda tanah—;dan menggunakannya untuk menarik pengikut di tengah-tengah para perumah tangga. Ini adalah penjahat keempat terkenal yang ada di dunia ini.

Tetapi di dunia ini bersama dengan para dewa, raja-raja kematian, dan makhluk-makhluk agung, dalam masyarakat ini bersama dengan para monastik dan brahmana, para dewa dan manusia, ini adalah penjahat yang terkenal paling jahat di antara semuanya: seorang yang mengaku memiliki kualitas melampaui manusia yang tidak dimiliki. Mengapakah demikian? Para bhikkhu, kalian telah memakan dana makanan desa melalui pencurian."

Siapa pun yang menyatakan dirinya sendiri
Bukan sebagai siapa ia sesungguhnya,
Telah memakan ini melalui pencurian,
Bagaikan seorang penipu yang telah menipu.
Banyak leher-kuning berkualitas buruk,
Tidak terkendali dan jahat—;
Karena perbuatan-perbuatan jahat mereka,
Mereka terlahir kembali di neraka.
Adalah lebih baik menelan bola besi,
Sepanas jilatan lidah api,
Daripada bagi seorang yang tidak bermoral dan tidak terkendali
Memakan makanan desa.

Setelah menegur para bhikkhu dari tepi Vaggumudā dalam berbagai cara karena sulit dipelihara, sulit disokong ...; "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Jika seorang bhikkhu secara tidak benar mengaku untuk dirinya, kualitas melampaui manusia, pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia, dengan mengatakan, "Aku mengetahui ini, aku melihat ini," tetapi beberapa lama kemudian—;apakah ditanya atau tidak, tetapi setelah melakukan pelanggaran dan mencari pemurnian—;harus mengatakan: "Tidak mengetahui aku mengatakan bahwa aku mengetahui, tidak melihat aku mengatakan bahwa aku melihat; apa yang kukatakan adalah kosong dan dusta," ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.
Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian sejumlah bhikkhu, dengan berpikir bahwa mereka telah melihat dan merealisasikan apa yang sesungguhnya belum mereka lihat dan realisasikan, menyatakan pengetahuan akhir karena menilai terlalu tinggi. Setelah beberapa lama, batin mereka condong pada keinginan indria, kebencian, dan kebodohan. Mereka menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan, namun kami menyatakan pengetahuan akhir karena menilai terlalu tinggi. Mungkinkah kami telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Mereka memberitahukan kepada Yang Mulia Ānanda, yang melaporkannya kepada Sang Buddha. Beliau berkata, "Ini dapat diabaikan, Ānanda.
Dan karena itu, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Jika seorang bhikkhu secara tidak benar mengaku untuk dirinya, kualitas melampaui manusia, pengetahuan dan penglihatan selayaknya para mulia, dengan mengatakan, "Aku mengetahui ini, aku melihat ini," tetapi beberapa lama kemudian—;apakah ditanya atau tidak, tetapi setelah melakukan pelanggaran dan mencari pemurnian—;harus mengatakan: "Tidak mengetahui aku mengatakan bahwa aku mengetahui, tidak melihat aku mengatakan bahwa aku melihat; apa yang kukatakan adalah kosong dan dusta," maka, kecuali jika itu adalah karena menilai terlalu tinggi, ia juga diusir dan dikeluarkan dari komunitas.'"

Definisi

Seorang:
Siapapun ...;

Bhikkhu:
...; Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Secara tidak benar:
Walaupun suatu kualitas bermanfaat tertentu tidak ada padanya, tidak nyata, tidak ditemukan, dan ia tidak melihatnya atau mengetahuinya, namun ia mengatakan, "Aku memiliki kualitas bermanfaat ini."

Kualitas melampaui manusia:
Penyerapan, kebebasan, keheningan, pencapaian, pengetahuan dan penglihatan, pengembangan sang jalan, realisasi buah, ditinggalkannya kekotoran-kekotoran, pikiran tanpa rintangan, menyukai keterasingan.

Untuk dirinya:
Apakah ia menyatakan kualitas-kualitas baik itu sebagai ada padanya, atau ia menyatakan dirinya sebagai ada di dalam kualitas-kualitas baik itu.

Pengetahuan:
Ketiga pandangan terang sejati.

Penglihatan:
Pengetahuan dan penglihatan adalah sinonim.

Mengaku:
Mengumumkan kepada seorang perempuan atau laki-laki, kepada umat awam atau seorang yang telah meninggalkan keduniawian.

Aku mengetahui ini, aku melihat ini:
"Aku mengetahui kualitas-kualitas ini," "Aku melihat kualitas-kualitas ini," "Kualitas-kualitas ini ada padaku dan aku selaras dengannya."

Beberapa lama kemudian:
Pada momen, pada detik, pada saat setelah ia menyatakan pengakuan.

Ia ditanya:
Ia ditanyai sehubungan dengan apa yang ia akui: "Apakah yang engkau capai?" "Bagaimanakah engkau mencapainya?" "Kapankah engkau mencapainya?" "Dimanakah engkau mencapainya?" "Kekotoran apakah yang engkau tinggalkan?" "Kualitas-kualitas yang manakah yang engkau peroleh?"

Tidak:
Ia tidak ditanyai oleh siapa pun.

Setelah melakukan pelanggaran:
Memiliki keinginan buruk, dikuasai oleh keinginan, mengakui memiliki kualitas melampaui manusia yang tidak ada, tidak nyata, ia telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.

Mencari pemurnian:
Ia ingin menjadi seorang perumah tangga, seorang umat awam, seorang pekerja vihara, atau seorang sāmaṇera.

Tidak mengetahui aku mengatakan bahwa aku mengetahui, tidak melihat aku mengatakan bahwa aku melihat:
"Aku tidak mengetahui kualitas-kualitas ini," "Aku tidak melihat kualitas-kualitas ini," "Kualitas-kualitas ini tidak ada padaku dan aku tidak selaras dengannya."

Apa yang kukatakan adalah kosong dan dusta:
"Apa yang kukatakan adalah kosong," "Apa yang kukatakan adalah dusta," "Apa yang kukatakan adalah tidak nyata," "Aku mengatakannya tanpa mengetahuinya."

Kecuali jika itu adalah karena menilai terlalu tinggi:
Jika itu bukan karena menilai dirinya terlalu tinggi.

Ia juga:
Ini dikatakan dengan merujuk pada pelanggaran sebelumnya yang mengharuskan pengusiran.

Diusir:
Seperti halnya pohon palem yang dipotong pucuknya tidak dapat lagi tumbuh lebih tinggi, demikian pula seorang bhikkhu yang memiliki keinginan buruk, dikuasai oleh keinginan, yang mengaku memiliki kualitas melampaui manusia yang tidak ada, adalah bukan seorang petapa, bukan seorang monastik Sakya. Oleh karena itu dikatakan, "ia diusir."

Dikeluarkan dari komunitas:
Komunitas: prosedur legal bersama, pembacaan bersama, latihan yang sama—;ini disebut "komunitas". Ia tidak berpartisipasi di dalam hal-hal ini—;oleh karena itu dikatakan "dikeluarkan dari komunitas".

Permutasi

Rangkuman
Kualitas melampaui manusia: penyerapan, kebebasan, keheningan, pencapaian, pengetahuan dan penglihatan, pengembangan sang jalan, realisasi buah, ditinggalkannya kekotoran, pikiran tanpa rintangan, menyukai keterasingan.

Definisi

Penyerapan:

Penyerapan pertama, penyerapan kedua, penyerapan ketiga, penyerapan keempat.

Kebebasan:

Kebebasan kekosongan, kebebasan tanpa gambaran, kebebasan tanpa keinginan.

Keheningan:

Keheningan kekosongan, keheningan tanpa gambaran, keheningan tanpa keinginan.

Pencapaian:

Pencapaian kekosongan, pencapaian tanpa gambaran, pencapaian tanpa keinginan.

Pengetahuan dan penglihatan:

Ketiga pandangan terang sejati.

Pengembangan sang jalan:

Empat penerapan perhatian, empat usaha benar, empat landasan kekuatan supernormal, lima indria spiritual, lima kekuatan spiritual, tujuh faktor pencerahan, jalan mulia berunsur delapan.

Realisasi buah:

Realisasi buah memasuki-arus, realisasi buah yang-kembali-sekali, realisasi buah yang-tidak-kembali, realisasi kesempurnaan.

Ditinggalkannya kekotoran:

Ditinggalkannya keinginan indria, ditinggalkannya kebencian, ditinggalkannya kebodohan.

Pikiran tanpa rintangan:

Pikiran tanpa keinginan indria, pikiran tanpa kebencian, pikiran tanpa kebodohan.

Menyukai keterasingan:

Karena penyerapan pertama, maka ada kesenangan di dalam keterasingan; karena penyerapan kedua, maka ada kesenangan di dalam keterasingan; karena penyerapan ketiga, maka ada kesenangan di dalam keterasingan; karena penyerapan keempat, maka ada kesenangan di dalam keterasingan.
« Last Edit: 16 September 2022, 08:45:42 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 4
« Reply #20 on: 14 September 2022, 01:46:17 PM »
Penjelasan

Penyerapan pertama

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sedang mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sedang mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sedang mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sedang mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sedang mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sudah mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sudah mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sudah mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sudah mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku sudah mencapai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku memperoleh penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku memperoleh penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku memperoleh penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku memperoleh penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku memperoleh penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku menguasai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku menguasai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku menguasai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku menguasai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku menguasai penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika empat kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika lima kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika enam kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah merealisasikan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 4
« Reply #21 on: 14 September 2022, 01:48:18 PM »
Pencapaian-pencapaian lainnya

Karena penyerapan pertama telah diuraikan secara terperinci, demikian pula seharusnya dengan pencapaian-pencapaian lainnya:

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua ...; aku mencapai penyerapan ketiga ...; aku mencapai penyerapan keempat ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi ...; jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai kebebasan kekosongan ...; aku mencapai kebebasan tanpa gambaran ...; aku mencapai kebebasan tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan kebebasan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: ...;

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai keheningan kekosongan ...; aku mencapai keheningan tanpa gambaran ...; aku mencapai keheningan tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan keheningan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai pencapaian kekosongan ...; aku mencapai pencapaian tanpa gambaran ...; aku mencapai pencapaian tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan pencapaian tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai tiga pandangan terang sejati ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan tiga pandangan terang sejati," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai empat penerapan perhatian ...; aku mencapai empat usaha benar ...; aku mencapai empat landasan kekuatan supernormal ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan empat landasan kekuatan supernormal," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai lima indria spiritual ...; aku mencapai lima kekuatan spiritual ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan lima kekuatan spiritual," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai tujuh faktor pencerahan ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan tujuh faktor pencerahan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai jalan mulia berunsur delapan ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan jalan mulia berunsur delapan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai buah memasuki arus ...; aku mencapai buah yang-kembali-sekali ...; aku mencapai buah yang-tidak-kembali ...; aku mencapai kesempurnaan ...; aku sedang mencapai ...; aku telah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah menghentikan keinginan indria, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah menghentikan kebencian, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebencian," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi ...; ketika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Rangkaian dasar selesai

Kombinasi dua pencapaian

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan penyerapan kedua," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan ketiga ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan penyerapan ketiga," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan keempat ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan kebebasan kekosongan ...; aku mencapai penyerapan pertama dan kebebasan tanpa gambaran ...; aku mencapai penyerapan pertama dan kebebasan tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan kebebasan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan keheningan kekosongan ...; aku mencapai penyerapan pertama dan keheningan tanpa gambaran ...; aku mencapai penyerapan pertama dan keheningan tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan keheningan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan pencapaian kekosongan ...; aku mencapai penyerapan pertama dan pencapaian tanpa gambaran ...; aku mencapai penyerapan pertama dan pencapaian tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan pencapaian tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan tiga pandangan terang sejati ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan tiga pandangan terang sejati," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan empat penerapan perhatian ...; aku mencapai penyerapan pertama dan empat usaha benar ...; aku mencapai penyerapan pertama dan empat landasan kekuatan supernomal ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan empat landasan kekuatan supernormal," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan lima indria spiritual ...; aku mencapai penyerapan pertama dan lima kekuatan spiritual ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan lima kekuatan spiritual," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan tujuh faktor pencerahan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan tujuh faktor pencerahan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan jalan mulia berunsur delapan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan jalan mulia berunsur delapan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan buah memasuki-arus ...; aku mencapai penyerapan pertama dan buah yang-kembali-sekali ...; aku mencapai penyerapan pertama dan buah yang-tidak-kembali ...; aku mencapai penyerapan pertama dan kesempurnaan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; dan aku telah menghentikan kebencian ...; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan pertama dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi ...; jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan selesai

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan ketiga ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan penyerapan ketiga," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan keempat ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan kebebasan kekosongan ...; dan kebebasan tanpa gambaran ...; dan kebebasan tanpa keinginan ...; dan keheningan kekosongan ...; dan keheningan tanpa gambaran ...; dan keheningan tanpa keinginan ...; dan pencapaian kekosongan ...; dan pencapaian tanpa gambaran ...; dan pencapaian tanpa keinginan ...; dan tiga pandangan terang sejati ...; dan empat penerapan perhatian ...; dan empat usaha benar ...; dan empat landasan kekuatan supernormal ...; dan lima indria spiritual ...; dan lima kekuatan spiritual ...; dan tujuh faktor pencerahan ...; dan jalan mulia berunsur delapan ...; dan buah memasuki-arus ... dan buah yang-kembali-sekali ...; dan buah yang-tidak-kembali ...; dan kesempurnaan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; dan aku telah menghentikan kebencian ...; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan pertama ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan kedua dan penyerapan pertama," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi ...; jika tujuh kondisi ini terpenuhi ...; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Rangkaian permutasi berkaitan selesai
« Last Edit: 14 September 2022, 01:54:48 PM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 4
« Reply #22 on: 14 September 2022, 01:50:01 PM »
Dengan cara ini tiap-tiap bagian diperlakukan seperti pada rangkaian permutasi berkaitan

Secara singkat adalah sebagai berikut:

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan ketiga dan penyerapan keempat ...; penyerapan ketiga dan kesempurnaan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan ketiga dan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan ketiga dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan ketiga dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; dan aku telah menghentikan kebencian ...; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Aku mencapai penyerapan ketiga dan penyerapan pertama ...; aku mencapai penyerapan ketiga dan penyerapan kedua ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; aku telah merealisasikan penyerapan ketiga dan penyerapan kedua," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi. ...;

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai penyerapan pertama ...; penyerapan kedua ...; penyerapan ketiga ...; penyerapan keempat ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan penyerapan keempat," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai kebebasan kekosongan ...; dan aku mencapai kebebasan tanpa gambaran ...; dan aku mencapai kebebasan tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan kebebasan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai keheningan kekosongan ...; dan aku mencapai keheningan tanpa gambaran ...; dan aku mencapai keheningan tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan keheningan tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai pencapaian kekosongan ...; dan aku mencapai pencapaian tanpa gambaran ...; dan aku mencapai pencapaian tanpa keinginan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan pencapaian tanpa keinginan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai tiga pandangan terang sejati ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan tiga pandangan terang sejati," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai empat penerapan perhatian ...; dan aku mencapai empat usaha benar ...; dan aku mencapai empat landasan kekuatan supernormal ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan empat landasan kekuatan supernormal," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai lima indria spiritual ...; dan aku mencapai lima kekuatan spiritual ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan lima kekuatan spiritual," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai tujuh faktor pencerahan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan tujuh faktor pencerahan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai jalan mulia berunsur delapan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan jalan mulia berunsur delapan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai buah memasuki-arus ...; dan aku mencapai buah yang-kembali-sekali ...; dan aku mencapai buah yang-tidak-kembali ...; dan aku mencapai kesempurnaan ...; aku sedang mencapai ...; aku sudah mencapai ...; aku memperoleh ...; aku menguasai ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah merealisasikan kesempurnaan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; dan aku telah menghentikan kebencian ...; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi ...; jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Bagian yang berdasarkan atas satu hal selesai

Kombinasi lebih dari dua pencapaian

Bagian yang berdasarkan atas dua hal, dan seterusnya, diuraikan secara terperinci dengan cara yang sama seperti bagian yang berdasarkan atas satu hal.

Kombinasi semua pencapaian

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas semua hal:

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, mengatakan, "aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat dan kebebasan kekosongan dan kebebasan tanpa gambaran dan kebebasan tanpa keinginan dan keheningan kekosongan dan keheningan tanpa gambaran dan keheningan tanpa keinginan dan pencapaian kekosongan dan pencapaian tanpa gambaran dan pencapaian tanpa keinginan dan tiga pandangan terang sejati dan empat penerapan perhatian dan empat usaha benar dan empat landasan kekuatan supernormal dan lima indria spiritual dan lima kekuatan spiritual dan tujuh faktor pencerahan dan jalan mulia berunsur delapan dan buah memasuki-arus dan buah yang-kembali-sekali dan yang buah yang-tidak-kembali dan kesempurnaan ...; dan aku sedang mencapai ...; dan aku telah mencapai ...; dan seterusnya ...; dan aku telah menghentikan keinginan indria, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya; dan aku telah menghentikan kebencian, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian dan pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi ini terpenuhi ...; jika tujuh kondisi ini terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Bagian yang berdasarkan atas semua hal selesai

Pembabaran bagian tentang rangkaian dasar selesai

Bermaksud mengatakan penyerapan pertama, namun mengatakan hal lainnya

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan pertama," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan kedua," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan pertama," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan ketiga," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan pertama," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan keempat," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan pertama," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai kebebasan kekosongan ...; kebebasan tanpa gambaran ...; kebebasan tanpa keinginan ...; keheningan kekosongan ...; keheningan tanpa gambaran ... keheningan tanpa keinginan ...; pencapaian kekosongan ...; pencapaian tanpa gambaran ...; pencapaian tanpa keinginan ...; tiga pandangan terang sejati ...; empat penerapan perhatian ...; empat usaha benar ...; empat landasan kekuatan supernormal ...; lima indria spiritual ...; lima kekuatan spiritual ...; tujuh faktor pencerahan ...; jalan mulia berunsur delapan ...; buah memasuki-arus ...; buah yang-kembali-sekali ...; buah yang-tidak-kembali ...; kesempurnaan ...; aku telah menghentikan keinginan indria ...; aku telah menghentikan kebencian ...; aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya ...; Pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria ...; Pikiranku terbebas dari rintangan kebencian ... Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan yang berdasarkan atas satu hal dengan perluasan ucapan selesai.

Bermaksud mengatakan penyerapan kedua, namun mengatakan hal lainnya

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan kedua," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan ketiga," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan kedua," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan keempat," ...; "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "aku mencapai penyerapan kedua," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi ...; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Rangkaian permutasi berkaitan yang berdasarkan atas satu hal dengan perluasan ucapan selesai.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 4
« Reply #23 on: 14 September 2022, 01:50:51 PM »
Landasan-landasan secara ringkas selesai.

Bermaksud mengatakan terbebas dari kebodohan, namun mengatakan hal lainnya

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "aku mencapai penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi. ...;

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebencian," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi ...; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Bagian yang berdasarkan atas satu hal dengan perluasan ucapan selesai

Bermaksud mengatakan kombinasi tertentu atas satu pencapaian, namun mengatakan hal lainnya

Bagian yang berdasarkan atas dua hal, dan seterusnya, diuraikan secara terperinci dengan cara yang sama seperti bagian yang berdasarkan atas satu hal.

Bermaksud mengatakan semua pencapaian kecuali satu, namun mengatakan yang tersisa

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas semua hal:

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "Aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat dan kebebasan kekosongan dan kebebasan tanpa gambaran dan kebebasan tanpa keinginan dan keheningan kekosongan dan keheningan tanpa gambaran dan keheningan tanpa keinginan dan pencapaian kekosongan dan pencapaian tanpa gambaran dan pencapaian tanpa keinginan dan tiga pandangan terang sejati dan empat penerapan perhatian dan empat usaha benar dan empat landasan kekuatan supernormal dan lima indria spiritual dan lima kekuatan spiritual dan tujuh faktor pencerahan dan jalan mulia berunsur delapan dan buah memasuki-arus dan buah yang-kembali-sekali dan buah yang-tidak-kembali dan kesempurnaan ...; dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; dan aku telah menghentikan kebencian ...; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya; dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "Aku mencapai penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat dan kebebasan kekosongan dan kebebasan tanpa gambaran dan kebebasan tanpa keinginan dan keheningan kekosongan dan keheningan tanpa gambaran dan keheningan tanpa keinginan dan pencapaian kekosongan dan pencapaian tanpa gambaran dan pencapaian tanpa keinginan dan tiga pandangan terang sejati dan empat penerapan perhatian dan empat usaha benar dan empat landasan kekuatan supernormal dan lima indria spiritual dan lima kekuatan spiritual dan tujuh faktor pencerahan dan jalan mulia berunsur delapan dan buah memasuki-arus dan buah yang-kembali-sekali dan buah yang-tidak-kembali dan kesempurnaan ...; dan aku telah menghentikan keinginan indria ...; dan aku telah menghentikan kebencian ...; dan aku telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya; dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria dan pikiranku terbebas dari rintangan kebencian dan pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "Aku mencapai penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "Aku mencapai penyerapan ketiga dan penyerapan keempat ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai penyerapan pertama," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "Aku mencapai penyerapan kedua," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi. ...;

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, bermaksud mengatakan, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebodohan dan aku mencapai penyerapan pertama dan penyerapan kedua dan penyerapan ketiga dan penyerapan keempat ...; dan pikiranku terbebas dari rintangan keinginan indria," sedangkan yang sebenarnya diucapkan adalah, "Pikiranku terbebas dari rintangan kebencian," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Bagian yang berdasarkan semua hal dengan perluasan ucapan selesai.

Rangkaian permutasi berturut-turut dengan perluasan ucapan selesai.

Pembabaran bagian tentang "bermaksud mengatakan" selesai.

Isyarat kasar: sehubungan dengan tempat kediaman

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu mencapai penyerapan pertama ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; telah merealisasikan penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu mencapai penyerapan pertama ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; telah merealisasikan penyerapan pertama," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika empat ...; lima ...; enam ...; tujuh kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tujuh kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu mencapai penyerapan kedua ...; penyerapan ketiga ...; penyerapan keempat ...; kebebasan kekosongan ...; kebebasan tanpa gambaran ...; kebebasan tanpa keinginan ...; keheningan kekosongan ...; keheningan tanpa gambaran ...; keheningan tanpa keinginan ...; pencapaian kekosongan ... pencapaian tanpa gambaran ... pencapaian tanpa keinginan ... tiga pandangan terang sejati ... empat penerapan perhatian ... empat usaha benar ... empat landasan kekuatan supernormal ... lima indria spiritual ... lima kekuatan spiritual ... tujuh faktor pencerahan ...; jalan mulia berunsur delapan ...; buah memasuki-arus ...; buah yang-kembali-sekali ...; buah yang-tidak-kembali ...; kesempurnaan ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; telah merealisasikan kesempurnaan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu telah menghentikan keinginan indria ...; telah menghentikan kebencian ...; telah menghentikan kebodohan, meninggalkannya, melepaskannya, menyingkirkannya, membuangnya," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu memiliki pikiran yang terbebas dari rintangan keinginan indria ...; memiliki pikiran yang terbebas dari rintangan kebencian ...; memiliki pikiran yang terbebas dari rintangan kebodohan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu mencapai penyerapan pertama dalam keterasingan ...; penyerapan kedua ...; penyerapan ketiga ...; penyerapan keempat ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; telah merealisasikan penyerapan keempat dalam keterasingan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Isyarat kasar: sehubungan dengan benda kebutuhan apa pun

Bagian selanjutnya harus diuraikan secara terperinci dengan cara yang sama:

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menggunakan kain-jubah dari engkau ...; yang menggunakan dana-makanan dari engkau ...; yang menggunakan tempat tinggal dari engkau ...; yang menggunakan obat-obatan dari engkau mencapai penyerapan keempat dalam keterasingan ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; telah merealisasikan penyerapan keempat dalam keterasingan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi ...; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang menggunakan tempat tinggal dari engkau ...; yang menggunakan kain-jubah dari engkau ...; yang menggunakan dana makanan dari engkau .. yang menggunakan perabotan dari engkau ...; yang menggunakan obat-obatan dari engkau mencapai penyerapan keempat dalam keterasingan ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; telah merealisasikan penyerapan keempat dalam keterasingan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi ...; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Jika ia dengan sepenuhnya sadar berbohong, dengan mengatakan, "Bhikkhu yang kepadanya engkau memberikan tempat tinggal ...; kain-jubah ...; dana makanan ...; perabotan ...; obat-obatan, ia mencapai penyerapan keempat dalam keterasingan ...; sedang mencapai ...; sudah mencapai ...; memperoleh ...; menguasai ...; ia telah merealisasikan penyerapan keempat dalam keterasingan," jika si pendengar memahami, maka ia melakukan pelanggaran serius jika tiga kondisi terpenuhi; jika si pendengar tidak memahami, maka ia melakukan pelanggaran perbuatan salah jika tiga kondisi terpenuhi ...; jika tujuh kondisi terpenuhi: sebelum ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia hendak berbohong; sewaktu berbohong, ia mengetahui bahwa ia sedang berbohong; setelah ia berbohong, ia mengetahui bahwa ia telah berbohong; ia secara keliru merepresentasikan pandangannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan keyakinannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan penerimaannya atas apa yang benar; ia secara keliru merepresentasikan perasaannya atas apa yang benar.

Lima belas berturut-turut selesai.

Pembabaran bagian tentang apa yang berhubungan dengan benda-benda kebutuhan selesai.

Rangkaian permutasi berurutan tentang kualitas-kualitas melampaui manusia selesai.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika ia menilai dirinya terlalu tinggi; jika ia tidak berniat untuk membuat pengakuan; jika ia gila; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai oleh kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Syair rangkuman studi kasus

"Tentang penilaian terlalu tinggi, di hutan belantara,
Dana makanan, penahbis, perilaku;
Belenggu, kualitas-kualitas secara diam-diam,
Tempat kediaman, disokong.
Tidak sulit, dan kemudian kegigihan, takut pada kematian,
Teman yang menyesal, dengan benar;
Untuk dicapai melalui kegigihan, untuk dicapai melalui pengerahan,
Kemudian dua tentang menahankan perasaan.
Lima kasus seorang brahmana,
Tiga tentang menyatakan pengetahuan akhir;
Rumah, kenikmatan-kenikmatan indria yang ditolak,
Dan kesenangan, melakukan perjalanan.
Tulang, dan bongkahan—;keduanya adalah penjagal sapi;
Sepotong daging adalah seorang penjagal unggas, penjagal domba dikuliti;
Dan penjagal babi dan pedang, pemburu rusa dan pisau,
Dan seorang penyiksa dan anak panah, seorang pelatih kuda dan jarum.
Dan seorang pemfitnah dijahit,
Seorang hakim korup dengan testis sebagai beban;
Dan pencabul yang tenggelam dalam sebuah lubang,
Si pemakan kotoran adalah seorang brahmana jahat.
Si perempuan tanpa kulit adalah seorang pencabul,
Si perempuan buruk rupa adalah seorang peramal;
Seorang perempuan berkeringat menuangkan arang pada seorang istri,
Seorang laki-laki tanpa kepala adalah seorang algojo.
Seorang bhikkhu, seorang bhikkhunī, seorang bhikkhunī percobaan,
Seorang sāmaṇera, kemudian seorang sāmaṇerī—;
Mereka meninggalkan keduniawian dalam ajaran Kassapa
Melakukan perbuatan-perbuatan buruk di sana.
Tapodā, pertempuran di Rājagaha,
Dan dengan terjunnya gajah-gajah;
Sang bhikkhu sempurna Sobhita
Mengingat lima ratus kappa."

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 4
« Reply #24 on: 14 September 2022, 01:52:21 PM »
Studi Kasus, bagian 1

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menyatakan pengetahuan akhir karena menilai diri terlalu tinggi. Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahu Sang Buddha. "Tidak ada pelanggaran karena menilai diri terlalu tinggi."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menetap di hutan belantara karena ia ingin orang-orang menghormatinya. Orang-orang menghormatinya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.
Tetapi, para bhikkhu, kalian tidak boleh menetap di hutan karena suatu keinginan. Jika kalian melakukannya, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berjalan mengumpulkan dana makanan karena ia ingin orang-orang menghormatinya. Orang-orang menghormatinya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.
Tetapi, para bhikkhu, kalian tidak boleh berjalan mengumpulkan dana makanan karena suatu keinginan. Jika kalian melakukannya, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berkata kepada bhikkhu lain, "Mereka yang adalah murid-murid penahbis kami semuanya adalah yang sempurna." Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku ingin membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berkata kepada bhikkhu lain, "Mereka yang adalah murid-murid penahbis kami semuanya memiliki kekuatan supernormal." Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku ingin membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu melakukan meditasi berjalan karena ia ingin orang-orang menghormatinya ...; berdiri karena ia ingin orang-orang menghormatinya ...; duduk karena ia ingin orang-orang menghormatinya ...; berbaring karena ia ingin orang-orang menghormatinya. Orang-orang menghormatinya. Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran.
Tetapi, para bhikkhu, kalian tidak boleh berbaring karena suatu keinginan. Jika kalian melakukannya, maka kalian melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengaku memiliki kualitas melampaui manusia kepada bhikkhu lain, dengan berkata, "Aku telah meninggalkan belenggu-belenggu." Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu secara diam-diam mengaku memiliki kualitas melampaui manusia. Seorang bhikkhu yang mampu membaca pikiran menegurnya, dengan berkata, "Tidak, engkau tidak memilikinya." Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu secara diam-diam mengaku memiliki kualitas melampaui manusia. Sesosok dewa menegurnya, dengan berkata, "Tidak, Yang Mulia, engkau tidak memilikinya." Ia menjadi gelisah ...; "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berkata kepada seorang umat awam, "Bhikkhu yang menetap di tempat kediamanmu adalah seorang yang sempurna." Ia adalah orang yang menetap di tempat kediaman itu. Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku ingin membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berkata kepada seorang umat awam, "Bhikkhu yang engkau sokong dengan kain-jubah, dana makanan, tempat tinggal, dan obat-obatan, ia adalah seorang yang sempurna." Ia adalah orang yang disokong demikian itu. Ia menjadi gelisah ...; "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku ingin membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Yang Mulia, apakah engkau memiliki kualitas melampaui manusia?"
"Tidaklah sulit untuk menyatakan pengetahuan akhir."
Ia menjadi gelisah dan berpikir, "Mereka yang adalah siswa sejati Sang Buddha dapat mengatakan itu, tetapi aku bukanlah siswa demikian. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahukan kepada Sang Buddha. "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak berniat untuk membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Yang Mulia, apakah engkau memiliki kualitas melampaui manusia?"
"Kualitas melampaui manusia dicapai oleh mereka yang gigih." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Jangan takut."
"Aku tidak takut mati." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Jangan takut."
"Seorang yang penuh penyesalan mungkin takut." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Yang Mulia, apakah engkau memiliki kualitas melampaui manusia?"
"Kualitas melampaui manusia dicapai oleh mereka yang mengerahkan diri mereka dengan benar." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Yang Mulia, apakah engkau memiliki kualitas melampaui manusia?"
"Kualitas melampaui manusia dicapai oleh mereka yang gigih." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Yang Mulia, apakah engkau memiliki kualitas melampaui manusia?"
"Kualitas melampaui manusia dicapai oleh mereka yang mengerahkan diri mereka." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Kami berharap engkau bertahan? Kami berharap engkau nyaman?"
"Tidaklah mungkin bagi siapa pun untuk menahankan ini." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang sakit. Para bhikkhu berkata kepadanya, "Kami berharap engkau bertahan? Kami berharap engkau nyaman?"
"Tidaklah mungkin bagi seorang biasa untuk menahankan ini." Ia menjadi gelisah ...;
"Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku berniat untuk membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan pengusiran, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang brahmana mengundang para bhikkhu, dengan berkata, "Para Mulia yang sempurna, silakan datang."
Mereka menjadi gelisah dan berkata, "Kami bukan yang sempurna, namun brahmana ini berkata kepada kami seolah-olah kami adalah yang sempurna. Apakah yang harus kami lakukan?" Mereka memberitahukan kepada Sang Buddha.
"Tidak ada pelanggaran ketika sesuatu diucapkan karena keyakinan."
Pada suatu ketika seorang brahmana mengundang para bhikkhu, dengan berkata, "Para Mulia yang sempurna, silakan duduk." ...; "Para Mulia yang sempurna, silakan makan." ...; "Para Mulia yang sempurna, semoga puas." ...; "Para Mulia yang sempurna, silakan pergi."
Mereka menjadi gelisah dan berkata, "Kami bukan yang sempurna, namun brahmana ini berkata kepada kami seolah-olah kami adalah yang sempurna. Apakah yang harus kami lakukan?" Mereka memberitahukan kepada Sang Buddha.
"Tidak ada pelanggaran ketika sesuatu diucapkan karena keyakinan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengaku memiliki kualitas melampaui manusia kepada seorang bhikkhu lainnya, dengan mengatakan, "Aku telah meninggalkan kekotoran-kekotoran." Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengaku memiliki kualitas melampaui manusia kepada seorang bhikkhu lainnya, dengan mengatakan, "Aku memiliki kualitas-kualitas ini." Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengaku memiliki kualitas melampaui manusia kepada seorang bhikkhu lainnya, dengan mengatakan, "Aku selaras dengan kualitas-kualitas ini." Ia menjadi gelisah ...; "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Pada suatu ketika seorang kerabat dari seorang bhikkhu tertentu berkata kepadanya, "Marilah, Yang Mulia, menetaplah di rumah."
"Seorang sepertiku tidak mampu menetap di rumah." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang kerabat dari seorang bhikkhu tertentu berkata kepadanya, "Marilah, Yang Mulia, nikmatilah kenikmatan duniawi."
"Kenikmatan duniawi telah ditolak olehku." Ia menjadi gelisah ...;
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika seorang kerabat dari seorang bhikkhu tertentu berkata kepadanya, "Marilah, Yang Mulia, nikmatilah dirimu."
"Aku menikmati diriku dengan kenikmatan tertinggi."
Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Mereka yang adalah siswa sejati Sang Buddha dapat mengatakan hal itu, tetapi aku bukan siswa seperti itu. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran?" Ia memberitahukan kepada Sang Buddha.
"Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak berniat membuat pengakuan, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran bagi seorang yang tidak berniat untuk membuat pengakuan."

Pada suatu ketika sejumlah bhikkhu memasuki masa keberdiaman musim hujan di sebuah vihara tertentu, membuat kesepakatan ini: "Siapa pun yang pertama keluar dari vihara ini, kita akan mengenalinya sebagai seorang yang sempurna."
Salah seorang di antara mereka berpikir, "Biarlah mereka menganggap aku sebagai seorang yang sempurna," dan ia pertama keluar dari vihara itu. Ia menjadi gelisah ...;
"Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan pengusiran."

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Pārājika 4
« Reply #25 on: 14 September 2022, 01:53:12 PM »
Studi kasus, bagian 2

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Rājagaha di Hutan Bambu, taman suaka tupai, Yang Mulia Lakkhaṇa dan Yang Mulia Mahāmoggallāna sedang menetap di Puncak Hering. Suatu pagi Mahāmoggallāna mengenakan jubah, membawa mangkuk dan jubahnya, mendatangi Lakkhaṇa, dan berkata, "Lakkhaṇa, mari kita memasuki Rājagaha untuk menerima dana makanan."
"Baiklah."
Sewaktu mereka turun dari Puncak Hering, Mahāmoggallāna tersenyum di suatu tempat tertentu. Lakkhaṇa bertanya kepadanya mengapa, dan Mahāmoggallāna menjawab,
"Ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya. Tanyakan kembali di hadapan Sang Buddha."
Kemudian, setelah makan dan setelah kembali dari perjalanan menerima dana makanan, Lakkhaṇa dan Mahāmoggallāna mendatangi Sang Buddha, bersujud, dan duduk. Dan Lakkhaṇa berkata kepada Mahāmoggallāna,
"Tadi, sewaktu kita sedang menuruni Puncak Hering, engkau tersenyum di suatu tempat tertentu. Mengapakah?"
"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat tulang-belulang melayang di angkasa. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, menyerangnya di antara tulang-tulang rusuknya, sementara ia berteriak kesakitan. Dan aku berpikir betapa mengagumkan dan menakjubkannya keberadaan makhluk demikian, makhluk halus demikian, keadaan kehidupan demikian."
Tetapi para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Ia sedang mengakui kemampuan melampaui manusia!"
Kemudian Sang Buddha berkata kepada mereka:
"Ada para siswa yang memiliki penglihatan dan pengetahuan, yang dapat mengetahui, melihat, dan menyaksikan hal-hal demikian. Aku juga, para bhikkhu, telah melihat makhluk itu, tetapi aku tidak membicarakannya. Karena jika Aku membicarakannya, orang-orang lain tidak akan percaya padaKu, yang akan mengarahkan mereka pada bahaya dan penderitaan untuk waktu yang lama. Makhluk itu adalah penjagal sapi di sini di Rājagaha. Sebagai akibat dari perbuatannya, ia disiksa di neraka selama ratusan ribu tahun. Dan sekarang, karena akibat sisa dari perbuatan-perbuatannya, ia mengalami eksistensi demikian. Moggallāna berkata jujur. Tidak ada pelanggaran bagi Moggallāna."

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat sebongkah daging melayang di angkasa. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang penjagal sapi di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat sepotong daging melayang di angkasa. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang penjagal unggas di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki tanpa kulit melayang di angkasa. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang penjagal domba di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki berbulu pedang melayang di angkasa. Pedang-pedang itu menusuknya berulang-ulang, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang penjagal babi di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki berbulu pisau melayang di angkasa. Pisau-pisau itu menusuknya berulang-ulang, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang pemburu rusa di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki berbulu anak panah melayang di angkasa. Anak-anak panah itu menusuknya berulang-ulang, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang penyiksa di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki berbulu jarum melayang di angkasa. Jarum-jarum itu menusuknya berulang-ulang, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang pelatih kuda di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki berbulu jarum melayang di angkasa. Jarum-jarum itu menusuknya dari kepalanya dan keluar melalui mulutnya, menusuk mulutnya dan keluar melalui dadanya, menusuk dadanya dan keluar melalui perutnya, menusuk perutnya dan keluar melalui pahanya, menusuk pahanya dan keluar melalui betisnya, menusuk betisnya dan keluar melalui kakinya, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang pemfitnah di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki melayang di angkasa dengan testis seperti kendi. Ketika ia bergerak, ia mengangkat testisnya ke atas bahunya; ketika ia duduk, ia duduk di atas testisnya. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang hakim korup di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki terbenam di dalam lubang kakus ...;"
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang pencabul di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang laki-laki terbenam di dalam lubang kakus, memakan kotoran dengan kedua tangannya ...;"
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, adalah seorang brahmana jahat di sini di Rājagaha. Pada masa Kassapa, Yang Tercerahkan Sempurna, ia mengundang Sangha para bhikkhu untuk makan. Ia mengisi sebuah palung dengan kotoran, memberitahukan mereka bahwa makanan telah siap, dan berkata, 'Para Mulia, makanlah sebanyak yang kalian inginkan dan bawalah sisanya pulang.' ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang perempuan tanpa kulit melayang di angkasa. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Perempuan itu, para bhikkhu, itu adalah seorang pencabul di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang perempuan berbau busuk dan buruk rupa melayang di angkasa. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Perempuan itu, para bhikkhu, itu adalah seorang peramal di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang perempuan melayang di angkasa, terbakar, kepanasan, dan penuh jelaga. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Perempuan itu, para bhikkhu, itu adalah seorang permaisuri Raja Kāliṅga. Karena dikuasai oleh kecemburuan, ia menyiramkan sepanci arang menyala kepada pesaingnya. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat badan tanpa kepala melayang di angkasa, dengan mata dan mulutnya berada di dadanya. Burung-burung hering, gagak, dan elang mengejarnya, mencabiknya dan menariknya berkeping-keping, sementara ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Makhluk itu, para bhikkhu, itu adalah seorang algojo bernama Hārika di sini di Rājagaha. ...;"

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang bhikkhu melayang di angkasa. Jubah luarnya menyala terbakar, demikian pula mangkuk, sabuk, dan tubuhnya. Ia berteriak kesakitan ...;" ...;
"...; Pada masa pengajaran Sang Buddha Kassapa, ia adalah seorang bhikkhu jahat." ...;

"Sewaktu aku sedang turun dari Puncak Hering, aku melihat seorang bhikkhunī ...; aku melihat seorang bhikkhunī percobaan ...; aku melihat seorang sāmaṇera ...; aku melihat seorang sāmaṇerī melayang di angkasa. Jubah luarnya menyala terbakar, demikian pula mangkuk, sabuk, dan tubuhnya. Ia berteriak kesakitan. Dan aku berpikir betapa mengagumkan dan menakjubkannya keberadaan makhluk demikian, makhluk halus demikian, keadaan kehidupan demikian."
Tetapi para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Ia sedang mengakui kemampuan melampaui manusia!"
Kemudian Sang Buddha berkata kepada mereka:
"Ada para siswa yang memiliki penglihatan dan pengetahuan, yang dapat melihat, mengetahui, dan menyaksikan hal-hal demikian. Aku juga, para bhikkhu, telah melihat sāmaṇerī itu, tetapi aku tidak membicarakannya. Karena jika Aku membicarakannya, orang-orang lain tidak akan percaya padaKu, yang akan mengarahkan mereka pada bahaya dan penderitaan untuk waktu yang lama. Pada masa pengajaran Sang Buddha Kassapa, ia adalah seorang sāmaṇerī jahat. Sebagai akibat dari perbuatannya, ia disiksa di neraka selama ratusan ribu tahun. Dan sekarang, karena akibat sisa dari perbuatan-perbuatannya, ia mengalami eksistensi demikian. Moggallāna berkata jujur. Tidak ada pelanggaran bagi Moggallāna."

Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepada para bhikkhu, "Sungai ini, Tapodā, mengalir dari sebuah danau berair jernih—;sejuk, manis, dan murni—;dengan pantai yang lembut dan menyenangkan, dengan banyak ikan dan kura-kura, dan dengan bunga-bunga teratai bermekaran seukuran roda."
Para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Mahāmoggallāna berbicara seperti ini sementara Tapodā sebenarnya panas? Ia sedang mengakui kemampuan melampaui manusia!" Dan mereka memberitahu Sang Buddha.
"Para bhikkhu, Tapodā memang mengalir dari sebuah danau berair jernih—;sejuk, manis, dan murni—;dengan pantai yang lembut dan menyenangkan, dengan banyak ikan dan kura-kura, dan dengan bunga-bunga teratai bermekaran seukuran roda. Tetapi Tapodā mengalir di antara dua neraka besar. Itulah sebabnya mengapa sungai itu panas. Moggallāna berkata jujur. Tidak ada pelanggaran bagi Moggallāna."

Pada suatu ketika Raja Seniya Bimbisāra dari Magadha dikalahkan dalam pertempuran oleh kaum Licchavī. Raja kemudian menggalang bala tentaranya dan mengalahkan kaum Licchavī. Orang-orang bergembira dan berita menyebar bahwa kaum Licchavī telah dikalahkan oleh raja.
Tetapi Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepada para bhikkhu, "Raja dikalahkan oleh kaum Licchavī."
Para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Moggallāna berbicara seperti ini ketika orang-orang bergembira dan berita menyebar bahwa kaum Licchavī telah dikalahkan oleh Raja? Ia sedang mengakui kemampuan melampaui manusia!" Mereka memberitahu Sang Buddha.
"Para bhikkhu, pertama-tama Raja dikalahkan oleh kaum Licchavī, tetapi kemudian ia menggalang bala tentaranya dan mengalahkan mereka. Moggallāna berkata jujur. Tidak ada pelanggaran bagi Moggallāna."
Yang Mulia Mahāmoggallāna berkata kepada para bhikkhu, "Setelah mencapai keheningan tak tergoyahkan di tepi sungai Sappinikā, aku mendengar suara gajah yang terjun masuk dan keluar dari air, dan bersuara menderum juga."
Para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Mahāmoggallāna berbicara seperti ini? Ia sedang mengakui kemampuan melampaui manusia!" Mereka memberitahu Sang Buddha.

"Para bhikkhu, ada keheningan demikian, tetapi belum sepenuhnya murni. Moggallāna berkata jujur. Tidak ada pelanggaran bagi Moggallāna."
Yang Mulia Sobhita berkata kepada para bhikkhu, "Aku dapat mengingat lima ratus kappa."
Para bhikkhu mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Sobhita berbicara seperti ini? Ia sedang mengakui kemampuan melampaui manusia!" Mereka memberitahu Sang Buddha.
"Para bhikkhu, Sobhita memiliki kemampuan ini, dan itu hanya satu kelahiran. Sobhita berkata jujur. Tidak ada pelanggaran bagi Sobhita."

Pelanggaran keempat yang mengharuskan pengusiran selesai.

"Para mulia, empat aturan tentang pengusiran telah dibacakan. Jika seorang bhikkhu melakukan salah satu darinya, maka ia tidak lagi menjadi bagian dari komunitas para bhikkhu. Seperti sebelumnya, demikian pula sesudahnya: ia diusir dan dikeluarkan dari komunitas. Sehubungan dengan hal ini aku bertanya kepada kalian, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk kedua kalinya aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Untuk ketiga kalinya aku bertanya, 'Apakah kalian murni dalam hal ini?' Kalian murni dalam hal ini dan oleh karena itu berdiam diri. Aku akan mengingatnya demikian."

Pelanggaran-pelanggaran yang mengharuskan pengusiran selesai.

Berikut ini adalah rangkumannya:

"Hubungan seksual, dan mencuri,
Orang, melampaui manusia—;
Empat pelanggaran yang mengharuskan pengusiran,
Dasar pasti untuk pemutusan."

BAB TENTANG PELANGGARAN-PELANGGARAN YANG MENGHARUSKAN PENGUSIRAN SELESAI

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Saṅghādisesa 1
« Reply #26 on: 14 September 2022, 04:52:45 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 1. Aturan Latihan tentang Mengeluarkan Mani

Para Mulia, tiga belas aturan tentang penskorsan ini akan dibacakan.

Kisah Asal-mula

Sub-kisah pertama

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada waktu itu Yang Mulia Seyyasaka merasa tidak puas dengan kehidupan spiritual. Ia menjadi kurus, lesu, dan pucat, dengan urat-urat menonjol di sekujur tubuhnya. Yang Mulia Udāyī melihatnya dalam kondisi ini dan berkata kepadanya, "Seyyasaka, engkau tidak terlihat baik. Engkau merasa tidak puas dengan kehidupan spiritual, bukan?"
"Ya."
"Baiklah, makan, tidur, dan mandi sebanyak yang engkau kehendaki. Dan kapan pun engkau merasa tidak puas dan nafsu menguasaimu, bermasturbasilah dengan tanganmu." "Tetapi apakah itu diperbolehkan?"
"Ya, aku juga melakukannya."
Maka Seyyasaka makan, tidur, dan mandi sebanyak yang ia kehendaki, dan kapan pun ia merasa tidak puas dan nafsu menguasainya, ia bermasturbasi dengan tangannya. Setelah beberapa lama Seyyasaka memiliki wajah cerah dan berwarna baik, berkulit cerah, dan indria-indria yang tajam. Para bhikkhu yang adalah teman-temannya berkata kepadanya, "Seyyasaka, engkau dulu kurus, lesu, dan pucat, dengan urat-urat menonjol di sekujur tubuhmu. Tetapi sekarang engkau memiliki wajah cerah dan berwarna baik, berkulit cerah, dan indria-indria yang tajam. Apakah engkau minum obat?"
"Tidak. Aku hanya makan, tidur, dan mandi sebanyak yang kukehendaki, dan kapan pun aku merasa tidak puas dan nafsu menguasaiku, aku bermasturbasi dengan tanganku." "Apakah engkau memakan makanan yang diberikan dengan penuh keyakinan dengan tangan yang sama engkau bermasturbasi?"
"Ya."
Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritiknya, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Seyyasaka bermasturbasi dengan tangannya?"
Mereka menegur Seyyasaka dalam berbagai cara dan kemudian memberitahu Sang Buddha. Sang Buddha kemudian mengumpulkan Sangha dan menanyai Seyyasaka: "Benarkah, Seyyasaka, bahwa engkau melakukan hal ini?"
"Benar, Yang Mulia."
Sang Buddha menegurnya, "Orang dungu, tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau dapat melakukan hal ini? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu, bukan demi nafsu; demi kebebasan dari belenggu, bukan demi belenggu; demi tanpa menggenggam, bukan demi menggenggam? Ketika Aku telah mengajarkan dengan cara ini, bagaimana mungkin engkau dapat memilih nafsu, belenggu, dan menggenggam? Tidakkah Aku telah membabarkan ajaran-ajaran demi meluruhnya nafsu, demi membersihkan kemabukan, demi pelenyapan dahaga, demi mencabut kemelekatan, demi memotong lingkaran kelahiran kembali, demi menghentikan ketagihan, demi meluruhnya, demi berakhirnya, demi padamnya? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi ditinggalkannya kenikmatan-kenikmatan indria, demi pemahaman penuh pada persepsi kenikmatan indria, demi pelenyapan dahaga terhadap kenikmatan indria, demi eliminasi pemikiran kenikmatan indria, demi ditenangkannya demam kenikmatan indria? Orang dungu, hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang dan menyebabkan beberapa orang kehilangan keyakinan." Kemudian setelah menegur Seyyasaka dalam berbagai cara, Sang Buddha mencela sulitnya disokong ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan awal

'Mengeluarkan mani dengan sengaja adalah pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"
Dengan cara inilah Sang Buddha menetapkan aturan latihan ini untuk para bhikkhu.

Sub-kisah kedua

Tidak lama kemudian beberapa bhikkhu memakan makanan-makanan baik, jatuh tertidur dengan lengah dan lalai, dan mengeluarkan mani sewaktu bermimpi. Mereka menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan bahwa dengan sengaja mengeluarkan mani adalah pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. Kami mengeluarkan mani sewaktu bermimpi, yang bukannya tanpa sengaja. Mungkinkah bahwa kami telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan?" Mereka memberitahukan kepada Sang Buddha. "Memang benar, para bhikkhu, bahwa mimpi bukanlah tanpa sengaja, tetapi itu dapat diabaikan. Dan karena itu, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan akhir

'Mengeluarkan mani dengan sengaja, kecuali sewaktu bermimpi, adalah pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Disengaja:

dengan mengetahui, dengan sadar, setelah meniatkan, setelah memutuskan, ia melanggar.

Mani:

ada sepuluh jenis mani: biru, kuning, merah, putih, warna dadih, warna air, warna minyak, warna susu, warna dadih pekat, warna minyak samin.

Mengeluarkan:

membuatnya berpindah dari sumbernya—ini adalah apa yang disebut dengan "mengeluarkan".

Kecuali sewaktu bermimpi:

selain daripada yang terjadi sewaktu bermimpi.

Pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

hanya Sangha yang memberikan percobaan untuk pelanggaran itu, mengembalikan ke awal, memberikan masa percobaan, dan merehabilitasi—bukan beberapa bhikkhu, bukan satu individu. Oleh karena itu disebut "pelanggaran yang mengharuskan penskorsan". Ini adalah nama dan sebutan untuk kelompok pelanggaran ini. Oleh karena itu, juga disebut "pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".

Permutasi

Permutasi bagian 1

Rangkuman

Ia mengeluarkan dengan tubuhnya sendiri. Ia mengeluarkan dengan sesuatu yang eksternal. Ia mengeluarkan dengan tubuhnya sendiri dan dengan sesuatu yang eksternal. Ia mengeluarkan dengan menggoyang-goyangkan pinggulnya di udara.

Ia mengeluarkan karena ereksi yang diakibatkan oleh keinginan indria. Ia mengeluarkan karena ereksi yang disebabkan oleh kotoran tinja. Ia mengeluarkan karena ereksi yang disebabkan oleh air kencing. Ia mengeluarkan karena ereksi yang disebabkan oleh angin dalam usus. Ia mengeluarkan karena ereksi yang disebabkan oleh sengatan ulat.

Ia mengeluarkan demi kesehatan. Ia mengeluarkan demi kenikmatan. Ia mengeluarkan demi obat. Ia mengeluarkan demi suatu pemberian. Ia mengeluarkan demi jasa. Ia mengeluarkan demi pengorbanan. Ia mengeluarkan demi alam surga. Ia mengeluarkan demi benih. Ia mengeluarkan demi menyelidiki. Ia mengeluarkan demi bersenang-senang.

Ia mengeluarkan biru. Ia mengeluarkan kuning. Ia mengeluarkan merah. Ia mengeluarkan putih. Ia mengeluarkan warna dadih. Ia mengeluarkan warna air. Ia mengeluarkan warna minyak. Ia mengeluarkan warna susu. Ia mengeluarkan warna dadih pekat. Ia mengeluarkan warna minyak samin.

Definisi

Dengan tubuhnya sendiri:

dengan tubuh organiknya sendiri.

Dengan sesuatu yang eksternal:

dengan sesuatu yang organik atau non-organik, secara eksternal.

Dengan tubuhnya sendiri dan dengan sesuatu yang eksternal:

dengan keduanya.

Menggoyang-goyangkan pinggulnya di udara:

pada seseorang yang melakukan usaha di udara, alat kelaminnya menjadi ereksi.

Karena ereksi yang diakibatkan oleh keinginan indria:

pada seorang yang ditindas oleh keinginan indria, alat kelaminnya menjadi ereksi.

Karena ereksi yang disebabkan oleh kotoran tinja:

pada seorang yang ditekan oleh kotoran tinja, alat kelaminnya menjadi ereksi.

Karena ereksi yang disebabkan oleh air kencing:

pada seorang yang ditekan oleh air kencing, alat kelaminnya menjadi ereksi.

Karena ereksi yang disebabkan oleh angin dalam usus:

pada seorang yang ditekan oleh angin dalam usus, alat kelaminnya menjadi ereksi.

Karena ereksi yang disebabkan oleh sengatan ulat:

pada seorang yang disengat ulat, alat kelaminnya menjadi ereksi.

Demi kesehatan:

dengan berpikir, "Aku akan menjadi sehat."

Demi kenikmatan:

dengan berpikir, "Aku akan menghasilkan perasaan nikmat."

Demi obat:

dengan berpikir, "Akan menjadi obat."

Demi suatu pemberian:

dengan berpikir, "Aku akan memberikan suatu pemberian."

Demi jasa:

dengan berpikir, "Akan menjadi jasa."

Demi pengorbanan:

dengan berpikir, "Aku akan mempersembahkan pengorbanan."

Demi alam surga:

dengan berpikir, "Aku akan pergi ke alam surga."

Demi benih:

dengan berpikir, "Akan menjadi benih."

Demi menyelidiki:

dengan berpikir, "Akankah berwarna biru?", "Akankah berwarna kuning?", "Akankah berwarna merah?", "Akankah berwarna putih?", "Akankah berwarna dadih?", "Akankah berwarna air?", "Akankah berwarna minyak?", "Akankah berwarna susu?", "Akankah berwarna dadih pekat?", "Akankah berwarna minyak samin?"

Demi bersenang-senang:

ingin bermain.

Pembabaran bagian 1

Jika, dengan tubuhnya sendiri, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, dengan sesuatu yang eksternal, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, dengan tubuhnya sendiri dan dengan sesuatu yang eksternal, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, dengan menggoyang-goyangkan pinggulnya di udara, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, ketika terjadi ereksi yang diakibatkan oleh keinginan indria, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, ketika terjadi ereksi yang diakibatkan oleh tekanan kotoran tinja, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, ketika terjadi ereksi yang diakibatkan oleh tekanan air kencing, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, ketika terjadi ereksi yang diakibatkan oleh gas dalam usus, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, ketika terjadi ereksi yang diakibatkan oleh sengatan ulat, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Pembabaran bagian 2

Tujuan tunggal
Jika, demi kesehatan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi kenikmatan ... Jika, demi obat ... Jika, demi pemberian ... Jika, demi jasa ... Jika, demi pengorbanan ... Jika, demi alam surga ... Jika, demi benih ... Jika, demi menyelidiki ... Jika, demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Satu jenis mani

Jika ia meniatkan biru, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan kuning ... Jika ia meniatkan merah ... Jika ia meniatkan putih ... Jika ia meniatkan warna dadih ... Jika ia meniatkan warna air ... Jika ia meniatkan warna minyak ... Jika ia meniatkan warna susu ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat ... jika ia meniatkan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian dasar selesai.

Dua tujuan

Jika, demi kesehatan dan demi kenikmatan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi kesehatan dan demi obat ... Jika, demi kesehatan dan demi pemberian ... Jika, demi kesehatan dan demi jasa ... Jika, demi kesehatan dan demi pengorbanan ... Jika, demi kesehatan dan demi alam surga ... Jika, demi kesehatan dan demi benih ... Jika, demi kesehatan dan demi menyelidiki ... Jika, demi kesehatan dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tidak berkaitan yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Jika, demi kenikmatan dan demi obat, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi kenikmatan dan demi pemberian ... Jika, demi kenikmatan dan demi jasa ... Jika, demi kenikmatan dan demi pengorbanan ... Jika, demi kenikmatan dan demi alam surga ... Jika, demi kenikmatan dan demi benih ... Jika, demi kenikmatan dan demi menyelidiki ... Jika, demi kenikmatan dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi kenikmatan dan demi kesehatan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi obat dan demi pemberian ... Jika, demi obat dan demi jasa ... Jika, demi obat dan demi pengorbanan ... Jika, demi obat dan demi alam surga ... Jika, demi obat dan demi benih ... Jika, demi obat dan demi menyelidiki ... Jika, demi obat dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi obat dan demi kesehatan ... Jika, demi obat dan demi kenikmatan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi pemberian dan demi jasa ... Jika, demi pemberian dan demi pengorbanan ... Jika, demi pemberian dan demi alam surga ... Jika, demi pemberian dan demi benih ... Jika, demi pemberian dan demi menyelidiki ... Jika, demi pemberian dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi pemberian dan demi kesehatan ... Jika, demi pemberian dan demi kenikmatan ... Jika, demi pemberian dan demi obat, ia berniat dan berusaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi jasa dan demi pengorbanan ... Jika, demi jasa dan demi alam surga ... Jika, demi jasa dan demi benih ... Jika, demi jasa dan demi menyelidiki ... Jika, demi jasa dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi jasa dan demi kesehatan ... Jika, demi jasa dan demi kenikmatan ... Jika, demi jasa dan demi obat ... Jika, demi jasa dan demi pemberian, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi pengorbanan dan demi alam surga ... Jika, demi pengorbanan dan demi benih ... Jika, demi pengorbanan dan demi menyelidiki ... Jika, demi pengorbanan dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi pengorbanan dan demi kesehatan ... Jika, demi pengorbanan dan demi kenikmatan ... Jika, demi pengorbanan dan demi obat ... Jika, demi pengorbanan dan demi pemberian ... Jika, demi pengorbanan dan demi jasa, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi alam surga dan demi benih ... Jika, demi alam surga dan demi menyelidiki ... Jika, demi alam surga dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi alam surga dan demi kesehatan ... Jika, demi alam surga dan demi kenikmatan ... Jika, demi alam surga dan demi obat ... Jika, demi alam surga dan demi pemberian ... Jika, demi alam surga dan demi jasa ... Jika, demi alam surga dan demi pengorbanan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi benih dan demi menyelidiki ... Jika, demi benih dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi benih dan demi kesehatan ... Jika, demi benih dan demi kenikmatan ... Jika, demi benih dan demi obat ... Jika, demi benih dan demi pemberian ... Jika demi benih dan demi jasa ... Jika, demi benih dan demi pengorbanan ... Jika, demi benih dan demi alam surga, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi menyelidiki dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi menyelidiki dan demi kesehatan ... Jika, demi menyelidiki dan demi kenikmatan ... Jika, demi menyelidiki dan demi obat ... Jika, demi menyelidki dan demi pemberian ... Jika, demi menyelidiki dan demi jasa ... Jika, demi menyelidiki dan demi pengorbanan ... Jika, demi menyelidiki dan demi alam surga ... Jika, demi menyelidiki dan demi benih, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika, demi bersenang-senang dan demi kesehatan ... Jika, demi bersenang-senang dan demi kenikmatan ... Jika, demi bersenang-senang dan demi obat ... Jika, demi bersenang-senang dan demi pemberian ... Jika, demi bersenang-senang dan demi jasa ... Jika demi bersenang-senang dan demi pengorbanan ... Jika, demi bersenang-senang dan demi alam surga ... Jika, demi bersenang-senang dan demi benih ... Jika, demi bersenang-senang dan demi menyelidiki, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi berkaitan yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Tiga tujuan

Jika, demi kesehatan dan demi kenikmatan dan demi obat, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. ... Jika, demi kesehatan dan demi kenikmatan dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tidak berkaitan yang berdasarkan atas dua hal selesai.

Jika, demi kenikmatan dan demi obat dan demi pemberian, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. ... Jika, demi kenikmatan dan demi obat dan demi bersenang-senang ... Jika, demi kenikmatan dan demi obat dan demi kesehatan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi berkaitan yang berdasarkan atas dua hal secara ringkas selesai.

Jika, demi menyelidiki dan demi bersenang-senang dan demi kesehatan, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. ... Jika, demi menyelidiki dan demi bersenang-senang dan demi benih, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas dua hal selesai.

Empat hingga sembilan tujuan

Tiga hal, empat hal, lima hal, enam hal, tujuh hal, delapan hal, dan sembilan hal harus diuraikan dengan cara yang sama.

Sepuluh tujuan

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas semua hal:

Jika, demi kesehatan dan demi kenikmatan dan demi obat dan demi pemberian dan demi jasa dan demi pengorbanan dan demi alam surga dan demi benih dan demi menyelidiki dan demi bersenang-senang, ia berniat dan melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas semua hal selesai.

« Last Edit: 16 September 2022, 08:46:24 AM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Saṅghādisesa 1
« Reply #27 on: 14 September 2022, 04:54:49 PM »
Dua jenis mani

Jika ia meniatkan biru dan kuning, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan biru dan merah ... Jika ia meniatkan biru dan putih ... Jika ia meniatkan biru dan warna dadih ... Jika ia meniatkan biru dan warna air ... Jika ia meniatkan biru dan warna minyak ... Jika ia meniatkan biru dan warna susu ... Jika ia meniatkan biru dan warna dadih pekat ... Jika ia meniatkan biru dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tidak berkaitan yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Jika ia meniatkan kuning dan merah, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan kuning dan putih ... Jika ia meniatkan kuning dan warna dadih ... Jika ia meniatkan kuning dan warna air ... Jika ia meniatkan kuning dan warna minyak ... Jika ia meniatkan kuning dan warna susu ... Jika ia meniatkan kuning dan warna dadih pekat ... Jika ia meniatkan kuning dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan kuning dan biru, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi berkaitan yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Jika ia meniatkan merah dan putih, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan merah dan warna dadih ... Jika ia meniatkan merah dan warna air ... Jika ia meniatkan merah dan warna minyak ... Jika ia meniatkan merah dan warna susu ... Jika ia meniatkan merah dan warna dadih pekat ... Jika ia meniatkan merah dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan merah dan biru ... Jika ia meniatkan merah dan kuning, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan putih dan warna dadih ... Jika ia meniatkan putih dan warna air ... Jika ia meniatkan putih dan warna minyak ... Jika ia meniatkan putih dan warna susu ... Jika ia meniatkan putih dan warna dadih pekat ... Jika ia meniatkan putih dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan putih dan biru ... Jika ia meniatkan putih dan kuning ... Jika ia meniatkan putih dan merah, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna dadih dan warna air ... Jika ia meniatkan warna dadih dan warna minyak ... Jika ia meniatkan warna dadih dan warna susu ... Jika ia meniatkan warna dadih dan warna dadih pekat, ... Jika ia meniatkan warna dadih dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna dadih dan biru ... Jika ia meniatkan warna dadih dan kuning ... Jika ia meniatkan warna dadih dan merah ... Jika ia meniatkan warna dadih dan putih, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna air dan warna minyak ... Jika ia meniatkan warna air dan warna susu ... Jika ia meniatkan warna air dan warna dadih pekat ... Jika ia meniatkan warna air dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna air dan biru ... Jika ia meniatkan warna air dan kuning ... Jika ia meniatkan warna air dan merah ... Jika ia meniatkan warna air dan putih ... Jika ia meniatkan warna air dan warna dadih, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna minyak dan warna susu ... Jika ia meniatkan warna minyak dan warna dadih pekat... Jika ia meniatkan warna minyak dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna minyak dan biru ... Jika ia meniatkan warna minyak dan kuning ... Jika ia meniatkan warna minyak dan merah ... Jika ia meniatkan warna minyak dan putih ... Jika ia meniatkan warna minyak dan warna dadih ... Jika ia meniatkan warna minyak dan warna air, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna susu dan warna dadih pekat ... Jika ia meniatkan warna susu dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna susu dan biru ... Jika ia meniatkan warna susu dan kuning ... Jika ia meniatkan warna susu dan merah ... Jika ia meniatkan warna susu dan putih ... Jika ia meniatkan warna susu dan warna dadih ... Jika ia meniatkan warna susu dan warna air ... Jika ia meniatkan warna susu dan warna minyak, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan biru ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan kuning ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan merah ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan putih ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna dadih ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna air ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna minyak ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna susu, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna minyak samin dan biru, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan warna minyak samin dan kuning ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan merah ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan putih ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan warna dadih ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan warna air ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan warna minyak ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan warna susu ... Jika ia meniatkan warna minyak samin dan warna dadih pekat, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi berkaitan yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Tiga jenis mani

Jika ia meniatkan biru dan kuning dan merah, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan ... Jika ia meniatkan biru dan kuning dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan yang berdasarkan atas dua hal selesai.

Jika ia meniatkan kuning dan merah dan putih, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan ... Jika ia meniatkan kuning dan merah dan warna minyak samin ... Jika ia meniatkan kuning dan merah dan biru, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi berkaitan yang berdasarkan atas dua hal secara ringkas selesai.

Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna minyak samin dan biru, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. ... Jika ia meniatkan warna dadih pekat dan warna minyak samin dan warna susu, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas dua hal selesai.

Empat hingga sembilan jenis mani

Bagian yang berdasarkan atas tiga hal, empat hal, lima hal, enam hal, tujuh hal, delapan hal, dan sembilan hal harus diuraikan dengan cara yang sama.

Sepuluh jenis mani

Ini adalah bagian yang berdasarkan atas semua hal:

Jika ia meniatkan biru dan kuning dan merah dan putih dan warna dadih dan warna air dan warna minyak dan warna susu dan warna dadih pekat dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Bagian yang berdasarkan atas semua hal selesai.

Tujuan yang dikombinasikan dengan jenis-jenis mani

Jika ia berniat demi kesehatan dan biru, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia berniat demi kesehatan dan demi kenikmatan dan biru dan kuning, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia berniat demi kesehatan dan demi kenikmatan dan demi obat dan biru dan kuning dan merah, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

(Dengan cara inilah kedua aspek diperluas)

Jika ia berniat demi kesehatan dan demi kenikmatan dan demi obat dan demi pemberian dan demi jasa dan demi pengorbanan dan demi alam surga dan demi benih dan demi menyelidiki dan demi bersenang-senang dan biru dan kuning dan merah dan putih dan warna dadih dan warna air dan warna minyak dan warna susu dan warna dadih pekat dan warna minyak samin, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi campuran selesai.

Meniatkan satu jenis mani, mengeluarkan jenis lainnya

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan biru," melakukan usaha, dan kuning yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan biru," melakukan usaha, dan merah yang keluar ... putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi yang tidak berkaitan selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan kuning," melakukan usaha, dan merah yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan kuning," melakukan usaha, dan putih yang keluar ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin ... biru yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Dasar rangkaian permutasi berkaitan secara ringkas selesai.

... Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna minyak samin," melakukan usaha, dan biru yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna minyak samin," melakukan usaha, dan kuning yang keluar ... merah ... putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi inti selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan kuning," melakukan usaha, dan biru yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan merah ... putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin," melakukan usaha, dan biru yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran pertama selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan merah," melakukan usaha, dan kuning yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin ... biru," melakukan usaha, dan kuning yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran kedua selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan putih," melakukan usaha, dan merah yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat... warna minyak samin ... biru ... kuning," melakukan usaha, dan merah yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran ketiga selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan dadih," melakukan usaha, dan putih yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin ... biru ... kuning ... merah," melakukan usaha, dan putih yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran keempat selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna air," melakukan usaha, dan warna dadih yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin ... biru ... kuning ... merah ... putih," melakukan usaha, dan warna dadih yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran kelima selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna minyak," melakukan usaha, dan warna air yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna susu ... warna dadih pekat ... warna minyak samin ... biru ... kuning ... merah ... putih ... warna dadih," melakukan usaha, dan warna air yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran keenam selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna susu," melakukan usaha, dan warna minyak yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna dadih pekat ... warna minyak samin ... biru ... kuning ... merah ... putih ... warna dadih ... warna air," melakukan usaha, dan warna minyak yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran ketujuh selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna dadih pekat," melakukan usaha, dan warna susu yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna minyak samin ... biru ... kuning ... merah ... putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak," melakukan usaha, dan warna susu yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran kedelapan selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan warna minyak samin," melakukan usaha, dan warna dadih pekat yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan biru ... kuning ... merah ... putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu," melakukan usaha, dan warna dadih pekat yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran kesembilan selesai.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan biru," melakukan usaha, dan warna minyak samin yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia meniatkan, "aku akan mengeluarkan kuning ... merah ... putih ... warna dadih ... warna air ... warna minyak ... warna susu ... warna dadih pekat," melakukan usaha, dan warna minyak samin yang keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Rangkaian permutasi tambahan putaran kesepuluh selesai.

Rangkaian permutasi tambahan selesai.

Permutasi bagian 2

Jika ia berniat, melakukan usaha, dan mani keluar, maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Jika ia berniat, melakukan usaha, tetapi mani tidak keluar, maka ia melakukan pelanggaran serius.

Jika ia berniat, tetapi tidak melakukan usaha, namun mani keluar, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia berniat, tetapi tidak melakukan usaha, dan mani tidak keluar, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia tidak berniat, tetapi melakukan usaha, dan mani keluar, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia tidak berniat, tetapi melakukan usaha, namun mani tidak keluar, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia tidak berniat, juga tidak melakukan usaha, namun mani keluar, maka tidak ada pelanggaran.

Jika ia tidak berniat, juga tidak melakukan usaha, dan mani tidak keluar, maka tidak ada pelanggaran.

Tidak ada pelanggaran

Tidak ada pelanggaran: jika sewaktu bermimpi; jika tidak bertujuan untuk dikeluarkan; jika ia gila; jika ia kehilangan akal sehat; jika ia dikuasai oleh kesakitan; jika ia adalah pelaku pertama.

Syair rangkuman studi-studi kasus

"Mimpi, kotoran tinja, air kencing,
Pemikiran, dan dengan air hangat;
Obat, menggaruk, jalan setapak,
Kulup, sauna, pijat.
Sāmaṇera, dan tidur,
Paha, ditekan dengan kepalan tangan;
Di udara, kaku, menatap,
Lubang kunci, digosok dengan kayu.
Arus, lumpur, berlari,
Permainan lumpur, teratai;
Pasir, lumpur, menyiram,
Tempat tidur, dan dengan jempol."

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Saṅghādisesa 1
« Reply #28 on: 14 September 2022, 04:55:21 PM »
Studi Kasus

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mengeluarkan mani ketika bermimpi. Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan?" Ia memberitahu Sang Buddha, yang berkata, "Tidak ada pelanggaran jika terjadi sewaktu bermimpi."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang buang air besar, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak bertujuan untuk mengeluarkannya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang buang air kecil, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang memikirkan pemikiran indriawi, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran bagi seseorang sedang memikirkan pemikiran indriawi."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang mandi air hangat, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Apakah yang engkau pikirkan pada saat itu, bhikkhu?"
"Aku tidak bertujuan untuk mengeluarkannya, Yang Mulia."
"Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang mandi air hangat bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Engkau telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang mandi air hangat bertujuan untuk mengeluarkan, tetapi mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu terluka pada alat kelaminnya. Sewaktu sedang mengoleskan obat, mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu terluka pada alat kelaminnya. Ia mengoleskan obat dengan tujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menggaruk kantung kelaminnya, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menggaruk kantung kelaminnya dengan bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berjalan di sepanjang jalan setapak, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berjalan di sepanjang jalan setapak bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memegang kulupnya, membuang air kecil, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, dengan tujuan untuk mengeluarkan, memegang kulupnya, membuang air kecil, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang menghangatkan perutnya di dalam sauna, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, dengan tujuan untuk mengeluarkan, menghangatkan perutnya di dalam sauna, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memijat punggung penahbisnya di dalam sauna, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, bertujuan untuk mengeluarkan, memijat punggung penahbisnya di dalam sauna, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memijat pahanya, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, bertujuan untuk mengeluarkan, memijat pahanya, dan mani keluar ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, bertujuan untuk mengeluarkan, berkata kepada seorang sāmaṇera, "peganglah alat kelaminku." Si sāmaṇera memegang alat kelaminnya, dan bhikkhu itu mengeluarkan mani. Ia menjadi gelisah ... "Terjadi pelanggaran yang mengharuskan penskorsan."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memegang alat kelamin seorang sāmaṇera yang sedang tidur, dan bhikkhu itu mengeluarkan mani. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menjepit alat kelaminnya di antara pahanya bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menekan alat kelaminnya dengan kepalan tangannya bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menggoyang-goyangkan pinggulnya di udara bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membuat tubuhnya kaku, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu membuat tubuhnya kaku bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu penuh nafsu menatap alat kelamin seorang perempuan, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan. Tetapi engkau tidak boleh menatap alat kelamin seorang perempuan didorong oleh nafsu. Jika engkau melakukannya, maka engkau melakukan pelanggaran perbuatan salah."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memasukkan alat kelaminnya ke dalam sebuah lubang kunci bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menggosok alat kelaminnya dengan sepotong kayu bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mandi melawan arus, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu mandi melawan arus bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang bermain di lumpur, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang bermain di lumpur bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berlari di dalam air, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu berlari di dalam air bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang bermain lumpur di tepi curam sebuah sungai, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu, bertujuan untuk mengeluarkan, bermain lumpur di tepi curam sebuah sungai, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berlari di hutan teratai, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu sedang berlari di hutan teratai bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memasukkan alat kelaminnya ke dalam pasir bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu memasukkan alat kelaminnya ke dalam lumpur bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menyiramkan air ke alat kelaminnya, dan mani keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran jika seseorang tidak bertujuan untuk mengeluarkannya."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menyiramkan air ke alat kelaminnya bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menggosokkan alat kelaminnya pada tempat tidurnya bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah ... "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Pada suatu ketika seorang bhikkhu menggosok alat kelaminnya dengan jempolnya bertujuan untuk mengeluarkan, dan mani keluar. ... mani tidak keluar. Ia menjadi gelisah, dengan berpikir, "Sang Buddha telah menetapkan aturan latihan. Mungkinkah aku telah melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan?" Ia memberitahu Sang Buddha, yang berkata, "Tidak ada pelanggaran yang mengharuskan penskorsan, tetapi terjadi pelanggaran serius."

Aturan latihan tentang mengeluarkan mani, yang pertama, selesai.
« Last Edit: 14 September 2022, 05:00:11 PM by Indra »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Saṅghādisesa 2
« Reply #29 on: 14 September 2022, 04:56:15 PM »
Koleksi Theravāda tentang Hukum Monastik
Aturan Kebhikkhuan dan Analisisnya
Bab tentang Pelanggaran-Pelanggaran yang Mengharuskan Penskorsan

Saṅghādisesa 2. Aturan Latihan tentang Kontak Fisik

Kisah Asal-mula

Pada suatu ketika Sang Buddha sedang menetap di Sāvatthī di Hutan Jeta, Vihara Anāthapiṇḍika. Pada saat itu Yang Mulia Udāyī sedang berdiam di hutan belantara. Ia memiliki tempat kediaman yang indah dengan sebuah kamar di tengah dan koridor di segala sisi. Tempat tidur dan bangku dibuat dengan indah, dan air minum dan air untuk mencuci tersedia siap untuk dipakai. Halamannya disapu bersih. Banyak orang datang melihat tempat kediaman Udāyī.
Di antara mereka seorang brahmana tertentu dan istrinya. Mereka mendatangi Udāyī dan berkata, "Yang Mulia, kami ingin melihat tempat kediamanmu."

"Baiklah, brahmana, silakan melihat-lihat."

Udāyī mengambil kunci, membuka gerendel atas, membuka pintu, dan memasuki tempat kediaman itu. Sang brahmana mengikuti di belakangnya kemudian si nyonya brahmana. Sambil membuka beberapa jendela dan menutup yang lainnya, Udāyī berjalan di sekeliling ruangan dalam dan sampai di belakang sang nyonya brahmana, menyentuh seluruh tubuhnya. Kemudian sang brahmana mengucapkan terima kasih kepada Udāyī dan pergi.
Dan ia mengungkapkan kegembiraannya, "Para monastik Sakya ini yang menetap di hutan belantara sungguh luar biasa. Yang Mulia Udāyī sungguh luar biasa!"

Tetapi sang nyonya brahmana berkata, "Apa yang luar biasa padanya? Ia menyentuh seluruh tubuhku persis seperti engkau."

Kemudian sang brahmana mengeluhkan dan mengkritiknya, "Para monastik Sakya ini adalah para penipu yang tidak tahu malu dan tidak bermoral. Mereka mengaku memiliki integritas, hidup selibat dan berperilaku baik, jujur, bermoral, dan baik. Tetapi mereka tidak memiliki karakter baik seorang monastik atau seorang brahmana. Mereka telah tersesat! Bagaimana mungkin petapa Udāyī menyentuh seluruh tubuh istriku? Tidaklah mungkin untuk mengunjungi vihara atau tempat kediaman seorang bhikkhu bersama dengan istri dari sebuah keluarga terhormat, atau bersama dengan putri, gadis, menantu perempuan, atau budak perempuan dari keluarga terhormat. Jika kalian melakukannya, para monastik Sakya akan melecehkan mereka."

Para bhikkhu mendengar kritikan dari brahmana tersebut. Para bhikkhu yang memiliki sedikit keinginan mengeluhkan dan mengkritik Udāyī, "Bagaimana mungkin Yang Mulia Udāyī melakukan kontak fisik dengan seorang perempuan?"
Mereka memberitahukan kepada Sang Buddha. Kemudian Beliau mengumpulkan Sangha dan menanyai Udāyī:

"Benarkah, Udāyī, bahwa engkau melakukan hal ini?"

"Benar, Yang Mulia."

Sang Buddha menegurnya, "Orang dungu, tidaklah benar, tidaklah sepantasnya, tidaklah selayaknya bagi seorang monastik, tidak diperbolehkan, tidak boleh dilakukan. Bagaimana mungkin engkau melakukan hal ini? Tidakkah Aku telah membabarkan banyak ajaran demi kebebasan dari nafsu, bukan demi nafsu ... demi diamnya demam kenikmatan indria? Hal ini akan mempengaruhi keyakinan banyak orang ..." ... "Dan, para bhikkhu, aturan latihan ini harus dibacakan sebagai berikut:

Aturan Akhir

'Jika seorang bhikkhu, dengan dikuasai oleh nafsu dan dengan pikiran menyimpang, melakukan kontak fisik dengan seorang perempuan—memegang tangan atau rambutnya, atau menyentuh bagian tubuh yang manapun—maka ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.'"

Definisi

Seorang:

siapa pun ...

Bhikkhu:

... Seorang bhikkhu yang telah diberikan penahbisan penuh oleh Sangha yang sepakat melalui prosedur sah yang terdiri dari satu usul dan tiga pengumuman yang tidak dapat dibatalkan dan lengkap – bhikkhu jenis inilah yang dimaksudkan dalam kasus ini.

Dikuasai oleh nafsu:

memiliki nafsu, merindukan, jatuh cinta pada.

Menyimpang:

Pikiran bernafsu adalah menyimpang. Pikiran marah adalah menyimpang. Pikiran bodoh adalah menyimpang. Tetapi dalam kasus ini "menyimpang" merujuk pada pikiran bernafsu.

Seorang perempuan:

seorang perempuan manusia, bukan makhluk halus perempuan, bukan hantu perempuan, bukan binatang betina; bahkan seorang bayi perempuan yang terlahir pada hari itu, apalagi yang lebih tua.

Dengan:

bersama.

Melakukan kontak fisik:

perbuatan salah adalah apa yang dimaksudkan.

Tangan:

dari siku hingga ujung kuku.

Rambut:

hanya rambut; atau rambut dengan pengikatnya, dengan kalung bunga, dengan koin emas, dengan emas, dengan mutiara, atau dengan permata.

Bagian tubuh yang manapun:

bagian apa pun selain daripada tangan dan rambut disebut "bagian tubuh yang mana pun".

Rangkuman

Kontak fisik, menjamah, menepuk ke bawah, menepuk ke atas, menarik ke bawah, mengangkat, menarik, mendorong, meremas, menekan, memegang, menyentuh.

Sub-definisi

Kontak fisik:

hanya kontak fisik.

Menjamah:

menjamah sana-sini.

Menepuk ke bawah:

menurunkan.

Menepuk ke atas:

menaikkan.

Menarik turun:

membungkuk.

Mengangkat:

menaikkan.

Menarik:

mendekatkan.

Mendorong:

menjauhkan.

Meremas:

memegang bagian tubuh dan kemudian menekan.

Menekan:

menekan dengan sesuatu.

Memegang:

hanya memegang.

Menyentuh:

hanya sentuhan.

Ia melakukan pelanggaran yang mengharuskan penskorsan:

... Oleh karena itu, juga, ini disebut "pelanggaran yang mengharuskan penskorsan".

Permutasi

Permutasi bagian 1

Melakukan kontak langsung dengan seseorang atau binatang: tubuh dengan tubuh

Itu adalah seorang perempuan, ia menyadarinya sebagai seorang perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya, menepuknya ke bawah, menepuknya ke atas, menariknya ke bawah, mengangkatnya, menariknya, mendorongnya, meremasnya, menekannya, memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Itu adalah seorang perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius.

Itu adalah seorang perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius.

Itu adalah seorang perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius.

Itu adalah seorang perempuan, tetapi ia menyadarinya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius.

Itu adalah seorang paṇḍaka, ia menyadarinya sebagai seorang paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran serius.

Itu adalah seorang paṇḍaka, tetapi ia tidak dapat memastikannya, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadarinya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang laki-laki, ia menyadarinya sebagai seorang laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan laki-laki itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang laki-laki, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Itu adalah seorang laki-laki, tetapi ia menyadarinya sebagai binatang ... Itu adalah seorang laki-laki, tetapi ia menyadarinya sebagai perempuan ... Itu adalah seorang laki-laki, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang paṇḍaka,, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan laki-laki itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seekor binatang, ia menyadarinya sebagai seekor binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan binatang itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seekor binatang, tetapi ia tidak dapat memastikannya ... Itu adalah seekor binatang, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang perempuan ... Itu adalah seekor binatang, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang paṇḍaka ... Itu adalah seekor binatang, tetapi ia menyadarinya sebagai seorang laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan binatang itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamahnya ... memegangnya, menyentuhnya, maka ia melakukan satu pelanggaran perbuatan salah.

Bagian yang berdasarkan atas satu hal selesai.

Melakukan kontak langsung dengan dua makhluk berjenis sama: tubuh dengan tubuh

Itu adalah dua orang perempuan, ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran yang mengharuskan penskorsan.

Itu adalah dua orang perempuan, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran serius.

Itu adalah dua orang perempuan, tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua perempuan itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran serius.

Itu adalah dua orang paṇḍaka, ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran serius.

Itu adalah dua orang paṇḍaka, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua paṇḍaka itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah dua orang laki-laki, ia menyadari keduanya sebagai laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua laki-laki itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah dua orang laki-laki, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua laki-laki itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah dua ekor binatang, ia menyadari keduanya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua binatang itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah dua ekor binatang, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan kedua ekor binatang itu, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Melakukan kontak langsung dengan dua makhluk berbeda jenis: tubuh dengan tubuh

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran serius.

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seorang paṇḍaka, tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seorang laki-laki, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seorang laki-laki, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seekor binatang, tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran yang mengharuskan penskorsan dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang perempuan dan seekor binatang, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka dan seorang laki-laki, tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka dan seorang laki-laki, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka dan seekor binatang, tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan satu pelanggaran serius dan satu pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang paṇḍaka dan seekor binatang, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang laki-laki dan seekor binatang, tetapi ia menyadari keduanya sebagai laki-laki, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Itu adalah seorang laki-laki dan seekor binatang, tetapi ia tidak dapat memastikan keduanya ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai binatang... tetapi ia menyadari keduanya sebagai perempuan ... tetapi ia menyadari keduanya sebagai paṇḍaka, dan ia bernafsu. Jika bhikkhu itu melakukan kontak fisik dengan keduanya, tubuh dengan tubuh, jika ia menjamah mereka ... memegang mereka, menyentuh mereka, maka ia melakukan dua pelanggaran perbuatan salah.

Bagian yang berdasarkan atas dua hal selesai.

« Last Edit: 16 September 2022, 08:46:51 AM by Indra »

 

anything