iMO, Bebas aja deh.. Terserah.. Bukannya ini juga salah satu konsekuensi dari Buddhism yg terlalu bebas dan longgar?
Sayangnya oleh penerbit tidak ditaruh sebuah label fiksi sehingga banyak yg kurang mengerti Buddhism menjadi salah paham dgn cerita itu. Terlalu memanusiawikan Buddha Gotama.
But, sisi positipnya, at least bbrp orang jd lebih memahami buddhism, meski cerita itu asli ngasal banget
Bahkan sampe ada seorang pembaca yg mengirim sms pd saya, seorang wanita, yang mengaku bahwa sebelumnya dia berasal dr kalangan tidak baik-baik, sebut saja istilah ngetrennya j*b**y, yang setelah membaca cerita itu, menjadi lebih sadar dgn perbuatan salah dia. Uhm.. dia berasal dari agama tetangga dan merasa terinspirasi oleh cerita yg ada di komik Buddha.
Waktu itu cuman sempat console dia, dgn berkata bahwa masa lalu tidak perlu disesali. Gimana kita bs sadar dg kesalahan kita dan merubah menjadi lebih baek lg ke depannya. Karena seorang dikatakan Buddhis bukan melalui katepe, tetapi melalui hati dan perbuatannya.
Sayangnya, skrg tidak bs menghubunginya lagi. Jadi tidak tau perkembangannya gimana hehe..
So, berguna atau tidak, kembali ke individu masing2. Kalo quote dari samurai favorit aye, Miyamoto Musashi, ''dari 10.000 benda jika dicari ketidakgunaannya, maka semua adlh tidak berguna. Sebaliknya, dr 10.000 benda jika dicari kebergunaannya, maka semua adlh berguna."
Tentang gambar wanita topless di komik Buddha.
Waktu itu di koran <sindo Jakarta kalo ga salah> pernah dimuat artikel tentang ditemukan sebuah gambar lukisan di dinding dari jaman Sang Buddha. Dan memang di gambar itu banyak gambar2 wanita yg tidak berpakaian atas <topless>. Bisa jadi memang begitulah pada masa itu.
Apalagi pd wanita2 dari kasta bawah Sudra, Chandala, Pariah, pemulung, dll ke bwh..
Dan beberapa cerita dalam Sutta saya rasa cukup mengindikasikan bahwa memang zaman itu banyak wanita yg topless. Hanya saja saya kekurangan bukti, tidak mengingat.. maklum bkn tipitakadhara >.<
mettacittena