LIMA PULUH KE DUA
I. BRAHMANA
51 (1) Dua Brahmana (1)
Dua brahmana yang sepuh, tua, terbebani tahun demi tahun, lanjut usia, menjelang tahap akhir, berusia seratus dua puluh tahun, mendatangi Sang Bhagavā dan saling bertukar sapa dengan Beliau. Ketika mereka telah mengakhiri ramah tamah itu, mereka duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagavā:
“Kami adalah para brahmana, Guru Gotama, sudah sepuh, tua … berusia seratus dua puluh tahun. Tetapi kami belum pernah melakukan apa pun yang baik dan bermanfaat, juga kami tidak membuat naungan untuk diri kami sendiri. Sudilah Guru Gotama menasihati kami dan memberikan instruksi kepada kami yang mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan kami untuk waktu yang lama!”
“Memang benar, para brahmana, kalian sudah sepuh, tua, terbebani tahun demi tahun, lanjut usia, menjelang tahap akhir, berusia seratus dua puluh tahun, tetapi kalian belum pernah melakukan apa pun yang baik dan bermanfaat, juga kalian tidak membuat naungan untuk diri kalian sendiri. Sesungguhnya, dunia ini terhanyutkan oleh usia tua, penyakit, dan kematian. Tetapi walaupun dunia ini terhanyutkan oleh usia tua, penyakit, dan kematian, ketika seseorang meninggal dunia maka pengendalian-diri jasmani, ucapan, dan pikiran akan memberikan naungan, pelabuhan, dan pulau, perlindungan, dan penyokong.”
Kehidupan terhanyutkan, umur kehidupan singkat,
Tidak ada naungan bagi seorang yang telah berusia tua.
Melihat dengan jelas bahaya dalam kematian ini,
Seseorang harus melakukan perbuatan-perbuatan berjasa yang membawa kebahagiaan.<408>
Ketika seseorang meninggalkan [kehidupan ini],
Pengendalian diri atas jasmani, ucapan, dan pikiran,
Dan perbuatan-perbuatan berjasa yang ia lakukan selagi hidup,
Mengarah pada kebahagiaannya. [156]
52 (2) Dua Brahmana (2)
Dua brahmana yang sepuh, tua, terbebani dengan tahun demi tahun, lanjut usia, menjelang tahap akhir, berusia seratus dua puluh tahun, mendatangi Sang Bhagavā … dan berkata kepada Beliau:
“Kami adalah para brahmana, Guru Gotama, sudah sepuh, tua … berusia seratus dua puluh tahun. Tetapi kami belum pernah melakukan apa pun yang baik dan bermanfaat, juga kami tidak membuat naungan untuk diri kami sendiri. Sudilah Guru Gotama menasihati kami dan memberikan instruksi kepada kami yang mengarah pada kesejahteraan dan kebahagiaan kami untuk waktu yang lama!”
“Memang benar, para brahmana, kalian sudah sepuh, tua, terbebani dengan tahun demi tahun, lanjut usia, menjelang tahap akhir, berusia seratus dua puluh tahun, tetapi kalian belum pernah melakukan apa pun yang baik dan bermanfaat, juga kalian tidak membuat naungan untuk diri kalian sendiri. Sesungguhnya, dunia ini terbakar oleh usia tua, penyakit, dan kematian. Tetapi walaupun dunia ini terbakar oleh usia tua, penyakit, dan kematian, ketika seseorang meninggal dunia maka pengendalian-diri jasmani, ucapan, dan pikiran akan memberikan naungan, pelabuhan, dan pulau, perlindungan, dan penyokong.”
Ketika rumah seseorang terbakar
Perlengkapan yang dibawa keluar
Adalah yang berguna bagi kalian,
Bukan yang terbakar di dalam.
Oleh karena itu karena dunia ini terbakar
Oleh usia tua dan kematian,
Seseorang harus mengeluarkan dengan cara memberi:
Apa yang diberikan akan dibawa keluar dengan selamat.<409>
Ketika seseorang meninggalkan [kehidupan ini],
Pengendalian diri atas jasmani, ucapan, dan pikiran,
Dan perbuatan-perbuatan berjasa yang ia lakukan selagi hidup,
Mengarah pada kebahagiaannya.
53 (3) Seorang Brahmana Tertentu
Seorang brahmana mendatangi Sang Bhagavā … dan berkata kepada Beliau:
“Guru Gotama, dikatakan: ‘Suatu Dhamma yang terlihat secara langsung, suatu Dhamma yang terlihat secara langsung.’<410> Dengan cara bagaimanakah Dhamma itu terlihat secara langsung, segera, mengundang seseorang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana?”
(1) “Brahmana, seseorang yang tergerak oleh nafsu, dikendalikan oleh nafsu, dengan pikiran dikuasai oleh nafsu, [157] menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, dan penderitaan keduanya, dan ia mengalami penderitaan batin dan kesedihan. Tetapi ketika nafsu ditinggalkan, ia tidak menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, atau penderitaan keduanya, dan ia tidak mengalami penderitaan batin dan kesedihan. Dengan cara inilah Dhamma itu terlihat secara langsung …
(2) “Brahmana, seseorang yang penuh kebencian, dikendalikan oleh kebencian, dengan pikiran dikuasai oleh kebencian, menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, dan penderitaan keduanya, dan ia mengalami penderitaan batin dan kesedihan. Tetapi ketika kebencian ditinggalkan, ia tidak menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, atau penderitaan keduanya, dan ia tidak mengalami penderitaan batin dan kesedihan. Dengan cara ini juga, bahwa Dhamma itu terlihat secara langsung …
(3) “Brahmana, seseorang yang terdelusi, dikendalikan oleh delusi, dengan pikiran dikuasai oleh delusi, menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, dan penderitaan keduanya, dan ia mengalami penderitaan batin dan kesedihan. Tetapi ketika delusi ditinggalkan, ia tidak menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, atau penderitaan keduanya, dan ia tidak mengalami penderitaan batin dan kesedihan. Dengan cara ini juga, bahwa Dhamma itu terlihat secara langsung, segera, mengundang seseorang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana.”
“Bagus sekali, Guru Gotama! Bagus sekali, Guru Gotama! Guru Gotama telah menjelaskan Dhamma dalam banyak cara, seolah-olah menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat, atau menyalakan pelita dalam kegelapan agar mereka yang berpenglihatan baik dapat melihat bentuk-bentuk. Sekarang aku berlindung kepada Guru Gotama, kepada Dhamma, dan kepada Saṅgha para bhikkhu. Sudilah Guru Gotama menganggapku sebagai seorang umat awam yang telah berlindung sejak hari ini hingga seumur hidup.”
54 (4) Seorang Pengembara
Seorang brahmana tertentu mendatangi Sang Bhagavā … dan berkata kepada Beliau:
“Guru Gotama, dikatakan: ‘Suatu Dhamma yang terlihat secara langsung, suatu Dhamma yang terlihat secara langsung.’ Dengan cara bagaimanakah Dhamma itu terlihat secara langsung, segera, mengundang seseorang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana?”
(1) “Brahmana, seseorang yang tergerak oleh nafsu, dikendalikan oleh nafsu, dengan pikiran dikuasai oleh nafsu, menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, dan penderitaan keduanya, dan ia mengalami penderitaan batin dan kesedihan. Tetapi ketika nafsu ditinggalkan, ia tidak menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, atau penderitaan keduanya, dan ia tidak mengalami penderitaan batin dan kesedihan. [158] Seseorang yang tergerak oleh nafsu, dikendalikan oleh nafsu, dengan pikiran dikuasai oleh nafsu, melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Tetapi ketika nafsu ditinggalkan, ia tidak melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Seseorang yang tergerak oleh nafsu, dikendalikan oleh nafsu, dengan pikiran dikuasai oleh nafsu, tidak memahami sebagaimana adanya kebaikannya sendiri, kebaikan orang lain, atau kebaikan keduanya. Tetapi ketika nafsu ditinggalkan, ia memahami sebagaimana adanya kebaikannya sendiri, kebaikan orang lain, dan kebaikan keduanya. Dengan cara inilah Dhamma itu terlihat secara langsung … untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana.
(2) “Seseorang yang penuh kebencian …
(3) “Seseorang yang terdelusi, dikendalikan oleh delusi, dengan pikiran dikuasai oleh delusi, menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, dan penderitaan keduanya, dan ia mengalami penderitaan batin dan kesedihan. Tetapi ketika delusi ditinggalkan, ia tidak menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, atau penderitaan keduanya, dan ia tidak mengalami penderitaan batin dan kesedihan. Seseorang yang terdelusi, dikendalikan oleh delusi, dengan pikiran dikuasai oleh delusi, melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Tetapi ketika delusi ditinggalkan, ia tidak melakukan perbuatan buruk melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Seseorang yang terdelusi, dikendalikan oleh delusi, dengan pikiran dikuasai oleh delusi, tidak memahami sebagaimana adanya kebaikannya sendiri, kebaikan orang lain, atau kebaikan keduanya. Tetapi ketika delusi ditinggalkan, ia memahami sebagaimana adanya kebaikannya sendiri, kebaikan orang lain, dan kebaikan keduanya. Dengan cara ini juga, bahwa Dhamma itu terlihat secara langsung, segera, mengundang seseorang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana.”
“Bagus sekali, Guru Gotama! … Sudilah Guru Gotama menganggapku sebagai seorang umat awam yang telah berlindung sejak hari ini hingga seumur hidup.”
55 (5) Nibbāna
Brahmana Jāṇussoṇī mendatangi Sang Bhagavā … dan berkata kepada Beliau:
“Guru Gotama, dikatakan: ‘Nibbāna yang terlihat secara langsung, Nibbāna yang terlihat secara langsung.’ Dengan cara bagaimanakah Nibbāna terlihat secara langsung, segera, mengundang seseorang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana?” [159]
(1) “Brahmana, seseorang yang tergerak oleh nafsu, dikendalikan oleh nafsu, dengan pikiran dikuasai oleh nafsu, menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, dan penderitaan keduanya, dan ia mengalami penderitaan batin dan kesedihan. Tetapi ketika nafsu ditinggalkan, ia tidak menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, atau penderitaan keduanya, dan ia tidak mengalami penderitaan batin dan kesedihan. Dengan cara inilah Nibbāna terlihat secara langsung.
(2) “Brahmana, seseorang yang penuh kebencian …
(3) “Brahmana, seseorang yang terdelusi, dikendalikan oleh delusi, dengan pikiran dikuasai oleh delusi, menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, dan penderitaan keduanya, dan ia mengalami penderitaan batin dan kesedihan. Tetapi ketika delusi ditinggalkan, ia tidak menghendaki penderitaannya sendiri, penderitaan orang lain, atau penderitaan keduanya, dan ia tidak mengalami penderitaan batin dan kesedihan. Dengan cara ini juga, bahwa Nibbāna terlihat secara langsung.
“Ketika, Brahmana, seseorang mengalami hancurnya nafsu tanpa sisa, hancurnya kebencian tanpa sisa, hancurnya delusi tanpa sisa, maka dengan cara ini juga, Nibbāna itu terlihat secara langsung, segera, mengundang seseorang untuk datang dan melihat, dapat diterapkan, untuk dialami secara pribadi oleh para bijaksana.”
“Bagus sekali, Guru Gotama! … Sudilah Guru Gotama menganggapku sebagai seorang umat awam yang telah berlindung sejak hari ini hingga seumur hidup.”
56 (6) Berkurangnya Populasi
Seorang brahmana kaya mendatangi Sang Bhagavā … dan berkata kepada Beliau:
“Guru Gotama, aku telah mendengar para brahmana yang lebih tua yang berusia lanjut, terbebani tahun demi tahun, guru-guru dari para guru, mengatakan: ‘Di masa lalu dunia ini berpopulasi sangat padat sehingga seseorang mungkin berpikir bahwa tidak ada jarak antara orang-orang. Desa-desa, pemukiman-pemukiman, dan kota-kota besar begitu berdekatan sehingga ayam-ayam jantan dapat menerbangi antara tempat-tempat itu.’<411> Mengapakah, Guru Gotama, pada masa sekarang ini jumlah penduduk berkurang, pengurangan populasi terlihat,<412> dan desa-desa, [160] pemukiman-pemukiman, kota-kota, dan daerah-daerah telah lenyap?”<413>
(1) “Pada masa sekarang, Brahmana, orang-orang tergerak oleh nafsu terlarang, dikuasai oleh keserakahan yang tidak selayaknya, didera oleh Dhamma palsu.<414> Sebagai akibatnya, mereka mengambil senjata-senjata dan saling membunuh satu sama lain. Karena itu banyak orang yang mati. Ini adalah alasan mengapa pada masa sekarang ini jumlah penduduk berkurang, berkurangnya populasi terlihat, dan desa-desa, pemukiman-pemukiman, kota-kota, dan daerah-daerah telah lenyap.
(2) “Kemudian, pada masa sekarang, Brahmana, orang-orang tergerak oleh nafsu terlarang, dikuasai oleh keserakahan yang tidak selayaknya, didera oleh Dhamma palsu. Ketika hal ini terjadi, hujan yang turun tidak mencukupi. Sebagai akibatnya, bencana kelaparan terjadi. Karena itu banyak orang yang mati. Ini adalah alasan lain mengapa pada masa sekarang ini jumlah penduduk berkurang, berkurangnya populasi terlihat, dan desa-desa, pemukiman-pemukiman, kota-kota, dan daerah-daerah telah lenyap.
(3) “Kemudian, pada masa sekarang, Brahmana, orang-orang tergerak oleh nafsu terlarang, dikuasai oleh keserakahan yang tidak selayaknya, didera oleh Dhamma palsu. Ketika hal ini terjadi, para yakkha melepaskan makhluk-makhluk buas.<415> Karena itu banyak orang yang mati. Ini adalah alasan lain lagi mengapa pada masa sekarang ini jumlah penduduk berkurang, pengurangan populasi terlihat, dan desa-desa, pemukiman-pemukiman, kota-kota, dan daerah-daerah telah lenyap.
“Bagus sekali, Guru Gotama! … Sudilah Guru Gotama menganggapku sebagai seorang umat awam yang telah berlindung sejak hari ini hingga seumur hidup.”
57 (7) Vaccha
Pengembara Vacchagotta mendatangi Sang Bhagavā … dan berkata kepada Beliau:
“Guru Gotama, aku telah mendengar: ‘Petapa Gotama mengatakan: “Dana harus diberikan hanya kepadaKu, [161] bukan kepada orang lain, dana harus diberikan hanya kepada para siswaKu, bukan kepada para siswa orang lain. Hanya apa yang diberikan keapadaKu yang sangat berbuah, bukan apa yang diberikan kepada orang lain; hanya apa yang diberikan keapada para siswaKu yang sangat berbuah, bukan apa yang diberikan kepada para siswa orang lain.”’ Apakah mereka mengatakan apa yang telah dikatakan oleh Guru Gotama dan tidak salah menginterpretasikan Beliau dengan apa yang bertentangan dengan fakta? Apakah mereka menjelaskan sesuai Dhamma sehingga mereka tidak menimbulkan kritik yang logis atau dasar bagi celaan?<416> Karena kami tidak ingin salah menginterpretasikan Guru Gotama.”
“Mereka, Vaccha, yang mengatakan: ‘Petapa Gotama mengatakan: “Dana harus diberikan hanya kepadaKu … ; hanya apa yang diberikan keapada para siswaKu yang sangat berbuah, bukan apa yang diberikan kepada para siswa orang lain.”’ Tidak mengatakan apa yang telah dikatakanKu melainkan salah menginterpretasikan Aku dengan apa yang bertentangan dengan fakta. Seorang yang mencegah orang lain memberikan dana menciptakan rintangan dan halangan bagi tiga orang. Siapakah tiga ini? Ia menciptakan sebuah rintangan kepada si penyumbang untuk memperoleh jasa, kepada penerima untuk memperoleh pemberian, dan ia telah mencelakai dan melukai dirinya sendiri. Seorang yang mencegah orang lain memberikan dana menciptakan rintangan dan halangan bagi ketiga orang ini.
“Tetapi, Vaccha, Aku katakan bahwa seseorang akan memperoleh jasa bahkan jika ia membuang air pencuci piring ke dalam tempat sampah atau saluran pembuangan dengan pikiran: ‘Semoga makhluk-makhluk hidup di sini bertahan hidup dengan ini!’ Apalagi, [jasa yang diperoleh seseorang] ketika ia memberikan kepada manusia! Akan tetapi, Aku katakan bahwa apa yang diberikan kepada seseorang yang berperilaku bermoral adalah lebih berbuah daripada [apa yang diberikan] kepada seorang yang tidak bermoral. Dan [penerima yang paling baik] adalah seorang yang telah meninggalkan lima faktor dan memiliki lima faktor.
“Lima faktor apakah yang telah ia tinggalkan? Keinginan indria, niat buruk, ketumpulan [162] dan kantuk, kegelisahan dan penyesalan, dan keragu-raguan. Ini adalah kelima faktor yang telah ia tinggalkan.
“Dan lima faktor apakah yang ia miliki? Perilaku bermoral, konsentrasi, kebijaksanaan, kebebasan, dan pengetahuan dan penglihatan pada kebebasan dari seorang yang melampaui latihan. Ini adalah kelima faktor yang ia miliki.
Di antara sapi-sapi dari berbagai jenis,
Apakah hitam, putih, merah, atau keemasan,
Bebercak, sewarna, atau berwarna-merpati,
Sapi jantan yang jinak dilahirkan,
Sapi yang dapat mengangkat beban,
Memiliki kekuatan, berjalan dengan kecepatan baik.
Mereka mengikatkan beban hanya padanya;
Mereka tidak peduli akan warnanya.
Demikian pula di antara manusia
Adalah dalam jenis kelahiran apa pun –
Di antara para khattiya, brahmana, vessa,
Sudda, caṇḍala, atau pemungut sampah –
Di antara berbagai jenis orang
Orang yang jinak yang berperilaku baik dilahirkan:
Seorang yang teguh dalam Dhamma, bermoral dalam perilaku,
Jujur dalam ucapan, memiliki rasa malu bermoral;
Seorang yang telah meninggalkan kelahiran dan kematian,
Sempurna dalam kehidupan spiritual,
Dengan beban diturunkan, terlepas,
Yang telah menyelesaikan tugasnya, bebas dari noda-noda;
Yang telah melampaui segala sesuatu [di dunia]
Dan melalui ketidak-melekatan telah mencapai nibbāna:
Sebuah persembahan adalah sungguh besar
Ketika ditanamkan dalam lahan yang tak bernoda.
Orang-orang dungu yang hampa dari pemahaman,
Dengan kecerdasan-tumpul, tidak terpelajar,
Tidak melayani orang-orang suci<417>
Tetapi memberikan pemberian-pemberian mereka kepada orang-orang di luar itu.
Akan tetapi, mereka yang melayani orang-orang mulia,
Melayani orang-orang bijaksana dihargai sebagai orang bijaksana,<418>
Dan mereka yang berkeyakinan pada Yang Sempurna
Tertanam dalam dan kokoh berdiri,
Pergi ke alam para deva
Atau terlahir di sini dalam keluarga yang baik.
Maju dalam langkah demi langkah berturut-turut,
Para bijaksana itu mencapai nibbāna. [163]