学佛反而堕落
Menekuni Buddhisme Namun Malah Makin Merosot
source : Tripitaka 1494
۞ 爾時文殊師利法王子白佛言。世尊。云何布施持戒忍辱精進禪定智慧是障礙法。
Kemudian, Pangeran Dharma Manjusri bertanya kepada Sang Buddha :
"Bhagavan, kenapa dana-sila-ksanti (kesabaran) - virya (ketekunan) - dhyana (meditasi) dan Prajna (kebijaksanaan Agung) adalah rintangan ?"
۞ 佛告文殊師利法王子。一切諸法性無障礙。而諸凡夫愚小無智自生分別。於布施持戒忍辱精進禪定智慧而作障礙。
Buddha memberitahu Pangeran Dharma Manjusri : "Hakekat sejati sarvadharma adalah tiada rintangan, namun insan awam yang tidak berpengetahuan dirinya sendiri menciptakan perbedaan, sehingga dana-sila-ksanti-virya-dhyana dan Prajna bisa menjadi sebuah rintangan bagi dirinya sendiri."
۞ 所以者何。文殊師利。凡愚之人行布施時。於慳眾生不生恭敬。以不恭敬便生瞋心。以瞋心故墮大地獄。
"Oleh karena itulah wahai Manjusri, saat insan awam yang dungu melakukan perbuatan berdana, dia akan kehilangan rasa menghargai terhadap orang yang pelit, oleh karena tidak ada rasa menghargai maka timbullah kebencian dari dalam hatinya, karena timbul kebencian maka ia merosot kedalam neraka besar."
۞ 身自持戒。見犯戒者而生輕慢。說其過惡令他聞之生不恭敬。以不恭敬故墮於惡趣。
"Dirinya sendiri mentaati sila, namun pada saat berjumpa dengan orang yang melanggar sila, timbul rasa angkuh dan meremehkan, menyebarkan kesalahan kesalahannya supaya orang lain yang mendengar juga ikut tidak menghargai pelanggar sila tersebut, oleh karena kehilangan rasa menghargai, maka merosotlah ia ke alam rendah."
۞ 自修忍辱。以忍辱故而生高心。我是忍辱餘人麤惡。以是忍故而生放逸。當知即是眾罪之本。
"Diri sendiri menekuni ksanti (kesabaran), oleh karena ia mampu bersabar maka timbullah rasa tinggi hati seperti ini : Aku adalah orang yang mampu bersabar, sedangkan orang - orang itu adalah orang biadab yang tidak punya kesabaran. Maka, kesabaran malah membuatnya lengah (sehingga tinggi hati), ketahuilah bahwa hal ini adalah akar dari semua pelanggaran."
۞ 自行精進。於懈怠者生如是念。如此愚人不應食他信施供養。乃至不應受一飲水。常於己身而起貢高卑下他人。當知是輩愚小無智。
"Dirinya mempraktekkan ketekunan, berjumpa dengan pemalas, dia berpikir demikian : Pemalas seperti itu seharusnya tidak pantas memakan pemberian orang, bahkan seharusnya menerima seteguk air-pun tidak pantas. Setiap dia memikirkan diri sendiri selalu timbul keangkuhan dan memandang rendah pada orang lain, ketahuilah bahwa ini merupakan perbuatan dungu dan tidak berpengetahuan."
۞ 自行禪定。見亂想者發如是念。我常修定。其餘比丘多諸亂心說於邪論。如此之人去道尚遠。何能得佛。作是念時隨所起念一念一劫還受生死。受生死已甫當更修菩提之道。
"Dirinya menekuni dhyana (meditasi), saat berjumpa dengan orang yang masih berpikiran kacau, dia berpikir : <Aku ini selalu latihan meditasi, bhiksu yang lain batinnya masih kacau, semua yang dibabarkan mereka adalah sesat. Orang yang seperti itu, masih sangat jauh dengan jalan kebenaran, bagaimana mungkin bisa mencapai Kebuddhaan. > Saat ia berpikiran demikian, mengikuti tiap pikiran yang timbul merupakan satu kalpa menerima kembali kelahiran dan kematian, setelah mengalami kelahiran dan kematian, dia masih harus kembali lagi menekuni jalan Bodhi."
۞ 自恃多聞。於無名法以不真智妄生分別。見有所得起大憍慢。我說是輩是大愚癡無智之人。諸覺所覆非是大人。雖復志求大乘之道。作如是言。我當於世為最為勝。而於聲聞小乘之人不生恭敬。輕慢惡賤說其過罪。以其惡心說麤語故而墮惡趣。
"Diri sendiri merasa banyak pengetahuan, terhadap Dharma yang tidak diketahuinya ia akan sembarangan membeda bedakan, melihat dirinya punya kelebihan timbullah kesombongan besar. Ketahuilah bahwa orang yang demikian sesungguhnya adalah sangat dungu dan tidak berpengetahuan, dia ditutupi oleh banyak perolehannya sendiri dan dia bukanlah seorang yang agung. Meskipun ia mendalami jalan Mahayana, namun dia mengatakan demikian : <Aku ini yang paling hebat dan paling unggul.> Ia tidak akan menghargai orang orang dari Sravakayana. Meremehkan mereka, memandang rendah dan membicarakan kesalahan kesalahannya, dengan penuh kebencian akhirnya ia mengeluarkan ucapan kasar dan menyakitkan, oleh karena itulah ia pasti merosot ke alam rendah."
۞ 爾時文殊師利法王子白佛言。世尊。菩薩不應於佛法中妄宣人惡。佛言。如是如是。文殊師利。於意云何。菩薩豈不於諸眾生常起慈心憐愍愛念。不以惡眼而視之耶。文殊師利言。如是世尊。
Kemudian Pangeran Dharma Manjusri berkata kepada Sang Buddha :
"Bhagavan, benar sekali bahwa seorang Bodhisattva tidak seharusnya menggunakan Buddha Dharma untuk menjelek jelekkan orang lain."
Buddha menjawab : "Tepat sekali , tepat sekali wahai Manjusri, kenapa demikian ? Bukankah seorang Bodhisattva seharusnya senantiasa berwelas asih dan mengasihani para insan. Bukan malahan memandang para insan dengan penuh kebencian dan rasa muak."
Manjusri menjawab, "Tepat sekali, Sang Bhagavan."