//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Demokrasi dalam Agama Buddha  (Read 5876 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline aryaputra

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 155
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Demokrasi dalam Agama Buddha
« on: 24 April 2012, 08:52:36 AM »
Jika demokrasi dipahami dalam pengertian yg dalam dan luas, maka demokrasi dapat dimasukkan dalam lingkup pemikiran mengenai kebebasan berpikir.
Ajaran Buddha mengenai toleransi, pemikiran mengenai diskusi, kebebasan memilih yg luar biasa, persamaan, tanpa kekerasan, ketidak kekalan. Pemikiran tersebut mengandung sifat demokrasi menyangkut isi dan maksudnya.

Saat mengajarkan hal yg dapat mencegah kemerosotan kepada kaum Vajji, Sang Buddha berkata kepada Ananda,
"Ananda, apakah engkau mendengar bahwa kaum Vajji sering dan rutin mengadakan permusyarawaratan?"
"Demikianlah yang telah saya dengar Yang Mulia."
"Ananda, selama kaum Vajji sering dan rutin mengadakan permusyawaratan, mereka diharapkan untuk menjadi makmur dan tidak merosot. Apakah engkau mendengar bahwa kaum Vajji berkumpul dan bubar secara damai dengan rukun, dan menangani urusannya dengan rukun?"
"Demikianlah yang telah saya dengar Yang Mulia."
"Ananda, selama kaum Vajji berkumpul dengan rukun, bubar dengan rukun, dan menangani urusannya dengan rukun, mereka dapat diharapkan untuk menjadi makmur dan tidak merosot"

Agama Buddha banyak membicarakan kebebasan berpikir.

Buddha berkata," Aku telah mengarahkanmu pada kebebasan, kebenaran itu harus direalisasi sendiri. Para Buddha hanya menunjukkan jalannya."

Ajaran ini hanya mengandung satu rasa, yaitu kekebasan.

 _/\_


agak sulit untuk memahami bagaimana dunia ini ada tanpa suatu sebab pertama. TETAPI JAUH LEBIH SULIT UNTUK MEMAHAMI BAGAIMANA MUNGKIN SEBAB PERTAMA ITU BISA ADA PADA AWALNYA

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Demokrasi dalam Agama Buddha
« Reply #1 on: 24 April 2012, 09:55:00 AM »
Kebebasan yg dimaksud dalam Buddhisme, yg saya pahami dari sutta2 adalah bermakna kebebasan dari penderitaan, kebebasan dari noda-noda LDM, kebebasan dari samsara. bukan dalam makna demokrasi.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Demokrasi dalam Agama Buddha
« Reply #2 on: 24 April 2012, 04:16:23 PM »
Kebebasan yg dimaksud dalam Buddhisme, yg saya pahami dari sutta2 adalah bermakna kebebasan dari penderitaan, kebebasan dari noda-noda LDM, kebebasan dari samsara. bukan dalam makna demokrasi.

sepertinya demikian
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline aryaputra

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 155
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Demokrasi dalam Agama Buddha
« Reply #3 on: 25 April 2012, 07:53:05 PM »
Menurut saya, pada Kalama Sutta mempunyai maksud bahwa kita mempunyai kebebasan untuk menyelidiki dan menilai   mana yg benar menurut kita sebelum menentukan ajaran/ agama yg akan kita anut.
Dalam Dhammapada 165 juga menyatakan kebebasan pilihan pikiran kita untuk menentukan hendak menempuh hidup suci atau tidak.
Dalam Udumbarika-Sihanada Sutta, Sang Buddha tidak berharap untuk mengubah cara hidup atau menjadikan mengubah  pandangan murid dan gurunya yg lama. Tetapi Beliau mengajarkan Dharma yg akan menyingkirkan kotoran batin dan menimbulkan kesucian, itu menunjukkan kebebasan pikiran untuk memilih.
Saya berpendapat bahwa ajaran Sang Buddha dalam kebebasan selain:
Kebebasan yg dimaksud dalam Buddhisme, yg saya pahami dari sutta2 adalah bermakna kebebasan dari penderitaan, kebebasan dari noda-noda LDM, kebebasan dari samsara. bukan dalam makna demokrasi.
  Juga tentang kebebasan kita untuk memlih / menentukan pilihan kita _/\_
agak sulit untuk memahami bagaimana dunia ini ada tanpa suatu sebab pertama. TETAPI JAUH LEBIH SULIT UNTUK MEMAHAMI BAGAIMANA MUNGKIN SEBAB PERTAMA ITU BISA ADA PADA AWALNYA

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Demokrasi dalam Agama Buddha
« Reply #4 on: 25 April 2012, 08:24:33 PM »
Menurut saya, pada Kalama Sutta mempunyai maksud bahwa kita mempunyai kebebasan untuk menyelidiki dan menilai   mana yg benar menurut kita sebelum menentukan ajaran/ agama yg akan kita anut.
Dalam Dhammapada 165 juga menyatakan kebebasan pilihan pikiran kita untuk menentukan hendak menempuh hidup suci atau tidak.
Dalam Udumbarika-Sihanada Sutta, Sang Buddha tidak berharap untuk mengubah cara hidup atau menjadikan mengubah  pandangan murid dan gurunya yg lama. Tetapi Beliau mengajarkan Dharma yg akan menyingkirkan kotoran batin dan menimbulkan kesucian, itu menunjukkan kebebasan pikiran untuk memilih.
Saya berpendapat bahwa ajaran Sang Buddha dalam kebebasan selain:   Juga tentang kebebasan kita untuk memlih / menentukan pilihan kita _/\_

bebas memilih apa saja dan dipilih oleh siapa saja, memang semboyan demokrasi dan adalah hal biasa.
bebas dari kekotoran batin adalah hal yang luar biasa.
Dan tujuan ajaran sang Buddha adalah secepatnya bebas dari kekotoran batin, bukan bebas dipilih dan memilih dalam hal demokrasi.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline aryaputra

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 155
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Demokrasi dalam Agama Buddha
« Reply #5 on: 25 April 2012, 09:25:11 PM »
bebas memilih apa saja dan dipilih oleh siapa saja, memang semboyan demokrasi dan adalah hal biasa.
bebas dari kekotoran batin adalah hal yang luar biasa.
Dan tujuan ajaran sang Buddha adalah secepatnya bebas dari kekotoran batin, bukan bebas dipilih dan memilih dalam hal demokrasi.

Jika demokrasi dipahami dalam pengertian yg dalam dan luas, maka demokrasi dapat dimasukkan dalam lingkup pemikiran mengenai kebebasan berpikir.
Ajaran Buddha mengenai toleransi, pemikiran mengenai diskusi, kebebasan memilih yg luar biasa, persamaan, tanpa kekerasan, ketidak kekalan. Pemikiran tersebut mengandung sifat demokrasi menyangkut isi dan maksudnya.
 _/\_
agak sulit untuk memahami bagaimana dunia ini ada tanpa suatu sebab pertama. TETAPI JAUH LEBIH SULIT UNTUK MEMAHAMI BAGAIMANA MUNGKIN SEBAB PERTAMA ITU BISA ADA PADA AWALNYA

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Demokrasi dalam Agama Buddha
« Reply #6 on: 25 April 2012, 11:48:34 PM »
Menurut saya, pada Kalama Sutta mempunyai maksud bahwa kita mempunyai kebebasan untuk menyelidiki dan menilai   mana yg benar menurut kita sebelum menentukan ajaran/ agama yg akan kita anut.
Dalam Dhammapada 165 juga menyatakan kebebasan pilihan pikiran kita untuk menentukan hendak menempuh hidup suci atau tidak.
Dalam Udumbarika-Sihanada Sutta, Sang Buddha tidak berharap untuk mengubah cara hidup atau menjadikan mengubah  pandangan murid dan gurunya yg lama. Tetapi Beliau mengajarkan Dharma yg akan menyingkirkan kotoran batin dan menimbulkan kesucian, itu menunjukkan kebebasan pikiran untuk memilih.
Saya berpendapat bahwa ajaran Sang Buddha dalam kebebasan selain:   Juga tentang kebebasan kita untuk memlih / menentukan pilihan kita _/\_

pada posting awal anda mengutip kalimat ini "Ajaran ini hanya mengandung satu rasa, yaitu kekebasan." maka saya memahami bahwa kebebasan yg anda maksudkan adalah dalam konteks "vimutti", yg bermakna sesuai postingan saya di atas, karena "vimutti" tidak berhubungan dengan demokrasi.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Demokrasi dalam Agama Buddha
« Reply #7 on: 26 April 2012, 01:30:25 AM »
demokrasi itu kebebasan berpendapat (terutama dalam politik)

ga sama dg kebebasan berpikir. pada dasarnya semoa orang emg dah bebas utk berpikir kok. dan berpikir itu tidak bisa dibatasi. (cuma bisa diracuni)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline aryaputra

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 155
  • Reputasi: 1
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Demokrasi dalam Agama Buddha
« Reply #8 on: 26 April 2012, 06:36:11 PM »
pada posting awal anda mengutip kalimat ini "Ajaran ini hanya mengandung satu rasa, yaitu kekebasan." maka saya memahami bahwa kebebasan yg anda maksudkan adalah dalam konteks "vimutti", yg bermakna sesuai postingan saya di atas, karena "vimutti" tidak berhubungan dengan demokrasi.
Dalam konteks ini ada benar.
Tetapi maksud saya adalah untuk mencapai pembebasan mutlak, Sang Buddha memberikan kebebasan kepada umatnya untuk mempertanyakan, menelaah, menyelidiki ajaranNya sebelum menerimanya.
Ajaran Buddha mengenai toleransi, pemikiran mengenai diskusi, kebebasan memilih yg luar biasa, persamaan, tanpa kekerasan, ketidak kekalan.
Yang saya tangkap dari ajaran Sang Buddha adanya hal2 di atas, tidak selalu ajaran tentang pembebasan mutlak, tetapi juga mencakup ajaran tentang kehidupan perdamaian di masyarakat, persamaan hak, mengutarakan pendapat yg didasari kebebasan berpikir.

demokrasi itu kebebasan berpendapat (terutama dalam politik)
ga sama dg kebebasan berpikir. pada dasarnya semoa orang emg dah bebas utk berpikir kok. dan berpikir itu tidak bisa dibatasi. (cuma bisa diracuni)
Benar, namun maksud kebebasan berpikir di sini dalam bentuk:

toleransi, pemikiran mengenai diskusi, kebebasan memilih yg luar biasa, persamaan, tanpa kekerasan, ketidak kekalan.

Saat mengajarkan hal yg dapat mencegah kemerosotan kepada kaum Vajji, Sang Buddha berkata kepada Ananda,
"Ananda, apakah engkau mendengar bahwa kaum Vajji sering dan rutin mengadakan permusyarawaratan?"
"Demikianlah yang telah saya dengar Yang Mulia."
"Ananda, selama kaum Vajji sering dan rutin mengadakan permusyawaratan, mereka diharapkan untuk menjadi makmur dan tidak merosot. Apakah engkau mendengar bahwa kaum Vajji berkumpul dan bubar secara damai dengan rukun, dan menangani urusannya dengan rukun?"
"Demikianlah yang telah saya dengar Yang Mulia."
"Ananda, selama kaum Vajji berkumpul dengan rukun, bubar dengan rukun, dan menangani urusannya dengan rukun, mereka dapat diharapkan untuk menjadi makmur dan tidak merosot"
 _/\_

agak sulit untuk memahami bagaimana dunia ini ada tanpa suatu sebab pertama. TETAPI JAUH LEBIH SULIT UNTUK MEMAHAMI BAGAIMANA MUNGKIN SEBAB PERTAMA ITU BISA ADA PADA AWALNYA